BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Rekam Medis 7

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Rekam Medis
1.
Pengertian Rekam Medis
a.
Rekam Medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Rekam
medis
menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
269/MENKES/PER/III/2008. Rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.(5)
b.
Rekam Medis menurut Huffman EK, 1992
Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa,
mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien
selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan
pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk
mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnose dan pengobatan serta
merekam hasilnya.(6)
2.
Tujuan Rekam Medis
Tujuan dari rekam medis adalah menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.(7)
3.
Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :
a.
Aspek Administrasi
7
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b.
Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha
menegakkan keadilan serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
c.
Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya mengandung
data atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan.
d.
Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data atau informasi yang di dapat digunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
e.
Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut
digunakan sebagai bahan atau review pengajaran di bidang profesi pemakai.
f.
Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena catatan
tersebut digunakan atau sebagai dasar dokumentasi untuk pengobatan atau
perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
g.
Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis karena catatan tersebut
digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan
yang harus diberikan kepada seorang pasien.(8)
B. Statistik Rumah Sakit.
1.
Pengertian Statistik Rumah Sakit
Statistik rumah sakit kesehatan yang bersumber pada data rekam medik sebagai
informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi
kesehatan, manajemen, dan tenaga medis dalam pengambilan keputusan.(9)
2.
Kegunaan Statistik Rumah Sakit
Pengumpulan data statistik merupakan fungsi penting dari rumah sakit.Rumah sakit
adalah sumber penting dari suatu data yang dipakai untuk menyusun statistik
medis. Petugas rumah sakit bertanggung jawab atas pengumpulan analisis,
Interprestasi, dan prestasi data statistik dimana saja data statistik rumah sakit
biasanya digunakan untuk
a.
Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang.
b.
Sebagai bahan acuan untuk perencanaan pengembangan rumah sakit/klinik di
masa datang.
3.
c.
Penilaian penampilan kerja tenaga medis, perawat, dan staf lain.
d.
Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori pemerintah.
e.
Penelitian.
Indikator Kinerja Rumah Sakit
Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah
sakit diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi dapat bermakna ada nilai
parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara standar yang diinginkan.
Banyak sekali indikator yang
dipakai menilai rumah sakit, yang sering digunakan adalah :
a.
BOR ( Bed Occupancy Rate )
Yaitu presentase pemakaian tempat ridur pada waktu satuan tertentu indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan dari tempat tidur rumah
sakit.
b.
LOS ( Length of Stay )
Yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien yang di rawat inap. Indikator ini juga
memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu pengamatan lebih lanjut ).
c.
TOI ( Turn Over Interval )
Yaitu rata-rata hari, tempat tidur tak terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga
memberikan gambarab tingkat efisiensi daripada tingkat penggunaan tempat tidur.
d.
BTO ( Bed Turn Over )
Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, beberapa kali dalam satuan waktu tertentu
( biasanya 1 tahun ) tempat tidur rumah sakit terpakai. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur.(10)
C. Mutu Dalam Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir atau out come dari interaksi dan
ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan
kesehatan sebagai suatu sistem.Hubungan dan aspek-aspek dalam pelayanan
kesehatan cara-cara peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat melalui pendekatan
institusional atau individu.
Menurut Profesor A. Donabeidian ada tiga pendekatan evaluasi atau
penilaian mutu, yaitu dari aspek :
a.
Struktur
Meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen
keuangan, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya yang difasilitasi
kesehatan.
b.
Proses
Adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara professional oleh tenaga
kesehatan (misalnya dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan interaksinya
dengan pasien.
c.
Out comes
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, ada dua cara yaitu :
1)
Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan,
perlengkapan dan material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi
tinggi atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur.
2)
Memperbaiki metode dan penetapan teknologi yang dipergunakan dalam
kegiatan pelayanan. (11)
D. Standar Pelayanan Rumah Sakit
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat,
maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
semakin nyaman semakin mendesak untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, diperlukan suatu standar pelayanan yang baku.
Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal, yaitu :
1.
Standar pelayanan rumah sakit, meliputi:
a.
Administrasi dan manajemen
b.
Pelayanan medis
c.
Pelayanan gawat darurat
d.
Kamar operasi
e.
Pelayanan intensif
f.
Pelayanan perinatal resiko tinggi
g.
Pelayanan keperawatan
h.
Pelayanan anastesi
i.
Pelayanan radiologi
j.
Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana
k.
Pemeliharaan sarana
l.
Perpustakaan
m. Pengendalian infeksi di rumah sakit
2.
n.
Pelayanan sentralisasi sentral
o.
Pelayanan gizi
p.
Pelayanan medis
q.
Pelayanan laboratorium
r.
Pelayanan rehabilitasi medis
s.
Pelayanan
Standar pelayanan medis
Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi
makin efektif dan efisien.Efisiensi pelayanan medis tercermin dari tingkat jumlah
hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit.Angka jumlah hari pasien rawat inap
tinggal di rumah sakit tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit, merupakan informasi
yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan.
Tujuan pelayanan medis :
a.
Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak sesuai dengan standar
profesional.
b.
Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
c.
Sebagai pedoman dalam pengawasan praktik dokter dan pembinaan serta
peningkatan mutu pelayanan.
d.
Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien.
Ketentuan khusus standar pelayanan medis :
a.
Standar pelayanan medis merupakan suatu prosedur yang seyogyanya diikuti.
b.
Standar ini merupakan prosedur untuk kasus yang akan ditangani oleh
spesialis yang bersangkutan.
c.
Standar ini merupakan acuan pelengkap bagi rumah sakit.
d.
Sebagai standar yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dan
situasi kondisi setempat yang ada.( 12 )
E. BPJS
1.
Pengertian
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.(13)
2.
Tujuan
Memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.
3.
Sasaran
Seluruh penduduk Indonesia baik mampu maupun tidak mampu.
4.
Alur Pelayanan Pasien BPJS
a.
Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota askes
yang lama mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta
terdaftar (puskesmas, dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan
setingkat itu). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama
tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laborat klinik dasar dan obat-obatan).
b.
Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk
ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut (rumah sakit pemerintah, rumah sakit
swasta, rumah sakit TNI – Polri yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan).
c.
Di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS
Kesehatan atau kartu lama dan surat rujukan fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Selanjutnya petugas akan menerbitkan Surat Eligibilitas Peserta
(SEP) sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta dirawat dengan
biaya BPJS Kesehatan.
d.
Setelah mendapat SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun
rawat inap.(13)
F. Indikator INA – CBG’s
1.
INA – DRG adalah :
a.
Termasuk dalam sistem case mix
b.
Case mix merupakan suatu sistem pengelompokkan penyakit berdasarkan :
1)
Ciri klinis yang sama
2)
Biaya perawatan yang sama
c.
Dikaitkan dengan pembiayaan
d.
Dengan tujuan meningkatkan mutu dan efektifitas pelayanan
e.
f.
Dasar pengelompokkan dengan menggunakan :
1)
ICD – 10 untuk diagnose (14.500 kode)
2)
ICD – 9 untuk prosedur/tindakan (7.500 kode)
Untuk mengkombinasikan kode diagnosa dan prosedur tidak mungkin
dilakukan secara manual, maka diperlukan yang namanya “Grouper”.
g.
Grouper ini menggabungkan sekitar 23.000 kode ke dalam group-group.
h.
Terdiri dari 23 MDC (Major Diagnostic Chategory).
i.
Terdiri dari 1.077 kode INA-DRG yang terdiri dari 789 kode untuk dirawat inap
dan 288 untuk rawat jalan.
2.
j.
Implementasi dimulai pada tahun 2006.
k.
Dijalankan dengan menggunakan grouper (IR-DRG) dari PT. 3M Indonesia.
l.
Masa transisi kotak klaim jamkesmas terhambat.
Beberapa permasalahan dalam implementasi INA – DRG
a.
Menggunakan grouper (IR – DRG) komersial (mahal).
b.
Hanya mencakup kasus-kasus penyakit akut saja.
c.
Tarif tidak kuat pada beberapa kasus :
1)
Sub acut and Chronic
2)
Special Prosedure
3)
Special Investigation
a)
4)
MRI
Special Drugs
a)
Kemoterapi
d.
Sulit merubah logic grouper bila terjadi perubahan sistem coding.
e.
Sulit dimodifikasi
f.
Lisensi software grouper INA-DRG dari PT. 3M Indonesia berakhir pada
tanggal 1 Oktober 2010 (expired).
g.
Dengan berakhirnya lisensi maka software tidak bisa digunakan untuk
grouping.
3.
4.
Tindak lanjut
a.
Rapat teknis dengan 3M dan United Nation university (UNU)
b.
Persiapan penggunaan INA – CBG’s
c.
Surat edaran
Upaya yang dilakukan :
a.
Tetap mengentry di software INA-DRG 1.6/1.5
b.
Setelah software INA-CBG’s yang baru terinstal, data dari software INA-DRG
dapat dipindahkan atai migrasi digrouping secara otomatis.
5.
Software INA-CBG’s
a.
Dasar hukum implementasi INA-CBG’s
1)
UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)
2)
UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3)
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4)
UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5)
SK Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK. 03.05/I/589/2011
tentang Kelompok Kerja Centre ForCasemix tahun 2011.
6.
Pengertian INA-CBG’s
a.
Termasuk juga dalam sistem case mix
b.
Dijalankan dengan menggunakan grouper dari United NationUniversity (UNU –
casemix grouper)
c.
7.
Dasar pengelompokkan masih menggunakan :
1)
ICD – 10 untuk diagnosa
2)
ICD – 9 untuk prosedur/tindakan
Sifat UNU-casemix grouper
a.
Universal grouper artinya mencakup seluruh jenis perawatan pasien.
b.
Dynamic artinya total jumlah CBG’s bisa disetting berdasarkan kebutuhan
sebuah negara.
c.
Advance grouper artinya bisa digunakan jika terdapat perubahan dalam
pengkodean diagnosa dan prosedur dengan sistem klasifikasi penyakit baru
ICD – 11 dan prosedur dalam klasifikasi ICHI (International Clasification Of
health Intervention).
8.
Delapan komponen UNU – casemix grouper
Special
Procedure
Special
Prosthosis
Chronic
Special
Drugs
Sub Acut
Special
investigations
UNU - GROUPER
Ambulatory
Package
Acut
9.
Istilah-istilah dalam INA – CBG’s
a.
Case-mix main grouper (CMGs)
1)
CMGs adalah klasifikasi tahap pertama
2)
Dilabelkan dengan hurup alphabet ( A to z ) mewakili kode yang ada di
ICD – 10.
3)
Berhubungan dengan sistem organ tubuh.
4)
Terdapat 31 CMGs dalam UNU Grouper :
a)
22 Acute care CmGs
b)
2 Ambulatory CMGs
c)
1 Subacute CMGs
d)
1 Chronis CMGs
e)
4 Spesial CMGs
f)
1 Error CMGs
g)
Total DRGs (CBG’s) = 1,220 (Range : 314 – 1,250) l
10. Tingkat keparahan dalam software INA-CBG’s
Dalam pelaksanaan case mix INA – CBG’s, peran koding sangat
menentukan, dimana logic software yang digunakan untuk menentukan tarif adalah
dengan pedoman ICD – 10 untuk menentukan diagnosis dan ICD – 9 cm untuk
tindakan atau prosedur. Besar kecilnya tariff yang muncul dalam software INACBG’s ditentukan oleh diagnosis dan prosedur. Kesalahan penulisan diagnosis
akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil, diagnosis
dalam
kaidah
CBG’s
harus
ditentukan
diagnosa
utama
dan
diagnosa
penyerta.Diagnosa penyerta terdiri dari komplikasi dari komorbiditas.
Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif, karena
akan mempengaruhi level severity (tingkat keparahan) yang diderita oleh pasien.
Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi, maka akan mempengaruhi lama
perawatan di rumah sakit. Jika lama perawatan bertambah lama dibandingkan tidak
terjadi komplikasi, maka akan menambah jumlah pembiayaan dalam perawatan.(14)
G. Kanker Serviks
1.
Pengertian
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan
serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Ada beberapa tipe
kanker serviks, tipe yang paling umum dikenal dengan Squamaus Cell Carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi Human PapillomaVirus (HPV) merupakan salah satu faktor utama
tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe
lain
kanker
cellcarcinoma,adenosquamous,
serviks
seperti
adenosarcoma,
adenocarcinoma,
melanoma
dan
small
lymphoma,
merupakan tipe kanker serviks yang langka tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe
kanker yang telah disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
2.
Gejala
Kanker serviks tahap ini tidak menunjukkan gekjala, segera temui dokter bila anda
mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut :
a.
Pendarahan vagina
b.
Sakit punggung
c.
Sakit buang air kecil dan air seni keruh
d.
Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan
kosong
3.
e.
Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
f.
Salah satu kaki membengkak
g.
Kebocoran urine atau feses dari vagina
Penyebab
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau
faktor utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan
seksual, baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki
resiko terkena kanker serviks.
4.
Patofisologi
Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut SquuamoColumnar Junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks,dimana secara histolik terjadi perubahan
dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks
yaitu epitel kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh
faktor usia, aktivasi seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada diluar
ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia diatas 35 tahun SCJ
berada di dalam kanalis serviks. Oleh karena itu, pada wanita muda SCJ yang
berada diluar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen
yang akan memicu dysplasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot
oleh prostaglandin.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsigonesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam den dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia, dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat dan karsinoma In-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma In-situ dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker.
5.
Diagnosa
a.
Gejala dan tanda
Lesi pra-kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan
bahwa sebanyak 76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika sudah
terjadi kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan penyakitnya, yaitu dapat
lokat atau tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pascasanggama atau dapat juga terjadi perdarahan diluar masa haid dan pasca
menopause.Jika tumornya besar, dapat juga terjadi perdarahan infeksi dan
menimbulkan cairan (duh) berbau yang mengalir keluar dari vagina. Bila
penyakitnya sudah lanjut akan timbul nyeri panggul, gejala yang berkitan
dengan kandung kemih dan usus besar. Gejala lain yang timbul dapat berupa
gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri kepala, gangguan
kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau patah), hati
(nyeri perut kanan atas, kuning, atau pembengkakan), dan lain-lain. (15)
b.
Sistem staging kanker
International Federation Of Gyncologists and Obstetricians Staging
System For Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000
menetapkan suatu sistem stadium kanker sebagai berikut :
Stadium
Karakteristik
0
Lesi belum menembus membrane baslis
I
Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1
Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm
dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2
Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm dengan
diameter permukaan tumor < 7
IB1
Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm
IB2
Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm
II
Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan
sepertiga proksimal vagina)
IIA
Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
IIB
Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
III
Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium
dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA
Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
IIIB
Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV
Lesi menyebar keluar organ genitalia
IVA
Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa versika urinaria
IVB
Lesi menyebar ke mukosa rectum dan atau meluas ke
organ jauh
c.
Tindakan Hysterectomy
Hysterectomy adalah tindakan yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri.(16)
H. Kerangka Teori
Pasien
Kanker serviks
Tingkat keparahan
Diagnosa sekunder
Tindakan
hysterectomi
LOS pasien
Mutu Pelayanan
Kebijaksanaan
rumah Sakit
Gambar 2.1 Kerangka Teori
I.
Kerangka Konsep
Pasien kanker serviks
a. Tingkat keparahan
b. Diagnosis sekunder
LOS
Standar INA CBG’s
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Download