Tantangan Ke Depan - Repository | UNHAS

advertisement
5
Tantangan Ke Depan
Pemahaman ilmiah kita terhadap ekosistem secara umum,
khususnya pada ekosistem laut, mengalami kemajuan pesat dalam
beberapa dekade terakhir. Informasi tentang pengelolaan ekosistem di
daratan menjadi acuan dalam penerapan teknik-teknik pengelolaan
ekosistem di lautan. Lantas bagaimana dengan pendekatan pengelolaan
berbasis ekosistem? Berikut adalah beberapa konsep kunci sebagai
dasar bagi pengelolaan sumberdaya laut dengan pendekatan ekosistem.
• Interaksi antar spesies dalam suatu ekosistem sangat penting
agar jasa-jasa ekosistem dapat kita nikmati. Karena tingkat interaksi
dan keterhubungannya yang sangat tinggi, maka menghilangkan
atau merusak beberapa spesies akan menghasilkan dampak
dramatis terhadap organisme lain dan menurunkan kemampuan
dari ekosistem untuk menghasilkan jasa yang kita inginkan. Hal ini
tidak lain karena interaksi dan saling keterhubungan tersebut sangat
mempengaruhi
tingkah
laku
ekosistem
secara
keseluruhan.
Misalnya, menghilangnya pemangsa puncak (top predator) akan
berdampak pada perubahan besar dalam kelimpahan spesies
tertentu. Oleh karena itu, pengelolaan berbasis ekosistem mencakup
identifikasi dan terfokus hanya pada interaksi kunci penting
tertentu, bukan pada seluruh jenis interaksi yang didapatkan.
• Dinamika dan kompleksitas ekosistem membutuhkan perhatian
jangka panjang dan pemahaman terhadap penurunan drastic, dan
perubahan-perubahan cepat yang tidak diantisipasi. Misalnya,
perubahan drastis yang ditimbulkan oleh fenomena ENSO pada
dinamika ekosistem dan ukuran populasi, yang berdampak jangka
154
Tantangan Ke Depan
panjang dan sulit diprediksi karena sifatnya yang berasosiasi dengan
perubahan lingkungan dalam skala besar. Perubahan-perubahan
seperti ini seharusnya dapat diantisipasi untuk dapat dilakukannya
penyesuaian-penyesuaian oleh para ahli pengelolaan (manajemen)
sumberdaya laut.
• Ekosistem dapat pulih (elastis) dari berbagai jenis gangguan,
namun memiliki limit untuk daya pulih (resilience) tersebut. Tidak
jarang perubahan ekosistem yang melampui batas, membuatnya
tidak dapat pulih pada kondisi seperti sebelumnya. Oleh karenanya
peningkatan tindakan kehati-hatian dalam mengelola ekosistem
adalah sangat bijaksana agar ekosistem dapat bebas dari tekanan
dari waktu ke waktu, dibandingkan yang terjadi pada saat populasi
manusia
belum
sebesar saat ini.
Fitur-fitur yang dapat
meningkatkan kemampuan dari suatu ekosistem untuk bertahan dan
memperbaiki diri dari berbagai gangguan dan tekanan, yang
meliputi
keharmonisan
spesies
yang
terdapat
di
alam,
keanekaragaman genetik spesies, beragamnya jenis dan kelimpahan
habitat tanpa tekanan dari manapun.
• Jasa ekosistem hampir selalu tidak mendapat penghargaan yang
sepantasnya. Walaupun beberapa komoditas (misalnya: ikan dan
udang) memiliki nilai ekonomi tinggi, banyak jenis jasa lingkungan
penting lainnya sama sekali tidak dihargai atau dianggap berarti
secara ekonomis. Contoh dari jasa-jasa ekosistem yang menghadapi
resiko besar karena
banyak diantara kita tidak menghargainya
adalah: perlindungan pantai dari erosi (dari terumbu karang dan
mangrove), siklus nutrien, regulasi iklim, warisan budaya, dsbya.
Seluruh jasa ini tidak memiliki nilai keuangan dan umumnya tidak
pernah menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan sehingga
menghadapi berbagai resiko kerusakan dan tekanan akibat aktifitas
manusia.
Tantangan Ke Depan
155
Selanjutnya, bagaimana dengan kenyataan bahwa ekosistem lautan
memberi manfaat kepada umat manusia melalui makanan, obat-obatan,
proses purifikasi air, siklus nutrien, rekreasi dan manfaat-manfaat nonmaterial lain, yang disediakannya. Interaksi-interaksi di dalam
ekosistem laut yang membuahkan jasa-jasa layanan ini, yang memberi
manusia pilihan pada keanekaragaman yang sangat luas.
Pengaruh manusia pada ekosistem laut berasal dari berbagai jenis
aktifitas di daratan, di wilayah pesisir dan di tengah lautan. Dampak dari
aktifitas-aktifitas ini sering kali bersinergi dalam interaksinya, misalnya:
aktifitas di daratan yang dampak utamanya melalui run-off dan input
atmosfir dari bahan kimia pencemar dan nutrien, perubahan habitat di
wilayah estuarin, perubahan aliran air dan transportasi sedimen di
perairan pantai, menumpuknya sampah anorganik (plastik, dsbnya) dan
perubahan iklim dunia. Diantara sekian banyak aktifitas di wilayah
pesisir dan laut terbuka (misalnya: budidaya perairan, konstruksi
bangunan, militer, transportasi kapal dan penangkapan ikan), perikanan
tangkap yang memberi dampak paling nyata pada ekosistem laut.
Dampak ekosistem dari perikanan tangkap timbul sebagai akibat dari
rusaknya habitat bentik dari jenis alat penangkapan ikan tertentu,
pengambilan organisme ikan dalam jumlah sangat besar, pengurangan
ukuran besar dan usia matang dari individu-individu dalam populasi
ikan yang bermuara pada penurunan kapasitas reproduksi dan
rekrutmen, penghilangan sejumlah besar pemangsa puncak yang
berujung pada berubahnya jejaring makanan di laut, dan perusakan
pada spesies non-target melalui by-catch. Belum lagi dengan praktikpraktik penangkapan ikan merusak seperti penggunaan bahan peledak
dan potassium sianida. Kesemua ini akan memberi dampak nyata pada
struktur dan fungsi ekosistem yang pada gilirannya akan mengurangi
produktiftas ekosistem dan terhentinya layanan jasa yang sebelumnya
tersedia dengan baik.
156
Tantangan Ke Depan
Terminologi ‘pengelolaan ekosistem (ecosystem management)’
dapat diartikan sebagai penerapan segala kemampuan untuk mengelola
dan mengendalikan ekosistem secara menyeluruh. Sadar akan
kenyataan bahwa manusia tidak dapat mengendalikan arus lautan atau
hewan-hewan yang menghuni ekosistem laut, maka secara ilmiah
dianggap lebih tepat untuk menggunakan istilah ‘pengelolaan berbasis
ekosistem (ecosystem based management) atau ‘pengelolaan dengan
pendekatan ekosistem (ecosystem approach management)’ dalam
konteks ekosistem laut. Pengelolaan berbasis ekosistem terfokus pada
pengelolaan aktifitas manusia, bukan pada manipulasi atau mengelola
ekosistem secara keseluruhan.
Benar bahwa terdapat perbedaan antara pengelolaan berbasis
ekosistem
dengan
(ecosystem
based
pengelolaan
fishery
perikanan
management),
berbasis
namun
ekosistem
sifatnya
saling
melengkapi. Pengelolaan sektor perikanan tangkap, misalnya, dalam
konteks ekosistem sangat diperlukan namun tidak memberi jaminan
pada kesinambungan produktiftas dan daya pulih suatu ekosistem.
Aktifitas manusia seperti sektor perikanan tangkap ini seharusnya
dikelola dengan mempertimbangkan dampaknya pada ekosistem secara
keseluruhan, demikian pula dampak yang ditimbulkannya pada sektorsektor lainnya (pariwisata, kesehatan, dsbnya).
Dampak-dampak
jangka panjang, kumulatif dan terpadu untuk seluruh sektor relevan
pada suatu ekosistem seharusnya dievaluasi, misalnya melalui
mekanisme penyesuaian dampak-dampak yang ditimbulkan oleh sektor
tertentu.
Pertanyaannya adalah langkah-langkah apa yang konsisten dengan
pengelolaan berbasis ekosistem?. Penerapan teknik pengelolaan
berbasis ekosistem akan melibatkan banyak tahapan dan beragam alat
pengelolaan (management tools) dan berbagai jenis pendekatan.
Beberapa langkah berikut dianggap konsisten terhadap pendekatan
Tantangan Ke Depan
157
berbasis ekosistem, yang beberapa diantaranya telah diterapkan di
beberapa negara termasuk AS, Uni Eropa, Kanada, China dan sementara
dalam proses penerapan di LME Benguela (Afrika Selatan-Namibia dan
Angola) beberapa tahun terakhir. Paling tidak, hal ini dapat menjadi
sumber inspirasi bagi kita untuk segera memulai untuk meletakkan
dasar pendekatan berbasis ekosistem dalam kegiatan perikanan
tangkap di laut.
•
Menginisiasi perencanaan pada tingkat ekosistem yang melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dengan tetap
memperhitungkan
dampak-dampak
kumulatif
dari
kegiatan-
kegiatan manusia utama terhadap ekosistem, serta dampak jangka
panjang dari perubahan-perubahan lingkungan.
•
Menetapkan tujuan-tujuan pengelolaan antar daerah (Propinsi dan
Kabupaten/Kota),
regional
(negara-negara
tetangga)
dan
internasional. Tujuan-tujuan dalam pengelolaan berbasis ekosistem
harus mampu merefleksikan seluruh tingkatan manajemen antar
instansi di seluruh tingkatan yurisdiksi.
•
Menginisiasi zonasi di wilayah laut dan menetapkan area-area
dengan penggunaan maksimum pada waktu dan ruang tertentu,
termasuk jejaring daerah-daerah taman laut atau jenis-jenis daerah
perlindungan laut lainnya. Perencanaan wilayah ini harus dilakukan
secara komprehensif, meminimalisasi konflik antar pemanfaat dan
mampu memadukan dampak-dampak dari aktifitas-aktifitas kunci
di dalamnya. Sehingga jejaring DPL (networks of marine protected
areas) diyakini akan mampu untuk:
memberikan perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati beserta habitat-habitatnya,
menghasilkan individu-individu yang mampu bereproduksi dalam
jumlah yang besar, memberi jaminan terhadap segala aspek
ketidakpastian dalam pengelolaan, serta menjadi acuan bagi
158
Tantangan Ke Depan
evaluasi dampak dari berbagai aktifitas manusia di luar kawasan
lindung.
•
Memperluas dan meningkatkan koordinasi dalam upaya-upaya
perbaikan habitat di wilayah pesisir (mangrove, terumbu karang
dan padang lamun) yang menderita kehilangan habitat-habitat
tersebut atau fungsi ekosistem. Aktifitas-aktifitas koordinasi ini
harus
dilaksanakan
pertimbangan utama
secara
komprehensif
ditujukan
pada
dengan
dampak
dasar
kumulatifnya
terhadap ekosistem pesisir dan lautan, termasuk pelibatan
program-program penelitian, pemantauan dan evaluasi, secara
rutin dan terjadwal.
•
Mengadopsi strategi co-manajemen dimana pemerintah dan
seluruh stakeholders (pemanfaat, peneliti, conservationist dan
masyarakat lokal dengan pengetahuan tradisionalnya) secara
bersama-sama
bertanggung
pengawasan ekosistem.
jawab
dalam
pengelolaan
dan
Potensi manfaat yang dapat diperoleh
adalah lebih banyak informasi bagi pihak-pihak penentu kebijakan
dan pengambil keputusan, lebih fleksibel serta penggabungan
sistem pengetahuan tradisional ke dalam teknik-teknik pengelolaan
ekosistem.
•
Penggabungan
manajemen
adaptif
ke
dalam
perencanaan
ekosistem merupakan suatu pendekatan untuk belajar dari
penerapan teknik-teknik pengelolaan yang memungkinkan untuk
dilakukannya
evaluasi
secara
ilmiah,
mengujinya
dengan
pendekatan pengelolaan yang lain, serta melakukan langkahlangkah penyesuaian sejalan dengan ketersediaan informasiinformasi baru dari program-program pemantauan dan evaluasi.
Untuk itu para pengelola dalam institusi pada tingkatan apapun,
harus dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang
Tantangan Ke Depan
159
terjadi, baik pada ekosistem maupun ilmu pengetahuan yang
relevan.
•
Menyusun dan menetapkan program-program penelitian dan
pemantauan jangka panjang secara berkelanjutan di wilayahwilayah pesisir dan lautan untuk memperoleh data-data biogeofisik,
sosial dan ekonomi secara berkesinambungan. Program-program
ini dibutuhkan untuk pemahaman komprehensif yang lebih baik
pada seluruh mekanisme dalam ekosistem laut, perubahanperubahan di lautan dan efektifitas dari keputusan-keputusan yang
diambil dalam pengelolaannya.
160
Tantangan Ke Depan
Download