I. GAGASAN UTAMA Setiap orang yang beragama pasti pernah berdoa. Dengan demikian, berdoa tidak bisa dipisahkan dari ritme rohani orang yang beragama. Doa memegang peranan penting untuk kelangsungan dan perjalanan hidup manusia, untuk itu hampir disetiap perjalanan hidup manusia beragama. Namun, pada bagian ini kita akan diberikan pemahaan tentang apa tujuan berdoa. Apa pengertian doa? Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian doa sebagai permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan,permintaan dan pujian. Dalam bahasa Yunani, doa disebut dengan: „Deomai‟ (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi): kata-kata ini dipakai dalam keagamaan. Kata itu mengandung pengertian „meminta dengan sangat‟. Mengacu pada pendapat J.G.S.S Thomson dalam artikelnya Dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid I, menuliskan bahwa doa merupaklan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Minggu, 01 Mei 2016 Tema: DOA Nats: LUKAS 11:1-13 Tujuan Pembelajaran : 1. Anak Sekolah minggu dapat menyebutkan salah satu isi doanya 2. Anak Sekolah Minggu dapat menyebutkan isi doa yang diajarkan Tuhan Yesus 3. Mengungkapkan pengalamannya ketika berdoa Metode: Disesuaikan Dengan Kelas Seklah Minggu Dengan demikian, doa dapat kita mengerti dalam dua aspek, yaitu: Pertama, suatu permohonan kepada Tuhan. Permohonan ini dilakukan dengan pengakuan bahwa Dia berkuasa untuk memberikan permohonan tersebut. Kedua, sebagai sarana bagi kita agar memiliki hubungan yang lebih dekat kepada Tuhan. Dengan doa, kedekatan kepada Tuhan dapat kita bangun secara perlahan-lahan. II. Penjelasan Nats Nats ini merupakan pengajaran Tuhan Yesus tentang berdoa. Pada ayat 1 disebutkan bahwa suatu saat Yesus berdoa di suatu tempat. Selain uraian Yesus yang berdoa pada ayat 1 itu, pada bagian lain Injil Lukas juga menjelaskan tentang Yesus yang berdoa di Getsemane. Disini kita akan melihat penjelasan tntang pengajaran Yesus tentang berdoa. Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 1 Pertama: berdoa kepada Allah Bapa (ayat 11:1-2a,) Berdoa adalah menaikkan permohonan kepada Allah yang Maha Kuasa. Kita berdoa kepada-Nya sebab Ia adalah Raja kita dan berkuasa atas diri kita. Ia pencipta kita bagaikan tukang periuk yang menciptakan kita sebagai periuk tanah liat (baca: Rm 9:20-21). Ia berdaulat untuk memberikan apa yang diperlukan oleh setiap umat manusia. Ia adalah Allah yang penuh kasih dan selalu memberi yang terbaik bagi kita. Pada ayat 11 dan 12 dikatakan, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?” Demikian juga Bapa kita akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kita dalam mengemban misi yang diberikannya dalam hidup kita. Allah kita adalah Allah yang baik dan selalu peduli, meski kata peduli ini tidak harus diterjemahkan sebagai pemenuhan semua keinginan kita. Ia perkasa sebab Ia mampu memberikan semua keperluan itu. Tetapi Ia tidak akan memberikan segala keinginan kita. Keperluan dan kebutuhan sangat berbeda dengan keinginan, apalagi keinginan yang sudah dikuasai oleh keinginan daging. Jelas keinginan seperti itu justru akan merusak dan membahayakan kehidupan kita dan Allah tidak akan mengabulkannya. Kita menyebut Allah Bapa di sorga bukan berarti Ia jauh dari kita. Ia bukan Allah yang bertakhta bagaikan tuan tanah pemilik bumi dan alam semesta yang sedang berpergian ke sorga. Pengertian sorga lebih kepada pemberitahuan bahwa Allah adalah agung dan berdaulat (band. 2Taw 20:6; Mzm 115:3). Pernyataan Bapa di sorga adalah Bapa yang bertakhta dan berdaulat, seorang Bapa yang memerintah atas segala sesuatu. Dia adalah Raja segala Raja. Kedua: berdoa bagi Allah (ayat 2b-4) Pada bagian ini, kita akan melihat doa yang diajarkan Tuhan Yesus bagi murid-muridNya. Doa ini lazim kita pakai dalam setiap ibadah. Melalui doa yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus pada ayat 2b-4, maka timbul pertanyaan, pemahaman apa yang muncul dalam doa ? Ada tiga unsur yang dapat kita lihat dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus pada ayat 2b-4: berdoa bagi nama Allah, berdoa bagi kerajaan Allah, dan berdoa bagi kehendak Allah. Allah memang Maha Kuasa dan Perkasa. Namun Ia tidak menginginkan semua rencanaNya dilakukan-Nya sendiri. Allah telah menetapkan menciptakan manusia yang serupa dan segambar dengan Dia dalam mewujudkan misi dan rencana-Nya untuk dunia ini. Allah tidak menciptakan robot-robot yang bertindak menurut program “Tukang Periuk”, melainkan Ia menetapkan menciptakan manusia yang memiliki hati dan kehendak. Manusia yang diciptakan-Nya memiliki “kebebasan” (relative) dalam memutuskan apakah manusia itu ingin bekerjasama dengan Allah dalam mewujudkan rencana dan misi-Nya tersebut? Dalam hal inilah kita sebagai anak-anak-Nya diminta bekerja sama dalam tugas itu. Kita berdoa bagi nama Allah sebab nama Allah harus dipertahankan dalam keagungan dan kemuliaan-Nya. Sama seperti dalam sambutan protokol, nama-nama selalu disebutkan didahului dengan “yang terhormat”, “yang dimuliakan” (biasanya bagi pembesar dan rajaraja di bumi), atau sebutan lainnya. Nama Allah harus kita pertahankan agar tetap Agung dan Mulia. Demikian juga dengan kerajaan-Nya, kita berdoa bagi kerajaan-Nya dalam pengertian agar semakin banyak orang yang bekerja untuk memperluas dan memperbesar kerajaan-Nya. Kita berdoa bagi kehendak-Nya karena Ia menginginkan agar semua isi dunia ini mengaku dan mengikut Dia melalui Tuhan Yesus yang diutus-Nya sebagai Juruselamat manusia. Allah berkehendak agar tercipta damai sejahtera bagi isi dunia ini Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 2 sebagaimana pesan pertama Tuhan Yesus bagi dunia. Itulah yang dikehendaki agar kita ikut berpartisipasi dalam tugas itu melalui doa dan perbuatan kita. Ketiga: berdoalah bagi diri/kita sendiri (ayat 11:3-4) Tuhan Yesus tidak melupakan bahwa kita sebagai manusia memerlukan beberapa kebutuhan. Dalam Doa Bapa Kami ini, Tuhan Yesus mengajarkan kita agar meminta tiga hal pokok yakni: makanan, pengampunan, dan perlindungan. Tubuh fisik kita terdiri dari beberapa unsur materi dan dapat berkurang atau rusak sesuai dengan faktor waktu dan usia. Ada proses dalam tubuh kita dengan prinsip kimia-fisika bahwa tubuh membutuhkan materi dan energy, agar bisa berproses lanjut, terutama apabila tubuh dalam pertumbuhan dan melakukan pergerakan maka dibutuhkan energi akan lebih besar lagi. Semua proses itu berlangsung dalam tubuh daging kita yang diciptakan dengan sempurna. Oleh karena itu, kita membutuhkan makanan (dan minuman) untuk proses tersebut. Tubuh tidak baik menyimpan makanan untuk dipakai dalam 1 minggu ke depan. Yang terbaik adalah asupan makanan dan minuman dipakai dan dibutuhkan dalam satu hari ke depan termasuk untuk pertumbuhan fisik. Ini dilakukan secara kontinu. Apabila ada kelebihan, maka akan disimpan dalam bentuk lemak dan itu sangat tidak menyehatkan. Keserakahan memang membawa hal buruk. Kalau ada berkat jasmani yang berlebih, maka sebenarnya itu mesti dipakai untuk kepentingan yang lebih panjang sesuai dengan rencana Allah, bukan untuk dihabiskan atau berfoya-foya dalam sehari. Oleh karena itu, dalam doa tersebut hanya diminta makanan untuk hari ini. Allah kita itu adalah Allah Penyedia (Provider) yang mengetahui kebutuhan kita. Hal kedua yakni pengampunan. Kita secara sadar atau tidak sadar melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan dan juga kepada sesama manusia. Perbuatan yang menyakitkan hati Tuhan dan sesama manusia itu akan menimbulkan luka, apalagi bila kita terlihat tidak menyesalinya. Tiadanya pengampunan dari Tuhan membuat segala sesuatunya menjadi sulit dan buyar. Tanpa pengampunan dari Tuhan (termasuk usaha kita mendapatkan pengampunan dari manusia, terlepas apakah mereka memberikan atau tidak), maka tidak akan ada pengudusan. Tanpa pengudusan, maka komunikasi dan hubungan dengan Allah akan terputus. Dalam konteks Doa Bapa Kami ini, permohonan pengampunan itu menjadi penting, dan Allah kita adalah Allah Pengampun (Pardoner). Hal ketiga adalah perlindungan. Meski kita berusaha hidup dalam kebenaran dan ketulusan, namun tidak bisa dipungkiri kita berada dalam lingkungan atau masyarakat yang belum benar dan tulus. Banyak hal jahat di sekeliling kita, baik atas inisiatif dari iblis dan setansetan maupun didorong oleh kedagingan manusia. Kadang hal yang jahat itu datang tidak terelakkan baik atas seizin Tuhan maupun karena godaan iblis pada kita, yang mengetahui titik-titik lemah untuk menyerang kita. Oleh karena itu dalam Doa Bapa Kami kita memohon perlindungan dari-Nya agar menjauhkan kita dari yang jahat, sebab Allah kita itu adalah Allah Pelindung (Protector). Keempat: tentang meminta, mencari, dan mengetuk (ayat 11:5-10) Pada ayat 5 Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seseorang yang pergi ke rumah seorang sahabatnya di tengah malam karena membutuhkan roti untuk tamunya yang baru tiba dari perjalanan, kemudian berusaha mengetuk pintu rumah sahabatnya agar ia mendapatkan roti untuk disajikan. Tuhan Yesus memberi contoh bagaimana orang tersebut harus berusaha meski di tengah malam dan meminta kepada sahabatnya itu, mengetuk pintu rumahnya, meski ada konsekuensi bahwa sahabatnya tersebut akan memberikan dengan Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 3 “berat hati”, karena ia tidak mau diganggu lebih lama (band. Luk 18:1-8 tentang hakim yang tidak benar dengan seorang janda). Tuhan Yesus menekankan bahwa kita harus meminta. Tanpa meminta maka Allah tidak tahu akan kebutuhan yang sesuai dengan rencana kita dalam menjalani hidup sesuai dengan rencana-Nya. Permintaan harus spesifik dan tidak berlebihan. Meminta itu bukan sesuatu yang salah dan sebagaimana dikisahkan oleh Tuhan Yesus, orang tersebut pergi meminta walau malam hari. Artinya dalam meminta tersebut ada perjuangan dan perlu pengorbanan. Hal yang perlu dilihat juga adalah orang tersebut meminta bukan untuk dirinya melainkan untuk sahabatnya yang datang berkunjung yang sedang kelaparan. Disamping itu, aspek meminta menjelaskan hakekat mendasar manusia itu. Ketika kita meminta, maka saat yang sama kita mengakui bahwa kita tidak memiliki sesuatu. Ketika Yesus berkata: “Mintalah...”, maka itu merupakan pengajaran terhadap orang banyak bahwa masih banyak yang belum dimiliki oleh manusia itu. Dengan demikian, kata „meminta‟ merupakan wujud ketidakberdayaan dan keterbatasan manusia. Ketika kita meminta kepada Tuhan, maka itu merupakan pengakuan bahwa Dia memiliki kekuasaan tempat kita bersandar dan berharap. „Mintalah...‟ merupakan ajakan untuk mengakui ketidakberdayaan manusia dalam hidupnya. Di dalam ketidakberdayaan itulah maka kita pantas dan layak berdoa kepada Tuhan. III. MATERI PENGAJARAN Kepada Sekolah Minggu, ada dua makna doa yang hendak ditekankan: Pertama, berdoa merupakan satu-satunya cara untuk menyerahkan diri kepada Tuhan supaya KasihNya dapat memberikan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Kedua, berdoa merupakan sarana bagi manusia untuk membina dan membangun hubungan dengan Tuhan. Untuk itu, cerita di bawah ini dapat dipergunakan sebagai pendahuluan atas materi yang hendak disampaikan kepada anak-anak: LAYANG-LAYANG Seorang anak membanggakan layang-layang yang dibuatnya sendiri kepada temannya. Dengan bangganya, ia menunjukkan layang-layang berwarna-warni yang melayanglayang di udara. Ia memegang benang dan memin-mainkannya dengan wajah ceria. “Dapatkah layang-layangmu terbang lebih tinggi lagi ?” Tanya temannya, “Oh, tentu saja bisa” jawabnya dengan yakin sambil mengulur benag yang dipegangnya hingga layang-layang itu terbang “Bisakah lebih tinggi lagi ?” “Oh, bisa .... bisa,” jawabnya sambil memanjat sebuah pohoh. Dan, teman yang di bawah terus menerus menantang hingga tidak ada lagi tempat lebih untuk berpicak. “Bagaimana, apa masih bisa terbagn lebih tinggi lagi ?” Karena tidak mau dipermalukan, anak itu memutus benang layang-layang dengan harapan dapat terbang lebih tinggi lagi. Tetapi apa yang terjadi ? Layang-layang itu justru semakin turun dan akhirnya tersangkut pada rumpun-rumpun bambu. Kita harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Jika hubungan itu terputus, kita akan kehilangan arah dan tersesat. Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 4 Cerita ini dapat dipergunakan untuk menjelaskan betapa pentingnya membina hubungan dengan Tuhan. Cara membina hubungan dengan Tuhan dapat dilakukan melalui Doa. Dengan Doa, maka hubungan baik dengan Tuhan dapat terjadi. Apa untungnya bagi anakanak ?. Orang yang membina hubungan baik dengan Tuhan tidak akan tersesat dan salah arah karena Dia membimbing dan menuntun hidup kita. Kelas Pra-Sekolah : Bagi anak usia Pra-Sekolah, hal yang sifatnya konseptual belum dapat dijelaskan atau diterapkan. Sesuatu hal dapat dijadikan sebagai kebutuhan bila anak usia seperti ini dibiasakan melakukan sesuatu. Demikian halnya juga tentang berdoa. Berdoa menjadi kebiasaan bagi seorang anak pada usia pra-sekolah bila sesuatu yang berjalan rutin dalam hidupnya diawali dengan berdoa, seperti: makan, tidur, berangkat sekolah, dsb. Sebelum melakukan hal rutin itu, anak-anak diingatkan untuk mengawalinya dengan berdoa. Untuk itu, metode pengajaran bagi anak Kelas Pra-Sekolah dianjurkan dengan mengajarkan anak-anak itu dengan Doa Bapa Kami. Cara pengajaran yang dapat diperbuat yang mengulang-ulang kalimat itu, dan anak-anak mengikutinya. Diharapkan, pada akhir pembelajaran, anak-anak dapat menyebutkan beberapa potong kalimat dalam Doa Bapa Kami itu. Porto folio bagi anak usia Pra-Sekolah dianjurkan dengan cara mewarnai gambar tentang tema berdoa pada Lembar Aktifitas I Kelas I – III dan Kelas IV - VI Bagi anak-anak usia Kelas I-III sudah dapat diajak untuk memahami yang sifatnya konseptual. Selain itu, sel syaraf anak pada usia ini sudah dapat menangkap dan mengingat hal yang sifatnya sederhana. Untuk itu, guru Sekolah Minggu sudah lebih mudah mengajarkan Doa Bapa Kami kepada anak usia Kelas I – III ini. Porto folio aktifitas anak pada Kelas I-III sudah dapat mencocokkan gambar sebagaimana dibuat pada Lembar Aktifitas II. Cara permainannya adalah: 1. Kolom A merupakan gambar yang mewakili kalimat-kalimat dalam Doa Bapa Kami 2. Anak-anak diajak untuk menggunting dan menempel kalimat yang cocok pada Kolom B ke gambar pada Kolom A. Kelas VII – IX Permainan Maze: Berjumpa dengan Tuhan. Maze yang ada pada lembar aktifitas ini diisi oleh beberapa ayat-ayat Alkitab. Seluruh anak akan dibagikan lembar aktifitas. Kemudian dia akan mencari jalan untuk berjumpa dengan Tuhan. Dalam perjalanan itu, mereka akan melewati beberapa ayat-ayat Alkitab. Isi dari ayat Alkitab itu dicatat. Pada akhir pembelajaran, beberapa anak diberi kesempatan untuk menjelaskan arti ayat Alkitab itu dalam kehidupannya. Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 5 Lembar Aktifitas I: Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 6 Lembar Aktifitas II: Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 7 Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 8 Lembar Aktifitas III: Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 9 Didakhe Edisi: II/Mei/2016 Hal. 10