Ringkasan Khotbah - 19 Jun'11 Otoritas Pengampunan Dosa Mat.9:1-8 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Bagian ini dimulai dari pasal 8 di mana Kristus mengadakan penyembuhan yang melewati batas-batas: kenajisan (menyentuh orang yang sakit kusta); etnis (menyempuhkan hamba seorang perwira Romawi; kepala pasukan seratus dalam bahasa Inggrisnya); dan gender (menyembuhkan mertua Petrus, seorang perempuan yang dianggap remeh pada jaman itu). Setelah itu Ia menyatakan kuasanya atas wilayah Iblis atas alam (menenangkan angin ribut); atas roh-roh jahat (yang merasuki orang di Gadara/ Gerasa); dan atas dosa (melalui penyembuhan orang lumpuh). Mengapa Ia pertama-tama mengatakan kepada orang lumpuh itu bahwa dosanya diampuni? Bukankah yang paling diperlukannya pada waktu itu adalah kesembuhan dan bukannya pengampunan dosa? Bagi kita pembaca modern yang hidup di jaman ini hal pengampunan dosa bagi si lumpuh tidak berarti apa-apa. Tetapi pada jaman itu mereka yang kena sakit penyakit yang dianggap cukup parah dianggap oleh masyarakat sebagai kena kutukan Tuhan (bdk. Yoh. 9:2). Melalui penyembuhan si lumpuh ini Kristus mau mengatakan bahwa penyakit tidak tentu adalah akibat langsung dari dosa yang parah, melainkan kadang adalah karena ada maksud Tuhan atas hal itu. Seringkali pemberitaan injil di rumah-rumah sakit yang kita lakukan menjadi sulit karena si sakit bukan hanya dikunjungi oleh kita saja tetapi juga oleh gereja-gereja lain yang kurang bertanggung jawab dalam pengajarannya yang mengatakan bahwa dia perlu mengaku dosanya agar sembuh. Dia sudah dipaksa-paksa mengakui hal itu bahkan semua dosa yang paling memalukan pun sudah diakui namun tidak juga sembuh. Masalahnya adalah mungkin memang Tuhan tidak bermaksud menyembuhkan dia atau paling tidak tidak dalam jangka waktu cepat. Di sini Kristus hanya diberitakan sebagai dukun penyembuh saja tapi hal yang paling utama yang diberitakan-Nya yaitu mengenai Kerajaan Allah dan pengampunan dosa justru diabaikan. Akibatnya waktu kita menyampaikan berita Injil yang sejati kepada si sakit ini dia menjadi menolak karena sudah kebal akibat indoktrinasi yang sudah diterimanya. 1/4 Ringkasan Khotbah - 19 Jun'11 Hal kedua yang sebetulnya mau dinyatakan Kristus sebetulnya adalah bahwa kebutuhan si lumpuh (dan kita semua umat manusia) yang paling mendasar adalah pengampunan dosa dan bukan hal yang lainnya. Orang bisa saja sembuh dari sakit tanpa pernah bertobat. Mungkin pada waktu ia sakit ia berdoa dengan begitu giat dan bersungguh-sungguh, bahkan menjanjikan hal yang muluk-muluk kepada Tuhan. namun saat sembuh dan janji itu ditagih ia minta maaf dan mengatakan bahwa dulu itu sebetulnya karena emosi padahal ia tidak pernah sungguh-sungguh. Jack Higgins, penulis novel terkenal yang sukses, The Eagle has Landed, ditanyakan apa yang ingin ia ketahui dalam hidupnya dan ia menyatakan bahwa andaikata saja ada orang yang memberitahunya semasa ia masih muda bahwa setelah ia mencapai pencapaian yang tertinggi ternyata puncak itu kosong, tidak ada apa-apa. Boris Becker yang berulangkali memenangkan Wimbledon mengatakan bahwa pergumulannya yang terbesar dalam hidup adalah bagaimana supaya ia tidak bunuh diri. Banyak lagi contoh lainnya. Kebutuhan manusia yang terbesar bukanlah kesuksesan. Yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah kesadarannya sebagai manusia berdosa yang membutuhkan penebusan dan pengampunan. Orang yang datang kepada Kristus motivasinya bisa bermacam-macam: ingin kaya, ingin dapat jodoh, ingin punya anak, ingin usahanya diberkati, dan lain sebagainya. Namun sangat sedikit sekali yang datang karena menyadari kebutuhannya sebagai manusia berdosa yang membutuhkan pengampunan dan penebusan yang dikerjakan oleh Tuhannya, Yesus Kristus. Semua yang lain bukannya tidak perlu tetapi tidak mendasar dan dapat hilang lagi karena sifatnya yang sementara dan tidak kekal. Inilah sebabnya Tuhan mengatakan kepada si lumpuh itu bahwa kebutuhannya yang terdalam itu sudah diberikan, yaitu pengampunan dosa. Namun sayangnya ternyata hal ini justru tidak menyenangkan hati para pemimpin agama pada waktu itu karena Yesus dianggap menghujat Allah (ayat 3) karena yang berhak dan dapat mengampuni dosa hanya Allah saja. Berarti Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah. Ini adalah konflik Kristus yang pertama dengan para ahli Taurat dan orang Farisi yang nanti akan terus meningkat dan berujung pada kematian-Nya lewat penyaliban. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa yang di hadapan mereka ini adalah satu Pribadi yang memiliki otoritas untuk mengampuni dosa yang sebetulnya telah lama mereka nanti-nantikan. Kristus kemudian menantang mereka dengan pertanyaan tentang mana yang lebih mudah untuk dilakukan: mengampuni dosa atau menyembuhkan orang lumpuh (ayat 5). Pada dasarnya kedua hal ini tidak mungkin dilakukan oleh manusia manapun. Akan tetapi apabila kita mengatakan kepada seseorang bahwa dosanya sudah diampuni hal itu lebih mudah untuk diucapkan karena tidak perlu, bahkan tidak ada bukti yang kelihatan. Namun untuk menyatakan 2/4 Ringkasan Khotbah - 19 Jun'11 kepada seseorang bahwa penyakitnya yang parah sudah sembuh pasti lebih sulit karena perlu ada bukti yang kelihatan. Pertanyaan ini sebetulnya sebuah argumen a fortiori, maksudnya adalah kalau yang lebih sulit dilakukan saja ternyata bisa dilakukan berarti yang lebih mudah dilakukan otomatis juga pasti bisa dilakukan. Dalam hal ini kalau Yesus betul berkuasa menyembuhkan si lumpuh melalui ucapan-Nya saja maka perkataan-Nya bahwa Ia mampu dan berkuasa mengampuni dosa si lumpuh itu pasti juga benar. Itulah sebabnya Ia menegaskan kembali otoritas-Nya sebagai Anak Manusia (ini bukan gelar sembarangan melainkan sebuah gelar yang tinggi yang diakui oleh orang Yahudi berkaitan dengan Daniel 7:13-14, suatu gelar Mesianik) yang mampu mengampuni dosa di sini (ayat 6) yang segera diikuti oleh perintah-Nya kepada si lumpuh itu untuk bangun mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya. Segera si lumpuh bangun dan pulang (ayat 7) dan hal ini membuktikan dengan segera bahwa betullah Yesus mampu dan berotoritas mengampuni dosanya. Dengan demikian jelaslah bahwa kesembuhan bukanlah ditujukan untuk kesembuhan itu sendiri melainkan untuk menyatakan otoritas Kristus yang mampu mengampuni dosa. Kita semua adalah orang berdosa seperti si lumpuh. Mungkin kita tidak memiliki sakit fisik yang parah, namun kita semua adalah orang berdosa. Ini tidak tergantung seberapa baik saya di mata orang lain. Di hadapan orang lain mungkin saya termasuk cukup baik dan memiliki nilai 9 sampai 10 sementara banyak orang mungkin hanya 3 atau 4. Sampai kita memandang kepada standar Tuhan yang sempurna dan nilainya mungkin jutaan baru kita sadar bahwa semua manusia mau dia baik atau jahat sekalipun adalah sama-sama berdosa dan tidak memenuhi standar Tuhan. Selain itu dosa juga bukan masalah besar kecilnya namun kepada Siapa hal itu dilakukan. Pemukulan kepada anjing kecil, berbeda akibatnya dengan yang dilakukan kepada anjing besar, tetangga, tentara, atau kepala negara. Tindakan pukulnya sama tetapi akibatnya berbeda. Demikian juga kita semua adalah orang berdosa sangat besar karena pertama-tama kita bukan melakukannya kepada ciptaan lain atau kepada manusia melainkan kepada Tuhan saja. Kita layak dihukum mati sebagai upah dosa kita (Rm.6:23). Itulah sebabnya kebutuhan kita semua, manusia yang berdosa di hadapan Allah, adalah pengampunan dosa dan hanya Kristus yang berotoritas untuk memberikannya kepada kita. Mungkin ada di antara kita yang seperti si lumpuh yang tidak mampu lepas dari dosa tertentu namun Ia mampu mengatakan kepada kita "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Maka mari kita datang kepada-Nya untuk disembuhkan-Nya. Hal ini benar bahkan bagi kita yang sudah percaya pada Kristus sekalipun, terlebih-lebih bagi kita yang 3/4 Ringkasan Khotbah - 19 Jun'11 belum percaya. Pada kenaikan-Nya ke surga Kristus memberitakan bahwa kepada-Nya telah diberikan segala kuasa baik di langit dan di bumi lalu kemudian Ia mengutus para murid-Nya sampai ke ujung bumi. Pengutusan ini bukan untuk menyembuhkan, mengabarkan mujizat, atau kesuksesan melainkan untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan menjadikan mereka pengikut-Nya melalui baptisan dalam nama Allah Tritunggal (Mat.28:18-20). Sementara itu di bagian lain Ia juga mengatakan kepada Petrus yang mewakili gereja Tuhan bahwa gereja telah diberi kuasa untuk mengikat dan melepaskan apa yang ada di bumi sebagai apa yang (dalam beberapa terjemahan) telah terikat dan terlepas di surga (Mat. 16:19). Dengan demikian sebetulnya kuasa yang ada pada Kristus yaitu untuk mengampuni dosa telah diberikan kepada para murid-Nya dan juga kepada gereja. Apa maksud hal ini? Saat gereja Tuhan, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama, memberitakan Firman Tuhan, entah lewat mimbar, renungan, maupun pemberitaan Injil, dan sebagainya, hal itu sebetulnya sedang membawakan kuasa itu untuk mengikat dan melepaskan, yaitu kepada mereka yang mau percaya kepada Kristus dan bertobat meninggalkan dosanya berarti mereka telah terlepas dari dosanya dan sebaliknya mereka terus terikat apabila berita yang penting ini ditolak. Berarti dalam hal ini kuasa dan otoritas pengampunan dosa juga telah diberikan kepada kita sebagai gereja Tuhan. Pertanyaannya adalah apakah kita mau menggunakan kuasa ini untuk melepaskan dan mengikat banyak orang yang belum percaya? Ini adalah hal istimewa gereja. Tugas kita yang paling utama adalah membawa berita pengampunan dosa ini sampai ke ujung bumi untuk membawa banyak manusia kembali kepada Kristus, Sang Pencipta dan Penebusnya, dan untuk memulihkan hubungan mereka kembali kepada Allah Bapa, Sang Pemilik hidup mereka, dan hal ini tidak mungkin terjadi tanpa kuasa kelahiran baru dari Allah Roh Kudus yang telah dijanjikan Kristus akan menyertai kita sampai selama-lamanya. Yang belum percaya datanglah dan terimalah Kristus yang akan memulihkan dan mengampuni dosa kita. Yang sudah percaya namun terikat dosa tertentu datanglah juga kepada Kristus maka Ia sanggup melepaskanmu. Yang sudah percaya dan hidup di dalam Dia gunakanlah otoritas pengampunan dosa ini sebagai alat untuk menyatakan kerajaan Allah pemerintahan Kristus atas kita. Maukah kita? (BA) 4/4