Untitled - Universitas Dian Nuswantoro

advertisement
ANALISIS DESKRIPTIF KASUS ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN
DATA REKAM MEDIS DI BANGSAL PERINATOLOGI RUMAH SAKIT PANTI
WILASA DR. CIPTO SEMARANG TAHUN 2017
Made Relo Dewi Manik *). Kriswiharsi Kun S. *).
*)
Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Email : [email protected]
Abstract
According to World Health Organization, every year 3.6 million out of 120
million infants suffered Asphyxia. There were 56 cases of asphyxia during 2015 to
2016 in Panti Wilasa Dr.Cipto Hospital. Objectives study was to describe epidemiology
of perinatal asphyxia cases based on medical records. This study was a descriptive
study. Data collection through observation. Study samples was 56 medical records of
infants with asphyxia. The highest number of asphyxia patients was in year 2016
(55.4%). 51.8% of asphyxia patients were male. Most written main diagnostic were
asphyxia (58.9%). Most written diagnostic codes were P21.9 unspecific asphyxia
(85.7%).
The highest Asphyxia classification based on APGAR scores were mild
Asphyxia,
APGAR scores of 7-10 (41,1%). 73.2% birth weight were normal birth
weight. The highest type of labour were sectio caesarea (55.4%). The most ruptured
membranes were spontaneous ruptures of membranes (53.6%). Highest Aterm cases
or term of pregnancy was 69.6%. Highest Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 on the cases
was 42.9%. 66.1% had no complications during pregnancy or childbirth. Pregnant
women should undergo antepartum and intrapartum examination to identify the risk
factors of asphyxia. Doctor should write the diagnosis specifically so that the coder
could correctly identify the diagnosis of asphyxia.
Keywords: Asphyxia, Risk Factors, Descriptive
Bibliography: 19 (1994-2016)
terkait. Berdasarkan kegunaannya,
A. LATAR BELAKANG
rekam medis dapat dimanfaatkan
Rumah Sakit adalah salah
satu sarana pelayanan kesehatan
yang difungsikan sebagai pelaksana
upaya
memelihara,
meningkatkan
derajat
serta
kesehatan.
Oleh karenanya, rumah sakit wajib
memberikan pelayanan yang efisien
dalam
epidemiologi yaitu sebagai bahan
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Dokumen rekam medis
pasien
jasa
layanan
kesehatan.[1]
unit rekam medis, dimana unit ini
merupakan unit yang sangat penting.
ini
menjadi
sistem
penyelenggara berupa suatu proses
yang
diawali
dengan diterimanya
pasien,
dilanjutkan
proses
pencatatan
data
selama
medis
pasien tersebut menerima pelayanan
medis, dan dilanjutkan menangani
dokumen
rekam
medis
yang
mencakup proses penyimpanan serta
pengeluaran dokumen dari tempat
penyimpanan
untuk
memenuhi
permintaan maupun peminjaman dari
pasien
atau
untuk
keperluan
lainnya.[2] Suatu berkas rekam medis
memiliki nilai penelitian, sebab berisi
data maupun informasi mengenai
perkembangan
pelayanan
medis
kronologis
yang
dari
diberikan
kepada pasien. Informasi itu dapat
digunakan sebagai sumber referensi
pengajaran di bidang profesi yang
dalam
sumber
utama
penelitian
yang
adalah
suatu
dilakukan.
Asfiksia
keadaan bayi baru lahir tidak bisa
bernafas
Di dalam rumah sakit terdapat
Unit
menjadi
informasi
dan efektif kepada masyarakat yang
menggunakan
aspek riset, edukasi, dan
spontan
dan
teratur.
Asfiksia terjadi dikarenakan hipoksia
janin didalam uterus serta berkaitan
dengan faktor-faktor yang muncul
pada masa kehamilan, persalinan,
maupun
sesudah
bayi
lahir.[3]
Menurut data dari World Health
Organization, setiap tahunnya 3,6
juta bayi (3%) dari 120 juta bayi baru
lahir
menderita Asfiksia. Asfiksia
merupakan salah penyebab bayi lahir
dengan risiko tinggi.[4]
Berdasarkan
hasil
survey
awal dengan mengambil 10 sampel
dokumen rekam medis secara acak,
dapat diketahui dari data rekam
medis yang tertulis dalam formulirformulir
rekam
medis,
saya
menemukan informasi yang berkaitan
dengan risiko Asfiksia antara lain :
berat badan lahir, ketuban pecah
(spontan / amniotomi), dan jenis
persalinan. Data – data diatas tertulis
dibeberapa formulir rekam medis
antara lain formulir masuk keluar
kasus Asfiksia, menghitung besarnya
pasien, resume pasien, assessmen
jumlah kasus, dan mengetahui faktor
pasien rawat inap neonates dan bayi,
risiko Asfiksia maka, penulis tertarik
perjalanan
untuk melakukan penelitan tentang
penyakit
/
perkembangan
catatan
terintegrasi,
“Epidemiologi
Deskriptif
Kasus
pengkajian keperawatan bayi (0-28
Asfiksia Bayi Lahir Berdasarkan Data
hari),
Rekam Medis di Bangsal Perinatologi
resume
keperawatan,
dan
identifikasi bayi.
Oleh
Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto
karena
hal
diatas,
Semarang
Tahun
2017.”
dengan tujuan ingin mendeskripsikan
B. METODE PENELITIAN
Populasi yang diteliti pada penelitian ini
adalah DRM pasien bayi baru lahir
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif. penelitian deskriptif
merupakan
jenis
penelitian
yang
bertujuan untuk menyajikan gambaran
fenomena,
mendeskripsikan
dengan
sejumlah
jalan
variable
kasus Asfiksia sebanyak 56 DRM yang
didapat dari indeks penyakit Asfiksia
yang dirawat inap pada tahun 2015 –
tahun 2016 di Rumah Sakit Panti
Wilasa Dr. Cipto Semarang. Sample
adalah
total
populasi.
yang berkaitan dengan masalah dan
unit yang diteliti antara fenomena yang
diuji.
Berdasarkan tabel 4.1, jenis kelamin
C. HASIL PENELITIAN
1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Pasien
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Jenis
Jumlah
%
Kelamin
Laki-Laki
29
51,8
Perempuan
27
48,2
Total
56
100
Sumber data : Indeks Penyakit
Tahun 2015 – Tahun 2016
pasien dengan kasus asfiksia bayi baru
lahir pada tahun 2015 – tahun 2016,
pasien yang paling banyak dirawat
adalah pasien dengan jenis kelamin
laki-laki, yaitu sebesar 51,8 %.
2. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun
Dirawat
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien
Berdasarkan Tahun Dirawat
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Tahun
Jumlah
%
Dirawat
2015
25
44,6
2016
31
55,4
Total
56
100
Sumber data : Indeks Penyakit
Distribusi Frekuensi Kode Diagnose
Utama
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Kode
Diagnosa
Jumlah
%
Utama
P21.0
4
7,1
P21.1
4
7,1
P21.9
48
85,7
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Tahun 2015 – Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2, jumlah pasien
pada kasus asfiksia bayi baru lahir
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
dengan jumlah terbanyak berdasarkan
– Tahun 2016
tahun dirawat adalah tahun 2016, yaitu
Berdasarkan tabel 4.4, kode diagnose
sebesar 55,4 %
utama pada kasus asfiksia bayi baru
3. Diagnosa Utama
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Diagnosa
Utama
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Diagnose
Jumlah
%
Utama
Asfiksia
33
58,9
Asfiksia
11
19,6
Berat
Asfiksia
4
7,1
Sedang
Asfiksia
8
14,3
Ringan
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.3, diagnosa utama
pada kasus asfiksia bayi baru lahir
tahun 2015-2016, diagnosa utama yang
banyak tertulis dalam DRM pasien
adalah diagnose Asfiksia (P21), yaitu
sebesar 58,9 %.
4. Kode Diagnosa
Tabel 4.4
lahir tahun 2015-2016, kode diagnosa
utama yang banyak tertulis dalam DRM
pasien adalah kode P21.9 Asfiksia
yang tidak spesifik, yaitu sebesar 85,7
%.
5. Klasifiksai
Asfiksia
Berdasarkan
APGAR Skor
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Klasifiksai
Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Klasifikasi
Jumlah
%
Asfiksia
Berat
18
32,1
(APGAR
Skor 0-3)
Asfiksia
Sedang
15
26,8
(APGAR
Skor 4-6)
Asfiksia
Ringan
23
41,1
(APGAR
Skor 7-10)
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan
tabel
4.5,
klasifikasi
banyak adalah asfiksia ringan dengan
Jenis
Jumlah
%
Persalinan
Caesarea
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
APGAR skor 7-10, yaitu sebesar 41.1
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
%.
– Tahun 2016
asfiksia berdasarkan APGAR skor ,
jumlah pasien yang terklasifikasi paling
Berdasarkan tabel 4.7, jenis persalinan
6. Berat Badan Lahir
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berat Badan
Lahir Pasien
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Berat
Jumlah
%
badan lahir
Rendah
(100015
26,8
2499
gram)
Normal
(250041
73,2
4500
gram)
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
yang banyak dilakukan pada kasus
asfiksia bayi baru lahir adalah jenis
persalinan
section
caesarea,
yaitu
sebesar 55,4 %.
8. Ketuban Pecah
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Ketuban
Pecah
Jumlah
%
53
,6
46
Amniotomy
26
,4
10
Total
56
0
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Spontan
30
Berdasarkan tabel 4.6, berat badan
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
lahir pasien pada kasus asfiksia bayi
– Tahun 2016
baru lahir dimana pasien paling banyak
Berdasarkan tabel 4.8, ketuban pecah
lahir dengan berat badan normal (2500-
yang dialami oleh ibu bayi pada kasus
4500 gram), yaitu sebesar 73,2 %
asiksia bayi baru lahir paling banyak
melalui proses ketuban pecah secara
7. Jenis Persalinan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jenis Persalinan
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Jenis
Jumlah
%
Persalinan
Spontan
18
32,1
Vacume
6
10,7
Extrasi
ILA
1
1,8
Sectio
31
55,4
spontan, yaitu sebesar 53,6 %.
9. Diagnosa Kehamilan Ibu
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Diagnosa
Kehamilan Ibu
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Diagnosa
Kehamilan
Jumlah
%
Ibu
Diagnosa
Kehamilan
Jumlah
%
Ibu
Preterm
15
26,8
Aterm
39
69,6
Postterm
2
3,6
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan
tabel
4.9,
diagnosa
kehamilan ibu pada kasus asfiksia bayi
baru
lahir
yang
paling
banyak
jumlahnya adalah diagnosa aterm, yaitu
sebesar 39 %.
Riwayat
Kehamilan
Atau
Jumlah
%
Persalinan
Terdahulu
Partus 2
Abortus 0
Gravida 4
Partus 2
3
5,4
Abortus 1
Gravida 4
Partus 3
2
3,6
Abortus 0
Gravida 5
Partus 2
1
1,8
Abortus 2
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan
– Tahun 2016
Terdahulu
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Riwayat
Kehamilan Atau Persalinan
Terdahulu
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Riwayat
Kehamilan
Atau
Jumlah
%
Persalinan
Terdahulu
Gravida 1
Partus 0
24
42,9
Abortus 0
Gravida 2
Partus 1
12
21,4
Abortus 0
Gravida 2
Partus 0
3
5,4
Abortus 1
Gravida 2
Partus 2
3
5,4
Abortus 0
Gravida 3
Partus 1
2
3,6
Abortus 1
Gravida 3
Partus 1
1
1,8
Abortus 2
Gravida 3
5
8,9
Berdasarkan
tabel
4.10,
riwayat
kehamilan atau persalinan terdahulu
pada kasus asfiksia bayi baru lahir
yang berjumlah paling besar adalah
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu
sebesar 42,9 %.
11. Komplikasi Selama Kehamilan Atau
Persalinan
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Komplikasi
Selama Kehamilan Atau Persalinan
Komplikasi
Selama
Kehamilan
Jumlah
%
Atau
Persalinan
Tidak Ada
37
66,1
Komplikasi
Plasenta
2
3,6
Previa
Solutio
3
5,4
Placenta
Ketuban
9
16,1
Pecah Dini
Pre
Eklamsi
Berat
Perdarahan
Total
Sumber data : DRM
Berdasarkan tabel 4.11, komplikasi
5
8,9
0
0
56
100
Pasien Kasus
Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
selama kehamilan atau persalinan pada
kasus asfiksia yang berjumlah paling
banyak adalah tidak ada komplikasi,
yaitu
sebesar
66,1
%.
– Tahun 2016
2. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun
D. PEMBAHASAN
Dirawat
1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tahun dirawat merupakan tahun
dimana pasien masuk dirawat di rumah
Berdasarkan tabel 4.1, dapat
sakit untuk menerima perawatan.
diketahui bahwa hampir 50 % lebih bayi
baru lahir dengan asfiksia terjadi pada
bayi dengan jenis kelamin laki-laki
dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan.
Jenis
berjumalah
29
kelamin
laki-laki
pasien
dengan
persentase 51,8 %, sedangkan jenis
kelamin
perempuan
berjumlah
27
pasien dengan persentase 48,2 %.
Jumlah
pasien
Berdasarkan tabel 4.2, pasien
yang dirawat paling banyak berada di
tahun
jenis kelamin ini tidak memengaruhi
dalam kasus asfiksia. Penyakit asfiksia
berjumlah
31
pasien
dengan persentase 55,4 %, sedangkan
pada tahun 2015 sebanyak 25 pasien
dengan persentase 44,6 %. Jumlah
tersebut menunjukkan bahwa jumlah
pasien dengan kasus asfiksia bayi baru
lahir
berdasarkan
2016
mengalami
peningkatan
pada
tahun 2016 dari tahun sebelumnya
yaitu
tahun
2015,
peningkatannya
sebesar 10,8 %.
tidak hanya menyerang pasien dengan
jenis kelamin tertentu. Namun berkaitan
dengan
epidemiologi,
pengertiannya
meliputi
berdasarkan
ciri
dari
distribusi status kesehatan, penyakit,
atau kesehatan masyarakat lainnya
berdasarkan usia, jenis kelamin, ras,
geografi, agama, Pendidikan, pekerjaan
dan sebagainya. [13]
3. Diagnosa Utama
Berdasarkan
tabel
4.3,
menunjukkan bahwa diganosa utama
yang sering tertuliskan di RM 1 dan
resum pasien adalah diagnosa Asfiksia
dengan jumlah 33 DRM. Dibandingkan
dengan diagnosa yang lebih spesifik
yaitu asfiksia berat sebesar 19,6 %,
asfiksia sedang, sebesar 7,1 %, dan
asfiksia
ringan
sebesar
14,3
%,
Berdasarkan
tabel
4.4,
ditemukan lebih banyak diagnosa yang
menunjukkan bahwa kode diagnosa
tertulis
utama yang paling banyak tertulis
adalah
diagnosa
asfiksia,
dengan persentase sebesar 58,9 %.
Hasil
penelitian
ini
sejalan
dalam DRM pasien adalah kode P21.9
(asfiksia yang tidak spesifik) berjumlah
dengan hasil penelitian oleh Mulastin
48
(2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir
Sedangkan kode P21.0 dan P21.1
mengalami asfiksia ringan sebanyak
dengan jumlah kasus yang sama yaitu
74,4
4 kasus.
%
lebih
besar
dibandingkan
dengan
asfiksia sedang (21,0 %) dan asfiksia
berat (4,5 %).
%.
dapat
temukan
di
formulir
utama
resume medis dan lembar masuk
formulir
keluar. Berdasarkan penelitian yang
resume medis dan lembar masuk
telah dilakukan kedua formulir tersebut
keluar. Berdasarkan penelitian yang
informasi yang ditulis sudah konsisten.
telah dilakukan kedua formulir tersebut
Namun hampir sebagian kode diagnosa
informasi yang ditulis sudah konsisten.
tidak sesuai dengan diagnosis yang
Namun diagnosa yang tertulis hampir
dituliskan, tidak sesuai dengan yang
sebagian
ada pada ICD 10.
peneliti
dapat
diagnosa
85,7
Informasi kode diagnosa utama
peneliti
Informasi
persentase
temukan
kurang
di
spesifik
hanya
menuliskan Asfiksia tanpa menuliskan
klasifikasinya
berat,
sedang,
atau
5. Klasifikasi
Asfiksia
Berdasarkan
APGAR Skor
ringan.
APGAR skor adalah metode
4. Kode Diagnosa Utama
sederhana untuk menilai kondisi bayi
Kode diagnosa utama adalah
baru lahir. Klasifikasi asfiksia dapat
kode diagnosa Asfiksia yang menjadi
ditentukan berdasarkan APGAR skor.
kode utama yang tertulis dalam lembar
Klasifikasinya adalah Asfiksia berat
masuk keluar dan resume medis. Kode
dengan APGAR skor 0-3, Asfiksia
Asfiksia menurut ICD 10, terdiri dari 3
sedang dengan APGAR skor 4-6, dan
kode
Asfiksia ringan dengan APGAR skor 7-
yang
dibedakan
berdasarkan
APGAR skor yaitu, P21.0 Asfiksia
Berat,
P21.1
Asfiksia
Ringan
10. [3]
dan
Bersadarkan
tabel
4.5,
Sedang, dan P21.9 Asfiksia yang tidak
menunjukkan bahwa klasifikasi asfiksia
spesifik. [11]
berdasarkan APGAR skor yang tertulis
di
dalam
DRM
terbanyak
adalah
Asfiksia ringan dengan skor apgar 7-10,
gram), berat badan lahir normal (2500
sebanyak
gram – 4500 gram), dan berat badan
23
kasus.
Sedangkan
Asfiksia berat diurutan kedua sebanyak
18
kasus
dan
Asfiksia
sedang
sebanyak 15 kasus.
Hasil
lahir berat (lebih dari 4500 gram).
Berdasarkan tabel 4.6, dapat
diketahui bahwa dari 56 pasien bayi
penelitian
ini
sejalan
baru lahir sebanyak 41 bayi lahir
dengan hasil penelitian oleh Mulastin
dengan
(2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir
antara
mengalami
dengan
sedangkan ada sebanyak 15 bayi lahir
APGAR skor 7-10 yaitu sebanyak 74,4
dengan berat badan lahir rendah yaitu
%, lebih besar dibandingkan asfiksia
antara 1000 gram – 2499 gram.
asfiksia
ringan
sedang dengan APGAR skor 4-6 (21,0
berat
badan
2500 gram
normal
yaitu
– 4500 gram,
Berat badan bayi lahir memiliki
%) dan asfiksia berat dengan APGAR
keterkaitan
dengan
skor 3-0 (4,5 %). Walaupun banyak
khususnya
berat
penelitian lain yang hasil penelitiannya
rendah. Bayi yang lahir dengan berat
sebagian besar jumlah APGAR skor 4-
badan rendah biasanya akibat dari
6 yaitu asfiksia sedang yang banyak
adanya komplikasi pada ibu saat masa
kasusnya dibandingkan asfiksia ringan
kehamilan maupun kelahiran. Berat
maupun berat.
[14]
kasus
badan
asfiksia,
bayi
lahir
badan lahir rendah sering terjadi pada
Informasi APGAR skor peneliti
persalinan preterem, maka organ dari
dapat temukan di formulir assessmen
alat pernafasan belum dalam keadaan
pasien rawat inap neonatus dan bayi
sempurna.
dan formulir pengkajian keperawatan
akhirnya berpengaruh terahadap kasus
bayi (0-28 hari). Pada kedua formulir
asfiksia bayi baru lahir. Namun, bayi
tersebut sudah didesain isian APGAR
yang lahir dengan berat badan normal
skor sesuai kebutuhan sehingga tenaga
tidak
medis (perawat) langsung menuliskan
menegalami
APGAR skor pada bagian yang sudah
badan bayi lahir normal juga berpotensi
disediakan.
mengalami komplikasi yang datang dari
Komplikasi
menutup
seperti
kemungkinan
asfiksia,
sebab
ini
akan
berat
banyak faktor seperti ketuban pecah
6. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah berat
badan yang didapat pada bayi baru
dini,
riwayat
obstetric
atau
riwayat persalinan dan kehamilan yang
buruk, serta gangguan plasenta. [15]
lahir. Berat badan lahir terdiri dari berat
badan lahir rendah (1000 gram – 2499
buruk
7. Jenis Persalinan
Berdasarkan tabel 4.7, jenis
pecah Spontan bisa saja mengalami
persalinan yang paling banyak tejadi
ketuban
pada kasus asfiksia bayi baru lahir
menurut sudut pandang medis secara
adalah jenis section caesarea dengan
garis besar 50 % persalinan preterm
jumlah 31 kasus, (55,4 %). Urutan
terjadi spontan, 30 % karena ketuban
kedua terbanyak ada jenis persalinan
pecah dini dan sisanya 20 % dilahirkan
spontan yang berjumlah 18 kasus (32,1
atas indikasi ibu / janin. [17]
%).
pecah
dini
yang
dimana
Selanjutnya ada kasus vacume
Berdasarkan tabel 4.8, ketuban
extraksi dengan 6 kasus (10,7 %) dan
pecah yang dialami oleh ibu bayi
ILA (Intrathecal Labor Analgesia) 1
dengan kasus asfiksia paling banyak
kasus (1,8 %). Pada jenis persalinan
mengalami
section
atas
spontan dengan jumlah 30 kasus (53,6
banyak indikasi antara lain: preeklamsi
%). Ketuban pecah secara amniotomy
berat, ketuban pecah dini, solution
hanya ada 26 kasus (46,4%).
caesarea
placenta,
terdiri
dari
placenta
previa,
oligohidramnion,
ketuban
Keterkaitan
pecah
secara
ketuban
pecah
perdarahan,
dengan kasus asfiksia tidak dapat
cefalophelvic, dan bekas section. Atas
dikaitkan secara spesifik, namun bila
indikasi diatas maka kelahiran lewat
ketuban pecah spontan dengan waktu
sectio caesarea akan lebih aman bagi
yang lebih awal maka hal tersebut
ibu, anak atau keduanya.
dapat menjadi faktor terjadinya asfiksia
Menurut
penelitian
lain oleh
lahir,
menurut
penelitian
lain
oleh
fadhilah fanny, bahwa kejadian asfiksia
Winadharma dkk, ketuban pecah dini
bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
merupakan
persalianan
section
asfiksia. Semakin lama KPD maka
caesarea. Hal ini dikarenakan anastesi
komplikasi yang terjadi semakin besar,
pada
berakibat risiko terjadinya asfiksia pada
tindakan
section
memengaruhi
mengubah
resistensi
yaitu
caesarea
dapat
aliran
darah
yaitu
tekanan
perfusi
atau
vaskuler
baik
langsung
menyebabkan kejadian asfiksia.
risiko
terjadinya
janin, juga semakin meningkat. [17]
9. Diagnosa Kehamilan Ibu
ataupun tidak langsung sehingga dapat
[16]
faktor
Berdasarkan tabel 4.9, diganosa
kehamilan ibu pada kasus asfiksia bayi
baru lahir banyak terdiagnosa Aterm
8. Ketuban Pecah
(cukup bulan), jumlahnya sebesar 39
Ketuban pecah ada 2 jenis yaitu
spontan
dan
amniotomy.
Ketuban
kasus
(69,6
%).
Sedangkan
yang
terdiagnosa Preterm (kurang bulan)
ada sebanyak 15 kasus (26,8 %) dan
berisiko
Postterm (lebih bulan) sebanyak 2
plasenta berada pada puncaknya yaitu
kasus (3,6 %).
kehamilan
Dari
hasil
penelitian
yang
gawat
38
janin
sebab
minggu
fungsi
lalu
mulai
menurun tepatnya setelah 42 minggu.
dilakukan peneliti diagnosa kehamilan
Rendahnya
ibu yang terbanyak adalah diagnosa
berefek pada gangguan pernapasan
aterm (cukup bulan). Diagnosa aterm
janin dan gangguan sirkulasi
menurut teori memang tidak memberi
setelah lahir sehingga terjadi asfiksia.
pengaruh
[18]
risiko
bayi
lahir
asfiksia
fungsi
plasenta
bisa
bayi
namun bisa jadi bayi yang lahir dengan
Informasi diagnosa kehamilan
diagnosa kehamilan aterm mengalami
ibu peneliti dapat temukan di formulir
asfiksia oleh karena faktor yang lain
assessmen pasien rawat inap neonatus
seperti lahir dengan persalinan section
dan
caesarea,
riwayat
menemukan beberapa DRM yang tidak
persalinan
yang
kehamilan
buruk
atau
(pernah
bayi.
terdapat
Namun
informasi
peneliti
di
juga
formulir
mengalami abortus), dan komplikasi
seharusnya, informasi tetap ada dalam
kehamilan atau persalinan. [18]
DRM namun ditemukan di formulir
Menurut
penelitian
lain oleh
catatan perkembangan terintegrasi.
Dian Hartatik, ada pengaruh diagnosa
kehamilan
ibu
(umur
kehamilan)
dengan kejadian asfiksia. Diganosa
yang
preterm
dan
postterm
lebih
10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan
Terdahulu
Riwayat
kehamilan
atau
berpeluang melahirkan bayi asfiksia
persalinan terdahulu yang telah dialami
sebesar 2,9 kali dibandingkan yang
oleh ibu yang melahirkan bayi dalam
tidak
kasus asfiksia.
berpengaruh
yaitu
diagnosa
aterm.
Berdasarkan tabel 4.10,
ibu
Bayi yang lahir preterm, organ-
dengan status Gravida 1 Partus 0
organ tubuhnya belum sempurna ini
Abortus 0 terlihat menjadi jumlah kasus
berisiko sistem pernapasan khususnya
yang terbanyak yaitu sebesar 24 kasus
paru-paru bayi belum bekerja dengan
dengan
optimal, otot pernapasan masih lemah
dibandingkan
sehingga tangis bayi preterm terdengar
kehamilan atau persalinan terdahulu
lemah dan merintih akibatnya bayi bisa
lainnya.
persentase
dengan
42,9
%,
riwayat
mengalami asfiksia. Menurut teori dari
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0
jurnal Gaster kehamilan postterm bisa
bisa disebut juga paritas paling rendah
atau
paritas
satu
memperlihatkan
dalam risiko asfiksia berdasarkan faktor
ketidaksiapan ibu dalam menangani
plasenta. Hal ini juga berkaitan dengan
komplikasi
komplikasi
yang
terjadi
dalam
perdarahan,
salah
satu
kehamilan, persalianan maupun nifas.
penyebab perdarahan adalah faktor
Hal ini berisiko dikarenakan ibu belum
dari gangguan pada plasenta. Faktor
siap secara medis maupun mental.
placenta
Seperti menurut hasil penelitian oleh
terjadi gangguan pada placenta seperti
Syuul Adam dkk yang sejalan dengan
placenta previa atau solution placenta
penelitian ini, bahwa paritas 1 berisiko
akan mengurangi pasokan nutrisi dan
melahirkan bayi dengan asfiksia lebih
oksigen dari ibu ke janin. Menurut
besar dari pada paritas 2-3 lainnya. [19]
Hidayat pada buku Ilmu Kesehatan
memengaruhi
karena
bila
Anak tahun 2008:128, menyebutkan
11. Komplikasi Selama Kehamilan
Berdasarkan
bahwa
Ketuban
pecah
dini
dan
tabel
4.11,
preeklamsi berat dapat menjadi risiko
kehamilan
atau
asfiksia bayi baru lahir berdasarkan
persalianan yang terjadi pada kasus
faktor ibu yang kehamilannya berisiko.
asfiksia bayi baru lahir sebagian besar
[3]
komplikasi
selama
tidak mengalami komplikasi selama
Hasil
penelitian
ini
sejalan
kehamilan atau persalinan, sebanyak
dengan penelitian oleh Agustin (2015),
37 kasus, namun tetap ada kasus yang
komplikasi
kehamilan
mengalami komplikasi seperti, plasenta
menunjukkan
pengaruh
previa ada sebanyak 2 kasus, solution
terhadap terjadinya asfiksia bayi baru
placenta
lahir.
ada
sebanyak
3
kasus,
Mayoritas
tidak
signifikan
responden
yang
ketuban pecah dini 9 kasus, preeklamsi
melahirkan bayi asfiksia menunjukkan
berat
bahwa
sebanyak
perdarahan tidak
5
kasus
dan
ada kasus yang
terjadi.
tidak
komplikasi
selama
solutio
kehamilan atau persalianan peneliti
placenta, perdarahan, ketuban pecah
dapat temukan di formulir pengkajian
dini, dan preeklamsi berat, dari Ke-lima
keperawatan bayi (0-28 hari). Namun
komplikasi ini memengarui terjadinya
peneliti juga menemukan beberapa
risiko asfiksia bayi baru lahir. Menurut
DRM yang tidak terdapat informasi di
teori,
solutio
formulir seharusnya, informasi tetap
placenta merupakan salah satu risiko
ada dalam DRM namun ditemukan di
Plasenta
previa,
komlikasi
kehamilan.
Informasi
Plasenta
memiliki
previa
dan
asfiksia bayi baru lahir yang masuk
formulir
catatan
perkembangan
terintegrasi.
secara spontan yaitu, 30 pasien (53,6
E. SIMPULAN
%).
1. Jumlah pasien terbanyak dengan
kasus asfiksia bayi baru lahir pada
tahun 2015-2016 berdasarkan jenis
kelamin adalah jenis kelamin laki-laki
yaitu, 29 pasien (51,8 %).
asfiksia
bayi
baru
lahir
berdasarkan tahun dirawat adalah
tahun 2016 yaitu, 31 pasien (55,4%).
3. JUMLAH
DIAGNOSA
TERTULIS
PALING
banyak adalah Aterm atau kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) yaitu, 39
kasus (69,6 %).
10. Riwayat kehamilan atau persalinan
2. Jumlah pasien terbanyak dengan
kasus
9. Diagnisa kehamilan ibu yang paling
YANG
BANYAK
ADALAH DIAGNOSA Asfiksia, 33
drm (58,9 %)
terdahulu yang paling banyak adalah
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu
24 kasus (42,9 %)
11. komplikasi selama kehamilan atau
persalinan dari 56 pasien yang diteliti
,
sebanyak
mengalami
37
pasien
komplikasi
tidak
selama
kehamilan atau persalinan (66,1 %).
4. Kode diagnosa yang paling banyak
tertulis adalah P21.9 asfiksia yang
tidak spesifik yaitu, 48 DRM (85,7 %).
5. Klasifikasi
asfiksia
berdasarkan
APGAR skor yang paling banyak
adalah
klasifikasi
Asfiksia
ringan
(APGAR skor 7-10) sebanyak 23 drm
(41,1 %).
dengan
1. Pemeriksaan
antepartum
Asfiksia
terbanyak
adalah bayi yang lahir dengan berat
badan normal, 41 pasien (73,2 %).
7. Jenis persalinan yang banyak didapat
oleh pasien bayi baru lahir dengan
asfiksia adalah section caesarean,
yaitu 31 pasien (55,4 %).
8. Ketuban pecah yang dialami oleh ibu
dari bayi lahir dengan Asfiksia adalah
serta
intrapartum dilakukan ibu hamil
untuk mengidentifikasi faktor risiko
terjadi asfiksia.
2. Diharapkan
6. Jumlah berat badan lahir pasien bayi
lahir
F. Saran
dapat
meningkatkan
lebih
pengetahuan
tentang faktor risiko asfiksia pada
ibu hamil dan bayi baru lahir, hal ini
agar dapat terhindar dari asfiksia
yang bisa menyebabkan kematian
bayi atau cacat.
3. Tenaga
medis
diharapkan
yang
selalu
kondisi-kondisi
menolong
siaga
yang
pada
dapat
membahayakan ibu maupun bayi,
utamanya ibu yang mengalami
spesifik.
komplikasi seperti ketuban pecah
diklasifiksikan dengan melihat dari
dini, solution placenta, placenta
APGAR skor. Oleh karena itu
previa,
diharapkan diagnose yang ditulis
dan
persalinan
section
caesarea.
Asfiksia
dapat
lebih spesifik berdasarkan APGAR
4. Diharapkan
institusi
kesehatan
khususnya bagi tenaga medis yang
bertanggungjawab
skor yang ditetapkan,
5. Diharapkan petugas koding dapat
untuk
mengkode sesuai dengan kode
menuliskan diagnose utama bisa
ICD 10 yang berdasarkan skor
menuliskan
APGAR.
diagnose
secara
DAFTAR PUSTAKA
E-Clinic (Ecl). 2016 : 4 (1). (diakses
tanggal
1. Permenkes No 340/ Menkes/ PER / III
/2010,
TENTANG
KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT. 2010.
PENGELOLAAN
REKAM
RUMAH
DI
MEDIS
INDONESIA.
Maret
2017)
:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e
clinic/ article/view/11694/11284
5. Mulidah Siti,
2. Departemen Kesehatan RI. PEDOMAN
SAKIT
2
Aris.
Haryati Welas, Fitriyani
HUBUNGAN
KELAHIRAN
ANTARA
ASFIKSIA
PERKEMBANGAN
DENGAN
BALITA.
Jurnal
Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan
Keperawatan
Medik, 1994
Soedirman Journal Of Nursing). 2006 :
3. Dokter
Indonesia.
TIDAK
ASFIKSIA,
MENANGIS
1
DAN
jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/arti
tidak-menangis-saat-lahir-dan-
penanganannya/
(diakses tanggal 5
Maret 2017). 2013.
4. Pangemanan
John
J.
Eunike
E.,
Wagey
KARAKTERISTIK
A.,
Wantania
Freddy
W.
KEHAMILAN
LAHIR DI RSUP PROF. DR. R. D.
MANADO
2017)
:
6. Huffman, Edna K., Health Information
Management,
Tenth
Edision,
Physicians’ Record Company, Berwyn,
Illinois, 1994
DENGAN LUARAN ASFIKSIA SAAT
KANDOU
Maret
cle/download/ 81/27
https://klinikbayi.com/2013/12/18/asfiksi
a-bayi
(17
(The
BAYI
PENANGANANNYA.
(2).
Soedirman
PERIODE
JANUARI – DESEMBER 2014. Jurnal
7. Departemen Kesehatan Ri. Direktorat
Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Pengelolaan
Rekam
Medis
Rumah
Sakit Di Indonesia. Jakarta. 2006
8. Akbar, Zakirah. ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL DI
PUSKESMAS
PETERONGAN
–
JOMBANG.
http://eprints.
KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA.
unipdu.ac.id/265/1/
bab%20i.pdf.
Jurnal
(diakses tanggal 15 ApriL 2017). 2015
9. Almuzakir.
FAKTOR
KEJADIAN
ASFIKSIA
RISIKO
PADA
BBL
YANG DIRAWAT DI RUANG COVIES
RSUP
DR.
M.
DJAMIL
PADANG
Kesehatan
“HIKMAH”
AKBID
Dan
Islam
Budaya
Al-Hikmah
Jepara. 2014: 7 (2). (Diakses Tanggal
20 Juni 2017)
15. Rahmawati, Lisa. FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
TAHUN 2014. http://pustaka. poltekkes-
KEJADIAN
pdg.ac.id/repository/1.pdf
BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL
(diakses
tanggal 15 APRIL 2017). 2014
10. Tahir
Rahmah,
RISIKO
PERSALINAN
DENGAN
PADA
BAYI
RECORD RSUD PARIAMAN. Jurnal
Rismayanti,
Jumriani.
ASFIKSIA
DENGAN
Ansar
FAKTOR
KEJADIAN
Ilmiah
Kebidanan.
2016
:
7
(1).
(Diakses Tanggal 19 Juni 2017)
16. Fanny,
Fadhilah.
SECTION
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH
CAESAREA
SAKIT
SAWERI
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM.
TAHUN
Majority. 2015 : 4 (8). (Diakses Tanggal
GADING
UMUM
DAERAH
KOTA
PALOPO
2012.
SEBAGAI
PENYEBAB
19 Juni 2017)
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/h
17. Wiradharma. RISIKO ASFIKSIA PADA
andle/123456789
KETUBAN PECAH DINI DI RSUP
/4278/rahmah%20tahir_k11109011.pdf
SANGLAH. Sari Pediatri. 2013 : 14 (5).
(diakses tanggal 15 APRIL 2017). 2012
(Diakses Tanggal 19 Juni 2017)
11. International Classification Of Diseases
18. Hartatik, Dian. PENGARUH UMUR
(ICD), Gevena Tahun 2010 Volume 1
KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR
Dan Volume 3
DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA DI
12. Modul Metodologi Penelitian (Tidak
RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.
Dipublikasi) Milik Eny Mahawati, SKM,
Gaster. 2013: 10 (1). (Diakses Tanggal
M.Kes
19 Juni 2017)
13. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit
19. Adam,
Tidak Menular. Cetakan Ke-2 Rikena
YANG
Cipta. 2007
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
14. Mulastin.
PERSALINAN
HUBUNGAN
DENGAN
JENIS
KEJADIAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA
Syuul.
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO.
Tanggal
2014:
20
2
(1).
Juni
(Diakses
2017)
Download