Sukses Mengelolah Keuangan Sekolah Selama tiga dasarwarsa terakhir, dunia penididikan Indonesia secara kuantatif telah berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965, jumlah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 53.233 sekolah dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 murid dan 274.545 guru, telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Secara persentasi kenaikan jumlah SD dalam waktu sekitar 30 tahun adalah 300%. Hal ini patut disyukuri namun di sisi lain perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan. Saat yang sama, aspek–aspek pendukung pendidikan seperti manajemen keuangan pendidikan, belum cukup seius di kemangkan (Dr. Indra Bastian, MBA.Ak: Konferensi Guru Indonesia 2007). Dalam Kesempatan lain Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengakui akuntabilitas pengelolaan keuangan sekolah masih buruk. Sebab, masih banyak sekolah yang belum menerapkan transparansi penggunaan keuangan, khususnya dana yang ditarik dari masyarakat. "Masih sangat sedikit sekolah yang menerapkan akuntabilitas keuangan”. penggunaan Akibatnya, banyak keuangan orangtua oleh murid sekolah," mempertanyakan (http://web.pab- indonesia.com/content/view/6716/9). Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik. Keuangan di sekolah merupakan bagian yang amat penting. Untuk itu perlu manajemen keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan sekolah dilakukan melalui proses perencanaan, penggunaan, pencatatan, pelaporan, dan pertanggung jawaban. A. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan , perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan (Depdiknas Ditjen Dikdasmen, 2000). Dengan demikian manajemen keuangan sekolah merupakan rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah. B. Tujuan Manajemen Keuangan Pendidikan Adapun tujuan dari pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan adalah (1) Membantu pengelolaan sumber keuangan organisasi pendidikan serta menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat, bagi pengambilan keputusan keuangan yang dalam pencapaian tujuan organisasi pendidikan yang transparan, akuntabel dan efektif, (2) Memberikan pertanggungjawaban sosial yang baik kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) C. Dasar hukum pengelolaan keuangan Pendidikan Undang-Undang No.20 tahun 2003 Sistem Penddikan Nasional Bab XIII tentang Pendanaan Pendidikan, substansinya antara lain: (1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama atara Pemerintah, Pemerintah pendanaan pendidikan Daerah, dan Masyarakat (2) ditentukan berdasarkan prinsip Sumber keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan (3) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efesiensi, transparansi, dan akuntabilitas public (4) Pengalokasian dana pendidikan. D. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi. 1. Transparansi Di lembaga pendidikan, manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. 2. Akuntabilitas Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah, (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat 3. Efektivitas Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 4. Efisiensi Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency ”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. E. Perencanaan Perpaduan analisis kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu pelaksaannya menghasilkan apa yang dinamakan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja Tahunan yang memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya dalam satu tahun anggaran. F. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembelanjaan keuangan mengacu kepada perencanaan yang telah ditetapkan. Mekanisme yang ditempuh di dalam pelaksanaan kegiatan harus benar, efektif dan efisien. Pembukuan uang yang masuk dan keluar dilakukan secara cermat dan transparan. Penggunaan anggaran memperhatikan asas umum pengeluaran negara, yaitu manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama apabila uang tersebut dipergunakan sendiri oleh masyarakat. Di dalam Bab IX pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan standar pembiayaan meliputi: 1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. G. Pembukuan Keuangan Pembukuan setiap transaksi yang berpengaruh terhadap penerimaan dan pengeluaran uang wajib dicatat oleh bendaharawan dalam Buku Kas. Buku Kas bisa berupa Buku Kas Umum(BKU) dan Buku Kas Pembantu(BKP). BKU merupakan buku harian yang digunakan untuk mencatat semua penerimaan dan pengeluaran uang atau yang disamakan dengan uang. BKP merupakan buku harian yang digunakan untuk membantu pencatatan semua penerimaan dan pengeluaran uang menurut jenis sumber pembiayaan. Pencatatan di BKU dan BKP dilakukan sepanjang waktu setiap ada transaksi penerimaan dan pengeluaran uang. Pembukuan dilakukan di BKU, kemudian pada BKP. BKU dan BKP ditutup setiap akhir bulan atau sewaktu-waktu jika dianggap perlu, misalnya setelah ada pemeriksaan oleh petugas yang berwenang, pada waktu serah terima dari pejabat lama ke pejabat baru baik kepala sekolah maupun bendaharawan pemegang BKU dan BKP. Berdasarkan narasi di atas, maka pembukuan anggaran baik penerimaan maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib, teratur, dan benar. Pembukuan yang tertib, akan mudah diketahui perbandingan antara keberadaan sumber daya fisik dan sumber daya manusia. Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan mutasi yang paling akhir. Dari pembukuan yang baik, tertib, teratur, lengkap, dan Up to date akan dapat disajikan pelaporan yang baik, lengkap, dan bermanfaat. Pembuatan laporan dilakukan secara teratur dan periodik dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. H. Pengawasan Pada dasarnya pengawasan merupakan usaha sadar untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan penyimpangan pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan. Apakah pelaksananya telah tepat dan telah menduduki tempat yang tepat, apakah cara bekerjanya telah betul dan aktivitasnya telah berjalan sesuai dengan pola organisasi. Kalau terdapat kesalahan dan penyimpangan, maka segera diperbaiki. Untuk melakukan pengawasan yang tepat, kepala sekolah dituntut untuk memahami pekerjaan administrasi keuangan, mengatur penggunaan yang memahami dan dilakukan peraturan oleh pelaksana pemerintah pertanggungjawaban yang serta pengadministrasian uang negara, yang antara lain: (1) kelengkapan administrasi keuangan (DIK/DIP/DIPA, buku kas umum, buku register SPM, buku pembantu, (2) cara menghitung pajak, batas pembelian kena pajak, PPh, PPN. Pengawasan kegiatan harus disesuaikan dengan: (a) ketentuan atau peraturan yang berlaku, (b) kebijakan pimpinan dan (c) kondisi setempat. Pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan, yaitu tindakan membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya.. I. Pelaporan dan Pertanggung jawaban Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran yang berasal dari usaha mandiri sekolah dilakukan secara rinci dan transparan kepada dewan guru dan staf sekolah. Salah satu kelemahan mendasar dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah sulitnya memperoleh informasi keuangan sekolah yang standar. Kunci Sukses mengelola keuangan sekolah adalah (1) melaksanakan standar manajemen keuangan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu perencanaan, penggunaan, pencatatan, pelaporan, dan pertanggung jawaban (2) diperlukan kejujuran dan profesionalisme dari pihak-pihak terkait dalam hal ini kususnya Bendaharawan sekolah Kepala sekolah dan Daftar Pustaka: Bastian, Indra. 2007 Manejemen Keuangan Sebagai Basis Kualitas Pendidikan. Konferensi Guru Indonesia Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditma http://elpramwidya.wordpress.com/2009/06/11/manajemen-keuangansekolah-2009/ Riwayat Penulis Penulis adalah lulusan Sarjana Program Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia. Sekarang tercatat sebagai mahasiswi Pasca Sarjana Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Penulis beralamat Jl. Sawo No 13 Utan Kayu Utara Jakarta Timur