BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber mineralogi salah satunya batubara yang cukup besar, adanya sumber mineralogi batubara tersebut membuat banyak perusahan tambang bergerak dalam eksplorasi batubara. Data dari kementrian ESDM mengatakan bahwa kebutuhan batubara domestik untuk tahun 2014 sebesar 95.550.000 Ton dengan alokasi terbesar untuk PT PLN (Persero) sebesar 57.400.000 Ton disusul kemudian untuk IPP 19.910.000 ton dan kebutuhan industri semen sebesar 9.800.000 ton. Domestik Market Obligation ( DMO ) sebesar 25,90%. Karena adanya kebutuhan tersebut pertambangan batubara diwajibkan untuk memenuhi persentase minimal penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri sebesar 25,90 % dari total kebutuhan batubara yang telah diproduksi (www.esdm.go.id ,2014). Data dari PT PLN juga mengatakan bahwa pemakaian energi hingga semester pertama 2011 telah mencapai 88,2 terrawatt-hour (TWh). Jumlah ini lebih tinggi 6,3% daripada semester pertama tahun 2010. Batubara menjadi salah satu mineralogi yang paling besar dibakar untuk kebutuhan listrik, sekitar 43 % atau setara 19 juta ton batubara dibakar untuk kebutuhan PT PLN. Dari sejumlah data diatas memunculkan pemikiran betapa pentingnya mineralogi batubara untuk kebutuhan hidup umat manusia (www.pln.co.id , 2014). Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan berdasarkan Undang-undang No 47 tahun 1999, sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga yakni Malaysia, Kabupaten Malinau memiliki alasan cukup kuat untuk dimekarkan, berdasarkan beberapa aspek penunjang wilayah pemekaran terutama mengenai pelayanan publik serta sebagai salah satu cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Malinau saat ini terdiri dari 12 kecamatan dan 109 desa, dengan 5 kecamatan berada di wilayah 1 perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia. Sejak tahun 1999 Kabupaten Malinau menjadi daerah otonom dan terus aktif melakukan pembangunan agar dapat sejajar dengan daerah-daerah lain, baik dibidang fisik yakni infrastruktur, non fisik dengan dibentuknya sistem birokrasi yang partisipatif dengan konsep (Gerakan Desa Membangun) GERDEMA yakni pola pembangunan yang menempatkan desa dan masyarakat desa sebagai pelaku utama pembangunan. Serta pembangunan di berbagai sektor lainnya. Kabupaten Malinau merupakan daerah yang sangat luas dengan jarak antar desa-ibu kota kabupaten sangat berjauhan sehingga memiliki keterbatasan akses mengakibatkan beberapa kesenjangan baik dari aspek infrastruktur sarana prasarana, ekonomi, fasilitas publik yang kurang memadai yang pada akhirnya membedakan kualitas SDM desa dan kota yang sangat jauh. Memasuki tahun ke-14 pasca pemekaran pemerintah Kabupaten Malinau tentu memiliki startegi khusus dalam mengahadapi permasalahan tersebut, walaupun tidak lepas dari opini publik yang menilai bahwa pembangunan belum memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan kualitas masyarakat, namun Kabupaten Malinau yang resmi menjadi Kabupaten pada tahun 1999 masih menghadapi proses transisi khususnya dalam penyiapan kelengkapan infrastruktur, aparatur pemerintahan daerah serta pengelolaan keuangan daerah. Kabupaten Malinau sebagai salah satu kabupaten yang memiliki posisi garis depan dan baru mengalami pemekaran, tentunya banyak kebutuhan data dasar untuk membantu perkembangan dan pembangunan kabupaten itu sendiri secara berkelanjutan. Melalui data penginderaan jauh diharapkan mampu membantu untuk memenuhi kebutuhan data tersebut, salah satunya untuk data estimasi potensi sebaran batubara yang ada di Kabupaten Malinau, data yang cepat serta ekonomis sangat diperlukan untuk Kabupaten yang baru berkembang seperti Kabupaten Malinau, disiplin ilmu penginderaan jauh yang memiliki keunggulan dalam mengkaji objek tanpa harus bersentuhan langsung dengan objek tersebut menjadi pilihan yang tepat untuk mengkaji potensi sebaran batubara tersebut, maka 2 dari itu penelitian ini akan mengkaji tentang estimasi potensi sebaran batubara menggunakan citra penginderaan jauh landsat 8. Landsat 8 itu sendiri diharapkan dapat memberikan hasil yang cukup cepat, ekonomis, akurat dalam memetakan lokasi sebaran batubara yang ada di Kabupaten Malinau. Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian Identifikasi Potensi Lokasi Batubara Sumber : Analisis Data, 2014 3 1.2 Rumusan Masalah Kabupaten Malinau merupakan salah satu Kabupaten baru berkembang pada saat ini, apalagi Kabupaten tersebut masuk dalam salah satu Provinsi baru yaitu Kalimantan Utara, data baru tentunya sangat dibutuhkan untuk merencanakan pembangunan secara berkelanjutan oleh Kabupaten tersebut. Salah satu data baru yang dibutuhkan yaitu berupa data potensi lokasi sumberdaya batubara, karena Kabupaten Malinau masih belum memiliki data potensi lokasi batubara. Melihat data nasional yang menyebutkan bahwa kebutuhan batubara domestik masih tinggi maka Kabupaten Malinau dapat memanfaatkan sumberdaya batubara tersebut. Karena selama ini survei terrestrial merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menentukan daerah yang berpotensi mengandung batubara, tetapi kenyataannya survei ini banyak menghabiskan waktu dan biaya dalam proses perolehan datanya. Disiplin ilmu penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk membuat data lokasi potensi sebaran batubara yang ada di Kabupaten Malinau, diharapkan dengan menggunakan ilmu penginderaan jauh aspek efisien, ekonomis dan cepat dapat diperoleh. Interpretasi visual citra satelit Landsat 8 dan data kontur serta informasi peta geologi dapat menghasilkan data bentuklahan. Data bentuklahan dan informasi batuan yang diambil melalui survei lapangan dapat digunakan untuk mengestimasikan sebaran batubara permukaan yang ada di Kabupaten Malinau. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kemampuan citra satelit landsat 8 dan data kontur untuk memperoleh parameter bentuklahan? 2. Sejauh mana aspek fisik medan seperti bentuklahan dan batuan untuk mengestimasikan sebaran batubara permukaan? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kemampuan citra satelit landsat 8 dan data kontur dalam memperoleh parameter penciri adanya batubara. 2. Mengetahui estimasi sebaran batubara permukaan di daerah 4 penelitian yang memiliki kandungan batubara terkait dengan bentuklahan dan keberadaan batuan penciri batubara. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Citra satelit landsat 8 dan data kontur dapat dijadikan sebagai data untuk membantu mengestimasi sebaran batubara permukaan yang ada di sebagian Kabupaten Malinau. 2. Data estimasi potensi lokasi batubara dapat dijadikan bahan rekomendasi Kabupaten Malinau dalam menentukan kebijakan pengembangan dan pembangunan secara berkelanjutan. 1.6 Keaslian Penelitian 1. Penelitian “Pembuatan Kunci Interpretasi untuk Identifikasi area pertambangan Batubara Permukaan” oleh Hady Setyanto 2005. Penelitian ini mencoba mengetahui kunci interpretasi untuk mengetahui area pertambangan batubara permukaan dengan metode yang dilakukan adalah menggunakan interpretasi visual dan digital dengan hasil yang diperoleh peneliti ini adalah sebuah identifikasi area pertambangan batubara yang menggunakan data penginderaan jauh berupa citra Landsat ETM+ dan kunci identifikasi untuk menginterpretasi ciri pertambangan batubara terbuka (open mining) pada citra Landsat 7 ETM+. 2. Penelitian “Interpretasi dan Estimasi Potensi Sumberdaya Batubara di Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Provinsi Kalimantan Tengah” oleh Faris Ade Irawan 2010”. Penelitian yang dilakukan oleh Faris Ade Irawan ini mencoba meneliti potensi batubara dengan menggunakan data penginderaan jauh berupa citra Landsat ETM+ dengan resolusi spasial 30 m dan data DSM SRTM 90 m. Data penginderaan jauh tersebut dianalisis melalui interpretasi visual dengan hasil sebuah peta potensi dan estimasi sumberdaya batubara Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Provinsi Kalimantan Tengah 3. Penelitian “Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Sebaran Batubara Permukaan di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra 5 Selatan” oleh Ananda P. Ambodo 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formasi batuan yang mengindikasikan keberadaan batubara, dari formasi batuan tersebut diketahui sebaran batubara permukaan yang disadap melalui kenampakan visual dari citra penginderaan jauh. Data penginderaan jauh berupa citra landsat 5 TM serta data pendukung lain. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah peta sebaran batubara yang ada di Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumetra Selatan. 4. Penelitian “Fusi Citra Landsat 7 ETM+ dan Citra Aster G-DEM untuk Identifikasi Zona Alterasi Hidro-Thermal Terkait Mineralogi di Sebagian Kalimantan Barat oleh Irvan Nurrahman Ananda, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona alterasi hidrothermal terkait dengan mineralogi. Penelitian yang dilakukan menggunakan data citra Landsat 7 ETM+ dan Citra G-DEM Aster yang diproses secara digital dan diinterpretasi secara visual. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pendekatan parameter aspek fisik medan seperti batuan, bentuklahan dan struktur geologi. Hasil dari penelitian ini adalah berupa peta zonasi keberadaan alterasi hidro-thermal. Penelitian yang dilakukan kali ini merupakan penelitian yang berlokasi di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara, metode yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan data penginderaan jauh berupa rekaman citra satelit landsat 8 daerah setempat. Citra landsat tersebut akan diolah melalui SIG dan dianalisis secara visual maupun digital dengan beberapa bantuan informasi data pelengkap lainnya. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan data penginderaan jauh sebagai alat bantu identifikasi objek, perbedaannya adalah pada penelitian kali ini menggunakan data citra satelit landsat 8 dan data kontur untuk identifikasi dan diolah melalui SIG yang dianalisis secara visual dan digital. Pengolahan secara digital pada citra landsat 8 tersebut dilakukan dengan pemrosesan citra digital melalui kelebihan citra landsat 8. 6 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Hasil Hadi Setyanto, Pembuatan kunci interpretasi untuk identifikasi area Interpretasi visual dan Kunci Interpretasi untuk mengeali area tambang 2005 pertambangan batubara permukaan digital melalui citra batubara terbuka (open mining) dan identifikasi landsat 7 ETM+ area pertambangan batubara Faris Ade Interpretasi dan Estimasi Potensi Sumberdaya Interpretasi visual dari Peta potensi dan estimasi sumberdaya batubara Irawan, 2010 Batubara di Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan landsat ETM+ dan Gunung Bintang Awai, Provinsi Kalimantan Tengah DSM SRTM Ananda P. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Interpretasi visual citra Peta sebaran batubara permukaan yang ada di Ambodo, 2012 Sebaran Batubara Permukaan di Kabupaten Muara landsat 5 TM Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumetra Selatan. Enim, Provinsi Sumatra Selatan Irvan N. Ananda, Fusi Citra Lndsat 7 ETM+ dan Citra Aster G-DEM Interpretasi digital dan Peta zona alterasi hidro-thermal di sebagian 2013 untuk Identifikasi Zona Alterasi Hidro-Thermal visual citra Landsat 7 Kalimantan Barat Terkait Mineralogi di Sebagian Kalimantan Barat ETM+ dan Citra GDEM Aster Ningrat Wisnu Aplikasi citra penginderaan jauh landsat 8 untuk Interpretasi visual citra Diharapkan pada penelitian kali ini didapatkan Wardhana M. A., estimasi poteni lokasi batubara di sebagian landsat 8 dan Data hasil peta estimasi potensi lokasi batubara yang 2014 Kabupaten Malinau Kalimantan Utara. Kontur ada di sebagian Kabupaten Malinau Kalimantan Utara. 7 Tabel 1.1 diatas menjelaskan tentang bagaimana aplikasi disiplin ilmu penginderaan jauh yang dapat dimanfaatkan untuk identifikasi objek berupa sumberdaya alam, salah satunya adalah batubara. Pada penelitian kali ini peneliti melakukan pengeloaan citra Landsat 8 dan data kontur melalui pengeloaan digital, citra Landsat 8 tersebut dilakukan komposit citra dan data kontur dirubah menjadi data DEM dengan metode TIN. Peneliti melakukan hal tersebut bertujuan untuk menonjolkan aspek yang akan diinterpretasi, karena interpretasi selanjutnya dilakukan melalui interpretasi visual, interpretasi visual tersebut tidak lain adalah menyadap informasi yang berhubungan dengan aspek penciri untuk kalsifikasi bentuklahan di daerah penelitian. Dari hasil klasifikasi bentuklahan tersebut akan dilakukan penambahan informasi pelengkap lain seperti informasi keberadaan batuan yang mencirikan adanya batubara, sehingga estimasi sebaran batubara permukaan di daerah penelitian dapat dianalisis. 8