Persepsi Anggota Komisi II DPRD Pemerintah Kota Salatiga

advertisement
2. Kerangka Teoritis
2.1. Laporan Keuangan Pemerintah
2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi
yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja. Laporan keuangan adalah bagian dari
proses pelaporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2007) tujuan
laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi
yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (PP No.71 Tahun 2010).
Sedangkan bagi organisasi pemerintahan, tujuan umum laporan keuangan (Mardiasmo,
2002:162) adalah:
a. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,
sosial dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan
pengelolaan (stewardship).
b. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan (Tanjung, 2012):
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban,dan ekuitas pemerintah untuk
kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik
keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan (Tanjung, 2012):
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan.
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
2.1.2. Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik dan Sektor Swasta
Beberapa perbedaan laporan keuangan pemerintahan dan laporan keuangan sektor swasta
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perbandingan Laporan Keuangan Pemerintah dengan Sektor Swasta
Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan Keuangan Sektor Swasta
a. Dipengaruhi oleh proses keua- a. Terikat dengan aturaorn dan
ngan dan politik
b. Pertanggungjawaban
kriteria keuangan
kepada b. Pertanggungjawaban
DPR/DPRD dan masyarakat
kepada
pemegang saham dan kreditor
luas.
c. Dikembangkan sebagai peng- c. Hanya diungkap di tingkat
embangan akuntabilitas publik
organisasi secara keseluruhan
d. Secara keseluruhan dijadikan d. Tidak dapat dijadikan analisis
dasar analisis prospek peme-
prospek masa depan
rintahan
e. Diperiksa oleh Badan Peme- e. Diperiksa oleh auditor inderiksa Keuangan (BPK).
penden.
Sumber: Likierman dan Taylor (1990) dalam Bastian (2006)
Laporan keuangan pemerintah lebih berorientasi pada jangka panjang (forward-looking)
karena terkait dengan konsep politik dan kenegaraan. Hal ini merupakan keunikan dari laporan
keuangan pemerintah karena pada sektor swasta fokus jangka panjang secara detail tidak dapat
dilakukan karena dibatasi oleh adanya ketidakpastian pasar.
Pada sektor swasta, laporan keuangan diaudit oleh auditor independen untuk memberikan
jaminan kualitas bahwa laporan keuangan yang dibuat terbebas dari salah saji yang material dan
telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Laporan keuangan
pemerintah juga perlu diaudit, namun pengauditan untuk sektor publik lebih luas, tidak sekedar
sudit keuangan dan kepatuhan saja, akan tetapi harus dilakukan juga audit value for money
dengan menunjuk BPK atau kantor akuntan publik untuk mengaudit pemerintah.
Penggunaan akuntansi akrual pada sektor swasta sudah berjalan lama, sedangkan pada
sektor publik sampai saat ini banyak yang masih menggunakan akuntansi kas. Akan tetapi,
dengan adanya reformasi publik telah mendorong dilakukannya reformasi akuntansi sektor
publik, salah satunya adalah penggantian akuntansi kas menjadi akuntansi akrual (Mardiasmo,
2002:174).
2.1.3. Komponen Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah pusat,
kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di tingkat pemerintah
pusat/daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Sesuai dengan PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Berbasis Akrual, laporan
keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Aggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD dengan menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Struktur Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos saldo anggaran lebih awal, penggunaan saldo anggaran lebih, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya, lain-lain, dan saldo anggaran lebih akhir.
c. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
d. Laporan Operasional (LO)
Laporan operasional ini bermanfaat untuk menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan, dan penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya. Struktur laporan keuangan terdiri dari pendapatan operasional,
beban, surplus/defisit dari operasi, kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos
luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit laporan operasi.
e. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris (penerimaan atau
pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan).
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya ekuitas awal, surplus/defisit
laporan operasional, koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan
ekuitas akhir.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan
keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan
dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan keuangan
dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas lainnya.
2.2. Usefulness (kegunaan) dan Understandability (dapat dipahami) Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari sistem akuntansi baik sektor swasta
maupun
sektor
pemerintahan.
Laporan
keuangan
pemerintah
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban pihak manajemen pemerintah dalam menginformasikan kepada pihak lain
dalam hal ini pengguna laporan keuangan pemerintah tentang kondisi keuangan pemerintah.
Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan kualitas dari laporan keuangan tersebut.
Gambaran kerangka karateristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang dikemukan
dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standart Boards (FASB) yaitu Statement of
Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2 sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Sumber: SFAC No.2 (FASB 1980) dalam Scott (2009)
Kualitas merupakan sesuatu yang memenuhi atau melebihi kriteria yang telah ditetapkan.
Karateristik tersebut di atas diadopsi oleh Pemerintah Indonesia dalam PP No. 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah Indonesia adalah dapat dipahami (undestandability),
relevan, andal dan dapat dibandingkan. Dari gambar di atas terlihat bahwa, tujuan laporan
keuangan adalah untuk mengkomunikasikan laporan keuangan kepada pengguna tertentu (user
specific qualities), yaitu pada karakteristik utamanya understandability dan decision usefulness.
Praktik laporan keuangan dipilih atas dasar kegunaannya dalam proses pembuatan
keputusan ekonomik. Pengguna akan menggunakan laporan keuangan jika mereka memandang
laporan keuangan itu memiliki kegunaan (usefulness) dalam proses pembuatan keputusan. Jika
pengguna memandang bahwa laporan keuangan tidak berguna, laporan keuangan tidak
memenuhi tujuannya. Dengan demikian praktik laporan keuangan adalah aktifitas yang sia-sia.
Agar laporan keuangan berguna dalam pembuatan keputusan, harus dipenuhi persyaratan
tertentu pada aspek informasinya dan aspek penggunanya. Pada aspek informasinya, laporan
keuangan harus memiliki karakteristik utama relevan dan reliability. Pada aspek penggunanya,
laporan keuangan harus dimengerti atau dipahami (understandability) oleh penggunanya.
Menurut SAK No.1 (2007) kualitas penting yang terkandung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk dipahami (understandability) oleh para pemakainya. Untuk tujuan
ini pemakai diasumsikan mempunyai kemampuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis serta memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Kualitas dapat dipahami adalah sebuah karakteristik yang dipengaruhi oleh pengguna
dan penyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan sebagai alat pencatatan, pertanggungjawaban dan penyampaian
informasi akan menjadi alat untuk pembuatan keputusan. Agar sebuah informasi menjadi berguna
maka selain harus mengerti mengenai laporan keuangan, pengguna laporan keuangan juga harus
memahami laporan keuangan. Menurut Suwardjono (2006) dalam Pratiwi (2010) informasi
dianggap berguna jika:
1. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang
dan masa datang.
2. Menambah keyakinan para pemakai mengenai probabilitas terealisasinya suatu harapan
dalam kondisi ketidakpastian.
3. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
Dalam Kober dkk (2010), kerangka konseptual FASB menyatakan relevansi dan
representasi sebagai dasar karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna untuk
pengambilan keputusan. Kualitas informasi laporan keuangan dilihat sebagai hasil tergantung dari
sejauh mana informasi laporan keuangan tersebut dapat berguna sebagai alat pengambilan
keputusan. Agar pengguna laporan keuangan dapat memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat
pengambilan keputusan, maka laporan keuangan tersebut harus memenuhi prinsip karateristik
kualitatif laporan keuangan. Penerapan akuntansi berbasis akrual terletak dalam dampaknya pada
relevansi, keandalan dan dimengerti (understandability) dari informasi yang dihasilkan informasi
keuangan sektor publik.
Menurut Kober dkk (2010), informasi berbasis akrual dinilai relatif lebih berguna
(usefulness) dalam pembuatan keputusan (decision making). Para pengguna akan yakin dalam
mengambil keputusan karena kualitas laporan keuangan tersebut telah menyajikan informasi dan
dipersiapkan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Tenaya (2005), dengan menggunakan kegunaan
keputusan (decision usefulness) maka informasi akuntansi akan lebih reliabel dan relevan.
Kegunaan keputusan merupakan suatu pendekatan terhadap laporan keuangan yang berdasarkan
biaya historis agar lebih berguna.
Kegunaan (usefulness) laporan keuangan merupakan sumber informasi finansial memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan
merupakan tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi
dalam hal kegunaan (usefulness) laporan keuangan tersebut terhadap kualitas keputusan yang
dihasilkan serta mudah tidaknya laporan keuangan tersebut dipahami (understandability) oleh
para pengguna (Mardiasmo, 2002:163).
Download