ANALISIS DESKRIPTIF KASUS ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN DATA REKAM MEDIS DI BANGSAL PERINATOLOGI RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TAHUN 2017 Made Relo Dewi Manik *). Kriswiharsi Kun S. *). *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email : [email protected] Abstract According to World Health Organization, every year 3.6 million out of 120 million infants suffered Asphyxia. There were 56 cases of asphyxia during 2015 to 2016 in Panti Wilasa Dr.Cipto Hospital. Objectives study was to describe epidemiology of perinatal asphyxia cases based on medical records. This study was a descriptive study. Data collection through observation. Study samples was 56 medical records of infants with asphyxia. The highest number of asphyxia patients was in year 2016 (55.4%). 51.8% of asphyxia patients were male. Most written main diagnostic were asphyxia (58.9%). Most written diagnostic codes were P21.9 unspecific asphyxia (85.7%). The highest Asphyxia classification based on APGAR scores were mild Asphyxia, APGAR scores of 7-10 (41,1%). 73.2% birth weight were normal birth weight. The highest type of labour were sectio caesarea (55.4%). The most ruptured membranes were spontaneous ruptures of membranes (53.6%). Highest Aterm cases or term of pregnancy was 69.6%. Highest Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 on the cases was 42.9%. 66.1% had no complications during pregnancy or childbirth. Pregnant women should undergo antepartum and intrapartum examination to identify the risk factors of asphyxia. Doctor should write the diagnosis specifically so that the coder could correctly identify the diagnosis of asphyxia. Keywords: Asphyxia, Risk Factors, Descriptive Bibliography: 19 (1994-2016) terkait. Berdasarkan kegunaannya, A. LATAR BELAKANG rekam medis dapat dimanfaatkan Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang difungsikan sebagai pelaksana upaya memelihara, meningkatkan derajat serta kesehatan. Oleh karenanya, rumah sakit wajib memberikan pelayanan yang efisien dalam epidemiologi yaitu sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dokumen rekam medis pasien jasa layanan kesehatan.[1] unit rekam medis, dimana unit ini merupakan unit yang sangat penting. ini menjadi sistem penyelenggara berupa suatu proses yang diawali dengan diterimanya pasien, dilanjutkan proses pencatatan data selama medis pasien tersebut menerima pelayanan medis, dan dilanjutkan menangani dokumen rekam medis yang mencakup proses penyimpanan serta pengeluaran dokumen dari tempat penyimpanan untuk memenuhi permintaan maupun peminjaman dari pasien atau untuk keperluan lainnya.[2] Suatu berkas rekam medis memiliki nilai penelitian, sebab berisi data maupun informasi mengenai perkembangan pelayanan medis kronologis yang dari diberikan kepada pasien. Informasi itu dapat digunakan sebagai sumber referensi pengajaran di bidang profesi yang dalam sumber utama penelitian yang adalah suatu dilakukan. Asfiksia keadaan bayi baru lahir tidak bisa bernafas Di dalam rumah sakit terdapat Unit menjadi informasi dan efektif kepada masyarakat yang menggunakan aspek riset, edukasi, dan spontan dan teratur. Asfiksia terjadi dikarenakan hipoksia janin didalam uterus serta berkaitan dengan faktor-faktor yang muncul pada masa kehamilan, persalinan, maupun sesudah bayi lahir.[3] Menurut data dari World Health Organization, setiap tahunnya 3,6 juta bayi (3%) dari 120 juta bayi baru lahir menderita Asfiksia. Asfiksia merupakan salah penyebab bayi lahir dengan risiko tinggi.[4] Berdasarkan hasil survey awal dengan mengambil 10 sampel dokumen rekam medis secara acak, dapat diketahui dari data rekam medis yang tertulis dalam formulirformulir rekam medis, saya menemukan informasi yang berkaitan dengan risiko Asfiksia antara lain : berat badan lahir, ketuban pecah (spontan / amniotomi), dan jenis persalinan. Data – data diatas tertulis dibeberapa formulir rekam medis antara lain formulir masuk keluar kasus Asfiksia, menghitung besarnya pasien, resume pasien, assessmen jumlah kasus, dan mengetahui faktor pasien rawat inap neonates dan bayi, risiko Asfiksia maka, penulis tertarik perjalanan untuk melakukan penelitan tentang penyakit / perkembangan catatan terintegrasi, “Epidemiologi Deskriptif Kasus pengkajian keperawatan bayi (0-28 Asfiksia Bayi Lahir Berdasarkan Data hari), Rekam Medis di Bangsal Perinatologi resume keperawatan, dan identifikasi bayi. Oleh Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto karena hal diatas, Semarang Tahun 2017.” dengan tujuan ingin mendeskripsikan B. METODE PENELITIAN Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien bayi baru lahir Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran fenomena, mendeskripsikan dengan sejumlah jalan variable kasus Asfiksia sebanyak 56 DRM yang didapat dari indeks penyakit Asfiksia yang dirawat inap pada tahun 2015 – tahun 2016 di Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Sample adalah total populasi. yang berkaitan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Berdasarkan tabel 4.1, jenis kelamin C. HASIL PENELITIAN 1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Jenis Jumlah % Kelamin Laki-Laki 29 51,8 Perempuan 27 48,2 Total 56 100 Sumber data : Indeks Penyakit Tahun 2015 – Tahun 2016 pasien dengan kasus asfiksia bayi baru lahir pada tahun 2015 – tahun 2016, pasien yang paling banyak dirawat adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 51,8 %. 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun Jumlah % Dirawat 2015 25 44,6 2016 31 55,4 Total 56 100 Sumber data : Indeks Penyakit Distribusi Frekuensi Kode Diagnose Utama Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Kode Diagnosa Jumlah % Utama P21.0 4 7,1 P21.1 4 7,1 P21.9 48 85,7 Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Tahun 2015 – Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.2, jumlah pasien pada kasus asfiksia bayi baru lahir Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 dengan jumlah terbanyak berdasarkan – Tahun 2016 tahun dirawat adalah tahun 2016, yaitu Berdasarkan tabel 4.4, kode diagnose sebesar 55,4 % utama pada kasus asfiksia bayi baru 3. Diagnosa Utama Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Diagnosa Utama Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Diagnose Jumlah % Utama Asfiksia 33 58,9 Asfiksia 11 19,6 Berat Asfiksia 4 7,1 Sedang Asfiksia 8 14,3 Ringan Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 – Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.3, diagnosa utama pada kasus asfiksia bayi baru lahir tahun 2015-2016, diagnosa utama yang banyak tertulis dalam DRM pasien adalah diagnose Asfiksia (P21), yaitu sebesar 58,9 %. 4. Kode Diagnosa Tabel 4.4 lahir tahun 2015-2016, kode diagnosa utama yang banyak tertulis dalam DRM pasien adalah kode P21.9 Asfiksia yang tidak spesifik, yaitu sebesar 85,7 %. 5. Klasifiksai Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Klasifiksai Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Klasifikasi Jumlah % Asfiksia Berat 18 32,1 (APGAR Skor 0-3) Asfiksia Sedang 15 26,8 (APGAR Skor 4-6) Asfiksia Ringan 23 41,1 (APGAR Skor 7-10) Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 – Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.5, klasifikasi banyak adalah asfiksia ringan dengan Jenis Jumlah % Persalinan Caesarea Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus APGAR skor 7-10, yaitu sebesar 41.1 Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 %. – Tahun 2016 asfiksia berdasarkan APGAR skor , jumlah pasien yang terklasifikasi paling Berdasarkan tabel 4.7, jenis persalinan 6. Berat Badan Lahir Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Pasien Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Berat Jumlah % badan lahir Rendah (100015 26,8 2499 gram) Normal (250041 73,2 4500 gram) Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 – Tahun 2016 yang banyak dilakukan pada kasus asfiksia bayi baru lahir adalah jenis persalinan section caesarea, yaitu sebesar 55,4 %. 8. Ketuban Pecah Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Ketuban Pecah Jumlah % 53 ,6 46 Amniotomy 26 ,4 10 Total 56 0 Sumber data : DRM Pasien Kasus Spontan 30 Berdasarkan tabel 4.6, berat badan Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 lahir pasien pada kasus asfiksia bayi – Tahun 2016 baru lahir dimana pasien paling banyak Berdasarkan tabel 4.8, ketuban pecah lahir dengan berat badan normal (2500- yang dialami oleh ibu bayi pada kasus 4500 gram), yaitu sebesar 73,2 % asiksia bayi baru lahir paling banyak melalui proses ketuban pecah secara 7. Jenis Persalinan Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Persalinan Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Jenis Jumlah % Persalinan Spontan 18 32,1 Vacume 6 10,7 Extrasi ILA 1 1,8 Sectio 31 55,4 spontan, yaitu sebesar 53,6 %. 9. Diagnosa Kehamilan Ibu Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Diagnosa Kehamilan Ibu Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Diagnosa Kehamilan Jumlah % Ibu Diagnosa Kehamilan Jumlah % Ibu Preterm 15 26,8 Aterm 39 69,6 Postterm 2 3,6 Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 – Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.9, diagnosa kehamilan ibu pada kasus asfiksia bayi baru lahir yang paling banyak jumlahnya adalah diagnosa aterm, yaitu sebesar 39 %. Riwayat Kehamilan Atau Jumlah % Persalinan Terdahulu Partus 2 Abortus 0 Gravida 4 Partus 2 3 5,4 Abortus 1 Gravida 4 Partus 3 2 3,6 Abortus 0 Gravida 5 Partus 2 1 1,8 Abortus 2 Total 56 100 Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan – Tahun 2016 Terdahulu Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Riwayat Kehamilan Atau Jumlah % Persalinan Terdahulu Gravida 1 Partus 0 24 42,9 Abortus 0 Gravida 2 Partus 1 12 21,4 Abortus 0 Gravida 2 Partus 0 3 5,4 Abortus 1 Gravida 2 Partus 2 3 5,4 Abortus 0 Gravida 3 Partus 1 2 3,6 Abortus 1 Gravida 3 Partus 1 1 1,8 Abortus 2 Gravida 3 5 8,9 Berdasarkan tabel 4.10, riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu pada kasus asfiksia bayi baru lahir yang berjumlah paling besar adalah Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu sebesar 42,9 %. 11. Komplikasi Selama Kehamilan Atau Persalinan Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Komplikasi Selama Kehamilan Atau Persalinan Komplikasi Selama Kehamilan Jumlah % Atau Persalinan Tidak Ada 37 66,1 Komplikasi Plasenta 2 3,6 Previa Solutio 3 5,4 Placenta Ketuban 9 16,1 Pecah Dini Pre Eklamsi Berat Perdarahan Total Sumber data : DRM Berdasarkan tabel 4.11, komplikasi 5 8,9 0 0 56 100 Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015 selama kehamilan atau persalinan pada kasus asfiksia yang berjumlah paling banyak adalah tidak ada komplikasi, yaitu sebesar 66,1 %. – Tahun 2016 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun D. PEMBAHASAN Dirawat 1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun dirawat merupakan tahun dimana pasien masuk dirawat di rumah Berdasarkan tabel 4.1, dapat sakit untuk menerima perawatan. diketahui bahwa hampir 50 % lebih bayi baru lahir dengan asfiksia terjadi pada bayi dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Jenis berjumalah 29 kelamin laki-laki pasien dengan persentase 51,8 %, sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 27 pasien dengan persentase 48,2 %. Jumlah pasien Berdasarkan tabel 4.2, pasien yang dirawat paling banyak berada di tahun jenis kelamin ini tidak memengaruhi dalam kasus asfiksia. Penyakit asfiksia berjumlah 31 pasien dengan persentase 55,4 %, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 25 pasien dengan persentase 44,6 %. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah pasien dengan kasus asfiksia bayi baru lahir berdasarkan 2016 mengalami peningkatan pada tahun 2016 dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015, peningkatannya sebesar 10,8 %. tidak hanya menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu. Namun berkaitan dengan epidemiologi, pengertiannya meliputi berdasarkan ciri dari distribusi status kesehatan, penyakit, atau kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, Pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. [13] 3. Diagnosa Utama Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa diganosa utama yang sering tertuliskan di RM 1 dan resum pasien adalah diagnosa Asfiksia dengan jumlah 33 DRM. Dibandingkan dengan diagnosa yang lebih spesifik yaitu asfiksia berat sebesar 19,6 %, asfiksia sedang, sebesar 7,1 %, dan asfiksia ringan sebesar 14,3 %, Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan lebih banyak diagnosa yang menunjukkan bahwa kode diagnosa tertulis utama yang paling banyak tertulis adalah diagnosa asfiksia, dengan persentase sebesar 58,9 %. Hasil penelitian ini sejalan dalam DRM pasien adalah kode P21.9 (asfiksia yang tidak spesifik) berjumlah dengan hasil penelitian oleh Mulastin 48 (2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir Sedangkan kode P21.0 dan P21.1 mengalami asfiksia ringan sebanyak dengan jumlah kasus yang sama yaitu 74,4 4 kasus. % lebih besar dibandingkan dengan asfiksia sedang (21,0 %) dan asfiksia berat (4,5 %). %. dapat temukan di formulir utama resume medis dan lembar masuk formulir keluar. Berdasarkan penelitian yang resume medis dan lembar masuk telah dilakukan kedua formulir tersebut keluar. Berdasarkan penelitian yang informasi yang ditulis sudah konsisten. telah dilakukan kedua formulir tersebut Namun hampir sebagian kode diagnosa informasi yang ditulis sudah konsisten. tidak sesuai dengan diagnosis yang Namun diagnosa yang tertulis hampir dituliskan, tidak sesuai dengan yang sebagian ada pada ICD 10. peneliti dapat diagnosa 85,7 Informasi kode diagnosa utama peneliti Informasi persentase temukan kurang di spesifik hanya menuliskan Asfiksia tanpa menuliskan klasifikasinya berat, sedang, atau 5. Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor ringan. APGAR skor adalah metode 4. Kode Diagnosa Utama sederhana untuk menilai kondisi bayi Kode diagnosa utama adalah baru lahir. Klasifikasi asfiksia dapat kode diagnosa Asfiksia yang menjadi ditentukan berdasarkan APGAR skor. kode utama yang tertulis dalam lembar Klasifikasinya adalah Asfiksia berat masuk keluar dan resume medis. Kode dengan APGAR skor 0-3, Asfiksia Asfiksia menurut ICD 10, terdiri dari 3 sedang dengan APGAR skor 4-6, dan kode Asfiksia ringan dengan APGAR skor 7- yang dibedakan berdasarkan APGAR skor yaitu, P21.0 Asfiksia Berat, P21.1 Asfiksia Ringan 10. [3] dan Bersadarkan tabel 4.5, Sedang, dan P21.9 Asfiksia yang tidak menunjukkan bahwa klasifikasi asfiksia spesifik. [11] berdasarkan APGAR skor yang tertulis di dalam DRM terbanyak adalah Asfiksia ringan dengan skor apgar 7-10, gram), berat badan lahir normal (2500 sebanyak gram – 4500 gram), dan berat badan 23 kasus. Sedangkan Asfiksia berat diurutan kedua sebanyak 18 kasus dan Asfiksia sedang sebanyak 15 kasus. Hasil lahir berat (lebih dari 4500 gram). Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa dari 56 pasien bayi penelitian ini sejalan baru lahir sebanyak 41 bayi lahir dengan hasil penelitian oleh Mulastin dengan (2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir antara mengalami dengan sedangkan ada sebanyak 15 bayi lahir APGAR skor 7-10 yaitu sebanyak 74,4 dengan berat badan lahir rendah yaitu %, lebih besar dibandingkan asfiksia antara 1000 gram – 2499 gram. asfiksia ringan sedang dengan APGAR skor 4-6 (21,0 berat badan 2500 gram normal yaitu – 4500 gram, Berat badan bayi lahir memiliki %) dan asfiksia berat dengan APGAR keterkaitan dengan skor 3-0 (4,5 %). Walaupun banyak khususnya berat penelitian lain yang hasil penelitiannya rendah. Bayi yang lahir dengan berat sebagian besar jumlah APGAR skor 4- badan rendah biasanya akibat dari 6 yaitu asfiksia sedang yang banyak adanya komplikasi pada ibu saat masa kasusnya dibandingkan asfiksia ringan kehamilan maupun kelahiran. Berat maupun berat. [14] kasus badan asfiksia, bayi lahir badan lahir rendah sering terjadi pada Informasi APGAR skor peneliti persalinan preterem, maka organ dari dapat temukan di formulir assessmen alat pernafasan belum dalam keadaan pasien rawat inap neonatus dan bayi sempurna. dan formulir pengkajian keperawatan akhirnya berpengaruh terahadap kasus bayi (0-28 hari). Pada kedua formulir asfiksia bayi baru lahir. Namun, bayi tersebut sudah didesain isian APGAR yang lahir dengan berat badan normal skor sesuai kebutuhan sehingga tenaga tidak medis (perawat) langsung menuliskan menegalami APGAR skor pada bagian yang sudah badan bayi lahir normal juga berpotensi disediakan. mengalami komplikasi yang datang dari Komplikasi menutup seperti kemungkinan asfiksia, sebab ini akan berat banyak faktor seperti ketuban pecah 6. Berat Badan Lahir Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat pada bayi baru dini, riwayat obstetric atau riwayat persalinan dan kehamilan yang buruk, serta gangguan plasenta. [15] lahir. Berat badan lahir terdiri dari berat badan lahir rendah (1000 gram – 2499 buruk 7. Jenis Persalinan Berdasarkan tabel 4.7, jenis pecah Spontan bisa saja mengalami persalinan yang paling banyak tejadi ketuban pada kasus asfiksia bayi baru lahir menurut sudut pandang medis secara adalah jenis section caesarea dengan garis besar 50 % persalinan preterm jumlah 31 kasus, (55,4 %). Urutan terjadi spontan, 30 % karena ketuban kedua terbanyak ada jenis persalinan pecah dini dan sisanya 20 % dilahirkan spontan yang berjumlah 18 kasus (32,1 atas indikasi ibu / janin. [17] %). pecah dini yang dimana Selanjutnya ada kasus vacume Berdasarkan tabel 4.8, ketuban extraksi dengan 6 kasus (10,7 %) dan pecah yang dialami oleh ibu bayi ILA (Intrathecal Labor Analgesia) 1 dengan kasus asfiksia paling banyak kasus (1,8 %). Pada jenis persalinan mengalami section atas spontan dengan jumlah 30 kasus (53,6 banyak indikasi antara lain: preeklamsi %). Ketuban pecah secara amniotomy berat, ketuban pecah dini, solution hanya ada 26 kasus (46,4%). caesarea placenta, terdiri dari placenta previa, oligohidramnion, ketuban Keterkaitan pecah secara ketuban pecah perdarahan, dengan kasus asfiksia tidak dapat cefalophelvic, dan bekas section. Atas dikaitkan secara spesifik, namun bila indikasi diatas maka kelahiran lewat ketuban pecah spontan dengan waktu sectio caesarea akan lebih aman bagi yang lebih awal maka hal tersebut ibu, anak atau keduanya. dapat menjadi faktor terjadinya asfiksia Menurut penelitian lain oleh lahir, menurut penelitian lain oleh fadhilah fanny, bahwa kejadian asfiksia Winadharma dkk, ketuban pecah dini bayi baru lahir dapat disebabkan oleh merupakan persalianan section asfiksia. Semakin lama KPD maka caesarea. Hal ini dikarenakan anastesi komplikasi yang terjadi semakin besar, pada berakibat risiko terjadinya asfiksia pada tindakan section memengaruhi mengubah resistensi yaitu caesarea dapat aliran darah yaitu tekanan perfusi atau vaskuler baik langsung menyebabkan kejadian asfiksia. risiko terjadinya janin, juga semakin meningkat. [17] 9. Diagnosa Kehamilan Ibu ataupun tidak langsung sehingga dapat [16] faktor Berdasarkan tabel 4.9, diganosa kehamilan ibu pada kasus asfiksia bayi baru lahir banyak terdiagnosa Aterm 8. Ketuban Pecah (cukup bulan), jumlahnya sebesar 39 Ketuban pecah ada 2 jenis yaitu spontan dan amniotomy. Ketuban kasus (69,6 %). Sedangkan yang terdiagnosa Preterm (kurang bulan) ada sebanyak 15 kasus (26,8 %) dan berisiko Postterm (lebih bulan) sebanyak 2 plasenta berada pada puncaknya yaitu kasus (3,6 %). kehamilan Dari hasil penelitian yang gawat 38 janin sebab minggu fungsi lalu mulai menurun tepatnya setelah 42 minggu. dilakukan peneliti diagnosa kehamilan Rendahnya ibu yang terbanyak adalah diagnosa berefek pada gangguan pernapasan aterm (cukup bulan). Diagnosa aterm janin dan gangguan sirkulasi menurut teori memang tidak memberi setelah lahir sehingga terjadi asfiksia. pengaruh [18] risiko bayi lahir asfiksia fungsi plasenta bisa bayi namun bisa jadi bayi yang lahir dengan Informasi diagnosa kehamilan diagnosa kehamilan aterm mengalami ibu peneliti dapat temukan di formulir asfiksia oleh karena faktor yang lain assessmen pasien rawat inap neonatus seperti lahir dengan persalinan section dan caesarea, riwayat menemukan beberapa DRM yang tidak persalinan yang kehamilan buruk atau (pernah bayi. terdapat Namun informasi peneliti di juga formulir mengalami abortus), dan komplikasi seharusnya, informasi tetap ada dalam kehamilan atau persalinan. [18] DRM namun ditemukan di formulir Menurut penelitian lain oleh catatan perkembangan terintegrasi. Dian Hartatik, ada pengaruh diagnosa kehamilan ibu (umur kehamilan) dengan kejadian asfiksia. Diganosa yang preterm dan postterm lebih 10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu Riwayat kehamilan atau berpeluang melahirkan bayi asfiksia persalinan terdahulu yang telah dialami sebesar 2,9 kali dibandingkan yang oleh ibu yang melahirkan bayi dalam tidak kasus asfiksia. berpengaruh yaitu diagnosa aterm. Berdasarkan tabel 4.10, ibu Bayi yang lahir preterm, organ- dengan status Gravida 1 Partus 0 organ tubuhnya belum sempurna ini Abortus 0 terlihat menjadi jumlah kasus berisiko sistem pernapasan khususnya yang terbanyak yaitu sebesar 24 kasus paru-paru bayi belum bekerja dengan dengan optimal, otot pernapasan masih lemah dibandingkan sehingga tangis bayi preterm terdengar kehamilan atau persalinan terdahulu lemah dan merintih akibatnya bayi bisa lainnya. persentase dengan 42,9 %, riwayat mengalami asfiksia. Menurut teori dari Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 jurnal Gaster kehamilan postterm bisa bisa disebut juga paritas paling rendah atau paritas satu memperlihatkan dalam risiko asfiksia berdasarkan faktor ketidaksiapan ibu dalam menangani plasenta. Hal ini juga berkaitan dengan komplikasi komplikasi yang terjadi dalam perdarahan, salah satu kehamilan, persalianan maupun nifas. penyebab perdarahan adalah faktor Hal ini berisiko dikarenakan ibu belum dari gangguan pada plasenta. Faktor siap secara medis maupun mental. placenta Seperti menurut hasil penelitian oleh terjadi gangguan pada placenta seperti Syuul Adam dkk yang sejalan dengan placenta previa atau solution placenta penelitian ini, bahwa paritas 1 berisiko akan mengurangi pasokan nutrisi dan melahirkan bayi dengan asfiksia lebih oksigen dari ibu ke janin. Menurut besar dari pada paritas 2-3 lainnya. [19] Hidayat pada buku Ilmu Kesehatan memengaruhi karena bila Anak tahun 2008:128, menyebutkan 11. Komplikasi Selama Kehamilan Berdasarkan bahwa Ketuban pecah dini dan tabel 4.11, preeklamsi berat dapat menjadi risiko kehamilan atau asfiksia bayi baru lahir berdasarkan persalianan yang terjadi pada kasus faktor ibu yang kehamilannya berisiko. asfiksia bayi baru lahir sebagian besar [3] komplikasi selama tidak mengalami komplikasi selama Hasil penelitian ini sejalan kehamilan atau persalinan, sebanyak dengan penelitian oleh Agustin (2015), 37 kasus, namun tetap ada kasus yang komplikasi kehamilan mengalami komplikasi seperti, plasenta menunjukkan pengaruh previa ada sebanyak 2 kasus, solution terhadap terjadinya asfiksia bayi baru placenta lahir. ada sebanyak 3 kasus, Mayoritas tidak signifikan responden yang ketuban pecah dini 9 kasus, preeklamsi melahirkan bayi asfiksia menunjukkan berat bahwa sebanyak perdarahan tidak 5 kasus dan ada kasus yang terjadi. tidak komplikasi selama solutio kehamilan atau persalianan peneliti placenta, perdarahan, ketuban pecah dapat temukan di formulir pengkajian dini, dan preeklamsi berat, dari Ke-lima keperawatan bayi (0-28 hari). Namun komplikasi ini memengarui terjadinya peneliti juga menemukan beberapa risiko asfiksia bayi baru lahir. Menurut DRM yang tidak terdapat informasi di teori, solutio formulir seharusnya, informasi tetap placenta merupakan salah satu risiko ada dalam DRM namun ditemukan di Plasenta previa, komlikasi kehamilan. Informasi Plasenta memiliki previa dan asfiksia bayi baru lahir yang masuk formulir catatan perkembangan terintegrasi. secara spontan yaitu, 30 pasien (53,6 E. SIMPULAN %). 1. Jumlah pasien terbanyak dengan kasus asfiksia bayi baru lahir pada tahun 2015-2016 berdasarkan jenis kelamin adalah jenis kelamin laki-laki yaitu, 29 pasien (51,8 %). asfiksia bayi baru lahir berdasarkan tahun dirawat adalah tahun 2016 yaitu, 31 pasien (55,4%). 3. JUMLAH DIAGNOSA TERTULIS PALING banyak adalah Aterm atau kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) yaitu, 39 kasus (69,6 %). 10. Riwayat kehamilan atau persalinan 2. Jumlah pasien terbanyak dengan kasus 9. Diagnisa kehamilan ibu yang paling YANG BANYAK ADALAH DIAGNOSA Asfiksia, 33 drm (58,9 %) terdahulu yang paling banyak adalah Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu 24 kasus (42,9 %) 11. komplikasi selama kehamilan atau persalinan dari 56 pasien yang diteliti , sebanyak mengalami 37 pasien komplikasi tidak selama kehamilan atau persalinan (66,1 %). 4. Kode diagnosa yang paling banyak tertulis adalah P21.9 asfiksia yang tidak spesifik yaitu, 48 DRM (85,7 %). 5. Klasifikasi asfiksia berdasarkan APGAR skor yang paling banyak adalah klasifikasi Asfiksia ringan (APGAR skor 7-10) sebanyak 23 drm (41,1 %). dengan 1. Pemeriksaan antepartum Asfiksia terbanyak adalah bayi yang lahir dengan berat badan normal, 41 pasien (73,2 %). 7. Jenis persalinan yang banyak didapat oleh pasien bayi baru lahir dengan asfiksia adalah section caesarean, yaitu 31 pasien (55,4 %). 8. Ketuban pecah yang dialami oleh ibu dari bayi lahir dengan Asfiksia adalah serta intrapartum dilakukan ibu hamil untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadi asfiksia. 2. Diharapkan 6. Jumlah berat badan lahir pasien bayi lahir F. Saran dapat meningkatkan lebih pengetahuan tentang faktor risiko asfiksia pada ibu hamil dan bayi baru lahir, hal ini agar dapat terhindar dari asfiksia yang bisa menyebabkan kematian bayi atau cacat. 3. Tenaga medis diharapkan yang selalu kondisi-kondisi menolong siaga yang pada dapat membahayakan ibu maupun bayi, utamanya ibu yang mengalami spesifik. komplikasi seperti ketuban pecah diklasifiksikan dengan melihat dari dini, solution placenta, placenta APGAR skor. Oleh karena itu previa, diharapkan diagnose yang ditulis dan persalinan section caesarea. Asfiksia dapat lebih spesifik berdasarkan APGAR 4. Diharapkan institusi kesehatan khususnya bagi tenaga medis yang bertanggungjawab skor yang ditetapkan, 5. Diharapkan petugas koding dapat untuk mengkode sesuai dengan kode menuliskan diagnose utama bisa ICD 10 yang berdasarkan skor menuliskan APGAR. diagnose secara DAFTAR PUSTAKA E-Clinic (Ecl). 2016 : 4 (1). (diakses tanggal 1. Permenkes No 340/ Menkes/ PER / III /2010, TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT. 2010. PENGELOLAAN REKAM RUMAH DI MEDIS INDONESIA. Maret 2017) : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e clinic/ article/view/11694/11284 5. Mulidah Siti, 2. Departemen Kesehatan RI. PEDOMAN SAKIT 2 Aris. Haryati Welas, Fitriyani HUBUNGAN KELAHIRAN ANTARA ASFIKSIA PERKEMBANGAN DENGAN BALITA. Jurnal Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Keperawatan Medik, 1994 Soedirman Journal Of Nursing). 2006 : 3. Dokter Indonesia. TIDAK ASFIKSIA, MENANGIS 1 DAN jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/arti tidak-menangis-saat-lahir-dan- penanganannya/ (diakses tanggal 5 Maret 2017). 2013. 4. Pangemanan John J. Eunike E., Wagey KARAKTERISTIK A., Wantania Freddy W. KEHAMILAN LAHIR DI RSUP PROF. DR. R. D. MANADO 2017) : 6. Huffman, Edna K., Health Information Management, Tenth Edision, Physicians’ Record Company, Berwyn, Illinois, 1994 DENGAN LUARAN ASFIKSIA SAAT KANDOU Maret cle/download/ 81/27 https://klinikbayi.com/2013/12/18/asfiksi a-bayi (17 (The BAYI PENANGANANNYA. (2). Soedirman PERIODE JANUARI – DESEMBER 2014. Jurnal 7. Departemen Kesehatan Ri. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta. 2006 8. Akbar, Zakirah. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL DI PUSKESMAS PETERONGAN – JOMBANG. http://eprints. KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. unipdu.ac.id/265/1/ bab%20i.pdf. Jurnal (diakses tanggal 15 ApriL 2017). 2015 9. Almuzakir. FAKTOR KEJADIAN ASFIKSIA RISIKO PADA BBL YANG DIRAWAT DI RUANG COVIES RSUP DR. M. DJAMIL PADANG Kesehatan “HIKMAH” AKBID Dan Islam Budaya Al-Hikmah Jepara. 2014: 7 (2). (Diakses Tanggal 20 Juni 2017) 15. Rahmawati, Lisa. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN TAHUN 2014. http://pustaka. poltekkes- KEJADIAN pdg.ac.id/repository/1.pdf BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL (diakses tanggal 15 APRIL 2017). 2014 10. Tahir Rahmah, RISIKO PERSALINAN DENGAN PADA BAYI RECORD RSUD PARIAMAN. Jurnal Rismayanti, Jumriani. ASFIKSIA DENGAN Ansar FAKTOR KEJADIAN Ilmiah Kebidanan. 2016 : 7 (1). (Diakses Tanggal 19 Juni 2017) 16. Fanny, Fadhilah. SECTION ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH CAESAREA SAKIT SAWERI KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM. TAHUN Majority. 2015 : 4 (8). (Diakses Tanggal GADING UMUM DAERAH KOTA PALOPO 2012. SEBAGAI PENYEBAB 19 Juni 2017) http://repository.unhas.ac.id/bitstream/h 17. Wiradharma. RISIKO ASFIKSIA PADA andle/123456789 KETUBAN PECAH DINI DI RSUP /4278/rahmah%20tahir_k11109011.pdf SANGLAH. Sari Pediatri. 2013 : 14 (5). (diakses tanggal 15 APRIL 2017). 2012 (Diakses Tanggal 19 Juni 2017) 11. International Classification Of Diseases 18. Hartatik, Dian. PENGARUH UMUR (ICD), Gevena Tahun 2010 Volume 1 KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR Dan Volume 3 DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI 12. Modul Metodologi Penelitian (Tidak RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. Dipublikasi) Milik Eny Mahawati, SKM, Gaster. 2013: 10 (1). (Diakses Tanggal M.Kes 19 Juni 2017) 13. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit 19. Adam, Tidak Menular. Cetakan Ke-2 Rikena YANG Cipta. 2007 KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM 14. Mulastin. PERSALINAN HUBUNGAN DENGAN JENIS KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA Syuul. FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. Tanggal 2014: 20 2 (1). Juni (Diakses 2017)