INTERAKSI OBAT ANTIKOAGULAN Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. ANTIKOAGULAN Latin. Coagulare = membeku Antikoagulan adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan darah dan digunakan pada keadaan dimana terdapat peningkatan kecenderungan darah untuk membeku. Misalnya pada trombosis. Pada trombosis koroner(infark miokard), sebagian otot jantung mati akibat penyaluran darah ke bagian tersebut terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya. Antikoagulan sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita. Antikoagulan dibagi menjadi: 1.Zat-zat yg bekerja langsung heparin, enoxaparin, nadroparin, zat-zat heparinoid. Zat-zat ini bereaksi dengan trombolplastin dan membentuk senyawa kompleks antitromboplastin, yg menghambat pembentukan trombin dari protrombin. Heparin antikoagulan yg kuat, khasiat langsung, singkat, namun terdegradasi di saluran cerna sehingga harus melalui parenteral. 2. Zat-zat yg bekerja tak langsung warfarin, asenokumarol, fenprokumon Strukturnya mirip dengan vit. K. bekerja dengan cara antagonis terhadap vit. ini. Zat ini menghalangi pembentukkan faktor pembekuan dalam hati, antara lain dari protrombin. Oleh karena itu, proses pembekuan darah terhambat secara tidak langsung, selain mengurangi pembentukkan fibrin. VITAMIN K3 WARFARIN VITAMIN K1 Penggunaan Pada gangguan trombo-emboli termasuk tromboflebitis (radang vena) setelah pembedahan dimana terdapat faktorfaktor tg memudahkan terjadinya trombosis, terutama trombosis koroner. Secara umum digunakan untuk mencegah terbentuknya trombi (darah beku) pd keadaan aterosklerosis. Profilaksis setelah infark jantung ternyata tdk mengurangi resiko serangan kedua, namun mencegah secara efektif terjadinya trombose perifer. Kehamilan dan Menyusui Zat kumarin tidak boleh digunakan pd wanita hamil selama 3 bulan pertama, dan setelah minggu ke-36 kehamilan akibat sifat teratogennya. Masuk ke dalam ASI dalam jumlah kecil, namun boleh digunakan selama laktasi. Interaksi Utama Warfarin Absorpsi Resin Cholestyramine : membungkus Warfarin Absorpsi Warfarin ↓ Sehingga diperlukan peningkatan dosis warfarin dengan monitoring ketat. Metabolisme Warfarin dimetabolisme oleh isoenzim sitokrom hati CYP2C9 (P4502C9) Warfarin - Antikonvulsan (Fenobarbital, fenotoin, karbamazepin) - rifampisin - glutetimid - griseofulvin Meningkatkan laju metabolisme warfarin melalui induksi enzim metabolisme oleh antikonvulsan dosis warfarin perlu ditingkatkan Warfarin - amiodaron - disulfiram - fluconazol - simetidine (H2-blocker lain tidak) - omeprazol - fenilbutazon, okxifenbutazon - sulfinpirazon - sulfonamida - propafenon - antibiotik kuinolon - tamoksifen - disopiramid - miconazol - klofibrat Menurunkan laju metabolisme warfarin dosis warfarin diturunkan Interaksi yang Berefek pada Ikatan Protein Albumin Warfarin - NSAID Dalam sirkulasi warfarin akan terikat dengan albumin. Sehingga bila warfarin diberikan bersamaan dengan NSAID yang juga terikat kuat pada protein albumin maka Warfarin akan terlepas dari ikatan tersebut kadar warfarin bebas dalam darah meningkat (96-98%). Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya pendarahan. INTERAKSI OBAT DIURETIK Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. INTERAKSI OBAT DIURETIK Diuretik bekerja menurunkan reabsorpsi natrium, klorida pd beberapa tempat di dalam nefron, sehingga dapat meningkatkan urinasi natrium, klorida, dan air. PENGGUNAAN DIURETIK Kemampuan mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh (secara negatif) ini menjadikan diuretik digunakan sebagai treatment dalam berbagai kondisi seperti status edema, dan hipertensi. Pada sindrom GJK diuretik digunakan karena kemampuannya dalam mempengaruhi kerja ginjal sebagai pusat pengatur neurohumoral dan hemodinamik yg bertanggung jawab terhadap terjadinya kerusakan miokardium DIURETIK TIAZID Hydrochlorothiazide (HCTZ) merupakan gol. Diuretik Tiazid yg sering digunakan dalam manajemen terapi edema dan hipertensi (baik tunggal maupun dalam kombinasi dengan agen antihipertensi lain) Mekanisme Kerja Tiazid meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air melalui penghambatan transport ion Na melalui epitel tubuli ginjal. INTERAKSI HCTZ HCTZ – Antihipertensi & diuretik lain Menimbulkan efek aditif (efek samping hipotensi ortostatik) penyesuaian dosis. Kombinasi bersama diuretik hemat kalium (spironolakton, amilorid, triamteren) dapat menurunkan resiko hipokalemia. Kombinasi sering digunakan sebagai pengganti suplemen kalium. HCTZ – Digoksin Meningkatkan resiko toksisitas digoksin (dpt menimbulkan aritmia fatal), akibat gangguan keseimbangan elektrolit (hipoMg, hipo-K, hipo-Ca) oleh HCTZ. perlu pemeriksaan keseimbangan elektrolit sebelum memulai terapi dengan digoksin resiko hipokalemia dpt semakin meningkat jika HCTZ digunakan bersama dgn kortikosteroid, ampoterisin B, kortikotropin. HCTZ – Litium Menurunkan klirens litium melalui ginjal (konsentrasi serum meningkat), namun dpt menghambat efek samping poliurea akibat penggunaan litium. dosis & kadar serum plasma litium dimonitor. HCTZ – Antidiabetes Oral Efek antidiabetes diperlemah akibat dikuranginya metabolisme glukosa (sekresi insulin ditekan) HCTZ – NSAID NSAID menurunkan efek diuretik, natriuretik, melalui penghambatan biosintesis prostaglandin di ginjal. INTERAKSI LOOP DIURETIK (DIURETIK KUAT) Loop diuretik menghambat reabsorpsi Na, Cl di bagian epitel tebal ascending ansa henle. Furosemid – Vasodilator (terutama ACE inhibitor: enalapril, kaptopril) Furosemid menurunkan volume sikrulasi darah akibat peningkatan diuresis. Perlu pemantauan keseimbangan elektrolit Furosemid – Teofilin Meningkatkan kadar plasma darah teofilin perlu menurunkan dosis teofilin Furosemid – Digitalis meningkatan tosisitas digitalis (resiko gangguan ritme jantung) sebagai akibat penurunanan kadar kalium dalam darah. Furosemid – Prednison Menurunkan Furosemid kadar Kalsium – Warfarin, klofibrat Furosemid mengganggu ikatan antara protein plasma dengan warfarin dan klofibrat meningkatkan kadar plasma warfarin, Klofibrat – Litium Klirens litium diturunkan peniongkatan kadar serum litium Furosemid Furosemid – Antibiotik Meningkatkan resiko toksisitas renal dari sefalosporin, aminoglikosid (amikasin, gentamisin) INTERAKSI OBAT BETA-BLOCKER Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. Beta Blocker Beta blocker/antagonis beta adrenergik adalah obat-obat yg memiliki afinitas untuk berikatan dengan reseptor beta adrenergik, yang mampu mengantagonis ikatan reseptor dgn Norepinefrin/Epinefrin dalam darah atau jaringan. Klasifikasi Beta Blocker Beta-blocker diklasifikasi berdasarkan keselektifannya terhadap reseptor beta. Penggunaan Beta Blocker Beta blocker digunakan secara luas untuk pengobatan berbagai jenis gangguan kardiovaskuler: angina pektoris (stabil/tdk stabil), hipertensi, infark miokardium akut, GJK, disfungsi sistolik atau diastolik, serta terapi dan pencegahan aritmia. Interaksi Utama Beta Blocker Penurunan Absorpsi pronanolol dengan antasid, kolestiramin, kolestipol. Absorpsi pronanolol me- ↓ Hindari interaksi ini, propanolol diberikan 1 jam sebelum obat tersebut Metabolisme Simetidin dapat menghambat sitokrom P450 me-↓ first-pass effect dan eliminasi sistemik. Konsentrasi plasma propanolol meningkat. Sehingga diperlukan pengaturan dosis propanolol pada penggunaan kombinasi ini Interaksi betablocker dengan obat lain yg juga menghambat sitokrom P450: kuinidin, propafenon, klorpromazin, flekainamid, fluexetin (metabolit norfluexetin), antidepresan trisiklik. Reference: Johann Auer, Cardiovascular Drugs, in A. Mozayani & L.P. Raymon (Editor), Handbook of Drug Interaction: A Clinical and Forensic Guide,Humana Press Inc, Totowa Nj.