9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividenadalah kebijakan mengenai apakah labayang diperoleh
perusahaan pada akhirtahun akan dibagi kepada pemegangsaham dalam bentuk
dividen atau akanditahan untuk menambah modal gunapembayaran investasi
(Martono dan Harjito, 2005 : 253).Brealey, et.al,(2008 : 43),mengungkapkan
bahwa
kebijakan
dividenmenjelaskan
bagaimana
perusahaanmenetapkan
kebijakan pembayaranmereka.
2.1.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen
Menurut Hendy (2008 : 195) dividendapat dibedakan menjadi beberapa
jenis,yaitu:
1.
Dividen tunai (cash dividend)
Merupakan dividenyang dibagi kepada pemegang sahamdalam bentuk kas
(tunai).
2.
Dividen saham (stock dividend)
Merupakan dividen yang dibagi bukan dalambentuk tunai melainkan dalam
bentuksaham perusahaan tersebut
3.
Property dividend
Merupakan dividen yangdibagikan dalam bentuk aktiva lainselain kas atau
saham, misalnya aktivatetap dan surat-surat berharga.
9
4.
Liquidating dividend
Merupakandividen yangdiberikan kepada pemegang sahamsebagai akibat
dilikuidasinyaperusahaan.
2.1.3
Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam
menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan sehingga dapat dijadikan
pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu.
Ada 3 (tiga) teori tentang kebijakan dividen (Brigham dan Houston, 2001: 66):
1. Dividend Irrelevance Theory (Dividen Tidak Relevan)
Beberapa
kalangan
berpendapat
bahwa
kebijakan
dividen
tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya
modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan
dividen adalah Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu
perusahaan tergantung semata - mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh
aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara deviden
dan laba ditahan. Kebijakan dividen tidak relevan karena setiap pemegang saham
dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Jika para investor dapat membeli
dan menjual saham sehingga menciptakan kebijakan devidennya sendiri tanpa
mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan benar – benar tidak relevan.
2. Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1963) dan John Lintner
(1962) dalam (Brigham dan Houston, 2001: 67) yang berpendapat bahwa ekuitas
10
atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan
karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal
(capital gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya
para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat bahwa
sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari
dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM dalam
hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada
kebijakan dividen yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen
dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai
kekeliruan bird-in-the-hand, karena menurut pandangan MM, kebanyakan
investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam
saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak
kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang
hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan
pembagian dividen.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang
tinggi, yaitu:
1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan
dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham)
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke
dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
11
kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada
efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali
tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang karena adanya keuntungankeuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan
sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau
membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah
daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan
kebijakan dividen menurut Van Horne dan Wachowicsl(2002:311) antara lain:
1.
Posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang
dibayarkan.
2.
Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka
sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
3.
Rencana perluasan usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat
dibayarkan untuk dividen.
4.
Pengawasan terhadap perusahaan
12
Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber
intern antara lainlaba. Dengan pertimbanganapabila dibiayai dengan
penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok
pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas
berkurang.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sundjaja dan
Barlian,2002: 339):
1.
Peraturan hukum
a.
Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat
dibayar dari laba-laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
b.
Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para
kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasaldari modal.
c.
Peraturan mengenai tidak mampu membayar. Peruahaan boleh tidak
membayar dividen jika tidak mampu (bankrut) atau jumlah utang lebih
banyak daripada jumlah harta.
2.
Posisi likuiditas
Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan
untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah
diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barangbarang lainnya. Bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu,
suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak
membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang
sedang tumbuh biasanya kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu
13
mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam
bentuk uang tunai.
3.
Membayar pinjaman
Bila perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau
untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat
jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi
pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi,
maka biasanya harus ada laba ditahan.
4.
Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman apalagi menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali
membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
5.
Pengembangan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya
untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana
yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan
dan tidak dibayarkan.
6.
Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk
dividen yang dapat digunakan pemegang saham baik ditanamkan kembali
didalam perusahaan maupun ditempat lain.
7.
Stabilitas keuntungan
Perusahaan
yang
keuntungannya
relatif
teratur
seringkali
dapat
memperkirakan bagaimana keuntunngan dikemudian hari. Maka perusahaan
14
seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunannya dalam
bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
8.
Pasar modal
Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang
teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau mudah memperoleh
macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya.
9.
Kendali perusahaan
Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka
pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas
pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan
mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang
saham. Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko
berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.
10.
Keputusan kebijakan dividen
Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada
tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan
dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika
sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar tampak cukup
permanen.
2.2. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio menurut Brigham dan Houston (2001:69) adalah
persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada
15
pemegang saham. Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara Dividend
per Share (DPS) dengan Earning per Share (EPS).Debt to equity ratio merupakan
rasio antara jumlah hutang dengan modal sendiri (Syamsuddin, 2013:54).
Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai cash dividend (laba yang dibagikan) disebut dividend payout ratio
(Riyanto, 2001:266).Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat
membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba
yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak
bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan
membagikan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividend payout
ratio merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas dibagi dengan laba
yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi tingkat DPR yang dimiliki
oleh perusahaan maka semakin besar jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham.
2.3 Struktur Kepemilikan
MenurutSugiarto
(2009:59)
strukur
kepemilikanadalah
proporsi
kepemilikan institusionaldan kepemilikan manajemen dalamkepemilikan saham
perusahaan. Masalah keagenan muncul ketikaterdapat perbedaan kepentingan
antarakedua belah pihak (pemegang saham danmanajer). Dalam sebuah
perusahaan besar,masalah keagenan ditemukan tidak hanyaantara pemegang
saham dan manajernya,namun bisa terjadi pula diantara pemegangsaham dan
kreditur (Martono dan Harjito(2005 : 11). Dengan munculnya masalahkeagenan
disebuah perusahaan, makatimbulah suatu biaya untuk mengurangiadanya
16
masalah tersebut yang disebutbiaya keagenan (Agnes, 2004 : 58).Ketika masalah
keagenan muncul,perusahaan dapat mengatasinya denganmemberikan opsi
pembelian sahamperusahaan dengan harga murah kepadapihak manajemen
puncak. Inidimaksudkan agar kinerja keuanganperusahaan tersebut tidak
melemahsehingga nilai sahamnya tidak buruk(Ross, et.al, 2005 : 17).Melalui
struktur kepemilikan diharapkanmampu mengatasi masalah keagenan yangterjadi
pada perusahaan tersebut. Setiapkonsentrasi kepemilikan yang terdapatdalam
perusahaan
akan
saling
berupayauntuk
mengurangi
biaya
keagenan
yangditimbulkan oleh manajer. Sehinggakepemilikan saham atas institusi
laindinilai mampu mengurangi adanyamasalah keagenan tersebut karena
denganadanya kepemilikan saham oleh institusilain, pengawasan terhadap
manajersemakin tinggi.
Struktur
kepemilikan
dikelompokanmenjadi
kepemilikan
manajerial(manajerial ownership atau insiderownership) dan kepemilikan
istitusional(institutional
menjadikepemilikan
ownership).Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
saham
institusi
dapat
dan
terbagi
kepemilikan
minoritas.Masing - masingbentuk kepemilikan ini akan memiliki kepentingan dan
dampak yang berbedaterhadap Dividend Payout Ratio.Kepemilikan saham
institusi dan kepemilikanmanajerial merupakan kelompok pemegang saham
mayoritas. Pemegang sahammayoritas memiliki fungsi melakukan kegiatan
monitoring terhadap perilakumanajeryang cenderung bersikap menguntungkan
diri sendiri.
17
Di lain sisi, kegiatanmanajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan
perusahaan, yang akan berakibatpulaterhadap peningkatan pembayaran dividen
perusahaan. Adanya perbedaanproporsisaham yang dimiliki oleh investor luar
dapat mempengaruhi kebijakan dividenperusahaan, karena perusahaan akan
melakukan pemerataan pembayaran dividenkepada setiap pemegang saham.
Kepemilikan publik tidak digunakan dalam penelitian ini karena kepemilikan
publik merupakan kepemilikan individu yang tidak wajib dicatat karena
kepemilikannya tidak besar atau tidak lebih dari 5%.
2.4 Profitabilitas
Menurut Sartono (2008:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini dapat memberikan gambaran
tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan, semakin tinggi profitabilitas
berarti semakin baik karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan
semakin tingginya profitabilitas. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan
Return on Asset.
Menurut Hanafi (2004:83) Return on Asset adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset
(kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya
untuk menandai asset tersebut. Semakin besar Return on Asset menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi
(return) semakin besar. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) rasio profitabilitas
sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu
18
perusahaan untuk mengetahui kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka
pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2.5 Leverage
Menurut Kasmir (2009:158) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh
kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang).Leverage
mencerminkan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang (Rodoni dan Ali, 2010:123). Semakin besarnya hutang berarti semakin
besar leverage keuangan dan semakin besar pula biaya keuangan tetap yang
ditanggung oleh perusahaan sehingga mengurangi hasil pengembalian yang
diperuntukkan bagi pemilik modal sendiri. Penurunan kinerja sering terjadi
karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam
memenuhi kewajiban tersebut.
Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur sejauhmana besarnya utang
dapat ditutupi oleh modal sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Semakin
tinggi Debt to Equity Ratiomenunjukkan komposisi total utang (jangka pendek
dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur).
19
2.6 Agency Theory
Masalah keagenan muncul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara
kedua belah pihak (pemegang saham dan manajer). Dalam sebuah perusahaan
besar, masalah keagenan ditemukan tidak hanya antara pemegang saham dan
manajernya, namun bisa terjadi pula diantara pemegang saham dan kreditur
(Martono dan Harjito (2005 : 11). Dengan munculnya masalah keagenan disebuah
perusahaan, maka timbullah suatu biaya untuk mengurangi adanya masalah
tersebut yang disebut biaya keagenan (Agnes, 2004 : 58).
Suatu perusahaan yang membayarkan dividen dalam jumlah besar akan
memberikan reputasi baik untuk perusahaan tersebut di pasar modal sehingga
mampu menarik investor untuk menginvestasikan sejumlah dananya pada
perusahaan tersebut, seperti yang dijelaskan Modigliani dan Miller dalam
Brigham dan Houston (2011 : 215). mengenai teori signaling hypothesis. Akan
tetapi, terkadang tujuan pemegang saham tidak sejalan dengan keinginan dari
manajer perusahaan yang berlaku sebagai agent di perusahaan tersebut.
Pertentangan ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah
pihak yang biasa disebut dengan masalah keagenan (Ross, et.al, 2009 : 15).
Pada umumnya sumber dari masalah keagenan adalah ketika perusahaan
memiliki lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk mendukung operasi utama
perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Cara perusahaan untuk dapat
mengurangi kelebihan arus kas adalah dengan mengalirkan sebagian dana tersebut
20
kembali ke pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian
saham kembali. Selain itu, dapat dilakukan dengan memberikan persentase
kepemilikan saham kepada pihak manajemen (Ross, et. al, 2009 : 17). Agency
Theory adalah teori yang membahas tentang adanya konflik antara manajer dan
pemegang saham yang disebabkan adanya kepentingan agen dan principal
seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik diantara
keduanya. Hal tersebut terjadi karena adanya pemisahan tugas manajemen
perusahaan dengan para pemegang saham (Keown, et. al, 2010:211).
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam
penelitian ini antara lain:
1.
Wati (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Wati berjudul “Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, danKeputusan Hutang Terhadap Kebijakan
Dividen (Studi Pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar Di BEI Periode 20092013). Penelitian ini menggunakan 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013 sebagai sampel. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji
parsial
(uji
statistik
t)
variabelstruktur
kepemilikan
manajerial
dan
ukuranperusahaan memilikipengaruh yang signifikan positif terhadap rasio
pembayaran dividen. Penelitian ini jugamenemukan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap rasiopembayaran dividen.
21
Selain itu ditemukan pula bahwa keputusan hutang memiliki pengaruhyang
signifikan negatif terhadap rasio pembayaran dividen.
2.
Rachmad dan Muid (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Rachmad dan Muid berjudul “Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik,
Leverage dan Returnon Assetterhadap Kebijakan Dividen”. Variabel independen
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Leverage dan Returnon
Asset. Penelitian ini menggunakan 33 perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Teknik analsis data yang digunakan adalah
regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian, Kepemilikan saham
manajerial dan Return on Asset (ROA)berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Dividen Payout Ratio. Kepemilikan saham institusional dan kepemilikan saham
publik tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.
Leverage memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadapDividen Payout
Ratio.
3.
Dewi (2008)
Penelitian
yang
KepemilikanManajerial,
dilakukan
Kepemilikan
oleh
Dewi
Institusional,
berjudul
Kebijakan
“Pengaruh
Hutang,
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaanterhadap Kebijakan Dividendi Bursa Efek
Jakarta”. Penelitian ini menggunakan 55 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta sebagai sampel. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
22
adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Return on Asset dan Ukuran Perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan
adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Return on Asset
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan
Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan
Dividen.
4.
Firmanda (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Firmanda, Raharjo, dan Oemar berjudul
“Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaandan Cash Position terhadap Kebijakan
Dividen”. Penelitian ini menggunakan 59 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 - 2013 sebagai sampel. Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji asumsi klasik. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Debt to Asset Ratio, Return on Asset, Ukuran
Perusahaan dan Cash Position. Berdasarkan hasil penelitian variabelkepemilikan
manajerial, profitabilitas, dan Cash Position mempunyai pengaruh yang positif
dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Kepemilikan Institusional,
Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Sedangkan Kebijakan Hutang mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
5.
Kadir (2010)
23
Penelitian yang dilakukan oleh Kadir berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go Public
di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Credit
Agencies yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment,
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel
Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Deviden Payout Ratio. Sedangkan variabel Current Ratio
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
24
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.
Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian
Variabel
Metode
Analisis
Data
Hasil Penelitian
Wati (2014)
Analisis pengaruh
Struktur
Kepemilikan,
Ukuran
Perusahaan,
dan
Keputusan Hutang
Terhadap
Kebijakan Dividen
pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Dependen:
Dividend Payout
Ratio
Regresi
Linear
Berganda
1. Kepemilikan
Manajerial
dan Firm Size berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap Dividen Payout
Ratio
2. Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap Dividend
Payout Ratio
3. Debt to Asset Ratio
berpengaruh negative dan
signifikan terhadap Dividen
Payout Ratio
1. Kepemilikan
saham
manajerial dan Return on
Asset (ROA)berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap Dividen Payout
Ratio
2. Kepemilikan
saham
institusional
dan
kepemilikan saham publik
tidak memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap
Dividen Payout Ratio.
3. Leverage
memiliki
pengaruh
negatifsecara
signifikan
terhadap
kebijakan dividen.
1. Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Kebijakan Hutang, dan
Profitabilitas
memiliki
pengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
Kebijakan Dividen.
2.
Rachmad dan
Muid (2013)
3.
Dewi (2008)
Independen:
1. Kepemilikan
Manajerial
2. Kepemilikan
Institusional
3. Firm Size
4. Debt to Asset
Ratio.
Pengaruh
Dependen:
Kepemilikan
Dividend Payout
Manajerial,
Ratio
Kepemilikan
Independen:
Institusional,
1. Kepemilikan
Kepemilikan
Saham
Publik,
SahamManaje
Leverage
dan
rial
Return
2. Kepemilikan
on Asset terhadap
SahamInstitus
Kebijakan Dividen.
ional
3. Kepemilikan
Saham Publik
4. Debt to Asset
Ratio
5. Returnon Asset
Pengaruh
Dependen:
Kepemilikan
Dividend Payout
Manajerial,
Ratio
Kepemilikan
Independen:
Institusional,
Kebijakan Hutang, 1. Kepemilikan
Profitabilitas dan
Manajerial
Ukuran
2. Kepemilikan
Perusahaanterhadap
Institusional
Kebijakan Dividen. 3. Kebijakan
Hutang
Analisis
Regresi
Berganda
Analisis
Regresi
Berganda
2. Ukuran
Perusahaan
memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap
25
4.
5.
Return
on
Asset
Ukuran
Perusahaan
Lanjutan Tabel 2.1
No Peneliti/
Judul Penelitian Variabel
Tahun
4.
5.
Firmanda,
Raharjo dan
Oemar
(2013)
Kadir (2010)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan Hutang,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaandan
Cash
Position
terhadap
Kebijakan
Dividen.
Dependen:
Dividend Payout
Ratio
Analisis Faktorfaktor
yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan
Credit
Agencies
Go Public
di
Bursa
Efek
Indonesia
Dependen:
Dividend Payout
Ratio
Independen:
1. Return
on
Investment
2. Current
Ratio
3. Debt
to
Equity Ratio
4. Asset
Turnover
Kebijakan Dividen.
Metode
Analisis
Data
Hasil Penelitian
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
1. Kepemilikan Manajerial,
Profitabilitas,
Cash
Position
mempunyai
pengaruh yang positif dan
tidak signifikan terhadap
Kebijakan Dividen
2. Kepemilikan Institusional,
Ukuran
Perusahaan
mempunyai pengaruh yang
dan
signifikan
positif
terhadap
Kebijakan
Dividen
3. Kebijakan
Hutang
mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan
terhadap
Kebijakan
Dividen
3. Return on Investment, Debt
to Equity Ratio, Asset
Turnover
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
4. Current Ratio berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap Dividend Payout
Ratio.
Independen:
1. Kepemilikan
Manajerial
2. Kepemilikan
Institusional
3. Debt to Asset
Ratio
4. Return
on
Asset
5. Cash
Position
6. Size.
Regresi
Linear
Berganda
2.8 Kerangka Konseptual
2.8.1
PengaruhKepemilikan Manajerial terhadap Dividend Payout ratio
Menurut Nizar & Shahrul (2000:685) Kepemilikan manajerial yaitu
pemegang saham, direksi atau pejabat perseroan yang memiliki proporsi yang
signifikan dalam saham perseroan. Kepemilikan manajerial berupa saham perusahan
26
akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Ketika masalah
keagenan muncul,perusahaan dapat mengatasinya denganmemberikan opsi
pembelian sahamperusahaan dengan harga murah kepadapihak manajemen
puncak. Inidimaksudkan agar kinerja keuanganperusahaan tersebut tidak
melemahsehingga nilai sahamnya tidak buruk(Ross, Westerfield, dan Jordan,
2005 : 17).Kepemilikan manajer akan saham dipandang dapat menyelaraskan
potensi perbedaan kepentingan antara para pemegang saham diluar manajemen
sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila manajer adalah
juga sebagai pemilik yaitu dengan memberikan manajer hak untuk membeli
saham perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentukan
(stock option), kemudian dengan pemberian saham kepada manajemen atas
pencapaian tujuan (performance shares) (Sartono, 2001:22). Manajer mendapatkan
kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan
kepentingan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan
mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial
yang tinggi, manajer akan cenderung membayar dividen yang rendah kepada
pemegang saham. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah,
manajer melakukan pembagian dividen yang tinggi untuk memberikan sinyal yang
bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata
investor. Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Putri dan
Nasir (2006) dan Dewi (2008) yang menyatakan apabila tingkat kepemilikan
manajerial maka perusahaan akan cenderung mengalokasikan laba pada laba
ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih
efisien dibandingkan sumber dana eksternal. Sedangkan tingkat manajerial yang
27
rendah, perusahaan membagikan dividen dengan jumlah yang besar untuk
memberikan sinyal positif tentang kinerja di masa yang akan datang sehingga
meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor.
2.8.2
PengaruhKepemilikan Institusional terhadap Dividend Payout ratio
Menurut Edilius & Sudarsono 2007:156 Kepemilikan Institusional adalah
pemegang saham yang merupakan lembaga-lembaga seperti bank, dana pension,
perusahaan asuransi, dan lain-lain. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan
saham perusahaan oleh pihakinstitusi atau lembaga lain. Semakin tinggi
kepemilikan institusional maka akanmembuat kontrol eksternal terhadap
perusahaan menjadi semakin ketat terhadap paramanajer sehingga dapat menekan
biaya agensi (agency cost) (Rachmad 2013). Jadi bisa disimpulkanbahwa
perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggimemiliki
masalah agensi yang relatif kecil sehingga diharapkan untuk membagikandividen
dalam jumlah yang lebih kecil.Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan Dewi (2008) dan Firmanda(2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.8.3
Pengaruh Leverage terhadap Dividend Payout ratio (DPR)
Leverage keuangan adalah tingkat pengamanan utang sebagai sumber
pembiayaan perusahaan Brigham (2001:84). Rasio leverage yang digunakan
dalam penelitian ini adalah DER atau debt to equity ratio. Menurut Sartono
(2001:66) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini
menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.Peningkatan utang
28
dapat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bersih yang tersedia bagi
pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban (beban
tetap) tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen (Marlina dan
Danica, 2009). Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 6)menjelaskan mengenai MM
yangberpendapat
bahwa
perusahaan
yang
tidakmemiliki
hutang
akan
membayarkansemua laba operasinya sebagai dividen kepemegang saham. Karena
rasiopembayaran dividen juga dipengaruhi oleharus kas perusahaan, sehingga
apabilasuatu perusahaan memiliki hutang, makahutang tersebut akan mengurangi
arus kasperusahaan dan mempengaruhi rasiopembayaran dividen.Apabila
perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya
untuk keperluan tersebut, yang berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan
yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto, 2001:267). Brealey, Myers dan
Marcus (2007 : 7) menjelaskan bahwa dalam masa sulit tingkat pengembalian
pemegang ekuitas berkurang melalui penggunaan hutang, tetapi jika terjadi
sebaliknya, tingkat pengembalian akan meningkat.Menurut Kadir (2010), Debt to
Equit Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian Debt
to Equity Ratio diprediksi berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
2.8.4
Pengaruh Return on Asset terhadap Dividend Payout ratio
Rasio profitabilitas menunjukkan sekelompok rasio yang menunjukkan
kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan debt to equity ratio pada
hasil operasi (Brigham & Houston, 2010:146).Menurut Husnan (2001 : 316),
perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan
29
mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan
besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar
karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Perusahaan
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang tinggi memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar.
Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi
kelangsungan perusahaan karena dapat membantu perusahaan untuk mengetahui
kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend
payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin
besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.berdasarkan teori
tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki
yang tercermin dalam Return onAsset (ROA) menunjukkan pengaruh terhadap
kebijakan dividen yang tercermin dalam Dividend Payout kebijakan dividen yang
tercermin dalam Dividend Payout Ratio (DPR).
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Dividend Payout Ratio
Debt to Equity Ratio
Return on Assets
30
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Debt
to
Equity
Ratio,danReturn
on
Asset
(ROA)berpengaruhterhadap kebijakan deviden pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
31
Download