BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan,
dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan, namun untuk lebih
lanjutnya lagi sebenarnya pemasaran juga bertanggung jawab dalam mengelola permintaan.
Para manajer pemasaran berusaha mempengaruhi tingkat, waktu, dan komposisi permintaan
agar bisa memenuhi tujuan organisasi.
Menurut Kotler dan Susanto (2000, p11), pemasaran didefinisikan sebagai suatu
proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai
satu sama lain.
Tugas pemasar adalah menyusun program pemasaran atau rencana untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Program pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan
mengenai kombinasi alat pemasaran yang akan dipergunakan. Bauran pemasaran adalah
kumpulan alat-alat pemasaran yang dipergunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasarannya di dalam pasar sasaran. Menurut Kotler, et al, (2004, p20), alat-alat ini bisa
digolongkan ke dalam empat kelompok besar yang disebut 4P pemasaran : produk (product),
penetapan harga (price), penempatan (place), dan promosi (promotion).
Keputusan bauran pemasaran harus dibuat untuk mempengaruhi saluran dagang dan
juga konsumen akhir. Biasanya bauran pemasaran ditawarkan mempergunakan suatu bauran
komunikasi pemasaran yang terdiri dari promosi penjualan, iklan, penjualan pribadi,
hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.
9
10
2.1.1.1 Edukasi Pasar
Edukasi Pasar terdiri dari dua kata yaitu edukasi dan pasar. Pasar dalam bidang
pemasaran diartikan sebagai kumpulan seluruh pembeli aktual dan potensial suatu tawaran
pasar (Kotler, 2004, p137). Sedangkan untuk kata edukasi, secara harafiah menggunakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai berikut :
edukasi
n perihal pendidikan (KBBI, 2003, p284).
pendidikan n proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,
cara, perbuatan, mendidik (KBBI, 2003, p263).
Dan karena edukasi pasar meliputi audiens yang cukup luas, maka dapat digunakan
pengertian dari pendidikan massal yaitu :
pendidikan massal kegiatan yang bersifat pendidikan yang berskala luas melalui surat
kabar, film, radio, televisi, perpustakaan, dan museum dengan tujuan
menyampaikan informasi dan mempengaruhi opini publik (KBBI, 2003,
p263).
Dari definisi secara harafiah tersebut, dapat disimpulkan bahwa edukasi pasar
merupakan salah satu bentuk pendidikan massal, di mana berisi kegiatan yang berusaha
untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi opini kumpulan pembeli aktual dan
potensial melalui media-media komunikasi.
Edukasi pasar, secara global, lebih dikenal dengan Education-Based Marketing.
Menurut David Frey (2003), pemimpin dari Marketing Best Practices Inc., perusahaan
konsultan pemasaran, dan editor dari Marketing Best Practices Newsletter, Education-Based
Marketing memiliki definisi sebagai berikut:
11
"a powerful marketing strategy that establishes trust and credibility using educational
messages. It is the direct opposite of traditional marketing, which uses selling-based
messages".
Yaitu suatu strategi pemasaran yang kuat, yang membangun kepercayaan dan kredibilitas
menggunakan pesan edukasi. Strategi pemasaran tersebut adalah kebalikan dari pemasaran
tradisional, yang menggunakan pesan berbasis penjualan.
Edukasi pasar semakin banyak dipraktekkan dengan tujuan untuk mengatasi
kebosanan konsumen akan iklan. Keuntungan dari edukasi pasar ini adalah konsumen tidak
hanya melihatnya sebagai usaha pemasaran, tetapi konsumen secara langsung juga akan
merasakan nilai yang nyata untuk menjadi seorang pembeli yang lebih pintar (smarter
buyer). Biasanya masyarakat cenderung lebih tertarik pada fakta-fakta dan informasi penting
yang membantu mereka dalam mengambil keputusan membeli yang baik daripada
mendengarkan rayuan penjualan.
Edukasi pasar berarti di samping menjual, seorang pemasar juga mendidik.
Pemasar dapat berperan sebagai konsultan yang mendidik konsumen aktual atau konsumen
potensial mengenai masalah yang mereka hadapi dan menyediakan solusi untuk
mengatasinya (Ryder, 2005).
Edukasi pasar menjangkau konsumen potensial pada fase yang lebih awal dalam
proses
pengambilan
keputusan
dan
membangun
sebuah
hubungan
kepercayaan,
menghasilkan peningkatan penjualan yang dramatis dan rasio penutupan penjualan yang
lebih tinggi. Berbagai bisnis di bidang jasa yang mencari pengembangan hubungan
berdasarkan kepercayaan dengan konsumen menggunakan pesan edukasi yang tidak
memaksa (mengancam) akan memposisikan diri mereka sebagai pilihan pertama konsumen
potensialnya dalam membeli produk atau jasa.
12
2.1.1.2 Bauran Komunikasi Pemasaran
Pemasaran modern sekarang ini, menuntut lebih dari sekedar mengembangkan produk
yang baik, memberikan harga yang menarik, dan menyediakan produk tersebut di seluruh
wilayah sehingga mudah didapat. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak
yang saat ini berkepentingan atau mereka yang akan berkepentingan, serta dengan
masyarakat umum. Setiap perusahaan mau tidak mau harus berperan sebagai komunikator
dan promotor, yang biasanya dilakukan melalui bauran komunikasi pemasaran.
Menurut Tjiptono (2002, p219), komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran
yang
berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi
atau
membujuk
dan
atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Bauran komunikasi pemasaran itu sendiri, menurut Kotler, et al (2004, pp305-306),
terdiri dari 5 mode komunikasi utama, sebagai berikut :
1.
Iklan. Setiap bentuk presentasi non personal dan promosi gagasan, barang atau jasa
yang dibayar dan dilakukan oleh sponsor yang dikenali.
2.
Promosi penjualan. Berbagai bentuk insentif jangka pendek untuk mendorong
konsumen mencoba atau membeli sebuah produk atau jasa.
3.
Hubungan masyarakat atau publikasi. Berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya.
4.
Penjualan pribadi. Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih dengan
tujuan membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan mendapatkan pesanan.
5.
Pemasaran langsung dan interaktif. Pemanfaatan surat, telepon, faks, pos-el atau
internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan
atau dialog dengan pelanggan dan calon pelanggan tertentu.
13
Tabel 2.1
Tabel Bauran Komunikasi Pemasaran
Periklanan
Iklan, media
cetak, dan televisi
Promosi
Penjualan
Kontes,
permainan
Hubungan
Masyarakat
Peralatan
wawancara
Penjualan
Pribadi
Presentasi
penjualan
Penjualan
Langsung
Katalog
Pengepakan luar
Lotre
Pidato
Penemuan bisnis
Surat-menyurat
Sisipan koran
Hadiah, uang, dan
barang
Seminar
Program intensif
Penjualan lewat
telepon
Gambar yang
bergerak
Contoh
Laporan Tahunan
Contoh
Belanja melalui
media elektronik
Brosur dan buku
kecil
Pameran dagang
Acara amal
Pameran dagang
Penjualan lewat
TV
Poster dan
selebaran
Pameran
Sponsor
Lewat faksimile
Penunjuk arah
Percobaan
langsung
Publikasi
Lewat pos-el
Cetakan ulang
dari iklan
Kupon
Hubungan
masyarakat
Lewat pesan
(suara)
Papan reklame
Potongan harga
Pendekatan (lobi)
Tanda penunjuk
Harga yang
rendah
Media
Pameran
pembelian
Hiburan
Perusahaan
majalah
Audiovisual
Jaminan
Acara Kegiatan
Simbol dan logo
Program
Videotape dan
CD-ROM
Hubungan
pertalian
Sumber : Kotler, et al (2004, p307)
Sedangkan untuk produk asuransi, bauran komunikasi pemasaran yang biasanya digunakan
adalah dengan penjualan pribadi, di mana perusahaan memiliki tenaga penjual (sales
person) yang umumnya disebut dengan agen (agent). Agen asuransi inilah yang akan
berhubungan langsung dengan nasabah atau calon nasabah asuransi dalam hal penjualan
produk, konsultasi, dan lain sebagainya berkaitan dengan asuransi yang mereka miliki.
14
Namun, bauran komunikasi pemasaran lain sebagian tetap digunakan, namun yang paling
utama adalah bauran komunikasi pemasaran dengan penjualan pribadi tersebut.
2.1.1.3 Bauran Komunikasi Pemasaran Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Penjualan pribadi adalah alat yang paling efektif pada taraf terakhir dalam proses
pembelian, khususnya dalam membangun preferensi pembeli, keyakinan, dan aksi. Penjualan
pribadi mempunyai tiga kualitas khusus (Kotler, et al , 2004, p328), sebagai berikut :
1.
Hubungan pribadi dua arah. Penjualan pribadi meliputi hubungan dekat dan
interaktif antara dua orang atau lebih.
2.
Panggilan hubungan. Penjualan pribadi mengizinkan segala jenis hubungan tumbuh,
mulai dari hubungan penjual semata-mata urusan bisnis hingga persahabatan pribadi
yang erat.
3.
Response. Penjualan pribadi membuat pembeli merasa wajib mendengarkan penjual
berbicara.
Penjualan pribadi adalah bagian interpersonal dari bauran pemasaran. Penjualan
pribadi, di pihak lain, melibatkan komunikasi dua arah yang lebih pribadi antara wiraniaga
dengan pelanggan perorangan (wujudnya bisa berupa tatap muka, pembicaraan telepon,
konferensi video, dan lain sebagainya).
Wiraniaga adalah seseorang yang bekerja untuk suatu perusahaan dengan melakukan
salah satu (atau lebih) dari berbagai aktivitas berikut ini : memprospek, berkomunikasi,
melayani, dan mengumpulkan informasi.
Wiraniaga dapat mengetahui lebih jauh mengenai berbagai masalah maupun kesulitan
yang dihadapi pelanggan. Mereka dapat menyesuaikan penawaran pemasaran agar cocok
dengan kebutuhan khusus setiap pelanggan dan menegosiasikan persyaratan penjualan.
Sesungguhnya, bagi sekelompok pelanggan, wiraniaga merupakan satu-satunya kontak
15
mereka untuk mendapatkan suatu produk. Untuk pelanggan tipe ini, wiraniaga adalah
perusahaan itu sendiri.
Armada penjualan berfungsi sebagai mata rantai penting yang menghubungkan
perusahaan dengan pelanggannya. Dalam banyak hal, para wiraniaga melayani kedua pihak
yang merupakan majikan – penjual dan pembeli :
1.
Mereka menjadi wakil perusahaan untuk berurusan dengan pelanggan. Mereka
menemukan
dan
mengembangkan
pelanggan
baru,
serta
mengkomunikasikan
informasi mengenai produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
2.
Pada saat yang sama, para wiraniaga menjadi wakil pelanggan untuk berurusan dengan
perusahaan. Tidak jarang, seorang wiraniaga bertindak sebagai pengelola hubungan
antara penjual dengan pembeli.
Namun demikian, pandangan masa kini menunjukkan bahwa para wiraniaga
seharusnya memikirkan lebih jauh dari sekedar melakukan penjualan. Mereka juga harus
tahu bagaimana caranya memuaskan pelanggan dan menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Disamping mendapatkan pelanggan baru dan membuat penjualan, wiraniaga
tersebut akan membantu perusahaan menciptakan hubungan jangka panjang dan
menguntungkan dengan pelanggan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p224), proses penjualan adalah langkah yang
harus diikuti wiraniaga, dalam menjual, yang meliputi memprospek dan kualifikasi,
prapendekatan,
pendekatan,
penutupan, dan follow-up.
presentasi
dan
demonstrasi,
penanganan
keberatan,
16
Memilih dan
menilai prospek
Prapendekatan
Pendekatan
Presentasi dan
Demo
Mengatasi
Keberatan
Menutup
Tindak Lanjut
Gambar 2.1
Langkah-langkah dalam Proses Penjualan
Sumber : Kotler dan Armstrong (2001, p225)
Langkah-langkah dalam proses penjualan :
1.
Memilih dan Menilai Prospek
Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek (prospecting), yaitu
mengidentifikasi orang-orang yang tidak dapat masuk sebagai pelanggan potensial.
Tenaga penjual perlu mengetahui cara menilai prospek, yaitu bagaimana menilai
(qualify) prospek yang bagus dan menyisihkan prospek yang jelek. Prospek dapat dinilai
dengan meneliti kemampuan keuangan, volume bisnis, kebutuhan spesial, lokasi, dan
kemungkinan untuk tumbuh.
2.
Prapendekatan
Sebelum mengunjungi seorang prospek, wiraniaga harus belajar sebanyak mungkin
tentang calon pelanggan yang didatanginya itu (apa yang dibutuhkan calon pelanggan
itu, siapa yang terlibat dalam pembelian) dan pembeliannya (karakteristik dan gaya
membeli). Tugas lain adalah memutuskan pendekatan terbaik, yang bisa berupa
kunjungan
pribadi,
telepon,
atau
sepucuk
surat.
Waktu
terbaik
juga
harus
dipertimbangkan dengan cermat mengingat tidak sedikitnya prospek yang amat sibuk
pada jam-jam tertentu. Akhirnya, tenaga penjual sebaiknya memikirkan strategi
penjualan secara keseluruhan untuk pelanggan tertentu.
17
3.
Pendekatan
Dalam langkah pendekatan (approach), wiraniaga harus mengetahui bagaimana cara
menemui dan menyapa pembeli serta menjalin hubungan untuk membentuk awal yang
baik. Langkah ini melibatkan penampilan wiraniaga, kata-kata pembukaan, dan
penjelasan lanjutan.
4.
Presentasi dan Demo
Selama langkah presentasi (presentation) dari proses penjualan, wiraniaga menjelaskan
riwayat produk pada pembeli, menunjukkan bagaimana produk akan menghasilkan atau
menghemat
uang.
Wiraniaga
menguraikan
fitur-fitur
produk,
namun
tetap
berkonsentrasi pada pengungkapan manfaat produk bagi pelanggan. Presentasi
penjualan dapat ditingkatkan dengan alat bantu demo seperti buku kecil, flip chart,
slide, pita video atau videodisc, dan contoh produk. Bila pembeli dapat melihat atau
memegang produk, mereka akan lebih ingat pada sifat-sifat dan manfaatnya.
5.
Menangani Keberatan
Selama presentasi, pelanggan hampir selalu mempunyai keberatan. Demikian juga
sewaktu mereka diminta untuk menuliskan pesanan. Masalahnya bisa logis atau
psikologis dan sering kali keberatan tidak diungkapkan keluar. Dalam mengatasi
keberatan (handling objection), wiraniaga harus menggunakan pendekatan positif,
menggali keberatan yang tersembunyi, meminta pembeli untuk menjelaskan keberatan,
menggunakan keberatan sebagai peluang untuk memberikan informasi lebih banyak,
dan
mengubah
keberatan
menjadi
alasan
untuk
membeli.
Setiap
wiraniaga
membutuhkan pelatihan dalam hal ketrampilan menangani keberatan.
6.
Menutup Penjualan
Wiraniaga harus mengetahui cara mengendalikan tanda-tanda penutupan dari pembeli,
termasuk gerakan fisik, komentar, dan pertanyaan. Wiraniaga
dapat menggunakan
18
salah satu dari beberapa teknik menutup. Mereka dapat mengajukan pesanan,
meninjau butir-butir persetujuan, menawarkan bantuan mengisi surat pesanan,
menanyakan apakah pembeli akan rugi bila tidak memesan sekarang. Untuk menutup,
wiraniaga
dapat memberikan alasan khusus kepada pembeli, misalnya harga yang
lebih rendah atau tambahan barang tanpa menaikan harga.
7.
Tindak Lanjut
Langkah terakhir dalam proses penjualan yaitu tindak lanjut (follow-up) diperlukan bila
wiraniaga ingin memastikan kepuasan pelanggan dan adanya proses bisnis lebih lanjut.
Segera setelah menutup penjualan, wiraniaga harus memenuhi segala rincian mengenai
waktu penyerahan barang, persyaratan pembelian, dan hal-hal yang lain. Wiraniaga
harus menjadwalkan kunjungan tindak lanjut sesudah pesanan pertama diterima demi
memastikan tepatnya pemasangan, instruksi, dan layanan produk. Kunjungan ini akan
mengungkapkan masalah (kalau ada), memberi kepastian pada pembeli tentang
perhatian wiraniaga, dan mengurangi keprihatinan pembeli yang mungkin sudah timbul
sejak penjualan.
2.1.2 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen
mempelajari
cara
individu
mengambil
keputusan
untuk
memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli
barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka
beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa
mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakan. Selain itu, juga dipelajari
bagaimana individu membuang produk yang telah mereka beli (Shiffman dan Kanuk, 2004,
p6)
19
Definisi Perilaku Konsumen menurut American Marketing Association (Peter dan Olson,
1999, p6) :
“ Perilaku konsumen adalah Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka.”
Dalam analisis konsumen terdapat empat
elemen utama yang menjadi kerangka kerja
Afeksi dan Kognisi
konseptual yang digunakan untuk memahami
perilaku konsumen, antara lain :
1.
Afeksi dan Kognisi
2.
Perilaku
3.
Lingkungan
4.
Strategi Pemasaran
Strategi
Pemasaran
Perilaku
Lingkungan
Gambar 2.2 Konsep Roda Analisis Konsumen
Keempat elemen ini disajikan sebagai Konsep
Sumber : Peter dan Olson (1999, p24)
Roda Analisis Konsumen.
Afeksi dan Kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki
konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa
yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran.
Perilaku (behavior) mengacu pada tindakan nyata konsumen yang dapat diobservasi
secara langsung. Oleh karena itu, jika afeksi dan kognisi mengacu pada perasaan dan
pemikiran konsumen, maka perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan
oleh konsumen.
20
Lingkungan (environment) adalah semua karakteristik fisik dan sosial dari dunia
eksternal konsumen termasuk di dalamnya objek fisik, yakni produk dan toko, hubungan
keruangan yakni lokasi yang mereka lakukan.
Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah bagian dari lingkungan yang terdiri
dari berbagai rangsangan fisik dan sosial. Penerapan strategi pemasaran melibatkan
penempatan rangsangan pemasaran tersebut di lingkungan konsumen agar dapat
mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen.
Hubungan antara elemen-elemen tersebut di atas dipandang sebagai suatu interaksi
yang berkesinambungan, yang disebut sebagai penetapan timbal-balik (reciprocal
determinism). Timbal-balik mengacu pada aksi saling menguntungkan di antara faktor, dan
penetapan mengindikasikan dampak yang diakibatkan oleh faktor tersebut. Dengan demikian
penetapan timbal-balik berarti setiap elemen pada model menyebabkan elemen lain, dan
sebaliknya, disebabkan oleh elemen lainnya, biasanya dalam suatu urutan kejadian yang
berkesinambungan (Peter dan Olson, 1999, p21)
2.1.2.1 Pengetahuan Produk Konsumen
Konsumen dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk (Peter dan Olson, 1999,
pp69-76), yaitu :
1.
Produk sebagai perangkat ciri, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakter
produk.
2.
Produk sebagai perangkat manfaat, yaitu pengetahuan tentang konsekuensi atau
manfaat positif menggunakan produk.
3.
Produk sebagai pemuas nilai, yaitu pengetahuan tentang nilai yang akan dipuaskan
atau dicapai oleh produk.
21
Produk Sebagai Perangkat Ciri
Bahkan produk yang paling sederhana pun memiliki beberapa ciri (pensil memiliki
beragam kualitas arang, kelembutan penghapus, bentuk, dan warna). Sudah tentu produk
yang rumit seperti mobil dan radio tape memiliki ciri yang sangat beragam. Dari sudut
pandang pemrosesan kognitif, kita dapat mempertanyakan apakah konsumen memiliki
pengetahuan tentang semua ciri tersebut dalam ingatannya, dan apakah konsumen memang
mengaktifkan serta menggunakan pengetahuan tersebut ketika berpikir tentang suatu
produk atau merek. Pemasar perlu mengetahui ciri produk mana yang paling penting bagi
konsumen, apa arti ciri tersebut bagi konsumen, dan bagaimana konsumen menggunakan
pengetahuan tersebut dalam proses kognitif seperti pemahaman dan pengambilan
keputusan.
Konsumen memiliki berbagai tingkatan pengetahuan tentang ciri produk:
ƒ
Pengetahuan tentang ciri abstrak (abstract attributes) mewakili karakteristik subjektif
tak nyata dari suatu produk seperti kualitas kehangatan sebuah selimut atau gaya dan
kenyamanan sebuah mobil.
ƒ
Pengetahuan tentang ciri konkrit (concrete attributes) mewakili karakteristik fisik
nyata suatu produk seperti jenis serat selimut atau ruang kaki kursi depan sebuah
mobil.
Di samping itu, pengetahuan ciri konsumen juga berisikan evaluasi afeksi dari setiap ciri
(saya tidak suka rasa gatal selimut wol, saya suka es krim remah kue).
Produk Sebagai Perangkat Manfaat
Pemasar juga menyadari bahwa konsumen sering berpikir tentang produk dan merek
dalam konteks konsekuensinya, bukan ciri-cirinya. Konsekuensi adalah apa yang terjadi pada
konsumen ketika suatu produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi. Misalnya, suatu tape
22
kompo dapat saja keras suaranya, mensyaratkan reparasi, atau membuat pembelinya
bangga. Krim wajah dapat mengakibatkan reaksi alergi atau biayanya sangat mahal.
Konsumen lainnya berpikir bahwa pembeli dapat terlihat modern atau bodoh dengan
membeli sejumlah tertentu merek jean atau sepatu olah raga.
Konsumen dapat memiliki pengetahuan tentang dua jenis konsekuensi produk:
ƒ
Konsekuensi fungsional (functional consequence) adalah dampak tak nyata dari
penggunaan suatu produk yang dialami konsumen. Contoh-contoh konsekuensi
fungsional adalah dampak fisiologis langsung yang dirasakan pada saat menggunakan
produk (makan BigMac memuaskan rasa lapar, minum Pepsi menghilangkan rasa
haus). Dampak kinerja fisik tak nyata dari penggunaan suatu produk juga termasuk
dalam konsekuensi fungsional – hair dryer mengeringkan rambut Anda dengan cepat,
sebuah mobil memiliki perbandingan kilometer dengan bensin tertentu, pemanggang
roti membuat warna roti menjadi coklat merata, dan pena tinta menulis dengan lembut.
ƒ
Konsekuensi psikososial (psychosocial consequence) mengacu pada dampak
psikologis dan sosial dari penggunaan suatu produk. Konsekuensi psikologis
penggunaan produk adalah dampak internal pribadi seperti bagaimana suatu produk
membuat Anda merasakan. Misalnya, menggunakan sampo Nexxus dapat membuat
Anda merasa lebih menarik, mengenakan baju sport Benetton membuat Anda merasa
lebih gaya, dan memakan es krim kerucut Baskin-Robbins dapat membuat Anda merasa
gembira. Konsumen juga dapat memiliki pengetahuan tentang konsekuensi sosial
penggunaan produk (teman saya akan suka/menghargai/mencemburui saya jika saya
membeli radio tape Sony, ibu saya akan berpikir bahwa saya adalah pembeli yang
cerdik jika saya membeli jaket yang sedang diobral ini).
Konsumen dapat menganggap konsekuensi positif dan negatif dari penggunaan suatu
produk sebagai manfaat yang mungkin didapat atau sebagai risiko potensial. Risiko yang
23
diperkirakan (perceived risk) adalah konsekuensi yang tak diharapkan dari suatu produk yang
ingin dihindari oleh konsumen ketika mereka membeli dan menggunakan produk tersebut.
Jenis – jenis risiko yang seringkali dikhawatirkan konsumen antara lain: risiko fisik, risiko
keuangan, risiko fungsional, dan risiko psikososial.
Jumlah risiko yang diperkirakan yang dialami konsumen dipengaruhi oleh dua hal: (1)
tingkat ketidaknyamanan akibat konsekuensi negatif dan (2) kecenderungan bahwa suatu
konsekuensi negatif akan terjadi. Karena konsumen cenderung tidak membeli produk yang
diperkirakan berisiko tinggi, pemasar harus mengelola persepsi konsumen sehubungan
dengan konsekuensi negatif pembelian atau penggunaan produk.
Produk Sebagai Pemuas Nilai
Konsumen juga memiliki pengetahuan tentang nilai pribadi dan simbolis yang dapat
dipenuhi atau dipuaskan oleh suatu produk atau merek. Nilai (values) adalah sasaran hidup
yang luas dari masyarakat (saya ingin berhasil, saya perlu keamanan). Nilai juga melibatkan
afeksi sehubungan dengan kebutuhan atau tujuan tersebut (perasaan dan emosi yang
menyertai keberhasilan).
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasi nilai. Salah satu cara yang sangat berguna,
dapat mengidentifikasi dua jenis atau tingkat nilai:
ƒ
Nilai instrumental (instrumental values) adalah pola perilaku atau cara bertindak
yang diinginkan (bersenang-senang, bertindak independen, menunjukkan kepercayaan
diri).
ƒ
Nilai terminal (terminal values), di sisi yang lain, adalah status keberadaan yang
diiinginkan atau status psikologis yang luas (bahagia, dalam damai, berhasil)
Kesimpulannya, konsumen dapat memiliki pengetahuan produk tentang ciri produk,
konsekuensi menggunakan produk, dan nilai personal. Sebagian besar riset pemasaran
24
berfokus pada satu jenis pengetahuan produk – biasanya ciri produk walaupun kadangkala
berupa konsekuensi (biasanya berfokus pada manfaat ketimbang risiko yang dapat
ditimbulkan). Nilai jarang-jarang diuji. Masalahnya adalah bahwa dengan mempelajari hanya
satu jenis pengetahuan akan membawa para pemasar pada pengertian terhadap
pengetahuan produk konsumen yang tak lengkap. Mereka kehilangan hubungan antara jenisjenis pengetahuan.
2.1.2.2 Rantai Arti – Akhir Pengetahuan Produk
Konsumen dapat mengkombinasikan ketiga jenis pengetahuan produk untuk
membentuk suatu jaringan asosiatif sederhana yang disebut Rantai Arti – Akhir (means-
end chain), yaitu suatu struktur pengetahuan yang menghubungkan pengetahuan
konsumen tentang ciri produk dengan pengetahuan tentang konsekuensi dan nilai.
Sudut pandang arti-akhir menyatakan bahwa konsumen berpikir tentang ciri produk
secara subjektif dalam konteks konsekuensi pribadi. (Ciri produk ini berguna bagi apa? Apa
manfaat ciri produk ini bagi saya?). Dengan kata lain, konsumen melihat sebagian besar ciri
produk sebagai arti untuk suatu batas tertentu.
Kita dapat menciptakan suatu arti-akhir yang lebih rinci dengan membagi tingkatan
ciri, konsekuensi, dan nilai masing-masing ke dalam dua kategori :
Ciri
Ciri
Nyata
Konsekuensi
Ciri
Abstrak
Konsekuensi
Fungsional
Konsekuensi
Psikososial
Nilai
Nilai
Instrumental
Gambar 2.3 Rantai Arti – Akhir Pengetahuan Produk
Sumber : Peter dan Olson (1999, p77)
Nilai
Terminal
25
Tampilan di atas menyajikan adanya keenam tingkatan dalam rantai arti-akhir. Tak
dapat disangkal, beberapa perbedaan di antara keenam tingkat tersebut kadang sedikit
kabur. Misalnya, Anda dapat menjadi tidak yakin apakah bersama kawan adalah konsekuensi
psikososial atau nilai instrumental. Untungnya, pemasar tidak harus khawatir untuk membuat
pembedaan yang sangat jelas ketika menggunakan model rantai arti-akhir dalam
mengembangkan strategi pemasaran. Titik utama model rantai arti-akhir adalah bahwa
konsumen berpikir dalam konteks konsekuensi personal. Mereka menciptakan struktur
pengetahuan arti-akhir yang menghubungkan ciri produk nyata pada konsekuensi fungsional
serta psikososial dan kemudian kepada nilai serta tujuan yang lebih abstrak dan personal.
Karena rantai arti-akhir berisikan arti produk dan merek yang secara pribadi relevan
pada konsumen, rantai tersebut unik bagi setiap latar belakang dan kepentingan pribadi
konsumen. Oleh karena itu, konsumen yang berbeda cenderung memiliki rantai arti-akhir
yang berbeda untuk produk atau merek yang sama, walaupun tetap ada persamaan di
antaranya. Dan jangan heran jika menemukan bahwa arti suatu produk menurut konsumen
berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh manajer pemasaran. Dengan demikian, model
rantai arti-akhir menyatakan bahwa arti dari suatu ciri produk diberikan oleh konsekuensi
yang diakibatkannya.
2.1.2.3 Pengambilan Keputusan Konsumen
Pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision making) adalah proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua kali atau
lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu di antaranya (Peter dan Olson, 1999, p163)
Proses pengambilan keputusan konsumen seringkali dijadikan sebagai proses
pemecahan masalah yang diarahkan pada suatu sasaran yang ingin dicapai atau dipuaskan,
26
sehingga proses pengambilan keputusan konsumen ini menggunakan Model Generik
Pemecahan Masalah (problem solving), yang terdiri dari 5 tahap atau proses :
1.
Pemahaman Adanya Masalah (Problem Recognition),
merasakan perbedaan antara keadaan yang ideal bagi
Pemahaman
adanya masalah
seseorang dengan keadaan yang aktual.
2.
Pencarian
Informasi
-
alternatif
pemecahan
(Information Search), mencari informasi yang relevan
Pencarian
alternatif
pemecahan
dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah atau
mengaktifkan pengetahuan dan ingatan masa lalu yang
Evaluasi
Alternatif
dimiliki sebelumnya.
3.
Evaluasi
Alternatif
(Evaluation
of Alternatives),
Pembelian
mengevaluasi atau menilai alternatif yang ada dalam
konteks kepercayaan utama, tentang konsekuensi yang
relevan dan mengkombinasikan pengetahuan tersebut
untuk
membuat
keputusan.
Umumnya
konsumen
mengevaluasi dengan banyak kriteria (multiple attributs),
yang di mana masing-masing diberi bobot yang berbeda.
4.
Pembelian (Purchase Decision), membeli alternatif yang
dipilih.
5.
Penggunaan
pascapembelian
dan evaluasi
ulang alternatif
yang dipilih
Gambar 2.4
Model Generik Pemecahan
Masalah Konsumen
Sumber : Peter dan
Olson (1999, p165)
Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior), setelah membeli dan
menggunakan, konsumen akan membandingkannya dengan harapan yang dimilikinya
saat membeli dan menentukan apakah ia puas atau tidak. Kemudian menggunakan
alternatif yang dipilih dan sekali lagi mengevaluasinya berdasarkan kinerja yang
dihasilkan.
27
Jumlah upaya yang dilakukan konsumen dalam proses pemecahan masalah sangat
bervariasi, yang di mana dibagi ke dalam 3 tingkatan (Peter dan Olson, 1999, p178) antara
lain :
1.
Pengambilan keputusan ekstensif (Extended Decision Making). Memiliki
keterlibatan (upaya) yang tinggi untuk mencari alternatif dan kriteria yang digunakan
untuk membeli, cenderung memerlukan waktu yang lebih lama, setiap tahapan dalam
pengambilan keputusan digunakan.
2.
Pengambilan keputusan terbatas (Limited Decision Making). Keterlibatan
(upaya) konsumen untuk memecahkan masalah berkisar dari rendah ke sedang, tidak
banyak memerlukan proses pencarian informasi, dan biasa dilakukan bila konsumen
hanya memiliki waktu atau upaya yang sedikit untuk mengambil keputusan.
3.
Pengambilan
keputusan
rutin
(Routinized
Choice
Behavior).
Biasanya
merupakan bagian dari kebiasaan. Muncul secara otomatis dengan sedikit
atau
bahkan tanpa adanya proses kognitif (membutuhkan sangat sedikit kapasitas kognitif
atau kontrol sadar). Jumlah upaya yang dilakukan cenderung menurun sejalan dengan
semakin dikenalnya suatu produk dan semakin berpengalaman seseorang dalam
mengambil keputusan. Biasanya digunakan untuk membeli barang yang murah dan
secara rutin biasa dibeli
3 karakteristik yang menyebabkan keterlibatan konsumen yang tinggi dalam
mengambil keputusan membeli :
1.
Produknya mahal
2.
Bisa menyebabkan konsekuensi pribadi
3.
Bisa mencerminkan status sosial (social image) seseorang
28
2.1.3 Pengertian Asuransi
Masuknya asuransi di Indonesia bermula dari jaman penjajahan Belanda. Di Indonesia,
selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan. Pemakaian kedua istilah itu
mengikuti istilah dalam bahasa Belanda, yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan). Di Inggris, digunakan istilah insurance untuk asuransi kerugian dan
assurance untuk asuransi jiwa.
Pengertian Asuransi dalam Undang-Undang Asuransi No. 2/1992 pasal I ayat 1
disebutkan bahwa :
"Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
atau memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.”
Dari pasal tersebut jelas bahwa asuransi itu adalah suatu bentuk perjanjian antara dua
pihak atau lebih, yang sering dinamakan tertanggung dan penanggung berdasarkan hukum
perjanjian. Penanggung adalah sebuah perusahaan asuransi yang diatur oleh
undang-
undang sebagai perusahaan yang memberikan jasa berupa penanggulangan risiko.
Sedangkan menurut pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),
asuransi mempunyai pengertian sebagai berikut :
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu persetujuan, dimana penanggung mengikat diri
kepada tertanggung, dengan mendapat premi, untuk mengganti kerugian karena kehilangan,
kerugian, atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita karena
peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.”
29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat unsur yang
terlibat dalam asuransi, yaitu :
1)
Penanggung (insurer), yang memberikan proteksi.
2)
Tertanggung (insured), yang menerima proteksi.
3)
Peristiwa (accident) yang tidak diduga atau tidak diketahui sebelumnya, peristiwa yang
dapat menimbulkan kerugian.
4)
Kepentingan (interest) yang diasuransikan, yang mungkin akan mengalami kerugian
disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak diketahui kemungkinan dan saat
kejadiannya.
Manfaat asuransi cukup banyak, antara lain :
1)
Asuransi melindungi risiko investasi
Asuransi mengambil alih risiko sehingga para usahawan dapat didorong untuk
mengkonsentrasikan energi dan modal dalam usaha-usaha yang kreatif.
2)
Asuransi sebagai sumber dana investasi
Usaha perasuransian berfungsi sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang
menghimpun dana masyarakat, yang semakin penting perannya sebagai sumber modal
untuk investasi di berbagai bidang.
3)
Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit
Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya diasuransikan.
4)
Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran
Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian beban ekonomi dari
kerugian yang tidak pasti.
30
5)
Asuransi mengurangi biaya modal
Jika dalam dunia usaha beban risikonya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, maka
pihak penanam modal yang telah bersedia menanggung risiko atas modal yang
diinvestasikan akan menetapkan biaya modal yang lebih tinggi.
6)
Asuransi menjamin kestabilan perusahaan
Asuransi sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara
kelompok pimpinan dan karyawan melalui penyediaan polis secara berkelompok untuk
para karyawan tertentu. Hal tersebut merupakan salah satu stabilisator jalannya roda
perusahaan.
7)
Asuransi dapat meratakan keuntungan
Dengan berusaha menentukan biaya-biaya kerugian, akibat kemungkinan bahaya di
masa yang akan datang, melalui program asuransi, pihak perusahaan akan dapat
mempertimbangkan atau memperhitungkan biaya tersebut sebagai salah satu elemen
dari total biaya untuk produk yang dijual. Dengan demikian, secara singkat asuransi
dapat meratakan jumlah keuntungan yang diperoleh dari tahun ke tahun.
8)
Asuransi dapat menyediakan layanan profesional
Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun
perusahaan-perusahaan semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal itu dilakukan
agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan
efisien.
9)
Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian
Dewasa ini perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong
perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan
kerugian.
31
10) Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan
Asuransi melakukan kampanye kepada para pemegang polis khususnya dan masyarakat
luas umumnya misalnya dalam hal bantuan kecelakaan pertama, higienis, sanitasi, gizi,
dll.
Tertanggung berkewajiban membayar sejumlah uang untuk jasa yang dikenal sebagai
premi, dengan pembayaran sekaligus atau secara berkala kepada penanggung (perusahaan
asuransi). Dengan membayar premi yang relatif kecil, akan memperoleh proteksi melalui
pengeluaran polis asuransi dengan cara mengalihkan kerugian keuangan yang mungkin akan
dialaminya kepada pihak asuransi, atas peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya.
Polis merupakan dokumen tertulis yang berisi kesepakatan antara pihak tertanggung
dan penanggung berkenaan dengan risiko yang hendak dipertanggungkan, sehingga polis
merupakan bukti perjanjian (penutupan) asuransi dan sebagai dasar bagi tertanggung untuk
mendapatkan sejumlah uang pertanggungan (policy benefit), ketika sebuah risiko spesifik
terjadi pada obyek yang dipertanggungkan.
Dengan demikian, perusahaan asuransi merupakan suatu lembaga keuangan yang
menghimpun dana masyarakat yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan serta
memberikan perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) nasabahnya,
yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event).
2.1.3.1 Asuransi Kecelakaan Pribadi
Asuransi Kecelakaan Pribadi, berdasarkan Darmawi (2004, pp125-126), adalah sebuah
asuransi yang memberi perlindungan (proteksi) kepada orang yang membeli polis jasa
asuransi terhadap bahaya atau risiko kecelakaan yang menyebabkan berikut ini :
1)
Kematian (death)
2)
Cacat tetap (permanent disablement)
32
3)
Cacat sementara (temporary disablement)
4)
Biaya perawatan dokter dan pengobatan (medical treatment expenses)
Kerugian yang diderita tersebut harus merupakan akibat dari kecelakaan baik di rumah atau
di jalan sebagai penumpang kendaraan : pribadi, umum, kereta api, kapal laut, dan pesawat
udara.
Yang dimaksud kecelakaan adalah sebagai berikut :
1)
Suatu kekerasan dari luar dampaknya, baik yang bersifat fisik atau nonfisik terhadap
tubuh seseorang yang seketika itu mengakibatkan luka-luka.
2)
Yang dianggap sebagai kecelakaan adalah :
a) Keracunan karena menghirup gas atau uap beracun sepanjang hal itu tidak
dilakukan dengan sengaja atau menggunakan obat bius atau zat-zat lain yang
mengandung racun yang berpengaruh terhadap tubuh atau kesehatan.
b) Radang yang disebabkan oleh zat-zat yang mengandung hama penyakit yang
memasuki tubuh seseorang yang tidak sengaja terjatuh dalam air atau cairan kimia
padat.
c) Mati lemas atau tenggelam.
d) Terdampar di tempat yang sunyi karena musibah yang dialami. Misalnya : kapal
karam, pendaratan darurat, dan keruntuhan. Akan tetapi hanya sejauh hal itu
menyebabkan kelaparan, kehausan, dan kehilangan tenaga.
e) Bertahan terlalu kuat, yang seketika itu menimbulkan luka dalam yang sifat dan
tempatnya dapat ditentukan hanya secara medis oleh dokter, tetapi hanya
mengenai akibat-akibat berikut ini :
i.
Sementara tidak mampu bekerja (risiko kecelakaan cacat sementara(3)) paling
lama 240 hari tidak termasuk hari Minggu.
33
ii.
Biaya perawatan dokter (risiko kecelakaan (4)) tanpa mengurangi ketentuan
dalam butir (f).
f)
Terjadi sengal pinggang (lumbargo) atau kandung urat (tendo vaginitis crepitans)
tetapi hanya terhadap akibat-akibat berikut.
i.
Sementara tidak mampu bekerja untuk waktu 20 hari, dihitung satu hari
setelah tidak mampu bekerja dimulai, oleh dokter atau seorang ahli pengobatan
sampai maksimal 18 kali jumlah uang yang ditanggung untuk ketidakmampuan
bekerja sementara setiap hari.
ii.
Biaya perawatan dokter selama 20 hari, terhitung sejak perawatan dokter
dimulai, maksimal sepersepuluh dari jumlah yang ditanggung untuk perawatan
dokter.
3)
Yang tidak dianggap sebagai kecelakaan dengan mengurangi apa yang ditetapkan oleh
sub 2b yaitu :
a) Akibat masuknya penyakit dalam tubuh seperti : tifus, paratifus, disentri, dan
muntaber.
b) Perawatan yang dilakukan sendiri atau oleh orang lain dengan menggunakan obatobatan untuk keperluan luar dan dalam tubuh. Dengan
demikian, tidak pula
dianggap sebagai kecelakaan akibat yang ditimbulkan dari perawatan atau
pengobatan tersebut.
4)
Yang dianggap pula sebagai akibat kecelakaan yaitu :
a) Masuknya hama penyakit lepas dari kecelakaan itu sendiri, baik seketika itu
maupun kemudian, dalam luka yang terjadi karena kecelakaan dan yang sifatnya
dan tempatnya ditentukan dokter.
34
b) Komplikasi atau memburuknya keadaan yang ditimbulkan oleh perawatan sebagai
akibat dari kecelakaan, apabila perawatan semacam itu dilakukan oleh atas
perintah dokter.
5)
Yang tidak dianggap sebagai akibat kecelakaan, yaitu masuknya penyakit seperti
malaria, tifus, sampar, dan penyakit tidur karena gigitan serangga.
6)
Yang dikecualikan antara lain :
a) Mengendarai sepeda motor, jika asuransinya tidak ditutup secara khusus.
b) Turut serta dalam perlombaan lintas udara, kecuali jika ia menjadi penumpang
pesawat udara yang diperuntukkan bagi angkutan barang maupun penumpang dan
mempunyai trayek tetap (regular line).
c)
Sebagai petinju, pegulat, dan turut serta dalam pertandingan segala jenis olahraga
bela diri, rugbi, hoki di atas es, dan mendaki gunung (di atas 2.500 meter). Selain
itu juga yang berburu binatang besar, berlayar seorang diri, atau melakukan
persiapan untuk mengikuti perlombaan kecakapan dengan kendaraan bermotor
atau di atas kuda.
d) Dengan sengaja melakukan kejahatan atau turut dalam kejahatan.
e) Sebagai anggota aktif angkatan bersenjata.
f)
Perang atau keadaan yang dapat disamakan dengan perang, huru-hara, dan
lainnya.
g) Reaksi inti atom.
Kecuali telah setuju cara lain, maka tidak ada hak atas tunjangan mengenai :
a) Kecelakaan yang disebabkan tertanggung mengidap penyakit, cacat badan, atau
keadaan luar biasa yang menyangkut jasmani maupun rohani tertanggung.
b) Bertambah besarnya akibat kecelakaan karena keadaan seperti tersebut dalam
butir (a), misalnya sakit diabetes, pendarahan yang kurang baik, pemekaran
35
pembuluh darah, kebutaan pada satu mata jika mata yang lain tertimpa
kecelakaan.
2.1.3.1.1 Masa Pertanggungan
Asuransi kecelakaan pribadi memiliki masa pertanggungan paling lama untuk satu
tahun dan dapat diperpanjang jika dikehendaki oleh kedua belah pihak. Perjalanan di luar
dari teritorial yang ditetapkan apabila dikehendaki dapat diminta kepada penanggung dengan
tambahan pembayaran premi.
2.1.3.1.2 Pertanggungan Kecelakaan Pribadi
Polis atau pertanggungan asuransi kecelakaan pribadi ini dapat dimiliki oleh siapa pun
baik pria atau wanita yang sudah berusia 16 sampai 60 tahun yang telah membayar premi
untuk risiko yang dijamin.
Daftar tunjangan (uang pertanggungan) yang diperoleh :
Tabel 2.2
Tunjangan Kecelakaan
AKIBAT KECELAKAAN
Meninggal dunia
Cacat tetap :
a. Hilang dua tangan/kaki atau hilangnya satu tangan dan
satu kaki.
b. Hilangnya penglihatan dari kedua mata yang tidak dapat
disembuhkan (buta).
c. Hilangnya seluruh dan tidak dapat disembunyikannya akal
budi mengakibatkan tidak dapat melakukan pekerjaan.
Kehilangan anggota tubuh :
a. Lengan dari sendi bahu
b. Lengan dari atau dari atas siku ke bawah
c. Tangan dari atau dari atas pergelangan ke bawah
d. Tungkai dari pangkal paha ke bawah
e. Tungkai dari lutut ke bawah
f. Kaki dari mata kaki ke bawah
g. Pendengaran kedua telinga
h. Pendengaran satu telinga
Jumlah tunjangan
100%
100%
100%
100%
Kiri
75%
67.5%
60%
70%
55%
50%
50%
20%
Kanan
65%
57.5%
50%
70%
55%
50%
50%
20%
36
i. Penglihatan satu mata
j. Ibu jari
k. Jari telunjuk
l. Jari kelingking
m. Jari tengah atau jari manis
n. Ibu jari kaki
o. Jari kaki lainnya
p. Tidak berfungsinya pundak atau siku
q. Tidak berfungsinya pergelangan tangan
r. Tidak berfungsinya pinggul, lutut, atau mata kaki
Cacat yang menyebabkan :
a. Amputasi rahang abwah akibat kecelakaan
b. Retak pada tungkai atau kaki mengakibatkan cacat tetap
c. Retak pada tulang tempurung lutut
d. Tungkai bawah menjadi pendek sedikitnya 5 cm
Sumber : Darmawi (2004, pp129-130)
30%
25%
15%
12%
10%
5%
3%
25%
20%
20%
Kiri
30%
25%
20%
15%
30%
20%
12%
8%
8%
5%
3%
20%
15%
20%
Kanan
30%
25%
20%
15%
2.1.3.1.3 Penentuan Premi
Premi ditentukan berdasarkan klasifikasi/jenis profesi dan pekerjaan seseorang yang
terdiri dari 4 kelas, yaitu :
1.
Kelas I, orang-orang yang bekerja di kantor, melakukan pekerjaan administratif dan
kurang mengandung risiko khusus. Misalnya, direksi, sekretaris, staf, akuntan, dokter,
guru, dosen, pengacara, notaris, dan karyawan administrasi.
2.
Kelas II, orang-orang yang mempunyai pekerjaan hampir sama dengan kelas I, tetapi
sering melakukan tugasnya lebih banyak dengan menggunakan/mengeluarkan tenaga.
Misalnya, salesman, traveller, mahasiswa, pelajar, artis, dokter gigi, insinyur, ibu rumah
tangga, dan olahragawan.
3.
Kelas III, orang-orang yang bekerja di lapangan atau teknisi yang bekerja atas dasar
manual. Misalnya, insinyur pelaksana proyek/lapangan, sopir, arsitek, pesuruh, montir,
masinis, awak kapal laut atau udara, pegawai gudang.
4.
Kelas IV, orang-orang yang mempunyai pekerjaan kasar atau berbahaya. Misalnya,
penebang kayu, pekerja tambang, penyelam, surveyor, pembuat terowongan, dan
pekerjaan yang menggunakan bahan peledak atau bahan berbahaya.
37
2.1.3.1.4 Jumlah Uang Pertanggungan
Uang pertanggungan ditentukan berdasarkan penghasilan bersih seseorang dalam
satu tahun dikalikan tiga, sehingga diperoleh uang pertanggungan yang wajar untuk
santunan yang akan diterima ahli warisnya jika yang bersangkutan meninggal dunia akibat
kecelakaan.
Namun, umumnya dalam rincian produk asuransi telah disediakan berbagai pilihan
jumlah uang pertanggungan yang diinginkan dalam beberapa paket (plan) dan dapat dipilih
oleh konsumen disesuaikan dengan pendapatan dan pertimbangan kebutuhan asuransi
mereka.
2.1.3.2 Pengertian Risiko
Pengertian risiko secara ilmiah masih beragam (Djojosoedarso, 2003, p2) :
1.
Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu
(Arthur Williams & Richard M.H.)
2.
Risiko adalah ketidakpastian (uncertanity) yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian (loss) (A. Abbas Salim)
3.
Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
4.
Risiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
(Herman Darmawi)
5.
Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi)
38
Sedangkan menurut Radiks Purba (1992, p31) dalam bukunya Memahami
Asuransi Di Indonesia, risiko (risk) dari segi asuransi dapat didefinisikan sebagai :
“kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang
mungkin akan terjadi, tetapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan
terjadi.”
Definisi dari ketidakpastian (uncertainty) adalah :
“The doubt in our minds concerning our ability to predict the future outcome of current
actions.” Yaitu keraguan dalam pikiran kita menyangkut kemampuan kita untuk meramalkan
hasil mendatang dari tindakan-tindakan sekarang. (Williams, 1995, p5)
Ketidakpastian akan meningkat ketika seseorang merasa bahwa hasilnya tidak dapat
diketahui dengan pasti. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian yaitu risiko merupakan
konsep yang obyektif, sehingga dapat diukur atau dihitung, sedangkan ketidakpastian adalah
bersifat subyektif yang menggambarkan suatu keadaan pikiran seseorang.
Setiap perbuatan manusia menimbulkan akibat (risiko). Ketika risiko timbul, hasilnya
tidak dapat diramalkan dengan tepat, maka keberadaan risiko akan meningkatkan
ketidakpastian. Bentuk dari risiko itu dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.
Risiko Murni yaitu; Bentuk risiko yang kalau terjadi, dapat menimbulkan kerugian
(loss) terhadap pemilik suatu obyek. Contoh : risiko kebakaran, risiko kecelakaan.
2.
Risiko Spekulatif yaitu; Bentuk risiko yang kalau terjadi, dapat menimbulkan kerugian
(loss), tidak menimbulkan kerugian (no loss / break even), atau mendatangkan
keuntungan (gain). Contoh : risiko produksi, risiko moneter (kurs valuta asing), risiko
jual beli dan sebagainya.
3.
Risiko Fundamental yaitu; Bentuk risiko yang kalau terjadi, dampak kerugiannya bisa
sangat luas atau katastropis. Penyebabnya, biasanya tidak menyangkut pribadi. Contoh
: risiko perang, gempa bumi, polusi udara, inflasi.
39
4.
Risiko Khusus yaitu; Bentuk risiko yang berasal dari kejadian tertentu dan dampaknya
dirasakan secara lokal. Contoh : kapal terbang jatuh, kapal laut tenggelam, risiko huruhara dan lain-lain.
5.
Risiko Dinamis yaitu; Bentuk risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan
(dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh :
risiko astronot dan pesawat angkasa luar.
6.
Risiko Statis yaitu; Bentuk risiko yang tetap ada walaupun tidak ada perkembangan
atau kemajuan masyarakat di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh : risiko hari tua, risiko kematian.
7.
Risiko Terhadap Benda yaitu; Bentuk risiko yang menimpa benda. Contoh : rumah
terbakar, mobil terbakar.
8.
Risiko Terhadap Manusia yaitu; Bentuk risiko yang menimpa manusia. Contoh :
risiko hari tua, risiko kematian, risiko kecelakaan, risiko sakit, pembunuhan, penculikan,
dan sebagainya.
Risiko tidak dapat dihilangkan secara mutlak dalam suatu proses, misalnya; meskipun
kita berada di rumah, risiko akan terkena perampokan atau kebakaran selalu ada, risiko
sewaktu kita mengendarai kendaraan bermotor akan menabrak atau tertabrak kendaraan
lain, dan sebagainya. Namun, kita akan selalu berpikir bagaimana risiko itu diminimalkan
sampai batas-batas kerugian yang masih bisa ditoleransi. Cara yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan suatu risiko adalah dengan mengidentifikasi, mengukur tingkat risiko, dan
mengontrol risiko-risiko tersebut.
40
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh
risiko, kita dapat melakukan empat cara :
1)
Menghindari risiko
Cara yang paling jelas dan mudah adalah menghindari risiko. Kita dapat menghindari
kemungkinan risiko luka atau kematian akibat kecelakaan pesawat terbang dengan cara
menghindari naik pesawat terbang, atau kita dapat menghindari risiko rugi pada bursa
saham dengan tidak membeli saham. Akan tetapi, seringkali menghindari risiko bukan
cara yang efektif.
2)
Mengontrol risiko
Kita dapat mengontrol risiko dengan cara pencegahan. Untuk mencegah kemungkinan
kehilangan mobil kita dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti
pemasangan kunci ekstra, alarm mobil, dll.
3)
Menerima risiko
Menerima risiko berarti menerima semua tanggung jawab finansial pada risiko tersebut.
4)
Mentransfer risiko
Ketika seseorang mentransfer atau mengalihkan risiko ke pihak lain, orang itu
mengalihkan tanggung jawab finansialnya untuk suatu risiko kepada pihak lain dengan
membayar jasa tersebut. Cara paling umum untuk individual, keluarga dan bisnis untuk
metode ini biasanya dengan membeli asuransi.
2.1.4 Analisis Persaingan : Model Lima Kekuatan dari Porter
Model Lima Kekuatan Porter mengenai analisis persaingan merupakan pendekatan
yang dipakai secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Intensitas
persaingan di antara perusahaan amat bervariasi tergantung pada industri.
41
Menurut Porter, sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan
dari lima kekuatan:
1.
Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing.
Perseteruan di antara perusahaan yang bersaing biasanya paling berpengaruh di
antara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat
berhasil hanya sejauh bahwa strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas
strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing.
Intensitas perseteruan di antara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat
kalau jumlah pesaing bertambah, karena perusahaan yang bersaing menjadi setara
dalam ukuran dan kemampuan, karena permintaan industri menurun, dan karena
potongan harga menjadi biasa. Perseteruan juga bertambah kalau konsumen dengan
mudah dapat mengganti merek; kalau hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi;
kalau biaya tetap tinggi; kalau produk mudah rusak; kalau perusahaan pesaing berbeda
dalam strategi, asal, dan budaya; serta kalau merjer dan akuisisi biasa terjadi dalam
industri. Kalau perseteruan di antara perusahaan yang bersaing meningkat, laba
industri menurun, dalam beberapa kasus sampai industri menjadi tidak menarik.
2.
Entri potensial dari pesaing baru.
Kalau ada perusahaan baru dengan mudah masuk ke industri tertentu, intensitas
persaingan di antara perusahaan meningkat. Akan tetapi hambatan untuk masuk dapat
termasuk keperluan untuk memperoleh skala ekonomi dengan cepat, keperluan untuk
memperoleh teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, loyalitas
pelanggan yang kuat, pilihan merek yang kuat, persyaratan modal yang besar,
kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan peraturan pemerintah, tarif,
kurangnya akses ke bahan baku, kepemilikan paten, lokasi yang tidak menguntungkan,
serangan balik oleh perusahaan yang bertahan, dan kejenuhan potensial perusahaan.
42
Walaupun banyak hambatan untuk masuk, perusahaan baru kadang-kadang masuk
ke dalam industri dengan produk yang lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber
pemasaran yang luar biasa. Oleh karena itu, tugas ahli strategi adalah mengenali
perusahaan baru yang potensial memasuki pasar, memonitor strategi perusahaan baru
yang menjadi pesaing, melakukan serangan balasan sesuai dengan keperluan, dan
memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
3.
Pengembangan potensial dari produk pengganti.
Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk
pengganti dalam industri lain. Adanya produk pengganti menempatkan batas atas dari
harga yang dapat ditetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti.
Tekanan persaingan dari produk pengganti meningkat kalau harga relatif dari
produk pengganti turun dan biaya konsumen untuk pindah turun. Kekuatan persaingan
dari produk pengganti paling baik diukur dengan pangsa pasar yang direbut oleh
produk tersebut, di samping rencana perusahaan itu yang meningkatkan kapasitas dan
penetrasi pasar.
4.
Kekuatan menawar dari pemasok.
Kekuatan menawar dari pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu
industri, terutama kalau jumlah pemasok banyak, kalau hanya sedikit bahan baku
pengganti yang baik, atau kalau biaya pengganti bahan baku amat tinggi. Sering demi
kepentingan, pemasok dan produsen saling membantu dengan harga yang wajar, mutu
yang diperbaiki, pengembangan pelayanan baru, penyerahan barang tepat waktu, dan
mengurangi biaya persediaan, jadi dapat meningkatkan kemampuan meraih laba
jangka panjang bagi semua pihak yang terkait.
Perusahaan mungkin menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk memperoleh
kendali atau kepemilikan pemasok. Strategi ini terutama efektif kalau pemasok tidak
43
dapat diandalkan, biayanya terlalu tinggi, atau tidak mampu memenuhi keperluan
perusahaan secara konsisten. Perusahaan biasanya dapat melakukan negosiasi
persyaratan yang lebih menguntungkan dengan pemasok kalau integrasi ke belakang
strategi merupakan strategi yang banyak dipakai di antara perusahaan pesaing dalam
industri.
5.
Kekuatan menawar dari konsumen.
Kalau pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah
banyak, kekuatan menawarnya merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan
garansi lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan
kalau kekuatan menawar dari konsumen luar biasa. Kekuatan menawar konsumen juga
lebih besar kalau produk yang dibeli standar atau tidak berbeda. Kalau demikian
halnya, konsumen sering dapat melakukan negosiasi harga jual, jaminan, dan aksesori
kemasan sampai tingkat tertentu.
Pengembangan potensial dari produk pengganti
Kekuatan menawar
dari produsen
Perseteruan di antara
perusahaan yang
bersaing
Kekuatan menawar
dari konsumen
Entri potensial dari pesaing baru
Gambar 2.5 Model Lima Kekuatan Bersaing – Porter
Sumber : David (2004, p129)
44
2.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Perusahaan
Asuransi
Edukasi
Pasar
Bauran
Komunikasi
Pemasaran
Periklanan
Promosi
Penjualan
Penjualan
Pribadi
Hubungan
Masyarakat
Pemasaran
Langsung
Pengetahuan
Produk
Konsumen
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
Di dalam kerangka pemikiran di atas, daerah yang berwarna abu-abu merupakan
daerah penelitian. Dan di dalam kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa ada tiga
komponen utama yang saling terkait antara lain :
45
1.
Edukasi Pasar. Peran edukasi pasar inilah yang akan menjadi komponen utama
pembahasan dalam penelitian ini. Edukasi pasar kepada konsumen atau konsumen
potensial dilakukan melalui Bauran Komunikasi Pemasaran, yang di mana dalam produk
asuransi biasanya menggunakan bauran komunikasi pemasaran Penjualan Pribadi.
Indikator dari edukasi pasar ini akan diketahui melalui perubahan variabel pengetahuan
konsumen mengenai produk yang diedukasikan tersebut.
2.
Pengetahuan Produk Konsumen. Edukasi pasar menyebabkan adanya tambahan
pengetahuan mengenai produk yang diinformasikan. Dan dalam produk asuransi,
pengetahuan yang akan diedukasikan adalah pengetahuan mengenai risiko, asuransi,
dan spesifikasi produk asuransi itu sendiri, yang di dalam penelitian ini dikhususkan
pada produk asuransi kecelakaan pribadi.
Indikator dari pengetahuan konsumen mengenai produk asuransi kecelakaan pribadi,
yang akan diedukasikan, terbagi dalam ke dalam 6 tingkatan yaitu : pengetahuan
tentang (1) ciri fisik produk, (2) ciri abstrak produk, (3) konsekuensi fungsional, (4)
konsekuensi psikososial, (5) nilai instrumental, dan (6) nilai terminal.
3.
Pengambilan Keputusan Pembelian. Dengan adanya edukasi tentang asuransi
kecelakaan pribadi, yang memberikan tambahan pengetahuan tentang produk itu
sendiri, selanjutnya diharapkan akan berperan dalam pengambilan keputusan
pembelian produk tersebut.
Variabel pengambilan keputusan ini akan dianalisis dengan menggunakan indikator
yang merupakan tahap-tahap dari model pengambilan keputusan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Model Generik Pemecahan Masalah, hanya sampai pada
tahap pembelian (tahap keempat). Tahap kelima, yaitu penggunaan pascapembelian
dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih, tidak akan dianalisis karena penelitian yang
dilakukan terbatas hanya sampai pada keputusan pembelian.
46
Indikatornya antara lain :
(1)
Pemahaman
adanya
masalah,
yaitu
bagaimana
peran
edukasi
untuk
menyadarkan adanya risiko kecelakaan dan risiko finansial yang dapat
diakibatkan dari adanya kecelakaan tersebut.
(2)
Pencarian alternatif masalah, yaitu bagaimana peran edukasi pasar memberi
informasi bagaimana alternatif cara mengatasi risiko.
(3)
Evaluasi alternatif, yaitu bagaimana edukasi pasar membantu mengevaluasi
alternatif yang paling baik dengan memberi informasi mengenai produk asuransi
kecelakaan pribadi dan meyakinkan bahwa produk tersebut merupakan solusi
terbaik.
(4)
Pembelian, yaitu apakah dengan edukasi pasar yang telah dilakukan, objek
penelitian setidaknya tertarik untuk membeli produk asuransi kecelakaan pribadi
tersebut.
Hubungan antar variabel dalam penelitian disusun dalam kerangka pemikiran
sedemikian rupa karena :
ƒ
Dalam konsep edukasi pasar, yang paling penting adalah membangun kepercayaan dan
kredibilitas yang kuat melalui pesan edukasi yang disampaikan produsen (perusahaan)
kepada konsumen (Frey, 2003).
ƒ
Segala bentuk pesan edukasi yang akan disampaikan, dalam Ilmu Pemasaran, dapat
disampaikan melaui Bauran Komunikasi Pemasaran yang terdiri dari Periklanan, Promosi
Penjualan, Penjualan Pribadi, Hubungan Masyarakat, dan Pemasaran Langsung (Kotler,
et al, 2004, pp305-306). Dalam penelitian ini, bauran komunikasi pemasaran yang akan
digunakan disesuaikan dengan kapabilitas penulis, yaitu menggunakan Penjualan
47
Pribadi berupa Presentasi Penjualan kepada sejumlah objek penelitian secara
berkelompok.
ƒ
Konsep edukasi pasar dalam definisinya merupakan salah satu jenis strategi pemasaran
(Frey, 2003). Strategi pemasaran dalam Roda Analisis Konsumen merupakan salah satu
elemen yang dapat mempengaruhi elemen lainnya (afeksi dan kognisi, perilaku, dan
lingkungan) melalui hubungan antar elemen yang disebut dengan penetapan timbalbalik (Peter dan Olson, 1999, p21). Dalam penelitian ini, strategi pemasaran yang
berupa edukasi pasar bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan produk konsumen
(elemen kognisi dalam Roda Analisis Konsumen) tentang asuransi kecelakaan pribadi.
ƒ
Pada akhirnya, pengetahuan produk konsumen (elemen kognisi dalam Roda Analisis
Konsumen) yang diharapkan akan berubah, juga akan menyebabkan perubahan
terhadap
pengambilan
keputusan
konsumen
dalam
membeli
produk
asuransi
kecelakaan pribadi.
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0
: Perubahan pengambilan keputusan mahasiswa dalam pembelian produk asuransi
kecelakaan pribadi, sebagai dampak dari adanya edukasi pasar, tidak signifikan.
H1
: Perubahan pengambilan keputusan mahasiswa dalam pembelian produk asuransi
kecelakaan pribadi, sebagai dampak dari adanya edukasi pasar, signifikan.
Jenis pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini bersifat nonparametrik
karena data yang dimiliki menggunakan skala nominal. Untuk pengukuran sebelumsesudah pada subjek yang sama, akan digunakan Uji McNemar.
Download