Teori agensi

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara pihak agen
(manajemen) dengan principal (pemegang saham). Principal merupakan pihak
yang memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama
principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) teori keagenan merupakan hubungan manajer dan pemilik yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini pihak principal sebagai pemilik akan memberikan informasi kepada
pihak agen sebagai manajer untuk melakukan pengolahan informasi. Hasil
pengolahan informasi dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pihak
principal.
Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana principal
memiliki keyakinan bahwa agen tidak selalu melakukan yang terbaik untuk
kepentingan principal. Teori keagenan berpendapat bahwa entitas merupakan urat
nadi dari hubungan-hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku
organisasi dengan menguji bagaimana pihak-pihak yang terkait dengan hubungan
keagenan tersebut memaksimumkan utilitas melalui sebuah kerjasama (Astika,
2010:64). Inti dari teori keagenan adalah pendesainan sebuah kontrak yang sesuai
untuk menyelaraskan kepentingan agen dan principal dalam hal terjadi konflik
kepentingan.
11
Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan diatasi dengan biaya
keagenan yang ditanggung baik agen maupun principal. Tingkat biaya agensi
tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Monitoring cost
Monitoring cost yaitu biaya yang harus dikeluarkan pemilik perusahaan atau
pemegang saham dalam upaya untuk mengawasi prilaku manajemen.
2) Bonding cost
Bonding cost adalah biaya yang ditanggung untuk menempatkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa manajemen akan bertindak untuk
kepentingan pemegang saham.
3) Residual cost
Residual cost adalah nilai kerugian yang dialami oleh pemilik perusahaan atau
pemegang saham akibat dari keputusan manajemen yang menyimpang dari
keputusan yang telah ditetapkan.
Menurut Eisenhardt (1989) menyebutkan ada tiga asumsi sifat manusia terkait
keagenan yaitu, yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri,
yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi pada masa
yang akan datang, dan yang terakhir manusia selalu menghindari resiko. Informasi
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan
akan audit laporan keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ketepatan waktu menunjukan
rentang waktu antara informasi yang ingin disajikan dengan pelaporan, apabila
12
informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu mengakibatkan nilai dari
informasi menjadi berkurang. Berkurangnya nilai informasi yang disampaikan
kepada prinsipal menimbulkan asimetris informasi (Dewi, 2014).
Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam hal
ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan secara detail
dibandingkan pihak prinsipal yang hanya mengetahui informasi perusahaan secara
eksternal melalui hasil kinerja yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, hal ini
memerlukan ketepatan waktu mengurangi adanya asimetris infomasi antara pihak
agen atau manajemen dengan pihak principal atau pemegang saham, sehingga
laporan keuangan dapat disampaikan secara transparan kepada principal. Principal
dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen
adalah auditor. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk mengaudit
laporan keuangan mereka. Perusahaan berharap agar auditor menyelesaikan laporan
keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan keuangan menjadi
berkualitas.
2.1.2
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari siklus akhir akuntansi sekaligus
bagian dari pelaporan keuangan (Sunaningsih, 2014). Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan suatu keputusan (Harahap, 2010:70). Selain itu
laporan keuangan juga merupakan alat pertanggungjawaban pengelola perusahaan
13
oleh manajemen atas sumberdaya yang telah dipercayakan kepadanya. Laporan
keuangan harus memiliki informasi yang lengkap dan jelas serta dapat
menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil
operasi perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan perubahan
posisi keuangan (neraca), laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2009) adalah untuk menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam membuat
keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi karakteristik
kualitatif laporan keuangan sebagai berikut.
1) Dapat dipahami
Kualitas informasi dalam laporan keuangan terlihat dari kemudahan untuk
dipahami oleh para pengguna yang diasumsikan memiliki pengetahuan
memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan ketika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna. Informasi yang relevan harus
dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi laba
sekarang maupun laba masa datang (predictive value), serta memperbaiki
harapan yang dibuat sebelumnya (feedback value). Informasi juga harus
14
tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan
kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil (timeliness).
3) Keandalan
Informasi dikatakan andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan salah saji yang material, serta dapat diandalkan pengguna
sebagai penyajian yang jujur dan wajar (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan pada laporan keuangan
perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pengguna.
Selain itu pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan pada setiap periode untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasinya, pengguna
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
susunan laporan keuangan, perubahan kebijakan, serta pengaruhnya. Ketaatan
pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik daya
banding.
Terkait penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
yang baik dan berkualitas adalah laporan yang memiliki informasi ynag dapat
dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Salah satu
kendala dari informasi yang relevan dan dapat diandalkan adalah tepat waktu
(Harahap, 2011:134). Ketepatan waktu adalah atribut kualitatif informasi keuangan
15
yang memerlukan informasi tersedia untuk pengguna laporan keuangan secepat
mungkin (Banimahd et al,2012), jika terdapat penundaan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansi dan reliabilitasnya.
2.1.3
Audit Report Lag
Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari
informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan
keuangan menurut IAI (2009) adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan keuangan
harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Baridwan (2000) menyatakan bahwa tepat waktu diartikan sebagai
informasi yang harus sampai sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
keputusan-keputusan tersebut.
Menurut Dyer dan McHugh (1975) , audit report lag adalah interval terbuka
pada jumlah hari dari akhir tahun sampai tercatat sebagai tanggal signature opini
dalam laporan keuangan. Menurut Anastasia (2007) audit report lag adalah jangka
waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun buku perusahaan berakhir sampai
dengan tanggal laporan audit. Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan
dengan laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu
16
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Semakin panjang suatu audit report
lag, maka akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan.
Terdapat 3 komponen audit report lag menurut Knechel dan Payne (2001)
yaitu :
1) Sceduling lag merupakan selisih waktu antara akhir tahun fiskal perusahaan
atau tanggal neraca dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.
2) Fieldwork lag merupakan selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
dan saat penyelesaiannya.
3) Reporting lag merupakan selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan
lapangan dengan tanggal laporan auditor.
Audit report lag termasuk dalam karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi
dalam laporan keuangan yaitu sifat relevan. Laporan keuangan dianggap tidak
relevan saat laporan keuangan tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil, yaitu memiliki ketepatan waktu (Kieso, 2010:57). Audit
report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti
perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada
publik yang menunjukan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit.
Menurut Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu
penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak
tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal yang
tertera pada laporan auditor independen. Ketentuan waktu penyampaian laporan
keuangan tahunan telah diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang
17
menjelaskan tentang penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan
keuangan tahunan yang harus disertai pendapat auditor independennya, harus
disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.
Dyer dan McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan
keuangan antara lain:
1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
2.1.4
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit
report lag. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Besar kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan,
market velue, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun,dkk. 2012). Semakin
besar aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar market velue
maka semakin dikenal masyarakat luas.
Perusahaan yang lebih dikenal oleh publik memiliki tuntutan dalam hal
transparansi yang semakin luas pula. Untuk itu kebutuhan akan penyampaian
18
laporan keuangan juga semakin dibutuhkan. Menurut Lianto dan Kusuma (2010)
perusahaan berskala besar cenderung melaporkan laporan keuangan lebih cepat
dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih diawasi oleh pemerintah,
investor, Bapepam, maka dari itu perusahaan besar lebih cepat melaporkan karena
adanya tekanan dari eksternal. Selain itu Fadio et al (2015) menyatakan bahwa
perusahaan yang lebih besar dianggap menyelesaikan audit mereka lebih awal
dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mereka memiliki pengendalian yang
kuat.
Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan bahwa
perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) lebih dari
seratus miliar rupiah. Menurut Machfoedz (1994) dalam Yulia (2013) ukuran
perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Perusahaan besar
Total aset yang besar dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki ukuran yang besar pula. Perusahaan yang dikategorikan besar
biasanya merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan
memiliki aset sekurang-kurangnya 200 miliar.
2) Perusahaan menengah
Perusahaan yang digolongkan dalam kategori ini jika memili aset diantara 2
miliar sampai 200 miliar dan biasanya listing di pasar modal.
19
3) Perusahaan kecil
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari 2
miliar dan biasanya belum terdaftar di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan. Total aset yang dimaksud adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan
yang tercantum pada laporan keuangan pada akhir periode yang telah diaudit
(Widosari, 2012). Menurut Modugu et al. (2012) total aset mencerminkan seberapa
besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari
perusahaan. Total aset dipilih karena penilaian ukuran perusahaan dengan total aset
lebih stabil dibandingkan dengan market value dan total penjualan.
2.1.5
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek (Harahap, 2007:301). Weston dan Brigham (1993) mendefinisikan
likuiditas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Likuiditas merupakan kemampuan
untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas.
Menurut Listiana dan Susilo (2012), perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi memiliki resiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya
gagal bayar atas hutang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Tingginya tingkat
likuiditas perusahaan menggambarkan kinerja perusahaan sangat baik sehingga
perusahaan dapat dengan cepat dalam menyampikan laporan keuangan perusahaan.
20
Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu
aset yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, persediaan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar utang jangka pendek disebut sebagai
perusahaan yang likuid. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan baik, sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik
(Nasution, 2009). Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi
menunjukkan kabar baik (good news) bagi perusahaan, hal ini nantinya akan
mempengaruhi perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangannya dengan
tepat waktu karena akan membuat reaksi pasar menjadi positif terhadap perusahaan.
Likuiditas dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio lancar perusahaan
(current ratio) (Harahap, 2007: 301). Rasio ini mengukur sampai seberapa jauh aset
lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek
perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka dapat dikatan bahwa perusahaan
dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu. Menurut Harahap
(2007:301), likuiditas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑
× 100%
πΆπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘‘ πΏπ‘–π‘Žπ‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘–π‘’π‘ 
Current asset yang digunakan dalam menghitung rasio lancar perusahaan yang
seluruh asset lancar yang dimiliki perusahaan terdiri dari kas dan setara kas, piutang
usaha, persediaan dan beban dibayar dimuka (Wild et al, 2005).
21
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian Hilmi dan Ali (2008), melakukan penelitian tentang pengaruh antara
profitabilitas, laverage, likuiditas, ukuran perusahaan, kepemilikan publik, reputasi
KAP dan opini auditor terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 879 perusahaan di BEI
manufaktur tahun 2004 sampai 2006. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel
laverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini auditor tidak mempengaruhi
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan variabel profitabilitas,
likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi KAP mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
pada sampel dan periode pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel
pemoderasi.
Abdul dan Fadlizawati (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh firm
size, laverage, profitability, auditor’s comment pada audit report lag. Hasil dari
penelitian ini yaitu variabel firm size, laverage, profitability berpengaruh negatif
terhadap audit report lag, sedangkan variabel auditor’s comment berpengaruh
positif terhadap audit report lag. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
pada variabel yang digunakan, sampel dan tahun pengamatan.
Ariyani (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, ukuran
perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, reputasi KAP terhadap audit report
lag. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 162 perusahaan
manufaktur di BEI tahun 2010 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel
profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag,
22
sedangkan variabel kompleksitas operasi perusahaan dan reputasi KAP
berpengaruh terhadap audit report lag. Perbedaan dengan penelitian sekarang
terletak pada variabel yang digunakan, sampel dan tahun pengamatan.
Mahendra (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh komisaris
independen, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, dan ukuran
perusahaan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 perusahaan perbankan di BEI tahun
2009 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan tahunan,
sedangkan komisaris independen, kepemilikan institusional, profitabilitas,
likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan
keuangan tahunan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan
periode pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Saleh (2004), melakukan penelitian tentang pengaruh rasio gearing,
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan
ownership terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 155 perusahaan manufaktur di BEI tahun
2000 sampai 2002. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel rasio gearing,
profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, item-item luar biasa dan
ownership tidak berpengaruh terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan
keuangan, sedangkan item-item luar biasa berpengaruh terhadap ketepatanwaktu
penyampaian laporan keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak
pada variabel yang digunakan, sampel dan tahun pengamatan.
23
Sulistyo (2010), melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas,
likuiditas, laverage, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan,
kepemilikan publik, reputasi KAP dan opini auditor terhadap ketepatanwaktu
publikasi laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006 sampai 2008. Hasil dari penelitian ini
yaitu variabel likuiditas, laverage dan opini auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketepatanwaktu publikasi laporan keuangan, sedangkan profitabilitas,
ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, reputasi
KAP berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatanwaktu penyampaian laporan
keuangan. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan periode
pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Ratna dan Ghozali (2013), melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran
perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP, rapat komite terhadap audit report lag.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 252 perusahaan yang terdaftar
di BEI tahun 2010 sampai 2012. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel ukuran
perusahaan, ukuran KAP, rapat komite berpengaruh negatif terhadap audit report
lag, sedangkan solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report lag.
Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada variabel yang digunakan,
sampel dan tahun pengamatan.
Fadoli (2014), melakukan penelitian tentang pengaruh
solvabilitas,
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, jenis perusahaan dan
opini audit terhadap audit report lag. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 186 perusahaan perbankan di BEI tahun 2008 sampai 2013. Hasil dari
24
penelitian ini yaitu variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, jenis perusahaan dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit
report lag, sedangkan solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.
Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada sampel dan periode
pengamatan, serta likuiditas digunakan sebagai variabel pemoderasi. Ringkasan
penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian terdahulu
No
1
2
Peneliti (Tahun)
Hilmi dan Ali
(2008)
Abdul dan
Fadlizawati
(2014)
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen:
profitabilitas, laverage,
likuiditas, ukuran
perusahaan, kepemilikan
publik, reputasi KAP dan
opini auditor.
Variabel profitabilitas,
likuiditas, kepemilikan
publik dan reputasi KAP
mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian
laporan keuangan.
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan
Keuangan.
Variabel laverage
keuangan, ukuran
perusahaan dan opini
auditor tidak
mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian
laporan keuangan.
Variabel Independen:
Firm Size, Laverage,
Profitability, Auditor’s
Comment
Variabel firm size,
laverage, profitability
berpengaruh negatif
terhadap audit report lag.
Variabel auditor’s
comment berpengaruh
positif terhadap audit
report lag.
Variabel Dependen:
Audit Report Lag
25
3
Ariyani (2014)
Variabel Independen:
profitabilitas, ukuran
perusahaan, kompleksitas
operasi perusahaan,
reputasi KAP.
Variabel Dependen:
Audit Report Lag.
4
5
Mahendra (2014)
Saleh (2004)
Variabel profitabilitas
dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap audit report lag.
Variabel kompleksitas
operasi perusahaan dan
reputasi KAP
berpengaruh terhadap
audit report lag.
Variabel Independen:
komisaris independen,
kepemilikan
institusional,
profitabilitas, likuiditas,
dan ukuran perusahaan.
Variabel ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
ketepatanwaktu publikasi
laporan keuangan
tahunan.
Variabel Dependen:
ketepatanwaktu publikasi
laporan keuangan
tahunan.
Variabel komisaris
independen, kepemilikan
institusional,
profitabilitas, likuiditas
berpengaruh signifikan
terhadap ketepatanwaktu
publikasi laporan
keuangan tahunan.
Variabel Independen:
rasio gearing,
profitabilitas, ukuran
perusahaan, umur
perusahaan, item-item
luar biasa dan ownership.
Variabel rasio gearing,
profitabilitas, ukuran
perusahaan, umur
perusahaan, item-item
luar biasa dan ownership
tidak berpengaruh
terhadap ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan.
Variabel Dependen:
ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan.
26
Variabel item-item luar
biasa berpengaruh
terhadap ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan.
6
Sulistyo (2010)
Variabel Independen:
profitabilitas, likuiditas,
laverage, ukuran
perusahaan, kompleksitas
operasi perusahaan,
kepemilikan publik,
reputasi KAP dan opini
auditor.
Variabel Dependen:
ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan.
7
Ratna dan
Ghozali (2013)
Variabel Independen:
ukuran perusahaan,
solvabilitas, ukuran
KAP, rapat komite.
Variabel Dependen:
Audit Report Lag.
8
Fadoli (2014)
Variabel likuiditas,
laverage dan opini
auditor tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ketepatanwaktu
publikasi laporan
keuangan.
Variabel profitabilitas,
ukuran perusahaan,
kompleksitas operasi
perusahaan, kepemilikan
publik, reputasi KAP
berpengaruh secara
signifikan terhadap
ketepatanwaktu
penyampaian laporan
keuangan.
Variabel ukuran
perusahaan, ukuran KAP,
rapat komite berpengaruh
negatif terhadap audit
report lag.
Variabel solvabilitas
berpengaruh positif
terhadap audit report lag.
Variabel Independen:
solvabilitas,
profitabilitas, likuiditas,
ukuran perusahaan, umur
perusahaan, jenis
perusahaan dan opini
audit.
Variabel profitabilitas,
likuiditas, ukuran
perusahaan, umur
perusahaan, jenis
perusahaan dan opini
audit tidak berpengaruh
terhadap audit report lag.
Variabel Dependen:
Audit Report Lag.
Variabel solvabilitas
berpengaruh terhadap
audit report lag.
Sumber : Data Diolah, 2016
27
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1
Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Report Lag
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004),
membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report
lag. Auditor yang melaksanakan audit pada perusahaan dengan ukuran besar
cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan proses auditnya. Hal tersebut
dikarenakan adanya internal control yang baik dan mendorong auditornya
menyelesaikan proses audit secara tepat waktu.
Menurut penelitian Dyer dan McHugh (1975), Almosa dan Alabbas (2007),
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk
mengurangi audit report lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara
ketat oleh investor, serikat buruh, dan regulator, ini berakibat pada audit report lag
perusahaan besar akan cenderung lebih pendek selain itu perusahaan besar
cenderung lebih mampu dalam membayar audit fees lebih tinggi kepada auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Ponte et al (2005), Al Ajmi (2008), Nasution (2013),
dan Lestari (2014) juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahan berpengaruh
negatif terhadap audit report lag perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka
hipotesis yang didapat adalah :
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada audit report lag
28
2.3.2 Kemampuan Likuiditas Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan
pada Audit Report Lag
Likuiditas dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel pemoderasi.
Likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset
yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,
persediaan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tingginya tingkat likuiditas
perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik
sehingga pihak manajemen diduga cenderung lebih cepat dalam menyampaikan
laporan keuangan perusahaan.
Mahendara dan Putra (2014), Nasution (2013), menyatakan bahwa likuiditas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag perusahaan.
Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi mampu mempercepat proses audit laporan keuangan perusahaan. Hal ini
merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi ini
cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya jika
perusahaan tersebut kecil dan memiliki tingkat likuiditas yang rendah maka proses
audit laporan keuangannya akan terhambat dan menghambat pula proses
penyampaian laporan keuangannya. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang
didapat adalah :
H2: Likuiditas memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
29
Download