BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik dan faktor genetik sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Obesitas didefenisikan sebagai kelebihan berat badan yang mengganggu kesehatan dan merupakan masalah yang serius di masyarakat. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, prevalensi obesitas dari beberapa negara bervariasi secara dramatis dan diduga diatas 1,7 miliar yang overweight dan 310 juta penderita obesitas.1 Menurut data lain dari National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) tahun 2006 dinyatakan bahwa 72 juta orang dewasa di Amerika mempunyai IMT > 30 kg/m2 dan prevalensi penderita obesitas menetap dalam beberapa tahun terakhir, dengan prevalensi 31,1 % pada pria dan 33,2 % pada wanita.2 Insiden obesitas di negara-negara berkembang juga semakin meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita kelaparan. Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada penelitian epidemiologi yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini ternyata menunjukkan terjadinya penambahan jumlah penduduk dengan obesitas, khususnya pada kota besar. Hal ini diwakili dengan hasil penelitian di Depok pada tahun 2003 yang mendapatkan 44 % orang dengan berat badan lebih dan obesitas, dan angka ini ternyata meningkat tajam apabila dibandingkan dengan angka yang diperoleh pada tahun 1992 di Jakarta pusat sebesar 17,1 %.3 Penelitian akhir-akhir ini pada bidang obesitas dititik beratkan pada peranan jaringan adiposa sebagai organ endokrin yang mensekresi sejumlah sitokin. Sitokin tersebut dikenal sebagai adipokin yang berperan pada berbagai komplikasi metabolik dan vaskuler pada obesitas yang juga menginduksi Universitas Sumatera Utara produksi C-reaktif protein (CRP). Dimana jaringan adiposa menghasilkan 25% dari IL-6 sistemik. Dengan meningkatnya masa jaringan adiposa visceral, maka akan terjadi peningkatan sekresi sejumlah produk seperti asam lemak bebas (ALB), TNF-α, IL-6, resistin, dan leptin serta CRP, sedangkan adiponektin terjadi penurunan. Dimana peningkatan jaringan adiposa ini akan mengakibatkan peningkatan sekresi IL-6 kondisi ini mengakibatkan inflamasi sistemik ringan yang merangsang sintesa CRP di hati. Dengan demikian penurunan berat badan dapat mengurangi jaringan adiposa sehingga sekresi sitokin pro inflamasi berkurang induksi produksi CRP juga berkurang maka resistensi insulin dan resiko penyakit kardiovaskuler jadi menurun.6,7,8 CRP adalah suatu faktor pro inflamasi yang diproduksi di hati terutama di hepatosit sebagai respon dari infeksi dan inflamasi yang sintetisnya diatur oleh IL-6, IL-1 dan TNF-α. CRP mempunyai fungsi utama merangsang sintesis tissue factor dan mengaktifasi komplemen dalam proses agregasi. Studi invitro menunjukan bahwa agregat CRP akan mengikat LDL dan VLDL, pengaktifan komplemen dan inisiasi koagulasi.6 Bukti terbaru menunjukan bahwa hs-CRP (high sensistive-C reactive protein) memainkan peranan utama dalam proses fisiologis yang berhubungan dengan sindroma metabolik.Tingginya kadar hs-CRP telah terbukti menjadi prediktor independen resiko kardiovaskular untuk semua derajat keparahan sindroma metabolik, juga berkorelasi dengan obesitas abdominal pada pria dengan dislipidemia aterogenik sebuah karakteristik klinis yang penting pada sindroma metabolik.Woman’s Health Study mendapatkan hs-CRP yang tinggi berkorelasi dengan resisitensi insulin pada wanita non diabetes hal ini memberikan bukti tambahan hubungan antara peradangan dengan resiko diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.9 The Diabetes Prevention Program (DPP) telah membuktikan bahwa modifikasi pola hidup melalui kegiatan fisik sedang dan perubahan pola makan akan menurunkan berat badan 5-7 % dan juga menurunkan 58 % resiko menjadi diabetes.6 Menurunkan berat badan, merubah pola makan dan gerak badan yang efektif ternyata juga dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan memperbaiki fungsi vascular.7 Bahkan terdapat bukti yang Universitas Sumatera Utara kuat bahwa dengan adanya penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah, serum trigliserida, total kolesterol, LDL maupun kadar glukosa darah pada individu berat badan lebih atau obesitas tanpa diabetes melitus.3 Faktanya modifikasi pola hidup merupakan terapi awal yang dilakukan pada pasien obesitas. Nurses Health Study dan the Health Professionals' Study melaporkan bahwa dengan peningkatan aktivitas fisik sedang (moderate) disamping masukan diet yang standar selama 12 minggu atau lebih pada populasi beresiko diabetes akan menurunkan resiko sebesar 26 hingga 38 %.8 Metformin merupakan salah satu obat golongan biguanide yang secara luas digunakan pada diabetes melitus tipe 2, yang juga mempunyai efek menurunkan berat badan. Pada pasien DM metformin mempunyai efek menekan produksi glukosa dihati dan insulin sensitizer yang membuat terjadinya penurunan berat badan atau membuat berat badan stabil. Selain itu metformin juga secara luas digunakan pada pasien Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) tanpa diabetes yang juga mempunyai efek menurunkan berat badan. Metformin sendiri juga sudah beberapa kali diteliti sebagai bagian dari terapi pasien berat badan lebih dan obesitas tanpa diabetes, walaupun dinyatakan masih terdapat kekurangan data yang mendukung penggunaannya tersebut. 11 Oleh karena beberapa latar belakang tersebutlah kami mencoba meneliti pengaruh modifikasi pola hidup dengan atau tanpa metformin terhadap perubahan kadar CRP pada penderita obesitas. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas akan menyebabkan perbaikan kadar CRP? 2) Apakah penambahan metformin disamping modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas akan meningkatkan perbaikan kadar CRP? Universitas Sumatera Utara 1.3 Hipotesa Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut : 1) Modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas dapat memperbaiki kadar CRP. 2) Penambahan metformin dalam modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu atau lebih pada penderita obesitas dapat meningkatkan perbaikan kadar CRP. 1.4 Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui apakah dengan modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) pada penderita obesitas selama 12 minggu akan mendapatkan perbaikan kadar CRP. 2) Untuk mengetahui apakah terdapat perbaikan kadar CRP, apabila ditambahkannya terapi metformin didalam modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) selama 12 minggu pada penderita obesitas. 3) Untuk melihat apakah terdapat perbedaan kadar CRP pada kelompok obesitas yang mendapatkan tambahan terapi metformin pada modifikasi pola hidup (diet dan latihan jasmani) dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa menggunakan metformin. 1.5 Manfaat Penelitian 1) Untuk mengetahui besarnya peranan modifikasi pola hidup dan penurunan CRP dengan atau tanpa metformin dalam pencegahan diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas. 2) Ikut mendidik penderita obesitas untuk melakukan perubahan modifikasi pola hidup menjadi lebih baik. 3) Menurunkan biaya perawatan kesehatan dengan mencegah terjadinya diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular pada penderita obesitas. Universitas Sumatera Utara 1.6 Kerangka Konseptual Pasien Obesitas Adiposit mengeluarkan adipokin: CRP, dll Minggu 0 Minggu 0 Modifikasi pola hidup + Metformin Modifikasi pola hidup + Plasebo Minggu 12 Minggu 12 Gambar 1.1 Kerangka konseptual penelitian Universitas Sumatera Utara