BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Laporan Keuangan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Laporan Keuangan
Sebelum membahas mengenai laporan keuangan, terlebih dahulu penulis akan
membahas mengenai akuntansi itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa pengertian dari
akuntansi :
Munawir (2004) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan
dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang
timbul daripadanya” (h.5).
Horngren, Harisson, dan Bamber (2002) mendefinisikan, ”Accounting is the
information system that measures business activities, processes that information into
reports, and communicates the result to decision makers” (p.5).
Fees, Reeve, Warren, dan Niswonger yang diterjemahkan oleh Sirait,A dan
Gunawan, H. (1999) mendefinisikan, “ Akuntansi adalah sistem informasi yang
memberikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan
ekonomi dan kondisi perusahaan” (h.6).
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
merupakan suatu proses untuk mengidentifikasikan, mengukur dan mengkomunikasikan
informasi ekonomi, berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam suatu
perusahaan selama periode tertentu dimana memungkinkan pemakai informasi untuk
mengambil pertimbangan dan keputusan berdasarkan informasi tersebut.
7
Secara formal, proses akuntansi berakhir pada laporan keuangan. Jadi, sebelum
membahas lebih lanjut mengenai laporan keuangan, terlebih dahulu akan membahas
pengertiannya.
Horngren et al. menyatakan, “Financial statement is documents that report on a
business in monetary amounts, providing information to help people make informed
business decisions” (p.5).
IAI (1998) mendefinisikan, “Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan arus dana), dan catatan
atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan”(h.2).
Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997) mendefinisikan, “Laporan
keuangan adalah output penting dari sistem informasi akuntansi yang memberikan
informasi berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan dan untuk
menentukan profitabilitas perusahaan, kemampuannya menghasilkan arus kas, dan
kekuatan serta kelemahan posisi keuangannya” (h.36)
Munawir (2004) mendefinisikan, “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut” (h.2)
Berdasarkan uraian mengenai laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi neraca,
perhitungan laba rugi dan laba yang ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta
catatan atas laporan keuangan, yang disusun untuk menyediakan informasi keuangan
8
mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan di dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
II.2. Karakteristik dan Unsur Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat IAI (1998), terdapat empat karakteristik kualitatif laporan
keuangan yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai,
yaitu:
1.
Dapat dipahami
Kualitas penting dari informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
2.
Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat
mempengaruhi
keputusan
ekonomi
pemakai
dengan
membantu
dalam
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini ataupun masa depan.
3.
Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang jujur dan wajar.
4.
Dapat Dibandingkan
9
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode dan perusahaan, untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi posisi dan
kinerja keuangan.
Sedangkan unsur dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1.
Aktiva
Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
2.
Hutang atau Kewajiban
Adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
3.
Ekuitas/ Modal
Adalah hak atau nilai kepemilikan residual atas aktiva perusahaan yang tersisa
setelah dikurangi semua kewajiban.
4.
Penghasilan (Income)
Adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
5.
Beban (Expenses)
Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
10
II.3. Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan
II.3.1. Neraca
Munawir (2004) mendefinisikan, “Neraca adalah laporan yang sistematis
tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”
(h.13).
Dyckman, Duke, dan Davis yang diterjemahkan oleh Ali, M menyatakan,
“Neraca menyediakan informasi ekonomi tentang sumber daya entitas (aktiva),
klaim atas sumber daya tersebut (kewajiban), dan klaim dari pemilik atas sumber
daya yang tersisa (ekuitas pemilik)” (h.173).
Dari kedua definisi tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
neraca adalah suatu laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan
pada periode tertentu yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu akiva, kewajiban/
hutang dan ekuitas/modal.
Mengacu pada pendapat berbagai buku, unsur-unsur didalam neraca adalah:
A.
Aktiva
Aktiva diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar. Aktiva di dalam neraca diklasifikasikan dan disajikan
berdasarkan urutan likuiditasnya, dimana urutan klasifikasi dan penyajiannya
dimulai dari aktiva dengan tingkat likuiditas tinggi sampai yang tingkat
likuiditasnya rendah.
1. Aktiva Lancar
11
Dyckman et al. menyatakan ”Aktiva lancar mencakup kas dan aktiva
lainnya yang diperkirakan dapat direalisasi menjadi kas atau dijual atau
digunakan selama satu siklus operasi normal perusahaan atau dalam waktu satu
tahun sejak tanggal neraca” (h.177).
Mengacu pada penjelasan IAI (1998) suatu aktiva diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
dihaapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca; atau
c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Dari kedua penjelasan tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan
bahwa aktiva lancar meliputi kas dan lain-lain aktiva yang diharapkan akan
dikonversikan menjadi kas, dijual dan dikonsumsikan dalam jangka waktu
satu tahun atau dalam siklus operasi perusahaan, tergantung mana yang lebih
panjang.
Munawir (2004) menyatakan, yang termasuk kelompok aktiva lancar
adalah :
a. Kas
12
Adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan. Termasuk dalam pengertian Kas adalah cek yang diterima
dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank yang dapat diambil
kembali setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
b. Investasi Jangka Pendek (surat-surat berharga atau marketable securities)
Adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan
maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum
dibutuhkan dalam operasi. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek
adalah : (1) deposito dibank; (2) surat-surat berharga yang berwujud
saham, obligasi dan surat hipotek, sertifikat bank dan investasi lain-lain
yang mudah diperjual-belikan. Investasi jangka pendek disajikan dalam
neraca berdasar harga pokok atau harga pasar yang paling rendah diantara
kedua harga.
c. Piutang Wesel
Adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam
suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d. Piutang Dagang
Adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau pelanggan)
sebagai akibat adanya penjualan barang dengan cara kredit. Piutang
dagang atau piutang lain-lain biasanya disajikan dalam neraca berdasar
nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang dikurangi dengan cadangan
kerugian piutang (taksiran piutang yang tak tertagih).
13
e. Persediaan
Untuk perusahaan dagang persediaan adalah semua barang-barang yang
diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih berada di gudang/
belum laku dijual. Persediaan pada perusahaan manufaktur (perusahaan
yang memproduksi barang) meliputi persediaan barang mentah,
persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi.
f. Piutang Penghasilan atau Penghasilan yang Masih Harus Diterima
Adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena
perusahaan telah memberikan jasanya, tetapi pembayaran belum
diterima, sehingga merupakan tagihan.
g.
Persekot atau Biaya yang Dibayar Di muka
Adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain,
tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain
itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan untuk
periode yang berikutnya (h.14-16).
2. Aktiva Tidak Lancar
Mengacu pada pendapat Dyckman et al. (2004) aktiva tidak lancar adalah
aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang
(mempunyai umur ekonomi lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam
satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tidak
lancar adalah:
14
a. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang dapat berupa saham dari perusahaan lain,
obligasi atau pinjaman kepada perusahaan lain, aktiva tetap yang tidak
ada hubungannya dngan usaha perusahaan ataupun dalam bentuk danadana yang sudah mempunyai tujuan tertentu.
b. Aktiva Tetap
Adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak. Syarat
lain untuk dapat diklasifikasikan sebaga aktiva tetap adalah juga harus
digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut
mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak habis dalam satu
periode kegiatan perusahaan).
c. Aktiva Tetap Tidak Berwujud
Adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi
merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan
untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang merupakan aktiva
tetap tidak berwujud antara lain: Hak Cipta, Merk Dagang, Biaya
Pendirian (organization cost), Lisensi, Goodwill dan sebagainya.
d. Beban Yang Ditangguhkan
Adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai
manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran
yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang
15
termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah: Biaya Pemasaran,
Diskonto Obligasi, Biaya Penelitan dan sebagainya.
e. Aktiva lain-lain
Adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat
atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya,
misalnya: Gedung dalam Proses, Tanah dalam Penyelesaian.
B.
Hutang atau Kewajiban
Mengacu pada pendapat Munawir (2004) Hutang atau Kewajiban
diklasifikasikan dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka
panjang. Hutang atau kewajiban di dalam neraca diklasifikasikan dan disajikan
berdasarkan saat jatuh temponya, dimana kewajiban yang segera harus dilunasi
disajikan diatas kewajiban yang akan jatuh tempo di masa mendatang.
1. Hutang Lancar atau Jangka Pendek
IAI (1998) menjelaskan, suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai
kewajiban lancar atau jangka pendek, jika :
a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan ; atau
b. bila jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
(h.1.11).
16
Munawir (2004) mendefinisikan, ”Hutang lancar atau jangka pendek
adalah
kewajiban
keuangan
perusahaan
yang
pelunasannya
atau
pembayarannya dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal
neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan” (h.18).
Dari kedua penjelasan tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
hutang atau kewajiban lancar mencakup seluruh kewajiban yang diharapkan
akan dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar atau dibiayai kembali oleh
kewajiban jangka pendek lainnya.
Mengacu pada pendapat Dyckman et al., hutang lancar meliputi sebagai
berikut :
a. Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian
barang dagangan secara kredit.
b. Hutang Wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang
diatur undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu
pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
c. Hutang Pajak, adalah pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun
Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d. Biaya yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi
tetapi belum dilakukan pembayaran.
17
e. Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, adalah sebagian
sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi utan
jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayaran.
f. Penghasilan Yang Diterima Di Muka (Deferred Revenue), adalah
penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisasi.
2. Hutang Jangka Panjang
Munawir (2004) menyatakan, “Hutang jangka panjang adalah kewajiban
keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka
panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca)” (h.19).
Dari penjelasan tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
hutang jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak memerlukan
penggunaan aktiva lancar untuk pembayaran selama siklus operasi berikutnya
atau selama pelaporan tahun berikutnya.
C.
Ekuitas/Modal
Dyckman et al. menyatakan, ”Ekuitas pemilik menggambarkan kepentingan
residu pemilik atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan kewajiban. Ekuitas
pemilik terdiri dari modal disetor (contributed or paid in capital) dan laba ditahan
(retained earnings)” (h.183).
Berdasar penjelasan tersebut diatas disimpulkan bahwa ekuitas/modal
merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos Modal (Modal Saham) yang menyatakan setoran modal
18
oleh para pemegang saham (pemilik) dalam jumlah sebesar nilai nominal, nilai
pari atau nilai ditetapkan atas saham-saham yang bersangkutan; serta Laba ditahan
yang menyatakan jumlah kumulatif dari laba yang didapat oleh perusahaan dan
belum dibagikan kepada para pemegang saham atau digunakan untuk tujuan lain
yang diperkenankan menurut akte pendirian.
Mengacu pada pendapat berbagai buku, bentuk dari Neraca yang umum
digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Bentuk rekening (account form), dimana semua aktiva disajikan berdasarkan
kelompok masing-masing di sisi kiri, sedang hutang dan modal menurut
kelompok masing-masing disajikan di sisi kanan dalam neraca.
2.
Bentuk laporan (report form), dimana semua aktiva disajikan di bagian atas
yang selanjutnya hutang dan modal menurut kelompok masing-masing
disusun langsung dibawah aktiva
II.3.2. Laporan Laba Rugi
Munawir (2004) mendefinisikan, “Laporan laba rugi merupakan suatu
laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh
perusahaan selama periode tertentu” (h.26).
Menurut IAI (1998), laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa
yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi
penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
a. pendapatan;
b. laba rugi usaha:
19
c. beban pinjaman;
d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan
menggunakan metode ekuitas;
e. beban pajak;
f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan;
g. pos luar biasa;
h. hak minoritas; dan
i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan (h.1.14).
Dari kedua penjelasan tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
laporan laba rugi adalah ikhtisar tentang pengaruh-pengaruh finansial dari usahausaha yang menguntungkan dan merugikan selama jangka waktu tertentu. Laporan
laba rugi menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba atau rugi. Laba
terjadi jika pendapatan dalam suatu periode melampaui biaya-biaya yang
bersangkutan, sedangkan kerugian timbul jika pendapatan dalam suatu periode
lebih kecil dibandingkan dengan biaya-biaya yang bersangkutan.
Mengacu pada pendapat berbagai buku, bentuk Laporan Laba Rugi adalah
sebagai berikut :
1.
Bentuk satu tahap (Single Step), dimana penyajian unsur-unsur pembentuk
laba/rugi periodik tidak dipisahkan antara elemen-elemen yang timbul dari
kegiatan pokok perusahaan dan kegiatan-kegiatan di luar usaha pokoknya.
20
2.
Bentuk
bertahap
(Multiple
Step),
dimana
adanya
penggolongan/
pengelompokkan lebih lanjut terhadap pendapatan dan biaya di dalam
laporan laba rugi , dalam kaitannya dengan kegiatan pokok perusahaan.
II.3.3. Laporan Perubahan Ekuitas
IAI (1998) menjelaskan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen laporan keuangan, yang menunjukkan :
a. Laba atau rugi bersih periode;
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas;
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait;
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribui modal kepada pemilik;
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya;
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio, dan cadangan pada awal dan akhnir periode yang mengungapkan secara
terpisah setiap perubahan. (h.1.17).
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari
transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen,
21
menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan
perusahaan selama periode yang bersangkutan”
II.3.4. Laporan Arus Kas
IAI (1998) menjelaskan, ”Laporan arus kas dapat memberikan informasi
yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva
bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan
kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
adaptasi dengan keadaan dan peluang” (h.2.1).
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Klasifikasi
menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas.
II.3.5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat IAI (1998) catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting, informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan yang tidak disajikan dalam
laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian yang wajar
22
II.4. Tujuan dan Peranan Laporan Keuangan
IAI (1998) menjelaskan, ”Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”
(h.1.2).
Mengacu pada pendapat Munawir (2004) tujuan laporan keuangan adalah sebagai
dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan yang berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Tetapi laporan
keuangan saja tidak cukup memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan tersebut, masih banyak informasi lain yang diperlukan mngenai
suatu perusahaan, yang tidak dapat diperoleh dari laporan keuangan.
Laporan keuangan memiliki peranan bagi para pihak yang berkepentingan atau
pemakai laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi mereka yang
berbeda, antara lain adalah :
a. Investor, yaitu membutuhkan informasi untuk membantu menentukan langkah
yang harus ditempuhnya, apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi
yang mereka lakukan.
b. Karyawan, yaitu membutuhkan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
23
c. Pemberi pinjaman, tertarik dengan informasi yang memungkinkan untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya, yaitu tertarik dengan informasi yang
memungkinkan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan, yaitu berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan.
f. Pemerintah, yaitu membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat, yaitu membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan erta
rangkaian aktivitasnya.
Disamping pihak-pihak yang telah disebutkan diatas, masih terdapat juga pihak
yang memerlukan laporan keuangan yaitu manajemen dan pemilik perusahaan. Dari
laporan keuangan, manajemen memperoleh banyak informasi diantaranya untuk:
a. Merumuskan, melaksanakan, dan mengadakan penilaian terhadap kebijaksanaankebijaksanaan yang dianggap perlu.
b. Merencanakan dan mengendalikan kegiatan/aktivitas perusahaan
c. Menilai keadaaan atau posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga dapat
menyusun rencana yang lebih baik.
24
Sedangkan pemilik perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk menilai hasilhasil yang telah dicapai dan menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai di
masa yang akan datang sehingga bisa mengestimasi bagian keuntungan yang akan
diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.
II.5. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, disusun dengan
maksud untuk memberikan gambaran atau laporan tentang perkembangan secara
periodik, dan berkenaan dengan status investasi di dalam perusahaan serta hasil
usahanya selama periode yang bersangkutan.
Munawir (2004), menjelaskan laporan keuangan itu terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara lain :
1. Fakta yang telah dicatat
Bahwa laporan keuangan dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi. Pencatatan
atas pos-pos berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
di masa lalu, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan
dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan
tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan
dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.
25
3. Pendapat pribadi
Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensikonvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah menjadi standard praktek pembukuan,
namun penggunaan dari konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari akuntan
atau manajemen peusahaan yang bersangkutan.
Selain itu laporan keuangan memiliki keterbatasan antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interm
report atau laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara, dan
bukan merupakan laporan yang final.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat
pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau
nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli
(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam
rupiah belum tentu menunjukan atau mencerminkan unit yang dijual semakin
besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang
mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
26
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang. (h.6-10).
II.6. Analisa Laporan Keuangan
Dari semua jenis laporan keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya diatas, tidak
akan ada gunanya jika tidak dilakukan analisa terhadap laporan keuangan tersebut.
Melakukan analisa laporan keuangan dengan melihat hubungan dari berbagai pos dalam
suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi
keuangan dan hasil dari operasi suatu perusahaan. Analisa laporan keuangan
mengimplementasikan alat-alat analisis dan teknik terhadap laporan keuangan dan datadata lain yang berhunbungan untuk menghasilkan perkiraan-perkiraan yang berguna
dalam keputusan bisnis.
II.6.1. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan dari masing-masing pos bila diperbandingkan dengan
laporan dari beberapa periode atau dengan alat-alat pembanding lainnya.
Terdapat beberapa metode dan teknik analisa, tetapi apapun metode dan
teknik yang digunakan dari semuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses
analisa yang diperlukan dalam menganalisa laporan keuangan, dimana masingmasingnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih
27
dipahami sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
II.6.1.1. Metode Analisa Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat Munawir (2004), ada dua metode analisa yang
digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan yaitu :
1. Analisa Horizontal
Yaitu analisa dengan memperbandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode, sehingga akan dapat diketahui perkembangannya.
Metode analisa ini disebut juga sebagai metode analisa dinamis.
2. Analisa Vertikal
Yaitu analisa dengan memperbandingkan pos-pos dalam laporan
keuangan untuk satu periode saja. Metode analisa ini disebut juga sebagai
metode analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya
untuk satu periode tanpa mengetahui perkembangannya.
II.6.1.2. Teknik Analisa Laporan Keuangan
1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan (comparative financial
statement analysis), yaitu teknik analisa dengan memperbandingkan
laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data-data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah,
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah,
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase,
28
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio,
e. Persentase dari total.
2.
Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), yaitu suatu
teknik analisa guna mengetahui tendensi daripada keadaan keuangan
3. Laporan dengan Persentase Per Komponen (common size statement), yaitu
suatu teknik analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktiva, juga mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya.
4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, yaitu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis),
yaitu suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah
uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang
kas selama periode tertentu.
6. Analisa Rasio, yaitu suatu teknik analisa untuk mengetahui hubungan
dari pos-pos tertentu daam neraca atau laporan laba rugi secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
29
7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), yaitu suatu teknik
analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari periode ke periode lainnya atau perubahan laba kotor
suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break Even, yaitu suatu teknik analisa untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan dan untuk
mengetahui tingkat keuntungan dan kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.
II.7. Analisa Rasio
Rasio adalah suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya
secara sistematis sehingga dapat mengetahui keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan. Analisa rasio merupakan suatu teknik analisa untuk menilai dan
menganalisa prestasi operasi perusahaan dimana dimungkinkan untuk dapat mengetahui
tingkat likuiditas, solvabilitas atau leverage, aktivitas serta profitabilitas dari suatu
perusahaan.
Palepu, Healy, dan Bernard (2004) menjelaskan ”Ratio analysis involves assessing
how various line items in a firm’s financial statements relate to one another. In ratio
analysis, the analysis can (1) compare ratios for a firm over several years, (2) compare
ratios
for the firms in the industry, and/or (3) compare ratios to some absolute
benchmark” (p.5-1).
30
Mengacu pada pendapat Helfert yang diterjemahkan oleh Wibowo, H. (1997)
manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangat ditentukan oleh tujuan spesifik analisis.
Lebih lanjut rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio-rasio yang
bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi,
dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang
pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analisa risiko dan peluang bagi perusahaan
yang sedang ditelaahi. Tidak ada rasio untuk menilai kinerja perusahaan yang dapat
memberi jawaban mutlak. Setiap pandangan yang diperoleh bersifat relatif, karena
kondisi dan operasi perusahaan sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan
lain, dan dari satu industri ke industri lain. Oleh karena itu, penganalisa harus dapat
menyesuaikan faktor-faktor yang mungkin ada pada periode yang akan datang yang
mungkin mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha perusahaan dimasa yang akan
datang dan dituntut untuk dapat memberi hasil analisa dan interprestasi yang baik,
sehingga bermanfaat dalam menentukan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
II.7.1. Analisa Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila telah jatuh tempo,
baik yang menyangkut kebutuhan operasional maupun utang kepada pihak
eksternal, dimana dapat membantu manajemen dalam mengetahui efisiensi modal
kerja yang digunakan perusahaan. Ada dua faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam menilai atau mengukur tingkat likuiditas perusahaan yaitu
aktiva lancar dan hutang lancar.
Adapun jenis rasio likuiditas adalah :
31
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio
ini digunakan untuk menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca atau
menilai kemampuan jangka pendek perusahaan. Disamping itu rasio ini dapat
menunjukkan tingkat keamanan hutang jangka pendek (margin of safety).
Aktiva lancar
Current Ratio
=
Kewajiban lancar
2. QuickRatio/ Acid Test Ratio (Rasio Cepat)
Adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan hutang
lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tanpa mengendalikan pada penjualan
persediaan.
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio
=
Kewajiban lancar
Jika dibandingkan dengan rasio lancar, rasio ini memiliki tingkat ketelitian
yang lebih baik dalam menggambarkan tingkat likuiditas karena hanya
memperhitungkan sebagian aktiva lancar yang memiliki kemungkinan untuk
dikonversikan dalam waktu singkat.
32
II.7.2. Analisa Rasio Leverage
Rasio Leverage (solvabilitas) memberikan ukuran atas dana yang disediakan
pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan kreditur perusahaan.
Leverage keuangan, menggambarkan beberapa hal penting, yaitu :
a. Dengan menaikkan dana melalui hutang, pemilik dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi terbatas.
b. Kreditor mensyaratkan adanya ekuitas, atau dana yang disediakan oleh pemilik
(owner supplied funds), sebagai marjin pengaman; jika pemilik dana hanya
menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan
ditanggung terutama oleh kreditornya.
c. Jika perusahaan memperoleh tingkat laba yang lebih tinggi atas dana
pinjamannya daripada tingkat bunga yang dibayarkan atas dana tersebut maka,
pengembalian atas modal pemilik diperbesar (leveraged).
Adapun jenis rasio leverage adalah :
1. Debt Ratio (Rasio Hutang terhadap Aktiva)
Adalah rasio yang memberikan ukuran presentase total dana yang disediakan
oleh para kreditor.
Total Kewajiban
Debt Ratio
=
Total Aktiva
2. Times Interest Earned (Rasio Kemampuan Membayar Bunga)
33
Adalah rasio jumlah kali perolehan bunga didapat dengan cara membagi
pendapat sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban/biaya bunga. Rasio
ini mengukur sejauh mana perusahaan mampu membayar biaya bunga tahunan.
Laba sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Times Interest Earned
=
Beban/Biaya Bunga
II.7.3. Analisa Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur tingkat efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan
sumber-sumber daya yang dimilikinya. Semua rasio-rasio ini menyangkut
perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai rekening
aktiva
Adapun jenis rasio aktivitas adalah :
1. Inventory Turn Over (Perputaran Persediaan)
Adalah rasio antara jumlah harga pokok barang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan yang dimiliki perusahaan.
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turn Over
=
Rata-rata Persediaan
2. Account Receivable Turn Over (Perputaran Piutang)
Perputaran piutang memberikan gambaran tentang berapa kali (dalam rata-rata)
piutang itu ditagih dalam setahun.
34
Penjualan
Account Receivable Turn Over =
Rata-rata Piutang
3.
Average Collection Period (Rata-rata Jangka Waktu Pengumpulan Piutang)
Adalah ukuran piutang atau rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus
menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.
360
Average Collection Period
=
Tingkat Perputaran Piutang
4. Fixed Assets Turn Over (Perputaran Aktiva Tetap)
Adalah rasio penjualan terhadap aktiva tetap bersih, yang menunjukkan
besarnya komitmen aktiva tercatat yang diperlukan untuk mendukung tingkat
penjualan tertentu.
Penjualan
Fixed Assets Turn Over
=
Aktiva tetap (bersih)
5. Total Assets Turn Over (Perputaran Total Aktiva)
Adalah rasio yang mengukur perputaran atau pemanfaatan dari semua aktiva
yang dimiliki perusahaan.
Penjualan
Total Assets Turn Over
=
Total Aktiva
35
II.7.4. Analisa Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan tingkat efektifitas
pengelolaan perusahaan atau yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal tertentu.
Profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil
pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding
pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar
risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula.
Adapun jenis rasio profitabilitas adalah :
1. Gross Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba Kotor)
Adalah perbandingan antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan
tingkat
penjualan
yang
dicapai
pada
periode
tertentu.
Rasio
ini
menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah/dollar penjualan.
Laba Kotor
Gross Profit Margin Ratio
=
Penjualan
2. Operating Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba Operasi/Usaha)
Adalah perbandingan antara laba operasi/usaha yang diperoleh perusahaan
dengan tingkat penjualan yang dicapai dalam suatu periode tertentu.
Laba Usaha
Operating Profit Margin Ratio
=
Penjualan
36
3. Net Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba Bersih)
Adalah rasio yang dihitung dengan cara membandingkan pendapatan/laba
bersih setelah pajak dengan penjualan sehingga diperoleh laba per tiap satuan
penjualan.
Laba Bersih
Net Profit Margin Ratio
=
Penjualan
4. Basic Earning Power (Daya Laba Dasar)
Adalah rasio yang dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dibagi
total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi.
Laba sebelum Bunga dan Pajak(EBIT)
Basic Earning Power
=
Total Aktiva
5. Return on Total Assets/ROA (Hasil Pengembalian Total Aktiva)
Adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio ini
memberikan ukuran hasil pengembalian pada total investasi dalam perusahaan.
Laba Bersih
Return on Total Assets
=
Total Aktiva
6. Return on Total Equity/ROE (Hasil Pengembalian Ekuitas)
Adalah perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rasio ini memberikan
ukuran tingkat hasil pengembalian atas investasi bagi pemegang saham.
37
Laba Bersih
Return on Total Equity
=
Ekuitas
7. Earning Per Share (Laba Per Saham)
Adalah rasio yang secara sederhana melibatkan pembagian laba bersih untuk
saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Laba Bersih
Earning Per Share
=
Saham biasa yang beredar
Laba per saham merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menetapkan
tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian dari perencanaan
strategis.
8. Dividen Per Share ( Dividen Per Saham)
Adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
biasa dengan saham biasa yang beredar. Rasio ini menunjukkan arus kas utama
dari perusahaan kepada pemegang sahamnya.
Dividen bagi pemegang saham biasa
Dividen Per Share
=
Saham Biasa yang beredar
38
Download