1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi administrasi sektor publik di Indonesia hingga saat ini tidak terlalu menggembirakan. Hal ini tercermin dari rendahnya kualitas pelayanan masyarakat dan maraknya praktik-praktik KKN yang terkait dengan pelayanan publik. Akhir-akhir ini tuntutan masyarakat menjadi penting bagi akuntansi pemerintahan, karena semakin besar dana yang dikelola oleh pemerintah, maka semakin besar dan meningkatnya tuntutan masyarakat pada kualitas akuntabilitas yang baik. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak yang berkepentingan. Pemerintah harus mampu menjadi subjek pemberi informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten, dan dapat dipercaya (Simanjuntak, 2010). Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja keuangan ini dalam hak-hak masyarakat oleh pemerintah, dimana masyarakat berhak unutuk mendapatkan informasi, berhak untuk diperhatikan aspirasi dan pendapatnya, berhak pertanggungjawaban. diberi penjelasan dan berhak menuntut 2 Berkenaan dengan hal tersebut, akuntabilitas publik dalam akuntansi pemerintahan dapat menciptakan good governance, yang diartikan sebagai pemerintahan yang baik, dimana penyelenggaraan manajemen pembangunan yang bertanggungjawab dan sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. Agar dapat berjalan dengan baik, good governance didukung oleh tiga pilar utama, yaitu pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Ketiga pilar ini mempunyai interaksi yang sangat kuat antara satu dengan yang lainnya. Sektor pemerintah mempunyai peranan sebagai regulator yang mengatur agar sumber daya yang ada dapat teralokasi secara optimal. Sektor swasta berperan mengeksplorasi dan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya sehingga dapat dikonsumsi/dinikmati oleh masyarakat. Di sisi lain, masyarakat selaku konsumer utama mengharapkan agar sumber daya yang ada dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang terjangkau. Tiga prinsip utama yang mendasari penerapan good governance adalah partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip dasar ini merupakan prinsip yang berlaku secara universal. Secara ringkas dapat diuraikan bahwa partisipasi mendorong keterlibatan dari sektor swasta dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik dan penyerahan jasa dan barang kepada para pemakai.Transparansi merupakan keterbukaan informasi atas penyelenggaraan pemerintahan. 3 Sedangkan akuntabilitas menunjukkan adanya kewajiban untuk melaporkan secara akurat dan tepat waktu informasi yang terkait dengan laporan pertanggunggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, standar akuntansi pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan juga merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan instansi pemerintah. Sejalan adanya PP 71 Tahun 2010, dapat menimbulkan fenomena yang mempengaruhi kualitas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Salah satunya adalah pemerintah berharap penerapan SAP berbasis akrual dapat menghasilkan laporan akuntabilitas kinerja yang memiliki nilai relevance dan reliable. Kondisi bertolak belakang menunjukkan bahwa sistem keuangan akuntansi pemerintahan masih menerapkan SAP berbasis kas menuju akrual dan minimnya pengetahuan para pegawai terkait penerapan maupun definisi SAP berbasis akrual. Penerapan SAP bertujuan agar penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggungjawab dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (Riantiarno dan Azlina, 2011). Proses penyajian laporan akuntabilitas, pemerintah memerlukan dukungan pengetahuan akuntansi yang memadai atas standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. 4 Berdasarkan PP No. 29 Tahun 2014, setiap entitas akuntabilitas kinerja menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja tahunan, pimpinan unit organisasi menyusun laporan kinerja tahunan tingkat entitas akuntabilitas kinerja unit organisasi dan menyampaikannya kepada Menteri. Laporan kinerja tahunan disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan tahunan. Laporan yang baik adalah laporan yang disusun secara jujur, objektif dan transparan. Kondisi saat ini, hanya 70% pegawai yang memahami sistem pelaporan pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja maupun keuangannya, sehingga ada beberapa capaian strategis yang belum memenuhi target. Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan kinerja manajerial dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, Abdullah (2005) dalam Wahyuni, dkk (2014) mendefinisikan sistem pelaporan merupakan laporan yang menggambarkan sistem suatu tanggungjawab dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada atasan (kepala bagian anggaran). Pencapaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang baik, juga dipengaruhi oleh motivasi pegawai yang merupakan aset penting dalam suatu organisasi (baik sektor publik maupun non publik). Menurut Susilowati (2014), motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi 5 menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginannya. Adanya pengawasan yang baik dalam suatu pelaporan, dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam kinerjanya yang sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga kinerja yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Akan tetapi, tidak semua pimpinan dapat mempertahankan loyalitas dan menciptakan hubungan kerja yang baik untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai. Peningkatan motivasi pegawai yang baik, akan menghasilkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat mencapai target alokasi anggaran, dimana pegawai dapat memahami sistem pelaporan dan penerapan SAP berbasis akrual saat ini. Hakim (2005) mengungkapkan motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan untuk mencapai suatu kepuasan sehingga dapat meningkatkan kinerja. Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau badan hukum dan pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Lembaga Administrasi Negara, 2003). Menurut Simanjuntak (2012), begitu eratnya keterkaitan antara keuangan pemerintahan dan akuntansi pemerintahan, maka sistem 6 dan proses yang lama dalam akuntansi pemerintahan banyak menimbulkan berbagai kendala, sehingga belum sepenuhnya mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Penerapan asas akuntabilitas diatas, sejalan dengan PP No. 29 Tahun 2014 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, yang diwujudkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Agama. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Agama Tahun 2015 merupakan wujud akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Agama selama satu tahun dalam melaksanakan misi, mencapai visi serta sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja tiap unit organisasi. Berdasarkan pengukuran terhadap indikator kinerja sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian kinerja Kementerian Agama Tahun 2015, menunjukkan capaian sasaran strategis yang telah memenuhi target ( ≥100%) adalah (1) Meningkatnya Harmoni Sosial dan Kerukunan Intra dan Antar Umat Beragama sebesar 100%; (2) Meningkatnya Mutu Penyelenggaraan Haji dan Umrah Yang Transparan, Efisien dan Akuntabel sebesar 110,00%; (3) Terselenggaranya Tata Kelola Pembangunan Bidang Agama Yang Efisien, Efektif, Transparan, Dan Akuntabel sebesar 109,64%; (4) Meningkatnya Angka Partisipasi Pendidikan sebesar 105,52%; (5) Menurunnya Jumlah Siswa Yang Tidak Melanjutkan Pendidikan sebesar 194,25%; dan (6) Meningkatnya Jaminan Kualitas Pelayanan Pendidikan sebesar 119,20%. 7 Adapun sasaran strategis yang belum memenuhi target (≤ 100%) adalah (1) Pemberian Manfaat Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar 94,64%; (2) meningkatnya kualitas dan akuntabilitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan sebsesar 89,38% terutama dalam indikator peningkatan penerimaan zakat yang mencapai 78,80% atau cukup; dan (3) Meningkatnya Kualitas dan Ketersediaan Bimbingan dan Fasilitas Keagamaan sebesar 88,73%, terutama pemenuhan terhadap KUA yang memiliki standar pelayanan dengan nilai capaian sebesar 79,70%. Tabel 1.1 Capaian Sasaran Strategis Kinerja Kementerian Agama Tahun 2015 Sasaran strategis Sasaran strategis 1 Meningkatnya kualitas dan ketersediaan bimbingan dan fasilitas keagamaan Sasaran strategis 2 Meningkatnya harmoni sosial dan kerukunan intra dan antar umat beragama Sasaran strategis 3 Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas pengelolaan potensi ekonomi Negara Pagu Anggaran Realisasi % 2.309.366.914.000 1.689.999.517.523 73,18 153.580.363.000 113.784.567.486 74,09 149.955.673.000 118.438.817.363 78,98 688.658.255.000 495.626.880.592 71,97 Sasaran Strategis 4 Meningkatnya mutu penyelenggaraan haji dan umroh yang transparan, efisien dan akuntable 8 Sasaran Strategis 5 Terselenggaranya tata kelola pembangunan bidang agama yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel 44.764.106.750.000 40.056.742.277.627 89,48 1.732.088.687.000 1.341.352.961.263 77,44 1.522.583.518.000 1.391.231.108.780 91,37 7.725.810.015.000 7.431.140.661.034 96,19 1.407.185.477.000 1.170.547.813.821 83,18 60.453.335.652.000 53.808.864.605.489 89,01 Sasaran Strategis 6 Pemberian manfaat kartu Indonesia Pintar (KIP) Sasaran Strategis 7 Meningkatnya angka partisipasi pendidikan Sasaran Strategis 8 Menurunnya jumlah siswa yang tidak melanjutkan pendidikan Sasaran Strategis 9 Meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan Jumlah (Sumber : Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Agama Tahun 2015) Peneliti memilih objek penelitian pada Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Kementerian Agama RI, karena Direktorat KSKK Madrasah memiliki program pendidikan yang banyak pada tiap jenjang dalam jumlah anggaran yang cukup besar, sehingga membutuhkan penerapan SAP, sistem pelaporan, dan motivasi kerja yang meningkat guna tercapainya target sasaran strategis akuntabilitas kinerjanya kepada publik. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan objek pada pada instansi Pemerintah Daerah, sehingga 9 menarik Peneliti untuk melakukan penelitian pada objek pada instansi pemerintah lainnya, yang dalam hal ini adalah Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Kementerian Agama RI. Penelitian yang dilakukan kali ini mengacu pada Dian Tri Hapsari (2015) tentang pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan, ketaatan pada peraturan perundangan, kompetensi aparatur pemerintah daerah dan motivasi kerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dengan studi empiris pada pemerintahan Kab. Lumajang. Kesimpulan hasil penelitian tersebut, bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan, ketaatan pada peraturan perundangan, kompetensi aparatur pemerintah daerah dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Apakah penerapan standar akuntansi pemerintahan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah? 2. Apakah sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah? 3. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah? 10 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : a. untuk menguji secara empiris apakah penerapan standar akuntansi pemerintahan mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah b. untuk menguji secara empiris apakah sistem pelaporan mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah c. untuk menguji secara empiris apakah motivasi kerja mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 2. Kontribusi penelitian Penelitian yang baik harus mempunyai kontribusi untuk berbagai pihak yang berkepentingan. Kontribusi penelitian dapat berupa : a. Kontribusi Praktik Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah agar lebih baik sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah kepada masyarakat pada anggaran yang sudah terealisasi dan dialokasikan. b. Kontribusi Akademik Memberi deskripsi tentang penerapan standar akuntansi pemerintahan, sistem pelaporan dan motivasi kerja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Kementerian Agama RI, 11 dimana bukti empiris tersebut dapat dijadikan tambahan wawasan dalam penelitian berikutnya. c. Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan akan berguna bagi penelitian selanjutnya, sebagai acuan untuk mengetahui dan kemudian mengembangkan penerapan standar akuntansi pemerintahan, sistem pelaporan dan motivasi kerja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.