KELOMPOK 2 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

advertisement
KELOMPOK 2
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
NamaAnggota
:
1. Imroatul Muthoharoh
2. Fanta Silvia Watung
3. Nimas Intan Permatasari
4. Diah Febryanti W
5. Arineza Ramadhaniyati
6. Ayu Cholifatul H
7. Windy Amadhea J
8. Muh. Toriqol Insafi
9. Aisyah Tri S
10. Adela Hanif
2013310064
2013310075
2013310091
2013310118
2013310131
2013310135
2013310139
2013310142
2013310170
2013310174
STIE PERBANAS SURABAYA
Jl. NgindenSemolo No. 34 – 36, Surabaya
e-mailwww.perbanas.ac.id, Telp. (031) 5947151 Ext. 148/149.Fax. (031) 5935937
PENGUKURAN KINERJA DAN FUNGSI PENGENDALIAN
MANAJEMEN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Fungsi pengendalian di bagi menjadi dua yaitu :
1. Pengendalian formal.
2. Pengendalian informal.
Pengendalian formal dilakukan melalui saluran komunikasi formal berupa aktivitas-aktivitas
resmi organisasi yang bersifat rutin .
Pengendalian informal dilakukan melalui jalur jalur komunikasi informal seperti komunikasi
langsung dan lain-lain .
Tujuan dilakukannya pengukuran kinerja pada sektor publik adalah :
1. Mengetahui tingkat tercapainya tingkat organisasi .
2. Menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai .
3. Memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya .
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik .
5. Memotivasi pegawai .
6. Menciptakan akuntabilitas publik .
Manfaat disusunnya pengukuran kinerja bagi organisasi pemerintahan :
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan .
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah diterapkan .
3. Membantu mengidentifiasi .
4. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah .
5. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif .
Jadi pengukuran kinerja itu mempunyai fungsi dan manfaat bagi perusahaan maupun
pemerintahan dalam sektor publik .
KESESUAIAN DESAIN PENGUKURAN KINERJA DENGAN DESAIN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN
Pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk menilai keberhasilan organisasi.
Dalam oraganisasi sector public, keberhasilan organisasi dinilai dari kemampuan dari
kemampuan organisasi dalam menyediakan pelayanan public yang murah dan berkualitas.
Terdapat beberapa hal yang perlu dijawab untuk mengetahui keberhasilan suatu organisasi sektor
publik, yaitu sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Apa yang sebenarnya akan diukur?
Skala atau ukuran apa yang akan digunakan?
Berapa toleransi kesalahan yang akan diterima?
Siapa yang akan mengukur?
Untuk siapa informasi kinerja tersebut dan apa yang akan mereka lakukan dengan laporan
hasil kinerja tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperlukan koherensi keterpaduan, dan
keterikatan antar elemen-elemen sistem pengendalian manajamen. Faktor yang perlu menjadi
pertimbangan dalam menyusun sistem pengendalian manajemen yaitu :
1. Desain sistem pengendalian tergantung pada karakteristik lingkungan yang dihadapi.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik lingkungan organisasi merupakan
dasar untuk merancang sistem pengendalian yang efektif. Pendekatan kontijensi
diperlukan untuk menciptakan sistem pengukuran yang andal.
2. Paradigma akan memengaruhi cara anggota didalam organisasi untuk bersikap bertindak.
Berdasarkan paradigma suatu sistem dirancang sehingga dapat mengorganisasi berbagai
sumber daya untuk mencapai tujuan sistem.
3. Sistem terdiri atas 2 bagian, yaitu :
a. Proses
Berhubungan dengan tahapan yang harus dilalui.
b. Struktur
Berhubungan dengan komponen-komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya
secara bersama-sama.
Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian manajemen.
Faktor ini harus saling terpadu dan berintegrasi dengan sistem manajemen kinerja baik
pada proses maupun struktur.
4. Keahlian manajerial (managerial skill)
Hal ini diperlukan untuk menjalankan sistem yang telah dirancang. Sekalipun sistem
telah disusun dengan baik namun jikalau anggota di dalamnya tidak berkompeten, maka
sistem tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Gambar : Integrasi sistem manajemen kinerja dengan proses pengendalian manajemen pada
organisasi sektor publik.
Perumusan
strategi
Perencanaan
strategis
Rencana strategis :
-sasaran strategi
-indikator kinerja
-target
Penyusunan
program
Umpan balik &
tindakan koreksi
Penyusunan
anggaran
Pengukuran kinerja
implementasi
pengawasan
Pelaporan
Evaluasi
kinerja
Pencapaian hasil
Hasil
penilaian
dan penggunaan
kinerja
data
Peranan system manajemen kinerja tampak pada tahap perencanaan strategis , implementasi ,
dan evaluasi kinerja . Tolok ukur kinerja pada program pada pelaksanaan anggaran harus sesuai
dengan rancangan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan pada rencana strategis , yang
merupakan penjabaran dari visi , misi , tujuan, dan strategi pada tahap perencanaan strategis.
Rencana strategis berisi tentang sasaran strategis yang akan dicapai oleh organisasi , hasil dan
indicator kinerja , inisiatif strategis serta target kinerja . Pada tahap implementasi , organisasi
melakukan pengukuran kinerja untuk tujuan organisasi . Ukuran kinerja atas pusat-pusat
pertanggungjawaban . oleh karena itu , desain system pengukuran kinerja harus sesuai dengan
tjuan desain system pengendalian manajemen.
Pengukuran Ekonomi
Pengertian dari ekonomi sendiri adalah hubungan dimana antar pasar dan masukan (cost
of input). Pengertian lain dari ekonomi adalah pembelian suatu barang atau jasa dengan tingkat
kualitas pada harga tertentu yang terbaik yang dimungkinkan menartikan ekonomi sebagai
perbandingan antara input sekunder (bahan baku, personel, dan infrastruktur) dengan input
primer (kas). Jika sumber daya yang dikeluarkan berada dibawah anggaran maka terjadi
penghematan, sedangkan sebaliknya, jika diatas anggaran yang telah ditetapkan maka terjadi
pemborosan.
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi termasuk dalam hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money.
Efisiensi sendiri diukur dengan rasio antara output dengan input. Dimana jika semakin besar
output maka semakin tinggi pula suatu efisiensi suatu organisasi. Ukuran efisiensi mengukur
biaya atas output (cost of output). Ukuran efisiensi sendiri memiliki fungsi yaitu untuk mengukur
seberapa baik suatu organisasi mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk
menghasilkan suatu output.
Efisiensi dalam pengukuran kinerja dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Efisiensi alokasi (efisiensi 1)
Efisiensi alokasi terkait dengan suatu kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya
input pada tingkat kapasitas optimal.
2. Efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2)
Efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber
daya input pada tingkat output tertentu.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang
dihasilkan terhadap input yang digunakan. Ukuran efisiensi sendiri lebih bersifat relatif. Suatu
proses kegiatan operasional dikatakan efisien jika suatu produk atau hasil kerja dapat dicapai
dengan penggunaan sumber daya dan dana yang semaksimal mungkin. Perbaikan efisiensi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan
input.
3. Menurunkan input pada tingkat output yang sama.
4. Menurunkan input pada tingkat proporsi yang lebih esar daripada proporsi peningkatan
output.
Indikator efsiensi menggambaran suatu hubungan masukan sumber daya oleh suatu unit
organisasi (staf, upah, biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan indikator tersebut
memberikan suatu informasi tentang konversi menjadi suatu keluaran. Implementasinya, dalam
suatu organisasi sektor publik sendiri dapat menggunakan tenknik tertentu, seperti data
envelopment analysis (DEA). DEA adalah sebuah teknik yang didasarkan pada pemrogaman
linier yang membantu analis untuk mengukur dan memperbaiki kinerja dari sebuah agen,
program, layanan, atau “kepuasaan unit” lainnya dengan memperkenanan mereka untuk
menentukan efisiensi relatifnya.
Pengukuran Efektivitas
Pengetian dari efektivitas adalah ukuran behasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Jika suatu organisasi berhasil mencapai tujuan dengan baik maka organisasi tersebut
telah berjalan dengan efektif. Dimana efektivitas hanya melihat apakah suatu program dalam
suatu organisasi telah tercapai apa belum sesuai dengan ketetapan yang telah ditetapkan.
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan suatu dampak. Jika semkain
kntribusi output yang dihasilkan berperan terhadap suatu pencapaian tujuan maka semakin
efektif pula proses kerja suatu unit organisasi tersebut.
Konsep dasar : input,output dan outcome.
Suatu organisasi perlu mengindentifikasi variable kunci yang nantinya akan dikembangkan
menjadi indicator kinerja bagi unit kerja yang bersangkutanistialah “ ukuran kerja “ pada
dasarmya berbeda dengan “indikator kerja”.
Inti dari pengykuran kinerja pada organisasi pemerintahan adalah implementasi konsep VFM.
VFM memiliki 3 komponen yaitu ekonomi,efisien dan efektif dan untuk mengukur tiga
komponen tersebut organisasi pemerintahan harus mengetahui tingkat input,output dan outcome.
Mahmudi (2007:89) menyebutkan bahwa indikator kinerja yang akan dikembangkan hendaknya
memiliki karakteristik yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sederhana dan mudah dipahami
Dapat diukur
Dapat diklasifikasikan
Dikaitkan dengan standaratau target kinerja
Berfokus pada pelayanan,kualitas dan efisiensi
Dikaji secara teratur
Agar meningkatkan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayan,pengawasan (monitoring) dan
kaji ulang terhadap indikator harus dilakukan terus menerus.
Dan dalam organisasi pemerintahan indikator kinerja memiliki peran, salah satu contohnya :
1. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
2. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
3. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manejerial
Agar indikator kinerja dapat berperan seperti disebutkan diatas ,maka perlu memahami konsep
dasar pembuatan indicator input,output dan outcome. Konsep dasar nya yaitu terdiri atas definisi
dan konsep pengukuran masing-masing jenis indicator.
 INDIKATOR INPUT
Input adalah semua jenis sumber daya atau potensi yang dimasukkan untuk suatu proses
tertentu dan bertujuan untuk menghasilkan suatu output.
Input dibagi menjadi 2 :
1. Input primer : berupa kas
2. Input sekunder : berupa bahan baku, personel, infrastuktur dll.
Input primer  input sekunder 
Output
(diubah)
(diolah)
Sebuah input yang diukur sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu proses
dalam rangka menghasilkan suatu output disebut (pengukuran input). Pengukuran input dapat
dilakukan dalam bentuk program atau kegiatan. Pengukuran input ini dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasikan jumlah sumber daya yang dikonsumsi untuk suatu program, aktivitas dan
organisasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder dan input primer/ sama
dengan pengukuran ekonomi untuk mengetahui biaya per unit input (cost of input). Biaya input
diidentifikasi melalui akuntansi biaya dengan sistem pembiayaan (costing). Indicator input harus
diikuti dengan penentuan indicator output. Artinya, pengukuran ekonomi tidak cukup tanpa
diikuti dengan efisiensi dalam proses.
 INDIKATOR OUTPUT
Outpout adalah hasil dari suatu proses. Pengukuran output adalah pengukuran keluaran yang
dihasilkan dari proses. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui hasil implementasi program
atau aktivitas.
Menurut “Sudrajat (2007:197)” Karakteristik pengukuran output :

Ditunjukan di bidang kinerja sesungguhnya, yaitu berupa output yang benar-benar



menunjukan kinerja yang diharapkan.
Tepat sasaran, dalam artian tidak hanya mencerminkan estimasi kasar.
Tepat waktu.
Objektif, tidak dapat dimanipulasi.
Sebuah output harus memenuhi karakteristik di atas untuk menjamin kesuksesan dalam sistem
pengendaliannya. Bentuk pengukuran output ada 2 yaitu :
1. Kuantitatif dan keuangan
Contoh : jumlah PAD yang berhasil diperoleh oleh bagian pendapatan pada DPPKAAD
2. Kuantiatif dan nonkeuangan.
Contoh : jumlah lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi pada periode tertentu.
 INDIKATOR OUTCOME
Outcome adalah dampak suatu program atau aktivitas terhadap masyarakat. Outcome
mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan. Outcome dapat dikatakan sebagai hasil
yang dicapai dari suatu program yang dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.
Contoh : pemerintah mengeluarkan sejumlah dana untuk kegiatan pencegahan penyakit Malaria.
(Input primer : sejumlah dana yang dikeluarkan), (input sekunder: pembelian obat-obatan,
vaksinasi, tenaga medis, dan peralatan medis),
(Output: masyarakat yang diberi vaksinasi atau wilayah yang dijadikan sebagai sasaran pencegah
penyebaran Malaria)/ mengukur kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu aktivitas,
(Outcome : wilayah tertentu terhindar dari wabah penyakit malaria). Pengukuran outcome
dilakukan untuk mengukur nilai dari suatu kegiatan atau program/ kualitas dari output atau
Pengukuran dampak sosial suatu aktifitas.
Kapan dilakukanya Pengukuran Outcome ?

Pengukuran output dapat dilakukan ketika selesainya suatu program atau telah mencapai

tahap tertentu
Pengukuran output dapat dilakukan ketika hasil dari suatu program sudah ditetapkan.
KONSEP BEST VALUE
Konsep best value merupakan perluasan dari konsep VFM (Mahmudi,2007). Dalam konteks
organisasi pemerintahan, konsep best value merupakan suatu konsep yang mewajibkan unit kerja
pemerintah pemberi pelayanan publik untuk memberikan pelayanan terbaik. Unit kerja yang
termasuk kategori unit kerja best value harus fokus member perbaikan pelayanan secara terus
menerus dengan cara mengombinasi prinsip ekonomi, efisien, dan efektif dalam pelayanan, serta
harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan tidak didasarkan pada ketersediaan dana, melaikan apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Unit kerja best value bukan merupakan unit kerja yang menjalankan
fungsi pendapatan. Cara berpikir unit kerja ini tidak dimulai dari bagaimana meningkatkan
pendapatan untuk meningkatkan pelayanan, akan tetapi bagaimana memperbaiki dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat baru
kemudian mencari solusi bagaimana membiayai pelayanan tersebut. Salah satu Negara yang
menerapkan konsep best value adalah inggris yang di atur dalam Local Government Act 1999.
Karakteristik utama konsep best value adalah penetapan serangkaian idikator kinerja untuk
mengukur kinerja unit kerja pemberi layanan yang merupakan unit kerja best value. Indikator
kerja yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi adalah indikator outcome (hasil),
sedangkan indikator input dan output digunakan untuk menilai level kegiatan. Untuk
mengimplementasikan konsep best value, tentunya tidak hanya dibutuhkan keseriusan
pemerintah, melainkan juga aparatur publik yang berkompeten untuk menjalankan unit kerja
best value.
Implementasi Pengukuran Kinerja di Pemerintahan
Perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja merupakan bagian dari manajemen kinerja yang
terintegritas. Perencanaan kinerja terdiri dari :
1. Penetuan visi, misi, tujuan, dan strategi;
2. Penerjemah visi, misi, tujuan, dan strategi ke dalam 4 faktor :
a. Sasaran strategis,
b. Inisiatof strategis,
c. Indikator kinerja,
d. Target kinerja.
3.
Penyusunan program; dan
4.
Penyusunan anggaran.
Sedangkan pengukuran kinerja terdiri dari :
1. Komponen visi, misi, sasaran, dan target;
2. Komponen input, proses, output, dan outcome;
3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efetifitas.
Penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan penganggaran dengan perspektif
jangka menengah merupakan system penganggaran di Indonesia. Sistem tersebut berlaku sejak
dikeluarkannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Penyusunan anggaran
berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indicator kinerja, analisis
standard belanja, standard satuan harga, dan standard pelayanan minimal. Dari komponenkomponen tersebut, instrument penganggaran yang terpenting adalah indicator kinerja, analisis
standar belanja, dan standar pelayanan minimal. Tahap menentukan visi, misi, tujuan,
sasaran,dan target merupakan tahapawal. Kemudian dituangkan dalam dokumen rencana
strategis. Rencana strategis didapat dari hasil kombinasi dua pendekatan, yaitu pendekatan top
down dan bottom up. Yang dihasilkan dari pendekatan top down adalah inisiatif dari pemerintah
yang merupakan penjabaran dari visi dan misi kepala daerah. Dari rencana strategis kemudian
diterjemahkan dalam rencana kerja.
Sedangkan, pelayanan publik mewujudkan bentuk dari penjaringan aspirasi masyarakat
yang merupakan hasil pendekatan bottom up.pemerintah harus menyediakan pelayanan publik
yang standartisasi yang tertuang dalam SPM/tidak tertuang.SPM salah satu bentuk implementasi
konsep best value,SPM yaitu ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh oleh setiang anggota warga.
Jadi intinya,SPM adalah pelayanan dasar yang diadakan pemerintah untuk meningkatkan
mutu,yang disususn berdasarkan kebutuhan masyarakat dan pemerintah yang dipaksa harus
memenuhi dan membiayai segala kebutuhan tersebut.
ASB dan tolok ukur kinerja menjadi instrumen penting dalam ABK yang dibentuk
rencana kerja,yang harus sejalan dengan strategi perintah rencana kerja yang memuat program
dan kegiatan sebagai penjabaran Visi,Misi ,Tujuan dan Strategi Pemerintah dengan rencana kerja
pemerintah (RKP)yang berisi kegiatan tolok ukur kinerja ,jenis indikator ,target kerja ,sasaran
kegiatan dan pengukuran kinerja melalui indikator Input,Output dan Outcome dengan nilai
usulan anggaran (Belanja,Pendapatan,Pembiayaan)
Urusan Pemerintahan
Organisasi
Program
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Jumlah Tahun n-1
Jumlah Tahun n
Jumlah Tahun n+1
:
:
:
:
:
:
:
:
Program & kegiatan yang
sesuai dengan yang
1.01. Urusan Wajib Pendidikan
tertuang dalam RKPD dan
1.01.01. Dinas Pendidikan
Renstra SKPD
1.01.01.15. Program Pendidikan Anak Usia Dini
1.01.01.15.01. Pembangunan Gedung Sekolah (Taman Kanak-Kanak)
Kecamatan X
Pengukura
Rp 753,000,000.00 (Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Juta Rupiah)
n kinerja
Rp 800,000,000.00 (Delapan Ratus Juta Rupiah)
VEM
Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung
Indikator
Capaian Program
Masukan
Keluaran
Hasil
Tolok Ukur Kinerja
: Rasio Anak Usia Dini yang Bersekolah dibanding dengan
anak usia dini
: Jumlah Dana
: Sekolah yang Dibangun
: 1. Rasio Jumlah Kelas dibanding Siswa
: 2. Anak usia dini yang terlayani
Target Kinerja
1:3
Rp 753,000,000.00
5 unit
1:50
400 orang
Nilai
: Anak pada usia dini yang belum tertampung di sekolah
Usulan
anak usia dini
Anggaran
RINCIAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG
MENURUT PROGRAM DAN PER KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
KODE
RINCIAN PERHITUNGAN
JUMLAH
URAIAN
Volume
Satuan
Harga
satuan
REKENING
(Rp)
2
3
4
5
6 = (3x5)
2
BELANJA LANGSUNG
2 1
BELANJA PEGAWAI
1,650,000.00
2 1 01
Honorarium PNS
1,650,000.00
Honorarium Panitia Pelaksana
2 1 01
01
1,050,000.00
Kegiatan
Ketua Panitia x 1 Org
1
OK
400,000.00
Sekretaris
x 1 Org
1
OK
350,000.00
Anggota
x 1 Org
1
OK
300,000.00
Kelompok Sasaran
Kegiatan
5
5
5
5
5
2
1
01
02
Honorarium Tim Pengadaan
Barang dan Jasa
Gambar 9.3. Contoh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja dalam RKA-SKPD
600,000.00
Download