BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian dari ilmu manajemen yang terluas , dan yang paling banyak memiliki peluang pekerjaan. Manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya, sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel. Peluang pekerjaan di bidang manajemen keuangan juga dapat dimulai dari mengambil keputusan sehubungan dengan ekspansi pabrik hingga memilih jenis sekuritas apa yang diterbitkan ketika melakukan ekspansi pendanaan. Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan – tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Definisi manajemen keuangan menurut Van Horne dan M.Wachowicz (2005 :2) adalah sebagai berikut : “Financial management is concerned acqusition, financing, and management of asset with some over all goal in mind.” Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan akuisisi, pembiayaan, dan pengelolaan aktiva-aktiva dengan keseluruhan tujuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ perusahaan. Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006 : 1) menerangkan bahwa “Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah- murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba.” Berdasarkan pengertian – pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen keuangan adalah adalah usaha- usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut secara efektif dan efisien dengan keuntungan yang optimal. a. Fungsi Manajemen Keuangan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan Fungsi manajemen keuangan menurut Irawati (2006:3) ada 3 keputusan yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu: 1). Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana ke dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixed assets. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2). Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan- kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat baik jangka pendek atau jangka panjang, sedang perbandingan yang terjadi disebut dengan struktur finansial. 3). Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan. 2. Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Menurut Harahap (1999 : 297) “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan atau berarti”. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya. Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak dapat diinterpretasikan adalah perbandingan antara beban perlengkapan dengan harga saham karena beban perlengkapan tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000 : 39) yaitu: a. Cross-sectional approach Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara http://digilib.mercubuana.ac.id/ perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. b. Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa kegunaan. Menurut Keomn, Scott, Martin, dan Petty (2005 : 108) Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan: bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian yang cukup. Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil perhitungan rasio lebih tepat. Sebagaimana di kemukakan oleh Simamora (2000 : 523) Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasiorasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. 1).Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan. 2).Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1. 3).Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4).Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama. http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Jenis–jenis Rasio Keuangan Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur untuk menilai kinerja keuangan, banyak rasio yang dapat digunakan. Menurut Harahap (1999 : 301), rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1). Rasio Likuiditas 2). Rasio Solvabilitas 3). Rasio Profitabilitas / Rentabilitas 4). Rasio Leverage 5). Rasio Aktivitas 6). Rasio Pertumbuhan 7). Market Based (Penilaian Pasar) 8). Rasio Produktivitas. Dari berbagai macam rasio keuangan di atas, yang menjadi objek penelitian bagi peneliti adalah dengan menggunakan rasio profitabilitas dan rasio penilaian pasar. b. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas Rasio profitabilitas atau sering disebut rentabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan perusahaan dan sumber daya yang ada. Seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang yang dimiliki perusahaan ataupun anak perusahaan dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Rasio profitabilitas (profitability ratio) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Fokus dari rasio profitabilitas dalam menganalisis kinerja keuangan dengan pertumbuhan laba yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan margin laba bersih atau disebut juga Net Profit Margin. Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Besarnya rasio yang didapat menunjukan bahwa kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba cukup tinggi. c. Penilaian Pasar (Market Based Ratio) Rasio ini adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di http://digilib.mercubuana.ac.id/ pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku perlembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. Sedangkan nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Dengan mengetahui nilai buku dan nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan lebih besar dari nilai http://digilib.mercubuana.ac.id/ bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi akan semakin besar. 3. Analisis Rasio Keuangan a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “analisis rasio (ratio analysis) dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masingmasing komponen yang membentuk rasio”. b. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri mengidentifikasi adanya penyimpangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ dapat membantu Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut: 1). Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2). Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utangutangnya, dan 3). Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan. c. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006 : 298). 1). Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2). Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3).Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4). Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5).Rasio menstandarisir size perusahaan. 6). Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7). Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan: a). Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. b). Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. c). Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ d). Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi. Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan rata-rata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 495) Kritik terbesar atas analisis rasio adalah sulitnya mencapai komparabilitas (comparability) yang tinggi di antara perusahaanperusahaan dalam industri tertentu. Untuk mencapai komparabilitas di antara perusahaan-perusahaan mengharuskan analis untuk (1) mengidentifikasi perbedaan mendasar yang terdapat dalam prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan dan (2) menyesuaikan saldo untuk mencapai komparabilitas. 4. Saham Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu berkembang baik secara fundamental dan teknikal. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5): “Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di http://digilib.mercubuana.ac.id/ perusahaan tersebut.” Sedangkan menurut Saud Husnan (2005:36), saham merupakan jenis surat berharga sebagai bentuk kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham menunjukan kepemilikan atas suatu perusahaan yang menerangkan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preference stock). Saham biasa (common stock) adalah suatu surat berharaga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden. Sedangkan saham Istimewa (preferred stock) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartal (Irham Fahmi 2012:81). Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:112): http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Preferen terhadap dividen 1).Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. 2).Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima devidennya. b. Preferen pada Waktu Likuiditas Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferen termasuk semua deviden yang belum dibayar jika bersifat kumulatif. Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, beberapa macam saham preferen telah dibentuk, antara lain sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:114): a. Convertible Preferred stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang ditentukan. Pertukaran dari saham http://digilib.mercubuana.ac.id/ preferen ke saham biasa tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) di perusahaan emiten. Di perusahaan emiten, nilai yang dicatat untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat sebagai rekening Agio Saham. Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran saham tersebut dilakukan langsung dengan perusahaan. b. Callable Preferred Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP) Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill (treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup populer sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas. a. Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmodjo (2000:13), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Harga Nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2) Harga Perdana Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat. 3) Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar http://digilib.mercubuana.ac.id/ sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia. b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi harga saham Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktorfaktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Saham yaitu: 1) Faktor Internal yaitu: a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,laporan produksi,laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi. e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya. f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru,kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, retur non Asset (ROA), dan lain-lain. 2) Faktor Eksternal yaitu: a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing,inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading. Universitas Sumatera Utara d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar e) Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri. 5. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), ada beberapa konsep yang menjelaskan nilai perusahaan yaitu nilai nominal, nilai intrinsik, nilai likuidasi, nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Nilai pasar adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham sedangkan konsep yang paling representatif untuk menentukan nilai suatu perusahaan adalah konsep intrinsik. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan nilai aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan perusahaan. Penilaian perusahaan mengandung unsur proyeksi, asuransi dan judgement. Ada beberapa konsep dasar penelitian yaitu : a. Nilai ditentukan untuk waktu atau periode tertentu b. Nilai harus ditentukan pada harga yang wajar c. Penilaian tidak dipengaruhi oleh sekelompok pembeli tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan di antaranya adalah : 1) Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyek laba 2) Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas 3) Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen 4) Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva 5) Pendekatan harga saham 6) Pendekatan economic value added (EVA) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Keputusan Investasi Investasi adalah mengorbankan aset yang dimiliki sekarang untuk mendapatkan aset pada masa yang akan datang dengan jumlah yang lebih besar. Myers (1977) dalam Leli (2011) menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara nilai aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami pengeluaran yang lebih tinggi dibanding dengan nilai kesempatan yang hilang. 7. Keputusan Pendanaan Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi ke dalam dua kategori yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang. Masulis (1980) dalam Leli (2011), menemukan bahwa terdapat kenaikan abnormal returns sehari sebelum dan sesudah pengumuman peningkatan proporsi hutang, sebaliknya terdapat penurunan abnormal return pada saat perusahaan mengumumkan proporsi hutang. Masulis (1980) dalam Leli (2011) juga menemukan bahwa harga saham perusahaan naik apabila diumumkan akan diterbitkan pinjaman yang digunakan untuk membeli kembali saham perusahaan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen (Anindhita, 2010) dalam Leli (2011). Dalam mendesain dan mengimplementasikan kebijakan tersebut, terdapat trade off yang harus diperhatikan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Jika manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai dividen, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividen yaitu jumlah dividen yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting (Alexander et al., 1993 dalam Leli, 2011). 9. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa peneliti yang menjadikan nilai perusahaan sebagai objek yang mereka teliti, diantaranya adalah: a. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Bandi (2010) meneliti hubungan antara keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini mengggunakan sampel sebanyak 130 perusahaan manufaktur di http://digilib.mercubuana.ac.id/ Indonesia. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahan b. Hasnawati (2005) melakukan penelitian mengenai dampak set peluang investasi (IOS) terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan nilai perusahaan sebagai variabel dependennya dan keputusan investasi sebagai variabel independennya. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. c. Wahyudi dan Pawestri (2006) meneliti tentang implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening dan hasil yang didapatkan adalah struktur kepemilikan institutional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan, keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai investasi, tetapi nilai investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan keputusan pendanaan. Berikut ini adalah ringkasan tabel penelitian terdahulu terkait dengan variable-variabel : http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Peneliti & No Variabel Penelitian Hasil Tahun 1 2 Wijaya dan Dependen: Keputusan Investasi : berpengaruh positif Bandi (2010) Nilai Perusahaan dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Independen: Keputusan pendanaan: berpengaruh positif Keputusan Investasi, dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Keputusan Kebijakan dividen : Pendanaan, dan Kebijakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen nilai perusahaan Hasnawati Dependen: Keputusan investasi : berpengaruh positif (2005) Nilai Perusahaan terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, Independen: sisanya dipengaruhi oleh faktor lain Keputusan Investasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ Lanjutan Tabel 2.1 3 Wahyudi dan Pawestri (2006) Dependen: Struktur kepemililikan institusional tidak Nilai Perusahaan berpengaruh terhadap keputusan keuangan Independen: maupun nilai perusahaan. Keputusan Kepemilikan manajerial pendanaan berpengaruh terhadap nilai Kepemilikan Institusional, investasi, tetapi nilai investasi tidak Keputusan Investasi, berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan Pendanaan, dan Struktur kepemilikan manajerial Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan keputusan pendanaan. 4 M. Catherine Cleaveland R&D Investment, Dividend Kebijakan dividen berpengaruh kepada nilai Policy perusahaan. (2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Rerangka Pemikiran Keputusan Investasi H1 Keputusan Pendanaan H2 Nilai Perusahaan H3 Kebijakan Dividen Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Penelitian C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang di teliti dan sebenarnya perlu di uji empiris ( uji statistic ). Hipotesis yang di uji di beri symbol H0 (hipotesis nol) dengan alternative (Ha), dengan taraf signifikan 5%, karena menurut Sugiyono ( 2003 : 159 ) “Taraf nyata ( significant level ) yang biasa di gunakan dalam dunia ekonomi dan bisnis adalah 5%. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Investasi adalah mengorbankan aset yang dimiliki sekarang untuk mendapatkan aset pada masa yang akan datang dengan jumlah yang lebih besar. Keputusan Investasi diproksikan melalui Price Earning Rasio (PER). http://digilib.mercubuana.ac.id/ Price Earning Rasio (PER) adalah rasio harga pasar saham terhadap laba perlembar saham. PER digunakan dalam penelitian ini karena menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan yang tumbuh lebih cepat atau mempunyai risiko yang lebih kecil, akan memiliki rasio harga laba yang lebih tinggi daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat atau perusahaan dengan memiliki risiko lebih besar (Sartono, 2001). Wahyudi (2006) menemukan bahwa keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Wijaya (2010) menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Apabila PER semakin tinggi maka akan membuat nilai perusahaan akan naik dihadapan para investor karena PER yang tinggi akan memberikan pandangan bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan menunjukkan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Diduga keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan pendanaaan merupakan keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati, 2005a). Keputusan pendanaan diproksikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan http://digilib.mercubuana.ac.id/ melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2001). Bursa Efek Indonesia (2008) menyebutkan bahwa DER sering disebut dengan istilah rasio leverage karena menggambarkan struktur modal yang dimiliki perusahaan. Fama dan French (1998) dalam Sujoko (2007) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari leverage memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Rasio leverage menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang dari luar untuk membiayai operasi maupun ekspansi dirinya. Sesuai dengan signaling theory, nilai perusahaan meningkat pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutangnya (Masulis, 1980 dalam Wijaya, 2010). Wahyudi (2006) menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan hasil penelitian Wijaya (2010) juga menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Apabila DER yang tinggi memperlihatkan nilai hutang yang besar, dengan hutang yang besar, dimana hutang itu dapat dijadikan modal untuk memutar kegiatan perusahaan untuk mendapatkan laba yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2 : Diduga keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan dividen yaitu menentukan seberapa besar atau proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen (Anindhita, 2010). Kebijakan dividen di proksikan memakai YIELD. Menurut Faisal (2008) YIELD menjelaskan berapa besar porsi dividen dari net income perusahaan. Fama dan French (1998) dalam Wijaya (2010) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari kebijakan dividen memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Wahyudi (2006) menemukan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Wijaya (2010) menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Apabila YIELD semakin tinggi maka nilai perusahaan akan semakin tinggi pula di hadapan para investor karena YIELD yang tinggi menunjukkan tingkat pembagian dividen yang menjanjikan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H3 : Diduga kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/