civil law dan common law system: pengaruh sistem

advertisement
PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
UNTUK PENYUSUNAN RANCANGAN PERAT. PER-UU-AN
Materi Ajar Mata Kuliah
Perancangan Peraturan Negara
Sony Maulana S.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
smarticle/fhui-ppn/2011
FUNGSI LAPORAN PENELITIAN
Tidak ada seorangpun yang dapat memastikan
apakah suatu rancangan perat. per-uu-an yang
sedang disusunnya akan mampu menyelesaikan
masalah sosial yang dicoba untuk ditangani.
Oleh karena itu, siapapun yang menyusun suatu
rancangan perat. per-uu-an perlu mendampingi
rancangannya dengan suatu laporan penelitian.
smarticle/fhui-ppn/2011
Beberapa alasan mengapa penyusun rancangan
perlu menyertakan suatu laporan penelitian
mengenai isi rancangan perat. per-uu-an yang
sedang disusunnya:
 menunjukkan bahwa terdapat suatu masalah
sosial yang perlu untuk ditangani, dan
rancangan perat. per-uu-an yang diusulkan
kemungkinan akan mampu menanganinya;
 menginformasikan bahwa rancangan yang
disusun lahir dari proses pengambilan keputusan
yang berdasarkan fakta dan logika; dan
 mendapatkan keberpihakan dan dukungan atas
rancangan perat. per-uu-an yang diusulkan
tersebut.
smarticle/fhui-ppn/2011
KERANGKA KONSEPSIONAL
Supremasi Hukum
Hukum dibentuk oleh pemerintah lewat perat.
per-uu-an yang mengarahkan pada bagaimana
seseorang harus berperilaku. Dengan demikian,
hidup berdasarkan supremasi hukum merupakan
kontrak sosial antara masyarakat dan pemerintah.
smarticle/fhui-ppn/2011
Kerangka konsepsi ini, yaitu supremasi hukum,
merupakan landasan pemikiran bagi pilihan untuk
menggunakan hukum sebagai alat untuk
mengatasi masalah sosial yang akan diselesaikan.
Melalui pembentukan perat. per-uu-an, hukum
diharapkan bisa mendorong timbulnya perubahan
yang diinginkan atas perilaku masyarakat sehingga
memungkinkan penyelesaian atas suatu masalah
sosial pada satu bidang kehidupan.
smarticle/fhui-ppn/2011
Keterbatasan Pengaturan oleh Hukum
Namun, dalam mematuhi ketentuan suatu perat.
per-uu-an, pihak yang dituju ternyata tidak hanya
memperhitungkan batasan2 yang bersifat formil,
tapi juga segala batasan dan kemungkinan nonhukum dalam lingkungan sosialnya.
Model dari sistem hukum menunjukkan, bahwa
seseorang dihadapkan pada suatu perat. per-uu-an
akan memberikan tanggapan atas: (1). kata2 dari
peraturan tersebut; (2). perilaku dari lembaga
pelaksana; dan (3). lingkungan sosial tertentu dari
orang tersebut.
smarticle/fhui-ppn/2011
Segala batasan dan kemungkinan non-hukum
tersebut menjadi semacam ‘arena pilihan’ bagi
seseorang dalam memberikan tanggapan atas suatu
perat. per-uu-an.
Kerangka konsepsi tentang (kesadaran) mengenai
keterbatasan pengaturan oleh hukum ini berguna
sebagai alat analisa untuk menjelaskan perilaku
bermasalah dari para pihak yang dituju oleh perat.
per-uu-an yang tidak efektif.
smarticle/fhui-ppn/2011
METODOLOGI PENELITIAN
Siapapun yang menyusun suatu rancangan perat.
per-uu-an hanya bisa melegitimasikan rancangannya dengan mempergunakan metode yang
menggunakan landasan pemikiran berdasarkan
pengalaman dari implementasi beberapa perat. peruu-an yang telah mengatur masalah yang sama
atau terkait.
Metode ini dikenal dengan nama problem solving
methodology (metode pemecahan masalah).
smarticle/fhui-ppn/2011
Metodologi ini terdiri dari 3 (tiga) langkah, yaitu:
 memahami
masalah sosial yang akan
diselesaikan melalui penyusunan rancangan
perat. per-uu-an;
 menganalisa
penyebab
dari
perilaku2
bermasalah; dan
 mengusulkan solusi pengaturan.
smarticle/fhui-ppn/2011
LANGKAH 1:
MEMAHAMI MASALAH SOSIAL YANG DITUJU
Masalah sosial sudah menjadi istilah yang oleh
masyarakat sering dipakai secara sembarang. Dalam
metodologi ini, masalah sosial bukan apa saja asal
yang bermasalah. Masalah sosial harus dilihat
sebagai:
suatu rangkaian perilaku berulang (a set of
repetitive behaviour) dari banyak orang yang
menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
sebagian besar masyarakat dan kondisi fisik.
smarticle/fhui-ppn/2011
Untuk kemudahan dalam memahami keberadaan
suatu masalah sosial, penyusun rancangan perlu
mencari fakta atau kasus yang bisa menjadi dasar
penjelasan mengenai gejala2 dari masalah sosial
tersebut.
Artinya, suatu masalah sosial akan mudah dikenali
dari gejalanya. Gejala adalah wujud nyata masalah
sosial. Dampaknya dapat dirasakan. Gejala berisikan
hal2 yang nyata bukan konseptual atau abstrak.
Fakta atau kasus2 bisa dicari sebagai berita di media
massa, hasil laporan penelitian atau laporan kerja
instansi pemerintah.
smarticle/fhui-ppn/2011
Konflik Pertambangan Di Taman Nasional
Pencurian
Pembakaran
Pembunuhan
Pemalakan
Melawan Aparat
Konflik Antar
Kampung
PEREBUTAN LAHAN
smarticle/fhui-ppn/2011
Oleh karena masalah sosial hanya lahir dari
perilaku, maka penyusun rancangan perlu juga
mengidentifikasi siapa pelaku dan apa perilakunya
(whose and what behaviour) yang turut
menimbulkan masalah sosial tersebut.
Perilaku yang demikian dalam metodologi ini
dinamakan sebagai perilaku bermasalah.
smarticle/fhui-ppn/2011
Gejala Sosial
Gejala Sosial
Gejala Sosial
Masalah Sosial
Set of repititive behaviors
smarticle/fhui-ppn/2011
Aplikasi Langkah 1
Dalam Penulisan Laporan Penelitian
Langkah pertama metodologi ini diuraikan dalam
Bab I dan II dari Laporan Penelitian.
Bab I mengulas ketidakmampuan sistem terdahulu
dalam mengubah perilaku2 bermasalah sehingga
tidak menghasilkan perubahan yang diperlukan
pada suatu kelembagaan; dan
Bab II menggambarkan gejala2 dari masalah sosial
yang bersangkutan dan mengidentifikasi para
pelaku dan masing2 perilaku bermasalah mereka.
smarticle/fhui-ppn/2011
Pada langkah pertama ini, penelitian dilaksanakan
secara kepustakaan. Dengan demikian, hasil dari
kajian menjadi bahan bagi penulisan Bab I dan II
laporan penelitian.
smarticle/fhui-ppn/2011
LANGKAH 2:
MENGANALISA PENYEBAB PERILAKU
Pada langkah kedua ini, penyusun rancangan akan
menganalisis berbagai penyebab dari perilaku
bermasalah yang telah dikenali dalam langkah I.
Mengapa perlu menemukan penyebab? suatu
masalah sosial tidak akan bisa diselesaikan selama
penyebab dari masalah tersebut tidak dihilangkan.
Mengingat suatu masalah sosial dilahirkan dari
perilaku bermasalah, maka penyusun rancangan
perlu mencari tahu penyebab terjadinya perilaku
bermasalah.
smarticle/fhui-ppn/2011
Terdapat banyak faktor penyebab perilaku. Oleh
karena itu, penyusun rancangan dituntut untuk
merumuskan
beberapa
hipotesa
mengenai
penyebab suatu perilaku berdasakan beberapa
faktor tersebut.
Untuk dapat merumuskan berbagai hipotesa yang
menjadi penyebab perilaku bermasalah, teori peruu-an mengintrodusir serangkaian kategori untuk
membantu penyusun rancangan merumuskan
hipotesa analisa atas penyebab perilaku pelaku
peran berdasarkan perat. per-uu-an yang ada.
smarticle/fhui-ppn/2011
Rangkaian kategori tersebut meliputi:
 Peraturan (rule);
 Kesempatan (oportunity);
 Kemampuan (capacity);
 Komunikasi (communication);
 Kepentingan (interest);
 Prosedur (procedure); dan
 Ideologi (ideology).
atau jika dalam bahasa Inggris disingkat menjadi
ROCCIPI.
smarticle/fhui-ppn/2011
Aplikasi Langkah 2
Dalam Penulisan Laporan Penelitian
Langkah kedua metodologi pemecahan masalah
dipaparkan dalam Bab III dari laporan penelitian.
Bab ini memerinci faktor2 yang mempengaruhi
perilaku bermasalah yang telah diidentifikasi dalam
Bab II.
Pada langkah kedua ini, penelitian dilaksanakan
secara empirik dengan mengumpulkan dan
menganalisa fakta konkrit di masyarakat.
smarticle/fhui-ppn/2011
LANGKAH 3:
MENGUSULKAN SOLUSI PENGATURAN
Pada langkah ketiga ini, penyusun rancangan harus
mampu mengusulkan dan mengkaji solusi dalam
bentuk rangkaian pengaturan yang mungkin dapat
mengubah atau menghilangkan penyebab perilaku
bermasalah dan mendorong ke arah perilaku baru
yang diinginkan.
smarticle/fhui-ppn/2011
Solusi dalam laporan penelitian harus menunjukkan bahwa ketentuan2 rancangan perat. per-uu-an
yang diusulkan mungkin :
 mengubah atau menghilangkan sebab2 dari
perilaku bermasalah;
 mendorong timbulnya perubahan yang
diinginkan atas perilaku dari pelaku peran; dan
 mengusulkan kriteria dan prosedur untuk
memastikan agar aparat pelaksana melaksanakan ketentuan2 rancangan perat. per-uu-an
secara efektif.
smarticle/fhui-ppn/2011
Beberapa sumber gagasan mengenai alternatif
solusi potensial:
 perat. per-uu-an dan pengalaman negara lain;
 bacaan2 ilmiah mengenai subtansi permasalahan;
 ide orisinal penyusun rancangan.
smarticle/fhui-ppn/2011
Usulan solusi meliputi :
 ketentuan2 bagi pelaku peran;
 ketentuan2 bagi lembaga pelaksana;
 ketentuan2 pendorong kepatuhan yang bisa
diterapkan oleh lembaga pelaksana;
 ketentuan2 bagi penyelesaian sengketa;
 ketentuan2 untuk membiayai rangkaian
ketentuan dari solusi tersebut; dan
 ketentuan2 teknis untuk menciptakan
konsistensi dan korelasi dengan sistem
Hukum dan perat. per-uu-an yang ada;
smarticle/fhui-ppn/2011
Aplikasi Langkah 3
Dalam Penulisan Laporan Penelitian
Langkah ketiga metodologi pemecahan masalah
dipaparkan dalam Bab IV dari laporan penelitian.
Bab ini memaparkan beberapa alternatif solusi dan
memilih salah satu darinya yang paling potensial.
Pada langkah ketiga ini, penelitian dilaksanakan
baik secara kepustakaan maupun empirik.
smarticle/fhui-ppn/2011
terima kasih
semoga bermanfaat!
© SONY MAULANA S.
Bidang Studi Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Gedung D Lantai 2 Ruang 215
Kampus UI-Depok 16424
Tel: 021-788 49133
Fax: 021-788 49140
Mobile : 08 151 88 9788
E-mail : [email protected]
.
smarticle/fhui-ppn/2011
Download