MSDM Hubungan Industrial

advertisement
MSDM Hubungan Industrial
DOSEN : RACHMASARI PRAMITA , ST, MM
MSDM II
Pengertian Hubungan
Industrial
• Hubungan industrial adalah hubungan
antara semua pihak yang berkepentingan
atas proses produksi atau pelayanan jasa
di suatu perusahaan.
Prinsip Hubungan Industrial

Prinsip hubungan industrial didasarkan pada
persamaan kepentingan semua unsur atas
keberhasilan dan kelangsungan perusahaan.
Dengan demikian, hubungan industrial
mengandung prinsip-prinsip berikut ini :

1. Pengusaha dan pekerja, demikian
Pemerintah dan masyarakat pada umumnya,
sama-sama mempunyai kepentingan atas
keberhasilan dan kelangsungan perusahaan.

2. Perusahaan merupakan sumber
penghasilan bagi banyak orang.

3. Pengusaha dan pekerja mempunyai
hubungan fungsional dan masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda dalam
pembagian kerja atau pembagian tugas.

4. Pengusaha dan pekerja merupakan anggota
keluarga perusahaan.

5. Tujuan pembinaan hubungan industrial
adalah menciptakan ketenangan berusahan dan
ketentraman bekerja supaya dengan demikian
dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

6. Peningkatan produktivitas perusahaan harus
dapat meningkatkan kesejahteraan bersama,
yaitu kesejahteraan pengusaha dan
kesejahteraan pekerja.
Perundingan Kerja Bersama (PKB)

Perundingan Kerja Bersama atau disingkat
PKB merupakan pijakan karyawan dalam
menorehkan prestasi yang pada gilirannya
akan berujung kepada kinerja korporat
dan kesejahteraan karyawan.

Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan
pemberi kerja dan Karyawan yang bersifat individual.
Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat kolektif dapat
dalam bentuk Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian
Kerja Bersama (PKB).

Perjanjian Kerja Bersama atau PKB sebelumnya dikenal
juga dengan istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) /
CLA (Collective Labour Agreement) adalah merupakan
perjanjian yang berisikan sekumpulan syarat-syarat kerja,
hak dan kewajiban para pihak yang merupakan hasil
perundingan antara Pengusaha, dalam hal ini diwakili oleh
Managemen Perusahaan dan Karyawan yang dalam hal ini
diwakili oleh Serikat Karyawan, serta tercatat pada
instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
Pengertian Collective Bargaining


1. Menurut Hani Handoko, Perundingan Kolektif adalah
suatu proses dimana para wakil dua kelompok (pihak
karyawan yang diwakili oleh serikat pekerja dan pihak
manajemen) bertemu dan merundingkan perjanjian
yang mengatur hubungan kedua pihak diwaktu yang
akan datang.
2. Menurut Byars & Rue, Perundingan Kolektif adalah
proses yang melibatkan kegiatan negosiasi, drafting
(persiapan berkas), administrasi, dan interpretasi atas
suatu perjanjian tertulis antara manajemen dengan
serikat pekerja untuk suatu periode waktu tertentu.

Tujuan perundingan kolektif adalah untuk menyusun
suatu perjanjian kerja. Perjanjian kerja ( labour
agreement) menguraikan berbagai hak, kewajiban, dan
tanggung jawab manajemen, karyawan secara individu,
dan serikat pekerja

Proses perundingan kolektif Terdiri dari :
1. Tahap persiapan:
a. memonitor lingkungan kerja
b. menyusun rencana perundingan
c. membentuk tim perunding
d. memperoleh persetujuan manajemen puncak

2. Tahap perundingan:
a. melakukan negosiasi dengan serikat pekerja
b. mencapai persetujuan (disetujui oleh ke-2
pihak)

3.Tahap administrasi
a. mengadministrasikan hasil perjanjian kerja
b. memberi penerangan melalui pelatihan
c. melakukan penyesuaian sesuai hasil
perundingan (misalnya tentang tingkat upah)
d. mengawasi pelaksanaan perjanjian (oleh
manajemen dan serikat kerja)

Jadi , dapat disimpulkan bahwa Perundingan
Kerja Bersama dan Hubungan Industrial adalah
suatu sarana untuk menampung seluruh aspirasi
para karyawan terhadap keputusan perusahaan,
bertujuan untuk menciptakan hubungan yang
baik antara karyawan dengan manajer.
Sarana Utama Hubungan Industrial
Dibedakan Menjadi 2 kelompok :
1. pada tingkat perusahaan ialah serikat, pekerja/serikat
buruh, Kesepakatan Kerja Bersama/Perjanjian Kerja
Bersama, Peraturan Perusahaan, lembaga kerjasama
bipartit, pendidikan, dan mekanisme penyelesaian
perselisihan industrial.
2. sarana yang bersifat makro, yaitu serikat pekerja/serikat
buruh, organisasi pengusaha, lembaga kerjasama tripartit,
peraturan perundang-undangan, penyelesaian perselisihan
industrial, dan pengenalan Hubungan Industrial bagi
masyarakat luas.
Permasalahan yang timbul dalam
perusahaan

Ada 9 (sembilan) permasalahan yang
sering timbul dan memicu konflik didalam
perusahaan antara pekerja dan pengusaha.

1. Solidaritas terhadap sesama pekerja yang dinilai
telah diperlakukan secara kurang adil oleh
perusahaan

2. Perbedaan persepsi tentang perundangan dan
peraturan pemerintah

3. Menuntut kepala personalia yang dinilai bersikap
keras terhadap pekerja/buruh dan berpihak pada
perusahaan dan diminta agar mundur

4. Perubahan manajemen perusahaan yang dinilai
tidak
memperhatikan
kepentingan
dan
kesejahteraan pekerja

5. Menuntut adanya transparansi perusahaan (terutama
berkaitan dengan keuntungan perusahaan yang mungkin
dapat menjadi bagian pekerja/buruh dalam bentuk upah
yang lebih tinggi atau peningkatan kesejahteraan)

6. Pelaksanaan peraturan uang pesangon; perusahaan
dianggap tidak terbuka tentang keuntungan perusahaan

7. Kecurigaan mengenai adanya penyalahgunaan dana
Jamsostek

8. Ketidaksabaran pekerja dalam menunggu hasil
perundingan atau

9. Tuntutan-tuntutan baru lainnya yang muncul
seiring dengan meningkatnya pengetahuan pekerja
tentang hak-hak mereka setelah SP-TP terbentuk
di tempat kerja mereka.
Dengan demikian jika kita telah mengetahui
secara jelas mengenai permasalahan-permasalahan
itu, maka sudah sewajarnya kita selaku pengelola
SDM Perusahaan sudah dapat mengantisipasi agar
masalah itu tidak timbul dan kita bisa bekerja
dengan tenang.
Norma – Norma dalam hubungan
industrial

1. Makro minimal, adalah ketentuan normatif yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban pekerja dan
pengusaha, makro minimal ini adalah undang-undang
ketenagakerjaan dan peraturan pemerintah dan turunannya.

2. Makro kondisional, adalah perjanjian/peraturan antara
organisasi dan karyawan yang mengatur hubungan kerja.

Dengan kedua jenis makro diatas, jelaslah bahwa norma ini
diberlakukan dalam kaitan Hubungan Industrial dengan
melihat tempat dan waktu serta mekanisme atau sistem yang
ada dan terjadinya proses dalam menyelesaikan perselisihan
yang terjadi didalam perusahaan.
Download