PDF

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945
seperti tersebut di atas diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara
yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional
tersebut dilakukan dalam segala aspek kehidupan bangsa.
Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek, dengan mendayagunakan seluruh sumber
daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah ditetapkan
Visi Indonesia tahun 2014 “terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis,
dan berkeadilan”.
Upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat
dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan
daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
bangsa. Upaya tersebut memerlukan dukungan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin meningkat, salah satunya adalah melalui proses
pemberdayaan.
Untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan
berkeadilan, maka penguatan triple track strategy plus (pro-growth, pro-job, propoor, and pro environment) akan dilanjutkan disertai pembangunan yang inklusif
dan berkeadilan (Mardikanto, 2010).
Dalam kaitannya dengan proses pemberdayaan di atas, Mardikanto (2010)
menyatakan bahwa proses pemberdayaan adalah sebagai proses perubahan,
sebagai proses pembelajaran, sebagai proses penguatan kapasitas, sebagai proses
perubahan sosial, sebagai proses pembangunan masyarakat, dan sebagai proses
pengembangan partisipasi masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai
terjemahan dari kata empowerment selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya
pembangunan di Indonesia. World Bank pada tahun 2001 telah menetapkan
pemberdayaan sebagai suatu ujung tombak dari strategi Trisula (three pronged
strategy) untuk memerangi kemiskinan, yaitu terdiri dari: penggalakan peluang
(promoting opportunity), fasilitasi pemberdayaan (facilitating empowerment), dan
peningkatan keamanan (enhancing security).
Sehubungan
dengan
pembangunan
nasional,
maka
pemberdayaan
masyarakat, dan pencapaian/peningkatan kesejahteraan masyarakat, berarti juga
menyangkut masalah kemiskinan yang sudah menjadi masalah umum di dunia.
Karena itulah pemberantasan kemiskinan masuk dalam agenda pada Millennium
Summit di New York, sebagai wujud dan kepedulian terhadap kemiskinan, dengan
mendeklarasikan Millennium Development Goal (MDGs), yang memiliki 8 tujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dan 18 target yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Tujuan tersebut adalah: (1)
menghapuskan kemiskinan dan kelaparan ekstrim, (2) mencapai pendidikan dasar
secara universal, (3) mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan
wanita, (4) mengurangi kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6)
melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, (7) menjamin keberlajutan
pembangunan lingkungan hidup, dan (8) mengembangkan sebuah kemitraan
global bagi pembangunan (Tanaya, 2004).
Wahyudi dan Azheri (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil dari
beberapa konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dirumuskan/dinyatakan
bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
generasi saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya yang berwawasan lingkungan dan
pemerataan yang seadil-adilnya.
Pernyataan Wahyudi dan Azheri ini berarti
bahwa dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus
dilakukan secara seimbang atau dengan kata lain kebutuhan ekonomi, sosial, dan
lingkungan harus dipenuhi secara seimbang, sehingga hasilnya juga dinikmati
oleh generasi-generasi yang akan datang.
Jika lingkungan dirusak dan
sumberdaya dipergunakan secara berlebihan, maka masyarakat akan menanggung
dampaknya dan ekonomi pun akan memburuk, karena itu faktor sosial, ekonomi,
dan lingkungan saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Wibisono, (2007) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang
dikenal dengan konsep Sustainable Development (SD) di Indonesia dihadapkan
dengan 2 (dua) tantangan global terbesar saat ini, yaitu pengentasan kemiskinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
dan penghentian degradasi lingkungan. Kedua tantangan ini sangat kompleks,
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kedua hal ini termaktub di dalam
deklarasi MDGs bahwa masyarakat internasional telah membangun komitmen
bersama untuk mengatasinya
Kemiskinan
merupakan
permasalahan
bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,
terpadu, dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak
dasar warga negara secara layak untuk mewujudkan kehidupan masyarakat
Indonesia yang bermartabat.
Untuk mendukung agenda tersebut, pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
Mengacu pada Pasal 1 butir 3 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, maka di tingkat nasional dibentuk Tim
Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan
(TNP2K)
yang
keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan
pemangku kepentingan lainnya di tingkat nasional, sedangkan di daerah dibentuk
Tim
Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan
(TKPK)
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota. Selanjutnya, dalam rangka upaya percepatan pelaksanaan
prioritas pembangunan nasional, maka Presiden RI mengeluarkan INPRES
Nomor 1 Tahun 2010, yang antara lain mencakup program penanggulangan
kemiskinan (Peraturan Pemerintah RI. No.15, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Wermasubun (2005) menyatakan bahwa akhir-akhir ini bersamaan dengan
tampilnya etika bisnis, masyarakat mulai menyadari adanya keterkaitan antara
nilai-nilai spiritualitas dengan keberlanjutan dan perkembangan sebuah usaha.
Dalam konteks spiritual bisnis, bisnis bukan hanya semata-mata persoalan
memaksimalkan keuntungan bagi pemilik perusahaan, tetapi juga bagaimana
bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan keberkahan kepada
semua pihak yang terlibat di dalamnya, sehingga pada prakteknya sebuah usaha
melakukan langkah-langkah yang harmonis dengan seluruh partisipan dan
lingkungan perusahaan berada. Berdasarkan pernyataan Wermasubun tersebut,
berarti dalam operasionalisasi suatu perusahaan harus melakukan kegiatan yang
juga memberikan manfaat kepada semua pihak (stakeholders) dalam hal ini
termasuk masyarakat miskin yang berada di sekitar wilayah perusahaan, yang
mana kegiatan tersebut sebagai pengimplementasian program CSR perusahaan.
Wermasubun (2005) lebih lanjut menegaskan bahwa perubahan-perubahan
pada tingkat kesadaran masyarakat itulah yang kemudian di Indonesia
memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang
dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR), yang merupakan
komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak kegiatan
operasinya dalam dimensi ekonomis, sosial dan lingkungan pada masyarakat dan
lingkungan hidupnya. Komitmen tersebut tercermin dalam kebijakan-kebijakan
yang diambil perusahaan menyangkut kegiatan bisnisnya.
Hal ini karena
perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari lingkungan eksternalnya, terutama
perkembangan dinamika sosial yang berkaitan dengan globalisasi, pasar bebas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
kerjasama ekonomi kawasan, berkurangnya peran pemerintah, dan semakin
dominannya peran swasta dalam pembangunan ekonomi.
Dinamika sosial
tersebut adalah semakin meningkatnya kesadaran dan tuntutan masyarakat tentang
hak asasi manusia (HAM), keadilan, kesetaraan sosial, lingkungan hidup, dan
pemberdayaan masyarakat (empowerring), serta informasi dan transparansi atas
aktivitas suatu perusahaan. Semua dinamika sosial ini tidak terlepas dari berbagai
dampak negatif dari beroperasinya suatu perusahaan. Bahkan keberadaan suatu
perusahaan pada suatu wilayah tertentu telah menimbulkan berbagai dampak
negatif dan kesenjangan sosial dan ekonomi serta degradasi budaya.
Ife (2002) menyatakan bahwa CSR adalah konsep moral dan etis yang
berciri umum,
program-program
sehingga pada tataran
kongkrit.
Salah
praktisnya harus dialirkan ke dalam
satu
bentuk
aktualisasi
CSR
yaitu
Pengembangan Masyarakat atau Community Development (CD). Program CD
dapat dilakukan perusahaan atas dasar sikap dan pandangan yang umumnya telah
ada dalam dirinya, yaitu sikap dan pandangan kedermaan. Perusahaan umumnya
memiliki sikap tersebut yang didasarkan atas dua motif sekaligus, yakni altruisme
adalah sifat lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, dan
self interest atau kepentingan diri sendiri.
Ife (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa CD untuk lingkungan industri
pada dasarnya dapat dipergunakan sebagai media peningkatan komitmen
masyarakat untuk dapat hidup berdampingan secara simbiotik dengan entitas
bisnis (perusahaan) beserta operasinya. Kedudukan “komunitas” (community)
dalam konsep CD pada lingkungan industrial yaitu sebagai bagian dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
stakeholder yang secara strategis memang diharapkan memberikan dukungannya
bagi eksistensi perusahaan.
Selama ini, banyak perusahaan yang telah
menerapkan program CD yang dilakukan dengan tujuan dan motif-motif
pragmatis tertentu, misalnya dalam kerangka membangun kondisi hubungan yang
lebih harmonis
antara perusahaan dengan masyarakat sekitar,
atau untuk
menjalin co-eksistensi damai.
CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan yang mengikat perusahaan negara dan korporasi swasta seperti UndangUndang Nomor: 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang Nomor: 25
Tahun 2007 Pasal 15 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang Nomor: 40
Tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang pada intinya perusahan
yang melakukan kegiatannya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
mempunyai kewajiban sosial terhadap bangsa Indonesia.
Namun
beberapa Undang-Undang ini belum mengatur secara jelas sejauhmana
tangungjawab sosial perusahaan atau CSR ini harus dilakukan.
Dalam rangka program pengentasan kemiskinan, perusahaan diharapkan
turut mengambil peran sebagaimana telah diatur dalam perundang-undang
tersebut di atas, maka Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi yang
memiliki angka kemiskinan cukup tinggi di Indonesia tentu akan sangat terbantu
jika perusahaan yang ada di wilayah ini dapat berperan dalam mengatasi
kemiskinan tersebut. Hal ini karena dengan program CSR yang dimilikinya dapat
dilakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan
karena
perusahaan
memiliki
sejumlah keunggulan
commit to user
seperti
kompetensi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
manajemen,
teknologi,
sumberdaya
manusia
dan
finasial.
Berdasarkan
keunggulan atau kemampuan tersebut, maka program CSR yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik sektor ekonomi, sosial
dan lingkungan.
Oleh karena itu keterlibatan perusahaan mutlak diperlukan,
karena kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya mempunyai misi
dan fungsi strategis. Keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan program CSR
melalui kegiatan-kegiatan
berperan
dalam
pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu
pembangunan,
dan
mampu
menjawab
tantangan
dan
permasalahan masyarakat itu sendiri termasuk masalah pengentasan kemiskinan.
Provinsi Lampung dengan penduduk 7.813.622 jiwa yang tersebar di 14
Kabupaten/ Kota memiliki 194 perusahaan besar dan menengah, khususnya
perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan industri berbasis pertanian
(agroindustri).
Dari jumlah penduduk Provinsi Lampung di atas terdapat
1.298.710 jiwa atau 16,93% penduduk yang tergolong miskin. Penduduk miskin
adalah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK) Rp. 234.073,- per
kapita per bulan (BPS, 2011).
Keadaan ini menggambarkan bahwa keberadaan
perusahaan-perusahaan di daerah ini belum mampu secara optimal berperan dalam
mempercepat pembangunan wilayah termasuk mengurangi penduduk miskin di
daerah yang bersangkutan.
Sumaryo (2009) bahkan menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan di Provinsi Lampung belum semuanya melaksanakan
program CSR yang menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk peduli pada
masyarakat sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Salah satu perusahaan di Provinsi Lampung yang selama ini cukup giat
melaksanakan program CSR adalah perusahaan PTPN-7 (Persero). Sejak tahun
2008 PTPN-7 telah melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program CSR perusahaan tersebut.
Kegiatan-kegiatan tersebut
tertuang dalam Program CSR PTPN-7 Peduli, yaitu program peduli pada tujuh
bidang
kegiatan
Kemitraan,
Bencana
Alam,
Pendidikan,
Kesehatan,
Pembangunan, Keagamaan, dan Lingkungan. Namun demikian sampai saat ini
belum ada pengkajian mengenai pengaruh program CSR PTPN-7 tersebut
terhadap pengurangan masyarakat miskin di sekitar lokasi perusahaan.
Oleh
karena itu penelitian ini berusaha untuk mengetahui pelaksanaan program CSR
PTPN-7 dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat miskin yang berada
di wilayah sekitar perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diteliti bagaimana pelaksanaan program
CSR oleh perusahaan dalam aspek pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan,
bagaimana dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat, serta sejauhmana
dampaknya terhadap keberdayaan masyarakat miskin sekitar perusahaan tersebut.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
(1) Bagaimanakah profil (karakteristik dan penyebab) masyarakat miskin sekitar
perusahaan?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
(2) Bagaimanakah pelaksanaan program CSR yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan?
(3) Bagaimanakah persepsi perusahaan, masyarakat, dan birokrasi terhadap
program CSR?
(4) Bagaimanakah dukungan kelembagaan terhadap program CSR?
(5) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam program CSR?
(6) Bagaimanakah kedinamikaan kelompok kemitraan program CSR?
(7) Bagaimanakah kinerja kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan
melalui program CSR?
(8) Bagaimanakah hasil dan manfaat program CSR perusahaan terhadap
penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan?
(9) Bagaimanakah model dan strategi pemberdayaan masyarakat
melalui
program CSR berdasarkan profil kemiskinan masyarakat miskin sekitar
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
(1) Mengkaji profil (karakteristik dan penyebab) masyarakat miskin sekitar
perusahaan.
(2) Mengkaji praktek (program/kegiatan) CSR yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan..
(3) Mengkaji persepsi perusahaan, masyarakat, dan birokrasi terhadap kegiatan
commit
to userCSR.
pemberdayaan masyarakat melalui
program
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
(4) Mengkaji dukungan kelembagaan terhadap program CSR.
(5) Mengkaji partisipasi masyarakat dalam program CSR.
(6) Mengkaji dinamika kelompok kemitraan program CSR.
(7) Mengkaji kinerja kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR.
(8) Merumuskan hasil dan manfaat program CSR perusahaan terhadap
penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.
(9) Merumuskan model dan strategi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
program CSR berdasarkan profil kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
(1) Manfaat Teoritis, bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan
khususnya ilmu penyuluhan pembangunan/pemberdayaan masyarakat.
(2) Manfaat Praktis, meliputi:
(a) Sebagai bahan pertimbangan bagi Instansi/lembaga terkait dalam
merumuskan kebijakan pembangunan khususnya pengembangan industri
pertanian yang mengeksploitasi sumberdaya alam dalam kaitannya dengan
program pemberdayaan masyarakat miskin.
(b) Sebagai masukan atau rekomendasi secara ilmiah kepada perusahaan
dalam rangka menerapkan program-program CSR guna mengatasi
kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.
(c) Sebagai bahan informasi untuk penelitian sejenis pada masa mendatang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
E. Orisinalitas Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang
praktek CSR dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Strike, Gao, dan Bansal (2006), dengan judul Being good while being bad:
social responsibility and the international diversification of US firm.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan CSR terhadap
keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metoda Kualitatif
deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa Perusahaan-perusahaan
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa CSR dapat menjadi suatu sinyal
positif bagi perusahaan yang mengumumkan menjalankan program tersebut.
Namun kegagalan dalam penentuan suatu tindakan yang dibuat oleh
perusahaan akan menimbulkan dampak yang tidak dapat diukur dengan jelas
dengan dijalankannya CSR oleh perusahaan.
(2) Zainuri (2005), dengan judul Keluarga Miskin dalam Program Pengembangan
Kecamatan menurut Persepektif Pekerjaan Sosial (Studi Kasus di Kecamatan
Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelawan Provinsi Riau).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memahami pola hubungan masyarakat
mempengaruhi kehidupan keluarga miskin, (2) Memahami upaya pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan, (3) Menganalisis PPK menurut perpektif
pekerjaan sosial. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif.
Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) Pola hubungan PPK terhadap
keluarga miskin kurang partisipatif, karena kurang dilibatkan dalam kegiatan
perencanaan PPK, (2) Upaya yang
dilakukan
commit
to user dalam pemberdayaan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
adalah kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pembangunan saran fisik jalan,
jembatan, gedung sekolah, (3) Hasil pemberdayaan PPK melalui sarana fisik
tidak menyentuh keluarga miskin, karena itu PPK kurang memberikan
peluang kepada keluarga miskin secara jelas.
(3) Waskitho (2009), dengan judul Strategi dan Aksi Pemberdayaan Masyarakat
dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di DIY.
Penelitian ini bertujuan untuk mengakji sejauhmana kemajuan yang dirasakan
kelompok dan masyarakat yang dapat dijadikan ukuran pembanding dari
manfaat yang diterima individu. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif
deskriptif.
Kesimpulan
hasil
penelitian
adalah
bahwa
program
penanggulangan kemiskinan perlu melibatkan partisipasi masyarakat dengan
pembentukan kelompok-kelompok. Hal ini sesuai dengan misi pemberdayaan
individu, kelompok dan masyarakat, serta sitem nilai yang berkembang di
masyarakat, yaitu kebersamaan (kolektifitas), solidaritas kelompok dan
kegotongroyongan.
Partisipasi tersebut dalam bentuk pembangunan fisik,
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal.
(4) Widiharsono (2006), dengan judul Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama
Batu Bata untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga Miskin (Studi Kasus di
Desa Mantaren II
Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulau Pisau
Provinsi Kalimantan Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui
performa kelebagaan KUBE, dan mengetahui sejauhmana dukungan pihak luar,
interaksi KUBE dengan kelompok lokal lain, dan dukungan komunitas dalam
perkembangan kelembagaan KUBE. (2) Menganalisis potensi, masalah, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
harapan dalam pengembangan kelembagaan KUBE. (3) Menghasilkan strategi
dan menyusun program aksi pemberdayaan KUBE untuk meningkatkan
pendapatan Keluarga Miskin.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif
deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) KUBE-KUBE
didesa Mantaren II memiliki cukup potensi yang dapat dikembangkan untuk
keberhasilan KUBE, seperti tersedianya bahan baku yang melimpah,
dimilikinya keterampilan, keuletan bekerja, anggota memiliki orientasi ke
depan, adanya peluang pasar, (2) Keberhasilan KUBE belum dapat
diwujudkan. Hal ini karena masih dijumpainya permasalahan kurangnya
permodalan, lemahnya kepengurusan KUBE, belum terbangunnya jaringan
kemitraan dengan pihak luar. (3) Untuk mengatasi masalah tersebut maka
perlu disusun rancangan program pemberdayaann KUBE yang meliputi : (a)
Kegiatan penguatan Modal KUBE, yang dilakukan melalui membentuk arisan
untuk
memupuk
modal
swadaya
kelompok,
mengupayakan
kepada
pemerintah, lembaga keuangan, danswasta untuk dapat memberikan
pembinaan dengan memberikan sejumlah modal usaha bagi KUBE. (b)
Kegiatan Revitalisasi Organisasi KUBE, yang dilakukan dengan mengadakan
pergantian pengurus sebagai penyegaran, melakukan pertemuan rutin tiap
bulan, mengadakan pembagian tugas terhadap anggota kelompok, serta
membuat dan menyepakati aturan main dan tata tertib kelompok secara
tertulis. (c) Membangun Kemitraan, dengan melakukan promosi melalui
kegiatan pameran
produksi, membangun jaringan kepada pengusaha atau
rekanan untuk menjadi mitra usaha bagi KUBE, serta mengupayakan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pemerintah agar memberikan penekanan kepada para pengusaha atau rekanan
untuk memanfaatkan produksi lokal. (d) Pendampingan, yaitu dengan
menempatkan seorang pendamping dari Petugas Sosial Masyarakat, sebagai
fasilitator dan mediator dalam kegiatan di dalam maupun di luar KUBE
(5) Claudiana (2007), dengan judul
Pelaksanaan Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan
Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana
proses P2KP dilaksanakan. (2) Bagaimana kontribusi P2KP terhadap tridaya
pada masyarakat miskin. (3) Bagaimana ketercapaian program P2KP dalam
pemecahan masalah masyarakat miskin. Penelitian ini menggunakan metode
Kualitatif deskriptif.
Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa:
(1)
Penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan tidak langsung menjawab
masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat karena P2KP lebih
menekankan pada kemandirian masyarakat agar dapat mengatasi sendiri
masalah yang mereka hadapi.
(2) Pelaksanaan P2KP telah memberikan
kontribusi terhadap pencapaian dua dari tiga tujuan P2KP yakni terbentuknya
badan keswadayaan masyarakat (BKM) dan terbukanya akses pelayanan
masyarakat khususnya warga miskin dalam bidang lingkungan, sosial dan
ekonomi atau Tridaya. (3) Belum optimalnya capaian pelaksanaan P2KP
dipengaruhi oleh strategi dan mekanisme input yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
(6) Mujiyadi (2008), dengan judul Implementasi Program Pemberdayaan Fakir
miskin (P2FM) di delapan daerah provinsi di Indonesia berdasarkan strategi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
pembagian wilayah konsentrasi (daerah terpencil, perdesaan, pinggiran kota,
perkotaan , pantai, pinggiran hutan, wilayah perbatasan dan wilayah
industri) yakni Sawahlunto (Sumatera Barat), Bintan (Riau Kepulauan),
Bengkulu Utara (Bengkulu), Majalengka (Jawa Barat), Rembang (Jawa
Tengah), Tulung Agung (Jawa Timur), Gianyar (Bali), dan Bellu (Nusa
Tenggara Timur). Dengan tujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan P2FM. (2) Mengidentifikasi hasil capaian P2FM.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil
penelitian adalah bahwa:
keterampilan
melalui
kemasyarakatan,
dan
(1) Ada lima komponen kunci yaitu modal,
pelatihan,
pemasaran
komitmen,
mempengaruhi
pemahaman
keberhasilan
tentang
proses
pemberdayaan. (2) Secara ekonomi pemberdayaan melalui P2FM belum bisa
meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi secara non-ekonomi dapat
dirasakan manfaatnya oleh anggota KUBE bahwa status sosial mereka
meningkat karena telah memiliki usaha ternak kambing atau sapi yang
merupakan usaha ekonomi mereka.
(7) Taufik, et al. (2007), dengan judul Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Kelurahan
Kecamatan
Demak,
Bintoro,
Kabupaten Demak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: Apakah kegiatan pengembangan tridaya (fisik, ekonomi, dan
sosial) dapat mengurangi angka kemiskinan.
Dan mengetahui bagaimana
intensitas dan partisipasi masyarakat miskin dalam pembentukan Badan
Keswadayaan Masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) dari ketiga program
tridaya yang menjadi prioritas utama program P2KP menunjukkan bahwa
program daya fisik dan daya sosial lebih berhasil bila dibandingkan dengan
daya ekonomi. Secara keseluruhan program P2KP ini telah berhasil
menumbuhkan kebersamaan atau keswadayaan terutama untuk kegiatankegiatan fisik dan sosial. Hal tersebut menunjukkan sisi positif program P2KP
yang berhasil menumbuhkan modal sosial yang sangat penting bagi
keberlanjutan program dan kegiatan yang telah berjalan. Namun, masih
rendahnya partisipasi kelompok miskin dalam pembentukkan BKM serta
banyaknya anggota KSM yang bukan berasal dari kelompok miskin.
(8) Wahyuni (2006), dengan judul Corporate Social Responsibility (CSR)
Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Program PT. Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk Cimareme Padalarang Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat
sebagai perwujudan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT. Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk. Penelitian ini menggunakan metode
Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: aktivitas
CSR PT Ultrajaya, mampu membantu kelompok rentan di komunitas, melalui
program air bersih dan beasiswa bagi keluarga miskin.
(9) Simanjuntak (2008), dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (studi di kelurahan
Margahayu Kota Bekasi). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui
aspek-aspek pemberdayaan apa yang diserap dalam pelaksanaan P2KP. (2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat miskin dan Peranan fasilitator
dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin. (3) Hambatan apa yang
dijumpai dan usaha mengatasinya.
Penelitian ini menggunakan metode
Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) Terdapat
aspek-aspek pemberdayaan dalam P2KP sebagai salah satu kebijakan
penanggulangan kemiskinan, tetapi pada tataran implementasi di lapangan
penerapan aspek-aspek pemberdayaan masih rendah, ini dapat dilihat dari
dominannya fasilitator, RW/RT maupun pengurus BKM dalam pembentukan
dan pemilihan pengurus kelompok, perencanaan program (proposal) usaha
serta perguliran dana. (2) Dalam tataran ini KSM hanya pelaksana pasif tanpa
ikut terlibat. Sasaran program belum mengakses kelompok miskin yang
mengalami kerentanan sosial dan ketidakberdayaan, karena 90% dari anggota
KSM adalah warga masyarakat yang telah memiliki usaha awal walaupun
masih disebut "warga miskin".
(3) Proses pelaksanaan P2KP adalah
pemberdayaan program pada tingkat BKM, karena upaya-upaya pencapaian
target ekonomis saja yang selalu mengutamakan hasil daripada proses.
Padahal kebijakan makronya kegiatan P2KP tidak hanya bersifat ekonomis,
tetapi juga bersifat sosial seperti peningkatan SDM masyarakat miskin.
(10) Ermadiani dan Bambang
(2007), dengan judul
Penerapan Corporate
Governance (CG) dalam Mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR)
pada PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan III. Tujuan penelitian ini
adalah untuk:
mengetahui bagaimana penerapan dan peran CGdalam
mengimplementasi CSR oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Kualitatif deskriptif. Kesimpulan penelitian adalah: (1) Penerapan CG sangat
berperan dalam mewujudkan CSR, (2) Penerapan CG telah menigkatkan
komitmen sekaligus kemampuan keuangan perusahaan untuk membiayai
semua kegiatan CSR-nya secara optimal, (3) Komitmen perusahaan untuk
melaksanakan
CSR
harus
diimbangi
dengan
kemampuan
keuangan
perusahaan, (4) Keberhasilan perusahaan menerapkan CG dan CSR akan
menjamin kelancaran dan kelangsungan hidup perusahaan.
Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan
di atas, penelitian ini memiliki keunikan dalam hal:
(1) Titikberat penelitian adalah mengamati proses penanggulangan kemiskinan
melalui program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan perusahaan.
(2) Fokus penelitian ini adalah masyarakat miskin di wilayah sekitar perusahaan.
(3) Program pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan oleh perusahaan sebagai
bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungan.
(4) Pemberdayaan masyarakat miskin tersebut sebagai implementasi dari program
tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).
(5) Lingkup penelitian lebih holistik dalam melihat berbagai aspek baik aspek
ekonomi, aspek sosial, maupun aspek lingkungan. Pada umumnya penelitianpenelitian terdahulu hanya melihat salah satu aspek tersebut.
(6) Tujuan penelitian tidak sekedar melihat implementasi program CSR
perusahaan, tetapi juga berusaha mendalami bagaimana kemanfaatan
perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan, dukungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
pemerintah, dukungan kelembagaan ekonomi, dan partisipasi masyarakat itu
sendiri terhadap kegiatan pemberdayaan melalui program CSR.
Dengan demikian penelitian ini merupakan hal yang baru dan asli, karena
sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif, dan terbuka, serta
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk
kritikan-kritikan yang sifatnya membangun terkait dengan topik dan permasalahan
dalam penelitian ini.
commit to user
Download