BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja karyawan telah sekian lama menjadi isu penting bagi beragam perusahaan dari berbagai latar belakang. Kinerja karyawan yang tinggi seringkali dianggap sebagai buah dari kepuasan kerja yang didapat dari tempat ia bekerja. Faktanya, telah banyak penelitian dengan sampel dan objek yang berbeda mendapatkan hasil bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan hal yang penting bagi berjalannya organisasi. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan mempengaruhi faktor-faktor penting penentu berhasilnya organisasi, seperti kinerja atau produktivitas, motivasi, tingginya kehadiran, keterikatan karyawan dengan organisasi (employee engagement) dan perilaku kewargaan organisasional (organizational citizenship behaviour). Ada beberapa pendekatan dalam menjelaskan definisi operasional kepuasan kerja. Hasibuan (2007), menuliskan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Dua ahli lain Kinicki dan Kreitner (2005), memberikan definisi kepuasan kerja sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Adapun Robbins (2006), mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positif tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut. Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah respon positif yang didapat seseorang dari pengalaman kerjanya. 1 Selain itu dengan mencermati informasi dari pendapat Kinicki dan Kreitner, bahwa respon positif didapat dari berbagai segi pekerjaan, bisa ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja bukanlah konsep tunggal, banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu hal yang memberikan kepuasan pada satu karyawan belum tentu memberi kepuasan bagi karyawan lain. Karena itu penting bagi manajemen organisasi menggunakan berbagai pendekatan untuk mengetahui formula seperti apa yang bisa mengkondisikan kepuasan bagi para karyawannya. Bila kepuasan adalah respon positif, maka ada pula respon negatif yang diberikan karyawan untuk lingkungan tempat ia bekerja. Respon negatif tersebut adalah ketidakpuasan kerja. Pada kehidupan kerja sehari-hari ketidakpuasan ini seringkali diwujudkan dalam bentuk ketidakpedulian pada perusahaan, sering tidak hadir, kinerja atau produktivitas rendah, melawan atasan, kemauan untuk keluar tinggi dan beberapa sikap negatif lainnya. Ketidakpuasan kerja tentu menjadi hal yang merugikan bagi organisasi. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tercapainya kepuasan kerja. Pemenuhan kebutuhan karyawan adalah salah satu hal krusial untuk mencapai kepuasan kerja karyawan. Selaras dengan pernyataan Mangkunegara (2002), bahwa karyawan akan merasa puas jika kebutuhannya dapat terpenuhi, begitu pula sebaliknya karyawan akan merasa tidak puas apabila kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi. Salah satu variabel yang menjelaskan faktor-faktor yang bisa memenuhi kebutuhan karyawan hingga terciptanya kepuasan adalah Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life). Kualitas Kehidupan Kerja pada dasarnya 2 menjelaskan faktor-faktor apa saja yang didapatkan oleh karyawan di lingkungan kerjanya yang menghasilkan kehidupan kerja yang baik bagi karyawan. Walton (1980), merumuskan delapan faktor utama dalam Kualitas Kehidupan Kerja, yaitu: Penggajian yang sesuai, Kondisi kerja yang aman dan sehat, terdapatnya kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri sebagai manusia, kesempatan untuk maju dan berkembang, relasi sosial di tempat kerja, konstitusionalisme di tempat kerja, keseimbangan pekerjaan dan kehidupan, dan relevansi sosial dari kehidupan kerja. Menurut Cascio (2006), Kualitas Kehidupan Kerja karyawan merupakan salah satu tujuan penting dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan karyawan Walton (1980), berpendapat bahwa Kualitas Kehidupan Kerja (KKK) adalah seberapa efektifnya organisasi memberikan respon pada kebutuhan–kebutuhan karyawan. Robbins (2006), mengemukakan bahwa Kualitas Kehidupan Kerja adalah proses sebuah organisasi merespon kebutuhan pegawai dengan mengembangkan mekanisme yang memungkinkan mereka untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan dalam hal merancang kehidupan mereka di pekerjaannya. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kebutuhan karyawan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam rangka mencapai kepuasan karyawan. Karyawan akan merasa puas jika kebutuhannya dapat terpenuhi, begitu pula sebaliknya karyawan akan merasa tidak puas apabila kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi (Mangkunegara, 2002). Kualitas Kehidupan Kerja merupakan variabel anteseden penting terhadap kepuasan kerja mengingat peran pentingnya untuk mengkaji hal-hal apa saja yang 3 berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan, hingga akhirnya terciptalah kepuasan kerja. Selain itu Konsep KKK telah dipakai sejak dari tiga dekade lalu terutama untuk menjelaskan konsep kepuasan kerja, dan setelah tahun 1990 menjadi perhatian oleh berbagai ahli dalam bidang Sumber Daya Manusia di mana konsep ini juga meningkatkan pentingnya arti organisasi dan Sumber Daya Manusia yang dimiliki organisasi tersebut (Atmaja, 2014). Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Itjen Kemdikbud) adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan publik khususnya dalam pengawasan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Saat ini, Itjen Kemdikbud baru saja menjalani pelaksanaan Reformasi Birokrasi Internal dan perubahan penilaian kinerja, dari penilaian yang menitikberatkan pada perilaku karyawan (DP3) menjadi penilaian yang menitikberatkan pada kinerja karyawan (SPK – Sasaran Kinerja Pegawai). Selain itu setelah mengalami penilaian internal, sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Pendayaagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, institusi pun akan mengalami penilaian evaluasi dari eksternal yang menyebabkan penilaian kerja dan kinerja karyawan harus benar-benar diperhatikan agar evaluator eksternal juga memberikan nilai yang memuaskan. Saat ini merupakan periode transisi bagi segenap karyawan, dan perubahan pola pekerjaan akibat tuntutan kinerja lebih tinggi adalah hal yang tidak bisa dihindari. Perubahan ini mengakibatkan karyawan harus melakukan beberapa penyesuaian, termasuk harus merasakan ketidaknyamanan yang pada akhirnya akan 4 menurunkan kepuasan kerja. Dari observasi awal yang dilakukan penulis sebelum penelitian ini dirumuskan, beberapa karyawan mulai membahas mengenai perubahan ini dan kemungkinan ketidaknyamanan yang mereka rasakan, terutama berkurangnya semangat bekerja karena mulai kelelahan. Hal ini menjadi krusial karena bila kinerja rendah maka Reformasi Birokrasi Internal dianggap gagal yang dikhawatirkan bisa memberi dampak buruk pada remunerasi kementerian. Untuk membantu Itjen Kemdikbud mengetahui kepuasan kerja dari karyawannya, penulis mencoba meneliti hal itu dengan melihat pengaruh dari faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja pada variabel tersebut. Melalui pertimbangan agar penelitian lebih terfokus, penulis memilih empat faktor dari Kualitas Kehidupan Kerja dari Walton sebagai variabel X dalam penelitian ini, yaitu: kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri, kesempatan untuk maju dan berkembang, relasi sosial di tempat kerja, keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Faktor yang bersifat pemenuhan hak fisik seperti sistem pengupahan, pemenuhan hak – hak karyawan, serta kondisi kerja yang aman dan sehat tidak diteliti, karena melalui hasil wawancara itu pula karyawan tidak terlalu memikirkan kedua hal tersebut mengingat pada umumnya fasilitas yang diberikan sama besarannya dengan karyawan lain. Begitupun faktor relevansi sosial kehidupan kerja (sejauhmana organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya dan sejauhmana organisasi dapat memberikan kebanggaan kepada karyawannya). pada umumnya karyawan tidak terlalu memikirkan hal itu sehingga kemungkinan mempengaruhi kepuasan tidak terlalu besar. Mengingat 5 berdasarkan teori pemenuhan kebutuhan (need fulfilment theory) bahwa terpenuhinya kebutuhan karyawan akan menciptakan kepuasan (Mangkunegara, 2002) maka penulis mengambil 4 faktor yang paling diharapkan atau dibutuhkan oleh karyawan dalam penelitian ini. Secara empiris beberapa hasil penelitian lain yang mengangkat topik sejenis juga menunjukkan bahwa empat faktor tersebut yang lebih memberikan pengaruh pada kepuasan kerja. Penelitian Yunus (1999), mendapatkan hasil bahwa faktor keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan bekerja memiliki nilai kepuasan yang sangat tinggi. Sebaliknya, pada faktor gaji yang adil dan pantas ditemukan bahwa karyawan akan memberikan reaksi yang sama untuk faktor tersebut. Sementara penelitian Kartika (2009), menyebutkan faktor komunikasi dan penyelesaian konflik yang mana indikatornya hampir mirip relasi sosial, partisipasi karyawan yang indikatornya mirip dengan faktor kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri , dan kesempatan untuk maju dan berkembang memberikan pengaruh cukup besar pada kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian lain yang didapatkan oleh Pramdhana (2005), juga menunjukkan empat faktor tersebut yang paling menunjukkan pengaruh atau hubungan dengan kepuasan kerja karyawan. Diharapkan dengan didapatnya hasil penelitian ini, Itjen Kemdikbud bisa menyusun strategi yang tepat untuk meningkatkan kepuasan karyawan sehingga bisa meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada publik. 6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah faktor kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri berpengaruh positif pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud? 2. Apakah faktor kesempatan untuk maju dan berkembang berpengaruh positif pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud? 3. Apakah faktor relasi sosial di tempat kerja berpengaruh positif pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud? 4. Apakah faktor keseimbangan pekerjaan dan kehidupan berpengaruh positif pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh positif faktor kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan kapasitas diri pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud. 2. Menganalisis pengaruh positif faktor kesempatan untuk maju dan berkembang pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud. 3. Menganalisis pengaruh positif faktor relasi sosial pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud. 7 4. Menganalisis pengaruh positif faktor keseimbangan kehidupan dan pekerjaan pada kepuasan kerja di lingkungan Itjen Kemdikbud. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya: 1. Manfaat Teoritis: Memberikan hasil penelitian terbaru yang dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan juga pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, terutama mengenai topik kepuasan kerja. 2. Manfaat Praktis: Memberi gambaran pada objek penelitian dan organisasi yang bergerak di sektor pelayanan publik pada umumnya, mengenai pengaruh faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja dalam kepuasan kerja karyawan dan selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi perusahaan dalam rangka memberikan pelayanan lebih baik ke publik. E. Ruang Lingkup Penelitian Agar lebih terarah dan mudah dipahami, maka ruang lingkup dalam penelitian ini ditetapkan, yang meliputi: 1. Variabel bebas (independent) yaitu Faktor-Faktor Kualitas Kehidupan Kerja. Faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja di sini diambil dari Walton (1980), yang meliputi kesempatan untuk menggunakan dan 8 mengembangkan kapasitas diri sebagai manusia, kesempatan untuk maju dan berkembang, relasi sosial di tempat kerja, keseimbangan pekerjaan dan kehidupan 2. Variabel terikat (Dependent) yaitu Kepuasan kerja. Indikator kepuasan kerja dalam penelitian ini merujuk pada Minnesota Satisfaction Questionaire (MSQ), yang terdiri dari dua format, format panjang dan format pendek. Penelitian ini memakai MSQ format pendek. MSQ dipilih dengan alasan dapat memberikan gambaran yang lebih individual mengenai kepuasan kerja karyawan. Pertanyaan dalam MSQ meliputi 20 aspek yang dibagi menjadi menjadi kepuasan kerja internal dan kepuasan kerja eksternal. 3. Penelitian dilakukan di lingkungan Itjen Kemdikbud dengan berfokus pada analisis permasalahan kepuasan kerja karyawan melalui faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja. 4.nInstrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Teknik pengambilan sampling adalah purposive sampling 9 F. Ringkasan Isi Tiap-Tiap Bab Laporan penelitian ini terbagi dalam lima bab dan tiap bab terbagi dalam subbab-subbab dengan urutan pembahasan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat dan ruang lingkup penelitian, serta ringkasan isi tiap-tiap bab. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan tinjauan teoritis mengenai faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja dan kepuasan kerja, beserta kaitan antara keduanya, kerangka konseptual serta hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, jenis data dan sumber data, teknik penentuan sampel dan pengumpulan data, variabel yang digunakan dan merumuskan model analisis data yang digunakan beserta metode pengujiannya. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan menjabarkan deskripsi data hasil penelitian, pengujian instrumen penelitian, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil pengujian. BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dari pembahasan penelitian, di mana penulis akan membuat kesimpulan, memberikan saran, dan beberapa hambatan bila ada berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV. 10