BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Umum
II.1.1. Pengertian Hotel
Pengertian hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh
pemiliknya dengan menyediakan fasilitas kamar untuk tidur, pelayanan
makanan dan minuman kepada orang-orang yang sedang melakukan
perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai
dengan pelayanan yang diterima (Hotel Proprietors Act, 1956). Menurut
SK Menteri Parpostel Nomor: KM 34/HK103/MPPT 1987, hotel adalah
salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan
bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman
serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial
serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan
pemerintah.
II.1.2 Pengertian Hotel Bisnis
Mengacu pada Marlina Endy dalam bukunya Panduan Perancangan
Bangunan Komersial (2008, p.52), hotel bisnis merupakan hotel yang
dirancang untuk mengakomodasi tamu yang mempunyai tujuan berbisnis.
Sesuai dengan namanya, pangsa pasar utama dari hotel bisnis adalah orangorang yang sedang melakukan kegiatas bisnis di suatu kawasan. Hotel bisnis
dikenal juga dengan nama Commercial Hotel ataupun dengan nama City
Hotel.
Lokasi yang dipilih relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan
area perkantoran ataupun perdagangan dan mudah dicapai. Sesuai dengan
7
fungsinya yakni sebagai tmpat akomodasi pelaku bisnis, maka fasilitas yang
disediakan akan berkaitan dan mendukung kegiatan bisnis. Fasilitas yang
disediakan antara lain ballroom, banquet room dan business center. Fasilitas
business center sudah disediakan hotel bisnis sejak akhir abad 20.
Umumnya fasilitas business center dilengkapi peralatan mesin faksimli,
komputer, internet dan bahkan tele conference (konferensi jarak jauh).
Ditinjau dari karakter pengunjung, umumnya tamu yang menginap
di hotel bisnus, relatif sangat singkat yang berkisar antara 1-3 malam per
kunjungan. Berikut adalah tabel karakter pengunjung hotel bisnis baik
secara perseorangan atau grup, berdasarkan tujuan dan tipe kamar yang
dipesan. Berikut adalah tabel karakter kegiatan dari buku Hotel Planning
and Design:
Jenis
Karakter Pengunjung
Tujuan
Tipe Kamar
Pengunjung
Bisnis
Grup
•
•
•
•
Perseorangan
•
•
•
•
Single
atau
double
Menginap 2-4
malam
75% pria dan
25 % wanita
Harga
tidak
dipermasalahk
an
•
Single
Menginap 1-2
malam
85% pria dan
15% wanita
Sangat
memperhitung
kan biaya
•
•
•
•
•
Konvensi
dan
konverensi
Perkumpula
n
profesional
Rapat
pelatihan
dan
perdagangan
•
Kerjasama
bisnis
Perdaganga
n
Konvensi
dan
konverensi
•
•
Tabel 2.1 Karakter pengunjung hotel
8
•
•
•
King, twin,
doubledouble
Kamar
mandi yang
memiliki
area
ganti
pakaian
Terdapat
area
kerja
yang baik
King
Kamar
mandi
standar
dengan
shower
Terdapat
area kerja
II.1.3 Klasifikasi dan Pengelompokan Hotel
Klasifikasi hotel adalah sistem pengelompokan hotel-hotel ke
dalam berbagai kelas atau tingkatan degan ukuran standar tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan, diantaranya ialah pelayanan hotel, yang
ditentukan dalam 5 golongan kelas (bintang) berdasarkan kelengkapan
fasilitas dan kondisi bangunan, perlengkapan dan pengelolaan, serta mutu
pelayanan
yang
telah
ditetapkan
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata no. KM 3/KW 001/MKP 02. Kategori hotel di
Indonesia tersebut adalah:
Hotel melati 1
Hotel melati 2
Hotel bintang 3
Hotel bintang 4
Hotel bintang 5
Berikut adalah tabel pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral
Pariwisata (1988) berdasarkan fasilitas dan jumlah kamar hotel.
Jenis
*****
****
***
**
*
*Kamar Tidur
Min. 100
Min. 50
Min. 30
Min, 20
Min. 15
*Suite
4 kamar
3 kamar
2 Kamar
1 kamar
-
Luas Kamar
20-28m2
18-28m2
18-26m2
18-24m2
18-20m2
*Ruang
Min. 2
Min. 2
Min. 2
Min. 2
Min. 1
Min. 1
Min. 1
Min. 1
Min. 1
*tdk wajib
Fasilitas
makan
*Restoran &
bar
9
Function room Min. 1 dan Min. 1
Min. 1 dan
-
-
pre
dan pre
pre function
function
function
room
room
room
Rekreasi &
Kolam
Kolam
Kolam
Kolam
Min. 1
olahraga
Renang
Renang
Renang dan
Renang dan
sarana
dan
dan
dianjurkan
dianjurkan
ditambah
dianjurkan ditambah
ditambah
dengan 2
ditambah
dengan 2
dengan 2
sarana lain
dengan 2
sarana lain
sarana lain
sarana
lain
Ruang yan
Min. 3
Min. 3
Min. 1
Min. 1
Min. 1
disewakan
ruangan
ruangan
ruangan
ruangan
ruangan
Lounge
Wajib
Wajib
Wajib
Taman
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Wajib
Tabel 2.2 Pengelompokan Hotel Berdasarkan Kelas Bintang
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori mengenai jenis hotel di
atas adalah pada perancangan ini, akan dibuat hotel yang lokasinya berada
di kawasan Mega Kuningan yang merupakan kawasan CBD. Jenis hotel
yang cocok untuk dirancang pada daerah ini termasuk dalam kategori hotel
bisnis berbintang lima,. Penentuan bintang lima dikarenakan lokasi tapak
yang menempati kawasan bisnis utama di Jakarta.
10
II.1.4 Persyaratan Hotel Bintang 5 (lima)
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Parpostel
nomor
KM.37/PW/MPPT-86, buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial
(2008), berikut adalah klasifikasi hotel bintang 5:
A. UMUM
Lokasi
Memenuhi persyaratan dinas tata kota/pekerjaan umum dan mudah
dicapai. Untuk menjamin kenikmatan, tamu dihindarkan dari
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh: suara bising, bau tak
enak, debu, asap.
Arsitektur
Seluruh atau sebagian bentuk bangunan dan atau dekorasi pada
lobby, restoran, kamar tidur dan function room mencerminkan senibudaya Indonesia
Jumlah kamar
Sekurang-kurangnya 100 kamar, 10 kamar single dan 4 kamar suite
Ruangan umum
a. Ruangan umum terdiri dari: lobby lounge, ruang makan, bar
b. Luas ruangan umum adalah 2.5 m² kali jumlah kamar tidur.
Ruangan fungsional
Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby
dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar
Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan loby
Terdapat pre-function room
Fasilitas parkir
Tersedia tempat parkir dengan kapasitas 1 mobil untuk setiap 5
kamar tidur
Kebun
Tempat Masuk (entrance)
Tersedia pintu masuk terpisah untuk tamu dan barang-barang
keperluan hotel
11
Lobby lounge
• Mempunyai luasan minimum 100 m²
• Lebar koridor minimum 1,6 m
• Tersedia sekurang-kurangnya 20 tempat duduk
• Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan
Kantor depan/ Front office
Toilet Umum/Restroom
Tersedia toilet umum yang terpisah untuk pria dan wanita dengan
jumlah sekurang-kurangnya 6 untuk pria dan 4 untuk wanita.
Drug store
Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan,
souvenir shop, perkantoran, butik dan salon
B. Akomodasi
Kamar tidur
Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m²
Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52m²
Kamar mandi di dalam
Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar
C. Makanan dan Minuman
Ruang makan
- Mempunyai minimum 4 buah dining room yang terbagi atas
berbagai jenis restoran yang masakannya berbeda satu dan
lainnya.
- Bila tidak berdampingan dengan lobby, maka dining room harus
dilengkapi dengan kamar mandi/ WC sendiri
- Ukuran luas lantai sekurang-kurangnya adalah 135 m2.
Bar
- Tersedia ruangan bar dengan luas lantai 75 m2.
- Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan
suhu 24°C
- Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m
12
D. Sarana rekreasi dan olahraga
• Minimum 1 buah dengan pilihan tenis, bowling, golf, fitness, sauna,
biliard, jogging, diskotik atau taman bermain anak.
• Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dari kolam renang anak
E. Fasilitas Penunjang
Ruangan perkantooran untuk pengusahaan hotel
Tersedia ruangan yang dapat digunakan sebagai kantor pimpinan
hotel dan bagian hotel lainnya
Kamar pelayanan (roomboy station)
Ruang laundry
Bagi hotel yang menyediakan fasilitas laundry, luas ruangan
sekurang-kurangnya adalah 60 m2
Dry cleaning
Tersedia fasilitas dry cleaning dengan luas ruangan sekurangkurangnya 30m2
Dapur
Tersedia dapur denga luas lantai sekurang-kurangnya 40% dari
seluruh luas lantai ruang makan.
Tempat penyimpanan makanan dan minuman
a. Gudang basah
b. Gudang kering
c. Gudang dingin
F. Business center
Dalam konteks hotel bisnis, tersedia fasilitas business center dimana
terdapat beberapa staf yang bertindak sebagai co-secretary para tamu
yang ingin berkomunikasi dengan relasi bisnisnya. Selain itu
terdapat fasilitas lain seperti faksimili, teleks, dan akses internet
nirkabel (wi-fi).
13
II.1.5 Pembagian Area Hotel
Secara prinsip, aktivitas dalam hotel dibagi menjadi 4 area, yaitu:
• Area Privat, merupakan area yang bersifat eksklusif dan digunakan untuk
kegiatan pribadi dimana tidak semua orang dapat masuk ke dalamnya
tanpa izin dari pihak yang menggunakannya/memilikinya, seperti kamar
tidur tamu, kantor pengelola, dll.
• Area semi publik, merupakan area transisi antara area publik dan area
privat, yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang memiliki
kepentingan yang sama, seperti lobby, restoran, function room, dll.
• Area publik, merupakan area yang terbuka untuk umum, dimana semua
orang dapat mengakses dan menggunakan ruang tersebut, seperti taman,
area parkir, pedestrian, dll.
• Area servis, merupakan area berupa fasilitas toilet, mekanikal dan area
khusus karyawan.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama yaitu:
1. Front of the house adalah area karyawan yang berhadapan langsung
dengan tamu. Yang termasuk dalam area front of the house adalah:
a.
Front desk & Concierge
b.
Area reservasi dan kasir
c.
Room service
d.
Area lift
e.
Retail
f.
Restoran
g.
Function room
14
2. Back of the house adalah area karyawan yang berada di area servis dan
terpisah dengan area tamu. Yang termasuk dalam area back of the house
adalah:
a.
Dapur dan gudang
b.
Area bongkar muat (receiving area)
c.
Area pegawai
d.
Laundry and housekeeping
e.
Mekanikal dan elektrikal
15
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Tinjauan Khusus Terhadap Tapak
Gambar 2.1 Batas-batas Tapak
Jenis Proyek
: Hotel bintang 5 di Mega Kuningan, Jakarta
Selatan
Pemilik Proyek
: Swasta
Lokasi
: Antara Jl. Mega Kuningan Timur 3-4 dan
Lingkar Mega Kuningan, Setiabudi,
Jakarta Selatan
Luas Lahan
: ± 12.920,22 m²
16
Batas-batas tapak:
a. Utara
: The Bellagio Mansion, Jl. Mega Kuningan Timur no: 2
b. Timur
: Perumahan pejabat, Jl. Mega Kuningan Timur no: 3-4
c. Selatan
: Menara Anugrah, Jl. Mega Kuningan
d. Barat
: Hotel Ritz Carlton Jakarta, Jl. Lingkar Mega Kuningan
Lebar jalan:
a. Utara
: 15 meter
b. Timur
: 15 meter
c. Selatan
: 15 meter
d. Barat
: 18 meter
Peruntukan lahan
: Wisma susun (Wsn)
KDB
: 50%
= 6.460,11 m2
KLB
:5
= 32.300,55 m2
GSB
: 10 meter
Batas tinggi bangunan
: 32 lantai
Menurut Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Propinsi DKI Jakarta
nomor 4 tahun 1975, Perda nomor 7 DKI Jakarta tahun 1991 dan Surat
Keputusan Gubernur Pemerintah Propinsi DKI Jakarta nomor 678 tahun
1994, ketentuan tentang jarak bebas dan lantai-lantai bangunan
disyaratkan sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar2.2 Jarak bebas dan ketinggian bangunan
17
Lokasi tapak berada di dalam cluster/kompleks perkantoran & bisnis
Mega Kuningan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada
tanggal 27 Februari 2012 pukul 11.00-13.00 terhadap lingkungan sekitar
tapak, Jl. Mega Kuningan dan Jl. Lingkar Mega Kuningan cukup ramai
dilalui kendaraan pribadi (mobil dan motor) namun tidak terlihat adanya
kemacetan. Pedestrian di dalam cluster lebar dan terpelihara dengan baik.
Foto 2.1 Kondisi pedestrian kompleks Mega Kuningan
Tapak diapit oleh 4 buah jalan, sehingga tapak memiliki banyak
alternatif pilihan akses yang disesuaikan dengan fungsinya (sebagai
entrance atau service). Pada sisi tenggara tapak, terdapat tanah kosong
yang cukup luas, sehingga memungkinkan banyak angin berhembus dari
arah tersebut. Keberadaan tanah kosong di sebelah tenggara tapak juga
memungkinkan potensi view maksimal dari arah tenggara (Jl. Mega
Kuningan).
Pencapaian menuju tapak hanya dapat dilakukan dengan kendaraan
pribadi (mobil dan motor) dan berjalan kaki. Tidak ada angkutan umum
yang melintas di dalam kompleks ini.
18
II.2.2 Tinjauan Khusus Terhadap Desain Berkelanjutan
Topik yang diangkat dalam perancangan hotel ini adalah desain
berkelanjutan. Desain berkelanjutan adalah desain yang menciptakan solusi
untuk memecahkan tantangan ekonomi, sosial dan lingkungan dari sebuah
proyek secara bersamaan dan didukung oleh energi berkelanjutan. (Daniel E
William, Sustainable Design : Ecology, Architecture and Planning, 2007, p.13).
Dalam lingkup yang lebih kecil, desain berkelanjutan diterapkan dalam
seni rancang arsitektur, melahirkan konsep arsitektur berkelanjutan. Arsitektur
berkelanjutan adalah arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain,
dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh
masyarakat terkait (James Steele, 1997).
Berikut adalah tiga prinsip desain berkelanjutan dalam arsitektur menurut
Jong-Kin Kim dan Brenda Rigdon dalam jurnal Sustainable Architecture
Module: Introduction to Sustainable Design (1998, p.8-28):
1. Economy of resources
Gambar 2.3 Skema metode prinsip economy of resources
19
2. Life cycle Design : metodologi untuk menganalisis proses
pembangunan dan dampaknya terhadap lingkungan
Gambar 2.4 Skema metode prinsip life cycle design
3. Humane Design : berfokus kepada interaksi antara manusia dengan
alam
Gambar 2.5 Skema metode prinsip humane design
20
Dari ketiga prinsip dalam desain berkelanjutan, dapat diambil
beberapa strategi desain yang diaplikasikan kepada proyek hotel yang
disesuaikan dengan lokasi dan iklim setempat, diantaranya:
a. Avoidance of heat gain
Mengurangi perpindahan panas pada bangunan dapat mengurangi
beban pendinginan melalui kinerja insulasi panas pada dinding.
b. Proper sizing of building system (dimensi sistem bangunan yang
sesuai)
c. Provide thermal, visual and accoustic comfort
Memberikan kenyamanan bagi penghuni dari segi temperatur,
visual maupun akustik (suara) melalui pengaturan zoning ruangan
serta perletakan bukaan dengan view dan garis edar matahari.
II.2.3 Tinjauan Khusus Terhadap Arsitektur Tropis
Aspek iklim dan lingkungan merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi
produk
arsitektur
(Amos
Rapoport,
1969).
Sejarah
perkembangan arsitektur pada mulanya diawali dengan shelter yang digunakan
manusia sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan atau dari iklim. Upaya
perlindungan terhadap iklim pada akhirnya membentuk pola kebudayaan
manusia yaitu melalui bentuk bangunan. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS), Jakarta terletak pada posisi 6°LS dan 106°BT dan beriklim tropis,
sehingga tema yang digunakan dalam perancangan hotel di Kuningan adalah
arsitektur tropis.
21
Arsitektur
Tropis
adalah
suatu
karya
arsitektur
yang
mampu
mengantisipasi problematik yang ditimbulkan iklim tropis (T. H Karyono,
2007). Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang
dominan pada hampir keseluruhan waktu dengan suhu rata-rata per tahunnya
tidak kurang dari 20°C (Koenigsberger, 1975:3).
Secara umum iklim tropis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tropis basah
dan tropis kering, Indonesia tergolong memiliki iklim tropis basah.
Menurut Lippsmeier (1994), ciri-ciri daerah beriklim tropis basah adalah:
Landscape, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir pantai dan
dataran rrendah daerah ekuator
Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput
Tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun. Tumbuhan dapat
tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu
udara yang panas
Terjadi sedikit perubahan musim.
Kondisi langit hampir sepanjang tahun dalam kondisi berawan. Lingkungan
awan berkisar 60%-90%. Luminance (luminansi) maksimal bisa mencapai
7000 cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850 cd/m2
Radiasi dan panas matahari tinggi yakni berkisar 1500-2500 kwh/m2/tahun.
Sebagian radiasi matahari dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut
awan, meski demikian radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi
berdampak pada kenaikan suhu udara
Terjadi fluktuasi perbedaan temperatur udara harian dan tahunan. Rata-rata
temperatur maksimum tahunan adalah 30,5°C. Temperatur rata-rata tahunan
untuk malam hari berkisar 21°C27°C sedangkan selama siang hari berkisar
27°C-32°C.
22
Curah hujan tahunan tinggi. Tinggi curah hujan tahunan berkisar 20005000mm, yang bertambah pada musim hujan.
Kelembapan. Rata-rata kelembapan sekitar 55% hingga hampir 100% dengan
Absolute humidity 25-30 mb.
Kecepatan angin rendah, dengan satu atau dua arah angin
Posisi astronomis tapak berada di 6°13 LS dan 106°49 BT, dengan suhu
udara rata-rata di Jakarta mencapai 24,4°C pada malam hari dan 33°C pada
siang hari (BMKG, 2010). Berikut adalah tabel yang memuat intensitas elemen
iklim di Jakarta Selatan.
Uraian
Maksimum
Bulan
Minimum
Bulan
Ratarata
1.Curah Hujan
518
Okt
320
Mar
242,5
2.Temperatur
28,8°
Apr
26,8°
Sep
27,6°
34,5°
Mar
32°
Jan/Des
33°
25,1°
Mei
23,8°
Des
24,4°
85%
Sep
78
Apr
85
udara Rata-rata
3.Temperatur
maksimum
4.Temperatur
minimum
5.Kelembapan
udara
23
6.Penyinaran
66%
Apr
37%
Jun
47%
7.Tekanan udara
1010,9
Jan
1007,2
Des
1009,6
8.Arah angin
360°
Apr/Ags
90°
Jan/Des
9.Kecepatan angin
12
Apr/Ags/ 6
matahari
Jul
9
Des
Tabel 2.3 Iklim di Jakarta Selatan tahun 2010
(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika)
Kondisi iklim tropis lembap memerlukan syarat khusus dalam
perancangan bangunan karena terdapat ciri spesifik yang hanya ditemukan
dalam iklim tersebut, diantaranya adalah permasalahan yang ditimbulkan oleh
iklim tropis basah. Permasalahan yang timbul diantaranya intensitas radiasi
matahari yang tinggi, kecepatan angin yang relatif rendah yang mengakibatkan
rata-rata suhu udara yang relatif tinggi.
Berikut adalah aplikasi rancangan arsitektur pada iklim tropis yang
dilandasi konsep desain berkelanjutan (Tri Harso Karyono, 2007):
1. Meminimalkan perolehan panas matahari
- Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding-dinding
transparan melalui penerapan solar shading
- Orientasi bangunan utara-selatan, untuk meminimalkan permukaan
bangunan yang terkena radiasi matahari dari sisi timur dan barat
- Warna dan tekstur dinding luar bangunan
24
2. Organisasi ruang
- Penempatan ruang servis pada sisi barat, karena dinding ruang di
bagian barat akan mendapatkan radiasi matahari siang dan sore yang
sangat tinggi sehingga dapat membuat ruang di dalamnya menjadi
panas
3. Hindari radiasi matahari memasuki bangunan atau mengenai bidang
kaca, melalui penempatan bukaan berupa jendela terhadap arah datang
sinar matahari
4. Memanfaatkan radiasi matahari tidak langsung untuk menerangi ruang
dalam bangunan
- Memaksimalkan cahaya langit sebagai sumber pencahayaan alami di
dalam bangunan
5. Rancangan rung luar
- Pembayangan radiasi matahari oleh vegetasi sekitar bangunan
- Meminimalkan penggunaan material keras (beton, aspal) untuk
menutup permukaan halaman, taman atau parkir
25
Dari kelima prinsip rancangan desain pada iklim tropis basah, berikut
adalah 4 prinsip utama yang akan diterapkan pada proyek hotel di daerah
Kuningan diantaranya:
1. Pengurangan perolehan paparan radiasi panas matahari, dengan pengaturan
orientasi bangunan terhadap garis edar matahari dan melalui desain elemen
fasad pada sisi bangunan yang menghadap arah datang sinar matahari.
2. Perancangan bukaan bangunan untuk memperoleh pencahayaan alami secara
maksimal.
Upaya
memperoleh
cahaya
dalam
bangunan
dengan
memperhatikan intensitas cahaya yang dibutuhkan di dalam ruangan agar
tidak menimbulkan kesilauan/cahaya masuk yang berlebihan. Cahaya alami
terbagi menjadi dua menurut arah datangnya yaitu cahaya langsung matahari
dan cahaya langit (daylight). Cahaya matahari umumnya dihindari karena
menghantarakan radiasi panas, sehingga pencahayaan alami yang digunakan
berasal dari cahaya langit.
3. Pengaturan perletakan ruang, penempatan antara ruang-ruang utama (seperti
ruang tidur) dengan ruang servis. Dalam pengaturan zoning ruang, ruang
untuk akses vertikal ditempatkan pada sisi bangunan yang menghadap
timur/barat karena merupakan ruang dalam bangunan dimana
aktivitas
pelaku dilakukan dalam waktu relatif singkat (tidak menjadi tempat kegiatan
utama).
4. Memaksimalkan vegetasi/penghijauan sekitar tapak, dengan penempatan
pepohonan dan semak-semak untuk mengurangi paparan sinar matahari
langsung ke dalam tapak ataupun bangunan dan untuk menyaring udara dari
luar tapak. Vegetasi juga berguna sebagai penambah estetika dan juga sebagai
sound barrier alami yang dapat menahan kebisingan dari luar tapak.
26
II.2.4 Tinjauan Khusus Terhadap Kenyamanan Thermal
Kenyamanan thermal adalah kondisi pikir yang mengekspresikan tingkat
kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya. Kenyamanan thermal
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni iklim dan individu (Szokolay, 1973),
sehingga tingkat kenyamanan thermal tiap tempat berbeda-beda.
Berikut adalah tabel yang memuat hasil penelitian terhadap batas
kenyamanan thermal manusia di iklim tropis khususnya di Jakarta.
Mom
Tri Harsi
Karyono
Batas
20°C-26°C
24,5°C-28,5°C
Yayasan
LPMB-PU
22,8°C-25,8°C
Kenyamanan
Tabel 2.4 Perbandingan batas nyaman
Gambar 2.6 Grafik suhu nyaman
Dari data tabel dan grafik diatas dapat diambil kesimpulan, rata-rata batas
suhu nyaman untuk iklim tropis di Jakarta adalah 22,4°C - 26,7°C.
27
II.3 Studi Banding
II.3.1 Studi Banding Hotel Bisnis Bintang 5 (lima) di Jakarta
Hotel Indonesia Kempinski
Hotel JW Mariott
Kesimpulan
Jl. MH Thamrin No. 1 Jakarta
10310 (Bundaran HI)
Jalan Lingkar Mega
Kuningan Kav E 1.2
No 1&2 Jakarta,
12950
Terletak di
pusat kota
dan
berdetakan
dengan
pusat
bisnis,
mudah
dalam
pencapaian.
Jumlah
Kamar
289 room + 11 suites
297 room + 36 suites
Memiliki
rata-rata
jumlah
kamar
diatas 250,
dengan
rata-rata
perbanding
an antara
jumlah suite
dan room 1:
17
Jumlah
Lantai
17
30
Memiliki
jumlah
lantai yang
disesuaikan
dengan
peraturan
pada tapak
Bangunan berbentuk T , dengan
massa bangunan persegi panjang
Massa bangunan
persegi panjang
Bentuk
massa
bangunan
umumnya
persegi
panjang
tanpa
balkon
Lokasi
Foto
Massa
Bangunan
28
Orientasi
Bangunan
Bangunan berorientasi menghadap
bunderan HI sebagai karena
merupakan arah pandangan terbaik
(best view)
Bangunan berorientasi
ke arah jalan Lingkar
Mega
Kuningan
mengikuti
orientasi
lingkungan
yang
memusat
Fasad
Bangunan menghadap 2 sisi yaitu
sisi utara dan timur. Bangunan
yang menghadap timur
menggunakan shading device jenis
egg crate(lihat gambar)
Sedangkan sisi bangunan yang
menghadap utara polos dan ekspos
material kaca.
Fasad
bangunan Bentuk dan
menghadap selatan , elemen
mengekspos material fasad
kaca
bangunan
disesuaikan
dengan arah
terhadap
matahari
Jenis
Kamar
Deluxe room
Grand Deluxe room
Executive Grand Deluxe
room
Salon Suites
Diplomatic Suites
Presidential Suites
Sasaran
Penghuni
Pebisnis, ekspatriat, turis
Akses
Vertikal
Lift lobby, lift basement dan
tangga darurat
Deluxe room
Executive
room
Governor suite
Mayflower
suite
Diplomat suite
JW Mariott
suite
Pebisnis, turis
Lift loby, lift
basement dan tangga
darurat
29
Bangunan
diorientasi
kan
menghadap
arah view
terbaik atau
disesuaikan
dengan
orientasi
lingkungan
Rata-rata
memiliki
minimal 3
jenis kamar
: deluxe
room,
superior
room dan
suites
Sasaran
utamanya
adalah
pebisnis
(lokal dan
mancanegar
a)
Fungsi lift
dibagi
menjadi dua
dengan
letak yang
terpisah
yaitu lift
menuju
kamar dan
lift menuju
basement
Fasilitas
Penunjang
Lobby business center
Bali Room 1000 m2
Kempinski Grand
Ballroom
3000 m2
9 meeting room
Lobby Nirwana Lounge
Club Lounge
Souvenir shop
Kempinski Spa Fitness
center
Restoran: Casa D’Oro,
Paulaner Brauhaus,
Signatures Restaurant,
Kempi Deli, Sky Pool
Bar cafe
Akses langsung menuju
Mal Grand Indonesia
(East)
25 ruang
konferensi
(balroom
900m2)
Executive
lounge
(dapat
diakses
oleh
Mayflower
suite,
Diplomat
suite dan
JW Mariott
suite)
Restoran:
Sailendra,
Asuka,
Pearl, Blu
Martini,
Cakebox
The
Alameda
Health
Club &
Spa
(fitness
club,
swimming
pool,
whirlpool,
playground
)
Gift shop
Bussiness
center
Fasilitas
yang
disediakan
pada
umumnya:
restoran
dengan
min. 4 jenis
masakan
berbeda,
fasilitas
fitness, spa
dan pool,
ballroom,
ruang
meeting,
club
lounge,
souvenir
shop, dan
business
center.
Club lounge
dapat
diakses
langsung
dari kamar
jenis suite
yang
letaknya
dalam 1
lantai yang
sama
Kelebihan
Pemisahan jenis kamar
tidur tamu antara room
dan suite diantara 2
sayap bangunan
(Ramayana & Ganesha)
Dekat dengan pusat
perbelanjaan mal Grand
Indonesia
Pembagian
jenis kamar
tidur antara
room dan
suite per
lantai
Tinggi
plafon
dalam
kamar
3.3m
Jenis kamar
tidur
dibedakan
per
lantainya,
untuk
privasi
Parkir
kendaraan
sebaiknya
dekat
30
Kekurang
an
Parkir kendaraan jauh
dari hotel, karena
letaknya yang digabung
dengan parkir mal GI.
dengan
lobby,
sehingga
mudah
diakses bagi
pengunjung
II.3.2 Studi Banding Konsep Tropis
Hotel Novotel
Lokasi
Fungsi
Dharmala Sakti
Hotel Borobudur
office
Jakarta
Jl. Ngagel 173-175, Jl. Jend. Sudirman Jalan Lapangan
Surabaya
Center, Kav. 32.
Banteng Selatan,
Surabaya
Jakara
Jakarta Pusat
Penginapan
(hotel Kantor
dan apartemen)
Penginapan
(hotel)
Site
Developmen
t
Zoning
tapak
Keterangan
Pengolahan
site dengan
memaksimal
-kan vegetasi
Massa
bangunan
terpisah-pisah
mengelilingi
area
terbuka
yang
dipenuhi
vegetasi
dan fasilitas olahraga
berupa
kolam
renang.
Pada
sisi
barat
merupakan
area
publik
(kantor
pengelola, restoran),
massa
bangunan
pada sisi utara dan
selatan merupakan
area privat kamar
tidur
tamu,
sedangkan pada sisi
timur
merupakan
apartemen
Massa
bangunan
menyatu
dan
terpusat. Pada bagian
tengah
bangunan
terdapat plasa berupa
courtyard
yang
berfungsi
sebagai
jalur
masuknya
cahaya
dan
penghawaan alami.
31
Massa bangunan
menyatu
dan
mengumpul pada
sisi
utara,
memanjang dari
timur ke barat.
Pada tengah tapak
diisi
dengan
fasilitas olahraga
seperti
kolam
renang
dan
lapangan
tenis
yang dikelilingin
dengan
taman
yang teduh.
Massa
bangunan
untuk hunian
diorientasikan
ke arah utara/
selatan atau
diorientasikan
miring
terhadap arah
datangnya
sinar matahari.
untuk
meminimalkan
paparan radiasi
panas
matahari.
Sekeliling
tapak dipenuhi
dengan
vegetasi yang
berfungsi
untuk
menurunkan
suhu udara di
dalam tapak
Fasad
bangunan
umumnya
menggunakan
cantilever
dengan
berbagai
variasi bentuk.
Foto
Massa
Bangunan
Massa
bangunan
terpecah dibedakan
menurut sifat ruang
publik, semipublik
dan privat yang
dihubungkan melalui
ruang
fasilitas
olahraga
berupa
dengan kolam ruang
dan vegetasi.
Orientasi
Fasad
Bentuk
massa
bangunan persegi
panjang, dengan
aksen
elemen
vertikal
pada
bagian tengah dan
samping
bangunan. Setiap
jendela
kamar
dilengkapi dengan
kantilever untuk
meminimalkan
masuknya sinar
matahari.
Perletakkan
massa
bangunan
disesuaikan
dengan bentuk
dan orientasi
tapak serta
fungsi ruang.
Sedangkan
bentuk massa
bangunan
terbentuk
berdasarkan
orientasi arah
datangnya
sinar matahari
Barat
Massa bangunan
terbagi atas dua
bagian yaitu podium
pada bagian bawah
dan leasing office
pada bagian atas.
Bangunan untuk
kantor berada 30
meter diatas tanah,
yang memungkinkan
aliran udara berada
pada level pengguna.
Bentuk bangunan
terkesan “diputar”
(twist) melalui
perletakan balkon
dan atap kantilever.
Timur-utara
Utara
Fasad
bangunan
khas bangunan tropis
melalui
aplikasi
bentuk atap miring
dan overhang yang
lebar. Penggunaan
Kekhasan bentuk
bangunan melalui
permainan fasad
yang diputar melalui
penempatan balkon
dan atap kantilever.
Pada sisi utara
bangunan
yang
memperoleh sinar
matahari
dari
sudut
atas
menggunakan
Orientasi
bangunan
umumnya
disesuaikan
dengan
orientasi tapak
untuk
memaksimalka
n pengolahan
tapak.
Fasad
bangunan
cenderung
menggunakan
elemen
penahan sinar
32
Warna
Fasad
balkon untuk kamar
tamu ditujukan agar
meminimalkan
masuknya
sinar
matahari langsung
ke dalam ruangan
Cantilever bentuk
atap melebar
berfungsi menahan
sinar matahari dan
sebagai penangkap
angin
Pintu masuk utama
bangunan melalui
plaza terbuka dengan
atap yang tinggi,
memperoleh
pencahayaan alami
dengan pengolahan
bentuk atrium yang
dibentuk oleh teras
di lantai atasnya.
aplikasi
pembayangan
fasad
berupa
cantilever
serta
bentuk egg crate
pada 2 lantai
teratas bangunan
Putih
Putih
Putih
33
matahari yang
dapat berupa
balkon ataupun
kantilever.
Selain menjadi
elemen
pembayang
pada
fasad,
kantilever juga
dapat
berfungsi
untuk
menangkap
angin,
yang
berfungsi
menurunkan
suhu udara di
sisi
luar
(eksterior)
bangunan.
Warna fasad
diantaranya
putih karena
bersifat
memantulkan
sinar matahari
sehingga
meminimalkan
penyerapan
panas
matahari.
Download