ROA - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Return On Assets
Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27).
Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam
menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.
Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan
perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman
dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau
trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan.
Profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam
suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan
dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan
ukuran bahwa perusahaan itu rentable (Munawir, 2002). Bagi manajemen atau pihak-pihak
yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.
Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi.
Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA,
Universitas Sumatera Utara
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin
baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh
dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih (Lestari dan Sugiharto, 2007: 196)
. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan
daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena
tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada
harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik
apabila > 2%.
ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan
baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif
terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat
diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam
perencanaan strategi. Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih sebelum Pajak
Total Asset
2.1.2 Pengertian Debt to Equity Ratio
Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah satunya dapat
dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi
antara total debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). the
Universitas Sumatera Utara
Menurut Golbe and Schachter (1985) mengatakan bahwa “ the assumptions of a
constant debt-equity ratio is to finance the initial investment ,according to the pre-investment
proportions”.
Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka
panjang): sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal
saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Robert Ang
(1997) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin
tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur).
Menurut Golbe and Schachter (1985) mengatakan bahwa “first statements of a debt
repayments algorithm that guarantees a constant debt-equity ratio over the life of an
investment”.
Untuk mengembangkan perusahaan dalam mengahadapi persaingan, maka diperlukan
adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumbersumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar
perusahaan (eksternal). Pada prakteknya dana-dana yang dikelola perusahaan harus dikelola
dengan baik, karena masingmasing sumber dana tersebut mengandung kewajiban
pertanggung jawaban kepada pemilik dana. Proporsi antara modal sendiri (internal) dengan
modal pinjaman (eksternal) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan
terhadap para pemilik modal tersebut. Dalam manajemen keuangan proporsi antara jumlah
dana dari luar lazim disebut sebagai struktur pendanaan atau struktur modal (capital
structure). Brigham (1983) menyatakan bahwa dalam mengembangkan target capital
structure perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau utang (baik
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang): sedangkan sumber dana dari pihak
internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak dibagi (retained earning). Rasio
antara sumber dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber dana pihak internal
(ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio (Brigham,1983). Rumus untuk
menghitung DER adalah sebagai berikut :
DER =
Total hutang
Modal
2.1.3 Pengertian Earning Per Share
Earning per Share (EPS) merupakan Laba per lembar saham yang sering kali
digunakan oleh para investor dan pemegang saham dalam mengevaluasi tingkat profitabilitas
perusahaan sehingga menjadi informasi yang paling mendasar dan penting untuk
menggambarkan prospek keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang. Disisi lain calon
pemegang saham dapat menjadikan earning per share sebagai indikator akan keberhasilan
suatu perusahaan.
Menurut Zellweger, Meister,dan Fueglistaller (2007) mengatakan bahwa “earnings
per share positively affects analyst forecast dispersion. The mean earnings per share estimate
for the following fiscal year is obtained on the first trading day each month and represents
the consensus forecast. Evidence is presented here that more stable earnings per share
significantly correlate with lower analyst forecast dispersion in the Swiss stock market.
Additionally we find that family firms display more stable earnings per share and, as
expected, also lower analyst forecast dispersion”
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang
saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek earning
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. di masa depan. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per
share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan (Lukman
Syamsudin, 1992 : 66). Secara singkat dapat peneliti simpulkan
bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan menyenangkan pemegang saham,
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Besarnya Earning Per
Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan
langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
Earning per share atau laba per lembar saham adalah suatu analisis yang penting di dalam
laporan keuangan perusahaan. Earning per share memberikan informasi kepada para pihak
luar (ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaam menghasilkan laba untuk tiap lembar
yang beredar. Sebagai indikator keberhasilan di masa yang lalu dan harapan di masa yang
akan datang, earning per share memberikan gambaran yang penting dari keberhasilan itu.
Namun demikian earning per share bukan satu-satunya alat penilai keberhasilan perusahaan.
Alat ini masih harur dikombinasikan dengan alat yang lain dan diinterpretasikan lebih jauh.
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang
akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per
lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan
perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan
tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan
kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per
lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut
gagal
memberikan
(Laba
Per
kemanfaatan
sebagaimana
Saham, juga disebut laba bersih per
diharapkan
oleh
pemegang saham.
saham, adalah jumlah pendapatan
yang
diterima per setiap saham biasa yang beredar perusahaan).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah :
“Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the income
statement.”(LabaPerSaham disebut garis bawah yangmenunjukkan bahwa dari semua item pa
dalaporan laba rugi.) Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih
perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai
indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu
cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham
dalam perusahaan.
Angka per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami
laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu
neraca dan laporan rugi laba. Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban financial dan
modal sendiri pada waktu tertentu.
Hubungan
Laba
perlembar
Saham
Terhadap
Perubahan
Harga
Saham
Penelitian di Indonesia mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah
banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa
52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa
informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham
(Jogiyanto,2004:24).
Laba per saham (earnings per share-EPS) sangat banyak digunakan dalam
mengevaluasi kinerja operasi dan profitabilitas suatu perusahaan. Dilusi (dilution) merupakan
pengurangan laba per saham atau peningkatan kerugian per saham yang berasal dari efek
dilutive yang dikonversi menjadi laba per saham, eksekusi opsi dan waran, atau pengeluaran
saham tambahan sesuai dengan kontrak tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Rumus untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut :
EPS : Deviden Saham Umum
Jumlah Lembar Saham Umum
2.1.4 Pengertian Harga Saham
Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut
Rahardjo (2006) saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan
atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan. Menurut Mishkin
(2001:4) saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset
sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa
depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, atau sering
juga disebut instrumen keuangan.
jenis-jenis saham, antara lain :
1. Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas
unjuk dan saham atas nama.
a. Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham atas unjuk tidak
dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seorang pemilik sangat
mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena
sifatnya mirip dengan uang.
b. Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat saham ini ditulis nama
pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan
dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan
yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.
2. Ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan
saham preferen.
Universitas Sumatera Utara
a. Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur
modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang diterima tidak tetap,
tergantung pada keputusan RUPS.
b. Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan
pendanaan antara hutang/obligasi dan saham biasa. Dalam praktek terdapat
beraneka ragam jenis saham preferen diantaranya adalah:
1) Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini memberikan hak
pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam
suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun
tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama
sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
2) Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini mendapat
prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau
jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila
pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan lebih kecil dari yang
ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat
diperhitungkan pada tahun berikutnya.
3) Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini disamping
memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh
ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang
ditetapkan.
4) Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang saham istimewa
mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham lainnya. Hak
lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Ditinjau berdasarkan kinerja saham, saham dapat digolongkan menjadi :
a. Blue Chip Stock
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar deviden.
b.
Income Stock
Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.
c. Growth Stock
Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan
pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi.
d. Speculative Stock
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock
Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum.
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ang (1997 : 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1. Par Value (Nilai Nominal)
Par value atau disebut juga stated value atau face value atau dalam bahasa Indonesia
disebut sebagai nilai nominal. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum
pada saham yang bersangkutan. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham yang
dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham. Harga
dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini dapat berubah
sesuai tindakan yang dilakukan emiten.
3. Market Price (Harga Pasar)
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga
pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila
pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing
price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan
Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham saat diperoleh laba, tingkat
resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan
pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham
adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan
bursa saham. Faktor-faktor lain yaitu kondisi perusahaan, kendala-kendala eksternal serta
kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar juga dapat mempengaruhi fluktuasi
harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang
mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin
banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik.
Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka
harganya semakin bergerak turun. Secara umum semakin baik kinerja keuangan perusahaan
maka semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, sehingga harga
saham kemungkinan akan naik.
Investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan
tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian
tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham.
Analisis saham merupakan salah satu tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan
analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk
menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis Fundamental
Analisis
fundamental
menekankan
bahwa
faktor-faktor
fundamental
mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio keuangan.
Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau gambaran tentang
kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional yang telah dicapai oleh
perusahaan tersebut.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan (Husnan, 2001:315) :
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
b. Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari
suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan adalah
data historis, yaitu data tersebut didapat dari peristiwa yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan
keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303). Dalam
company analysis para investor akan mempelajari laporan keuangan perusahaan
dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau
pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami
sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan
mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan menjadi
milik investor apakah sehat atau tidak ataukah menguntungkan atau tidak dan
sebagainya (Anoraga dan Pakarti, 2001 : 108).
2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan
pasar untuk mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume
perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktorfaktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338). Model analisis teknikal
menekankan pada perilaku pasar modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa
lalu. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya digunakan
untuk memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Trend harga saham
menjadi tolok ukur untuk memprediksi harga saham periode berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis teknikal adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi
yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan
kapan suatu saham harus dibeli atau harus dijual.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham:
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden di masa yang akan datang.
Apabila tingkat pendapatan dan deviden stabil, maka harga saham juga akan
cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden berfluktuasi
karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi juga.
2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan besar,
maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap
optimis.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi
selalu
perekonomian
saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi
perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan cenderung stabil
(demikian pula sebaliknya).
Karena harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke
waktu. Maka fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs
harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah
penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cendrung akan naik.
Faktor- faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal
dan eksternal perusahaan. Hal - hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang
dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan
Universitas Sumatera Utara
keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional. Sedangkan faktor
mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan
perusahaan, deviden yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam pe
rusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham
menjadi obligasi.
Selain itu juga faktor- faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah:
1) Faktor Internal yaitu :
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penj ualan seperti pengiklanan,
rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan
stuktur organisasi.
d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan marger, investasi
ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f)
Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontak baru, pemogokan dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum
akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS),
deviden per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on
aseets (ROA), dan lain- lain.
Universitas Sumatera Utara
2.
Faktor Eksternal yaitu:
a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Pengumuman
hukum (legal announcements), seperti tuntunan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntunan perusahaan
terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan,
pembatasan/penundaaan trading.
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor
yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa
efek suatu negara.
e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Karina Dewi Puspita (2009) menganalisis Pengaruh Price Earning Ratio
(PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap
Harga Pasar Saham setelah Penawaran Perdana di BEI.. Hasil analisis ini
menujukan bahwa hanya PER yang berpengaruh secara signifikan penentuan
harga pasar saham perusahaan. Hasil uji T menunjukan nilai profitabilitas
dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,020, berarti P< 0,05, maka variabel PER
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan
variabel lain tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2. Gede Priana Dwipratama (2009) menganalisis Pengaruh PBV, DER, EPS, DPR
dan ROA terhadap Harga Saham (Studi Empiris terhadap Perusahaan Food and Beverage
yang terdaftar di BEI. Sampel perusahaan yang digunakan sebanyak 14 perusahaan food
and beverage (2003-2007). Hasil penelitian menunjukkan
Secara parsial hanya EPS
yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, semua
variabel independen yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
3. Gatiningsih (2009) yang menggunakan sample perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI yang menunjukan bahwa Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE) dan Debt Equity Ratio (DEB) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Tinajauan Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian
1.
Karina Dewi
Puspita (2009)
Pengaruh price Earning
Ratio (PER), Debt to
Variabel
Hasil penelitian
Independen:
menunjukkan bahwa
PER, DER,
secara parsial hanya
Equity Ratio (DER) dan
Return On Equity (ROE)
dan ROE
variabel per yang
Variabel
berpengaruh signifikan
terhadap harga pasar
Dependen :
terhadap harga pasar
saham setelah
Harga Pasar
saham.Dan secara Simultan
Saham
PER, DER, dan ROE
penawaran perdana di
secara bersama-sama
BEI
berpengaruh terhadap
harga pasar saham.
2.
Gede Priana
Pengaruh PBV, DER, EPS,
Variabel
Dwipratama
DPR dan ROA terhadap
Independen :
(2009)
Harga Saham (Studi Empiris
PBV, DER,
terhadap Perusahaan Food
EPS, DPR dan
and Beverage yang terdaftar
ROA
di BEI
Variabel
independen yang diteliti
dependen :
berpengaruh signifikan
Harga Saham
terhadap Harga Saham.
Secara parsial hanya EPS
yang berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Secara simultan,
semua variabel
Universitas Sumatera Utara
3.
Gatiningsih
Pengaruh dari rasio
(2009)
Return On Asset (ROA),
Variabel
Secara
Semua
independen :
Variabel
ROA, ROE,
signifikan terhadap harga
dan DER
saham. Secara simultan,
Variabel
semua
Return On Equity (ROE)
dan Debt Equity Ratio
parsial
berpengaruh
variabel
(DER) terhadap
Dependen :
independen yang diteliti
perusahaan makanan
Perusahaan
berpengaruh
dan minuman yang
Makanan dan
signifikan
terhadap Harga Saham.
Minuman
terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Pengaruh ROA , DER dan EPS terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang
Terdaftar di BEI
Return On Asset (ROA)
(X1)
Harga
Debt to Equity Rasio
(DER) (X2)
Saham
LQ 45
Earning Per Share (EPS)
(X3)
(Y)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari Gambar 2.1 dapat diketahui secara parsial, variabel independen
yang terdiri dari Return On Asset(X1) , Debt to Equity Ratio X2, dan Earning
Per Share (X3), berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu harga Saham
(Y).
Return On Asset merupakan merupakan rasio keuangan perusahaan
yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal
saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27).
Debt to Equity Ratio merupakan Menggambarkan sampai sejauh mana
modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang pada pihak luar
Universitas Sumatera Utara
Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba)
yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya.
Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut
Rahardjo (2006) saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan
atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan. Menurut Mishkin
(2001:4) saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset
sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa
depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, atau sering
juga disebut instrumen keuangan.
2.4 Pengembangan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara
parsial.
2. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara
parsial.
3. Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikanterhadap harga saham secara
parsial
4. Return on Asset, Debt to Equity Ratio dan Earning Per Share mempengaruhi
secara signifikan harga saham secara simultan.
Universitas Sumatera Utara
Download