PENDAHULUAN Medroksiprogesteron asetat (MPA) merupakan senyawa aktif kontrasepsi hormon steroid (meliputi kontrasepsi oral, injeksi, dan implan) yang sangat efektif dan digunakan secara luas. Prinsip kerja MPA adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menipiskan selaput lendir rahim, dan menghambat transportasi gamet. Kontrasepsi MPA biasanya dikonsumsi oleh perempuan reproduktif, yaitu 15–49 tahun dan rentang waktu konsumsi obat ini 24–36 jam. Selain dapat menyebabkan penambahan bobot badan, osteoporosis, dan gangguan haid, senyawa ini juga dapat meningkatkan ovulasi jika dikonsumsi lebih dari 36 jam (Diza 2008). Sistem pengantaran obat secara khusus diperlukan MPA untuk mengatasi hal tersebut. Mikroenkapsulasi merupakan proses penyalutan zat aktif padat atau cair dengan suatu material polimer dalam bentuk mikrokapsul (Wang et al. 2006). Di bidang farmasi, teknologi enkapsulasi bertujuan mengurangi rasa pahit obat, memisahkan material yang tidak kompatibel, mencegah kerusakan obat yang diakibatkan oleh uap air dan cahaya, mengurangi risiko iritasi lokal organ atau jaringan yang ditimbulkan obat, mengendalikan pendistribusian obat, serta mengoptimalkan penyerapan obat (Appara et al. 2010; Gowda et al. 2009). Bahan penyalut mikrokapsul yang banyak digunakan saat ini adalah golongan poliester alifatik yang bersifat degradabel. Salah satunya adalah poli(ε-kaprolakton) (PCL). Poli(ε-kaprolakton) memiliki permeabilitas tinggi, biodegradabel, biokompatibel, dan tidak beracun. Di sisi lain, PCL memiliki kristalinitas yang tinggi dan waktu degradasi yang lama. Pencampuran PCL dengan makromolekul dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut (Porjazoska et al. 2004). Lilin lebah merupakan makromolekul yang terdiri atas n-alkana jenuh dan takjenuh, ester rantai panjang, asam lemak, diester, hidroksiester, dan penyusun minor lainnya, seperti flavonoid (Garnier et al. 2002). Lilin lebah dapat digunakan sebagai bahan penyalut mikrokapsul dan memiliki beberapa kelebihan, yaitu stabil pada beberapa nilai pH dan tingkat kelembapan, biokompatibel, tidak imunogenik, tidak beracun, dan tidak menyebabkan peningkatan dosis obat (Ranjha et al. 2010). Campuran PCL dengan lilin lebah diharapkan menghasilkan polimer kompatibel yang memiliki permeabilitas dan waktu degradasi lebih baik, serta mempermudah pencampuran bahan aktif dengan matriks paduan. Bahan aktif yang tidak larut air seperti MPA akan mudah bercampur dengan matriks lilin lebah dan menunjukkan tingkat penyerapan yang baik (Gowda et al. 2009). Selain itu, pencampuran tersebut dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan karena lilin lebah relatif lebih murah dibandingkan dengan PCL. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk pengungkungan bahan aktif hidrofobik seperti MPA adalah metode emulsifikasipenguapan pelarut (Park et al. 2005). Pada metode ini, dibutuhkan pengemulsi seperti poli(vinil alkohol) (PVA) untuk menstabilkan larutan polimer dan obat dengan air. Poli(vinil alkohol) sudah banyak digunakan sebagai pengemulsi dalam pembuatan mikrokapsul tersalut-poliester. Gugus hidroksil (hidrofilik) dari PVA yang bersifat polar akan berikatan dengan molekul air, sedangkan rantai vinilnya (hidrofobik) akan berikatan dengan polimer (PCL-lilin lebah) sehingga emulsi menjadi lebih stabil (Guo et al. 2007). Menurut Kemala et al. (2012), besarnya konsentrasi PVA yang digunakan akan mempengaruhi stabilitas emulsi dan ukuran kapsul. Ukuran kapsul yang seragam meningkatkan efisiensi dan laju disolusi bahan aktif yang telah dikungkung. Penelitian ini bertujuan membuat mikrokapsul MPA tersalut PCL-lilin lebah, menganalisis efisiensi mikrokapsul MPA, mempelajari pengaruh variasi nisbah PCL:lilin lebah dan konsentrasi pengemulsi terhadap mikrokapsul yang dihasilkan, mempelajari model kinetika pelepasan MPA berdasarkan koefisien determinasi (R2) dengan menggunakan persamaan orde reaksi ke-0, ke-1, dan Korsmeyer-Peppas, serta mempelajari morfologi mikrokapsul. BAHAN DAN METODE Bahan dan alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PCL (Sigma Aldrich, Germany), lilin lebah, PVA (Merck), MPA (BKKBN), diklorometana, etanol 96%, larutan HCl pH 1.2, dan larutan bufer fosfat (NaH2PO4-Na2HPO4) pH 7.4. Alat-alat yang digunakan adalah pengaduk magnetik, mikroskop, spektrofotometer UV-Vis 1700 PharmaSpec, alat disolusi tipe dayung Guoming RC-6, dan mikroskop elektron payaran (SEM) Jeol/EO-JSM-6510, PC-SEM M600 Vacuum Evaporator.