Kompetensi - WordPress.com

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGARUH NILAI
SAHAM DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING
RATIO
Oleh : Rina Dwiarti
Abstract
This research is aimed at analyzing influence of dividend payout ratio and growth rate of earnings
on price ear ning ratio. The sample was taken by using purposive sampling method. The taken sample
consist of 48 companies.
The research result show that dividend payout ratio and growth rate of earnings were not significant
influence. Dividend payout ratio and growth rate of earnings have weak influence in explaining price
earning ratio at the Indonesian capital market, in which R2 is only 1,1%.
Keyword
dividend payout ratio;
growth rate of earnings;
price earning ratio.
Penulis
Rina Dwiarti, Dosen
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
PENDAHULUAN
Mengukur nilai suatu saham adalah hal yang penting
dilakukan oleh seorang investor, karena hal ini adalah sarana untuk memutuskan apakah suatu saham sebaiknya
dibeli atau jangan dibeli, juga saham yang sudah ditangan
sebaiknya dijual atau tetap dipertahankan. Penilaian suatu
saham dapat digunakan untuk menentukan standar secara
kuantitatif dalam evaluasi nilai saham pada saat ini serta nilai yang diharapkan di masa depan, selain juga dapat memberikan pemahaman atas faktor-faktor yang mempengaruhi
dan dampak perubahannya.
Hartono (2003), mengemukakan bahwa investor dalam
menilai saham dapat menggunakan salah satu pendekatan fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang (present
Value approach) dan pendekatan PER (price earning ratio
approach). Pendekatan nilai sekarang (present Value approach) adalah metode yang digunakan untuk menaksir nilai intrinsik saham biasa suatu perusahaan, dengan menentukan nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan akan
diperoleh dimasa yang akan datang. Dasar yang digunakan
untuk menentukan nilai sekarang dari suatu saham yang dinilai adalah tingkat bunga tertentu yang dianggap layak oleh
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
investor. Adapun price earning ratio approach menunjukkan rasio antara harga
per lembar saham terhadap pendapatan
(earning) per lembar saham yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Estimasi angka rasio ini kemudian
digunakan sebagai angka pengganda
yang dikalikan dengan earning per share suatu saham.
Jones (2002) mengemukakan penilaian saham dengan pendekatan price
earning ratio makin dikenal oleh para
investor. Hal ini karena pendekatan ini
bukan hanya mudah untuk digunakan,
akan tetapi model ini juga menggunakan konsep intrinsik dari saham atau
pasar secara keseluruhan. Mpaata and
Sartono (1997) mengungkapkan bahwa jika investor lebih menyukai capital gains dibanding dividen, maka tidak
tepat jika hanya memusatkan perhatian
pada hanya pada dividen. Dan price earning ratio merupakan pendekatan yang
lebih tepat untuk investor semacam ini.
Untuk menggunakan price earning ratio dengan baik sebagai alat penilaian
saham sebaiknya investor mempertimbangkan faktor-faktor yang diduga
akan mampu menjelaskan perubahannya situasi.
Mpaata dan Sartono (1997) mengemukakan bahwa terdapat tujuh variabel
yang berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio yaitu : penjualan, dividend payout ratio, aktiva tetap,
leverage, return on equity, ukuran perusahaan dan pertumbuhan laba (growth
of earning).
Jones (2002), menjelaskan bahwa
secara umum terdapat tiga faktor utama
yang mempengaruhi estimasi terhadap
price earning ratio, yaitu : dividend payout ratio, required rate of return dan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan. Bagi investor dividend payout ratio
dan tingkat pertumbuhan dividen yang
diharapkan berhubungan secara positif
dengan price earning ratio, sedangkan
required rate of return berhubungan secara negatif dengan price earning ratio.
Penelitian ini hanya menguji faktor
dividend payout ratio dan growth rate of
earnings terhadap price earning ratio,
dengan pertimbangan agar penelitian
dapat menguji dugaan bahwa bagi investor dalam menilai saham akan fokus
pada informasi earnings dan dividen,
atau kedua variabel tersebut merupakan hal paling penting sebagai bahan
memutuskan investasi atau mengukur
prospek saham dibanding faktor lainnya. Besarnya pertumbuhan earnings
dan kemampuan membagi dividen menjadi cerminan kehandalan perusahaan,
dan dividen merupakan salah satu tujuan penting mereka melakukan investasi.
Jadi, penelitian ini akan menguji faktorfaktor yang mempengaruhi nilai saham
biasa dengan menganalisis pengaruh
dividend payout ratio dan growth rate of
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
earnings terhadap price earning ratio di
Bursa Efek Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hartono (2003), mengungkapkan
bahwa nilai saham merupakan informasi
penting bagi investor untuk memutuskan
atau memilih saham yang sebaiknya dibeli atau dijual dengan tepat, sehingga
saham yang diputuskan tersebut dapat
memberikan tingkat return yang diinginkan. Saham yang memiliki nilai pasar
lebih kecil dari nilai intrinsiknya berarti
bahwa saham tersebut dijual dengan
harga yang murah (undervalue), karena
investor membayar lebih kecil dari yang
seharusnya dibayarkannya. Sebaliknya
jika saham bernilai pasar lebih besar
dari nilai intrinsiknya berarti bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang
mahal (overvalue). Berdasarkan hal ini
maka penting bagi investor menghitung
nilai intrinsik saham.
Analisis yang paling banyak digunakan untuk mengukur nilai intrinsik
saham ada dua macam analisis yaitu
analisis teknis dan analisis fundamental.
Analisis teknis menggunakan data pasar dari saham misalnya harga dan volume, sedangkan analisis fundamental
menggunakan data yang berasal dari
keuangan perusahaan misalnnya laba,
dividen, volume penjualan dan lain-lainnya. (Hartono,2003).
Analisis teknikal
Tandelilin (2001), mengemukakan
bahwa analisis teknikal mendasarkan
diri pada pola-pola pergerakan harga
saham dari waktu ke waktu, dimana
keputusan investasi didasarkan pada
data-data pasar masa lalu, seperti data
harga saham dan volume penjualan.
Analisis teknikal berdasarkan pada anggapan bahwa harga saham ditentukan
besarnya supply dan demand. Metode
ini mengamati dan memperlajari perubahan-perubahan harga saham di masa
lalu dengan analisis grafis. Pada analisis
grafis tersebut dipelajari kemungkinan
terjadinnya suatu pengulangan fluktuasi
dan arah tren harga.
Menurut Levy (1966) seperti yang
dikutip oleh Tandelilin (2001) menyebutkan bahwa analisis teknikal memiliki
asumsi dasar sebagai berikut :
1. Nilai pasar barang dan Jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan
penawaran
2. Interaksi permintaan dan penawaran
ditentukan oleh berbagai faktor, baik
faktor rasional maupun faktor tidak
rasional.
3. harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti
suatu trend selama jangka waktu
yang relatif panjang.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
4. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan penawarkan. Hubungan-hubungan tersebut akan biasa dideteksi dengan
melihat diagram reaksi pasar yang
terjadi.
Analisis Fundamental
Hartono (2003) mengemukakan
bahwa analisis fundamental adalah
analisis untuk menghitung nilai intrinsik
atau nilai seharusnya suatu saham dengan menggunakan data keuangan. Nilai
fundamental suatu saham merupakan
salah satu cara mengetahui nilai seharusnnya suatu saham, atau mengukur
apakah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.
Hasil pengukuran analisis fundamental menunjukkan nilai intrinsik suatu
saham. Nilai intrinsik dipertimbangkan
dengan mempertahankan unsur-unsur
keuangan fundamental (Sjahrizal,1990).
Jadi nilai intrinsik suatu saham adalah
nilai yang mengandung kekayaan perusahaan pada saat sekarang dan unsur
potensi perusahaan untuk menghimpun
laba yang akan datang.
Terdapat beberapa metode yang
umum digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham yaitu pendekatan nilai
sekarang (present Value approach) dan
pendekatan PER (price earning ratio approach) (Hartono,2003).
Pendekatan PER (price earning ratio
approach).
Pendekatan
ini
juga
disebut
pendekatan multiplier, dimana investor
akan menghitung berapa kali (multiplier)
nilai earning yang tercermin dalam harga
suatu saham. Pendekatan PER (price
earning ratio approach) mengambarkan
rasio perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001). Secara matematis rumus
untuk menghitung PER (price earning
ratio ) adalah :
Harga per lembar saham
PER =------------------------------------- Earnings per lembar saham
Pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio
Jones
(2002)
mengemukakan
bahwa kebijakan dividen berpengaruh
signifikan terhadap nilai saham suatu
perusahaan. Hal ini dijelaskan bahwa
apabila kondisi asymetric information,
dimana pihak manajemen memiliki informasi yang lebih banyak tentang operasi perusahaan, sementara investor di
pihak lain hanya sedikit, maka besarnya
dividen yang dibagikan merupakan
sumber informasi bagi investor apakah
perusahaan memiliki prospek yang baik
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
atau buruk, dan akan menghasilkan
earnings yang lebih tinggi di masa yang
akan datang, sehingga investor bersedia membayar saham tersebut dengan
harga yang lebih tinggi. Jadi apabila halhal lainnya dalam kondisi konstan, maka
pembagian yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap price earning ratio.
Berdasar uraian di atas dapat disusun
hipotesis pertama sebagai berikut :
H1 :diduga dividend payout ratio secara
signifikan berpengaruh positif terhadap price earning ratio.
Pengaruh growth rate of Eanings terhadap price earning ratio
Tingkat pertumbuhan laba mencerminkan kondisi berkembang atau
tidaknya perusahaan. Informasi mengenai tingkat pertumbuhan laba menunjukkan prospek perusahaan di masa mendatang. Dari sinilah investor mengharapkan prospek yang baik atas saham
yang dibelinya. Growth rate of Eanings
akan mempengaruhi price earning ratio
maupun nilai pasar sekuritas (Constand
et. Al.,1990)
Investor akan lebih menaruh kepercayaan pada perusahaan-perusahaan
dengan pertumbuhan earnings yang
tinggi. Dan hal tersebut akan semakin
mendorong
perusahaan-perusahaan
meningkatkan pertumbuhan earnings
yang lebih tinggi. Semakin tinggi pertum-
buhan earnings perusahaan akan semakin meningkatkan nilai perusahaan.
Sehingga Berdasar uraian di atas maka
disimpulkan bahwa growth rate of Eanings berpengaruh positif terhadap price
earning ratio. Berdasar uraian di atas
maka hipotesis kedua penelitian ini
adalah :
H2 :diduga growth rate of Eanings secara signifikan berpengaruh positif
terhadap price earning ratio
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian adalah
perusahaan yang listed di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) pada tahun 2004. Pemilihan sampel dengan menggunakan
metode purposive sampling, dengan kriteria yang digunakan dalam pemilihan
sampel adalah :
a. Saham perusahaan harus terdaftar
di Bursa Efek Jakarta pada tahun
2004
b. Laporan keuangan
tersedia lengkap.
tahun
2004
c. Perusahaan yang diamati adalah
yang tergolong dalam industri manufaktur
d. Perusahaan membagikan dividen
pada akhir periode akuntansi tahun
2004.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
Variabel dependen price earning ratio diukur dengan komponen harga per
lembar saham dibagi komponen earnings per lembar saham. Harga yang
dimaksudkan disini adalah closing price
(harga penutupan/akhir tahun) tahun
2004, demikian juga dengan komponen
earnings per lembar saham.
Dividend payout ratio merupakan
bagian dari earnings per share yang
dibagikan sebagai dividen. Dan growth
rate of earning mencerminkan tingkat
pertumbuhan earnings perusahaan.
Pertumbuhan earnings perusahaan
dapat dilihat dari pertumbuhan earnings
per share (EPS).
Data keuangan masing-masing perusahaan selanjutnya dianalisis dengan
persamaan regresi cross-sectional dengan formula sebagai berikut :
y = a + b1 x1 + b2 x2 + e
dimana:
y = price earnings ratio
a = konstanta
b1 dan b2 = koefisien regresi parsiil
x1 = dividend payout ratio
Sesuai dengan hipotesis yang telah
disusun diatas, dalam penelitian ini dilakukan uji T dan Uji F.
Pengujian
hipotesis
dilakukan
setelah model regresi bebas dari gejalagejala asumsi klasik agar supaya perhitungan dapat diinterpretasikan dengan
akurat, efisien dan bebas dari kelemahan-kelemahan yang terjadi karena adanya gejala-gejala tersebut. Terdapat 3
asumsi klasik yang diuji dalam penelitian
ini, yaitu : autokorelasi,
Heteroskedastisitas dan multikolinearitas
DATA DAN SAMPEL
Berdasar kriteria di atas diperoleh
sampel sebanyak 48 (empat puluh delapan) perusahaan dalam industri manufaktur. Perusahaan-perusahaan dalam
daftar nama perusahaan diatas seluruhnya bergerak pada bidang industri manufaktur. Perusahaan-perusahaan tersebut diatas ada yang bergerak di bidang
makanan dan minuman, rokok, otomotif,
kosmetik dan barang keperluan rumah
tangga, perkebunan, jasa komputer dan
perangkatnya, restoran, hotel dan pariwisata, farmasi, kabel, pulp dan kertas,
plastik dan kemasan, semen, keramik,
porselin dan kaca, logam dan sejenisnya, serta kayu dan pengolahannya.
x2 = growth rate of earning
Penelitian ini menggunakan data
yang diperoleh dari Indonesian capital
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Market Directory. Dan dibawah ini tabel
data Price earning ratio, Dividend Pay-
out Ratio dan Growth Rate Of Earning
yaitu :
Tabel 1
Data Price earning ratio, Dividend Payout Ratio dan Growth Rate Of Earning
NO
2
3
4
5
6
7
8
9
0
2
3
4
5
6
7
8
9
20
2
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3
32
33
34
35
36
37
38
39
KODE
PERUSAHAAN
DLTA
FAST
INDF
MYOR
MLBI
SHDA
TBLA
GGRM
HMSP
TIRT
AKRA
CLPI
LTLS
SOBI
DPNS
EKAD
INCI
AKKU
AMFG
DYNA
IGAR
SMPL
TRST
SMGR
CTBN
LMSH
LION
ARNA
TOTO
IKBI
ASGR
ACAP
ASII
AUTO
BRAM
GDYR
HEXA
INTA
SUGI
Price earning
ratio
6,00
3,07
9,98
0,8
0,38
2,06
22,58
4,56
4,63
8,59
9,43
22,55
5,56
5,5
9,48
2,25
6,73
8,24
4,5
,89
4,26
8,9
9,87
2,08
46,4
2,66
3,75
0,63
,49
23,97
,58
8,09
7,9
6,62
8,49
4,
5,65
6,79
46,43
Dividend Payout
Ratio
4,48
22,4
44,96
0,23
73,25
0,6
0,29
53,74
60,5
30,5
32,79
28,9
25,54
0,2
48,69
50,0
38,26
8,24
20,99
39,64
20,28
33,07
48,47
30,54
0,4
6,97
22,08
0,36
0,38
29,9
2,2
39,33
20,22
0,2
26,52
38,39
0,4
0,48
26,62
Growth Rate
Of Earning
0,0276
-0,023
-0,3750
0,009
-0,0434
-0,28
-0,3750
-0,0272
0,4505
0,2500
-0,5290
0,4000
5,7000
0,0598
-6,6667
-0,7938
0,3830
2,239
0,2660
-0,57
0,6667
3,5000
-0,836
0,398
-0,0444
2,407
0,995
0,274
-0,844
-,7500
0,7500
0,4706
0,28
0,0659
-0,4268
0,522 ,502
0,2400
0,3333
28
ARNA
0,63
0,36
29
TOTO
,49
0,38
30
IKBI
23,97
29,9
3
ASGR
,58
2,2
Rina Dwiarti
Analisis32
Faktor-FaktorACAP
Pengaruh Nilai Saham dengan8,09
Pendekatan Price Earning39,33
Ratio
33
ASII
7,9
20,22
34
AUTO
6,62
0,2
35
BRAM
8,49
26,52
36
GDYR
4,
38,39
37
HEXA
5,65
0,4
38
INTA
6,79
0,48
39
SUGI
46,43
26,62
40
TURI
6,7
24,66
4
UNTR
5,89
0,09
42
SQBI
0,84
0,08
43
DNKS
7,6
4,62
44
KLBF
2
6,54
45
KAEF
4,64
0,29
46
MERK
8,92
54,79
47
TCID
7,56
37,82
48
UNVR
7,5
4,57
5,3
Rata-rata
Sumber : ICMD (Indonesian Capital Market Directory)
23,3
0,274
-0,844
-,7500
0,7500
0,4706
0,28
0,0659
-0,4268
0,522
,502
0,2400
0,3333
0,8793
0,7706
0,4283
-0,2340
0,500
0,7500
0,35
0,3359
0,294
0,267
Variabel
Koefisien Regresi
Thitung
Signifikansi
dividend
payout
ratio
(X) diketahui bah- 0,0709
0,446
0,658
sebesar 0,08, sedangkan
nilai dividend
Berdasar
tabel
diatas
Growth rate of earning (X2)
-0,949
-0,458
0,649
wa mean (rata-rata) dari Price earning payout ratio tertinggi dimiliki oleh PT.
Constanta
3.72
Tbk yaitu seberatio perusahan-perusahaan
yang men- Multi Bintang Indonesia
R2
0,0
jadi sampel penelitian
adalah sebesar sar 73,25.
0,253
Fhitung
0,778
15,13. Adapun
nilaiF Price earning ratio
signifikansi
Growth
rate
of earning adalah untuk
tertinggi diantara ke 48 perusahaan
sampel dimiliki PT. Sugi Samapersada mengetahui seberapa besar tingkat perTbk, yaitu sebesar 146,43, dan PT. Bris- tumbuhan laba perusahaan. Sehingga
tol-Myers Squib Indonesia Tbk memiliki dengan adanya perhitungan Growth
nilai Price earning ratio terendah yaitu rate of earning ini sebagai seorang in- 1
vestor tentunya akan mampu untuk
0,84.
menganalisis kemampuan perusahaan
Rata-rata dividend payout ratio pe- mencetak laba berdasarkan saham
rusahaan-perusahaan di industri manu- yang dimilikinya. Dari tabel diatas dapat
faktur adalah sebesar 23,31. Diantara diketahui bahwa rata-rata Growth rate
ke 48 perusahaan sampel PT Bristol- of earning dari perusahaan-perusahaan
Myers Squib Indonesia Tbk memiliki ni- yang menjadi sampel penelitian adalah
lai dividend payout ratio terendah yaitu sebesar 0,2617.
28
ARNA
0,63
0,36
0,274
29
TOTO
,49
0,38
-0,844
30
IKBI
23,97
29,9
-,7500
KOMPETENSI
3
ASGR Jurnal Ekonomi, Manajemen
,58
2,2
0,7500
& Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
32
ACAP
8,09
39,33
0,4706
33
ASII
7,9
20,22
0,28
HASIL DAN PEMBAHASAN
model regresi bebas dari gejala-gejala
34
AUTO
6,62
0,2
0,0659
tersebut.
35
BRAM
8,49asumsi klasik 26,52
-0,4268
Pengujian
hipotesis
dilakukan
36
GDYR
4,
38,39
0,522
HEXAbebas dari gejala-5,65 Analisis regresi
0,4 berganda,502
setelah37
model regresi
digunakan
38
INTA
6,79
0,48
0,2400
gejala asumsi klasik agar perhitungan untuk menguji apakah secara statistik
39
SUGI
46,43
26,62
0,3333
dapat di interprestasikan dengan aku- masing-masing variabel independend
40
TURI
6,7
24,66
0,8793
rat atau
payout ratio dan
growth
4tepat, serta
UNTRefisien dan bebas5,89yaitu dividend 0,09
0,7706
dari kelemahan-kelemahan
yang
terjadi
rate
of
earning
yang
digunakan
dalam
42
SQBI
0,84
0,08
0,4283
4,62
-0,2340 vakarena43adanya DNKS
gejala-gejala tersebut.7,6penelitian berpengaruh
terhadap
44
KLBF
2
6,54
0,500
Adapun pengujian klasik yang dilakukan riabel dependen (Price earning
ratio ).
45
KAEF
4,64
0,29
0,7500
dalam penelitian ini yaitu autokorelasi, Adapun hasil uji regresi linier berganda
46
MERK
8,92
54,79
0,35
heterokedastisitas,
dan
multikolinieritas.
dapat
dilihat
pada
tabel
di
bawah
ini:
47
TCID
7,56
37,82
0,3359
Dan hasil
menunjukan bahwa
48 olah data
UNVR
7,5
4,57
0,294
Tabel 2
23,3
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
5,3
Rata-rata
Variabel
dividend payout ratio (X)
Growth rate of earning (X2)
Constanta
R2
Fhitung
Koefisien Regresi
0,0709
-0,949
signifikansi F
0,267
Thitung
0,446
-0,458
3.72
0,0
0,253
0,778
Signifikansi
0,658
0,649
Variabel Dependen : Price earning ratio
Sumber : Data diolah
Hasil analisis pengaruh dividend
payout ratio terhadap price earning ratio pada tabel menunjukkan bahwa dividend payout ratio memiliki Thitung (sebesar 0,446) yang lebih kecil dibandingkan Ttabel (sebesar 2,014), Hal ini berarti
bahwa secara individual dividend payout
ratio tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap price earning ratio.
Pengaruh yang tidak signifikan tersebut
juga ditunjukan oleh nilai signifikasi dividend payout ratio sebesar 0,658 yang
lebih besar dibanding nilai α (0,05 atau
1
5%). Pada tabel diatas juga memberikan informasi bahwa dividend payout
ratio memiliki nilai koefisien sebesar
0,0709, yang artinya bahwa jika dividend payout ratio yang diberikan kepada investor meningkat sebesar 1 satuan
maka price earning ratio secara statistik
akan meningkat sebesar 0,0709 satuan.
Koefisisen tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dividend payout ratio terhadap price earning ratio adalah positif.
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
Hal ini berarti semakin besar dividend
payout ratio semakin besar pula price
earning ratio.
Pengaruh tidak signifikan dividend
payout ratio terhadap price earning ratio, dimungkinkan karena informasi naik
atau turunnya dividend payout ratio belum dianggap hal paling penting sebagai
pertimbangan penilaian saham. Jadi
naik atau turun dividend payout ratio
tidak secara signifikan mempengaruhi
nilai saham. Meskipun tidak signifikan,
hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh dividend payout ratio terhadap
price earning ratio adalah positif sesuai
dengan teori. Secara teori pembayaran
dividen yang tinggi merupakan sinyal
bagi investor bahwa saham perusahaan
memiliki prospek yang baik dan akan
menghasilkan earnings yang lebih tinggi
di masa yang akan datang, sehingga investor bersedia membayar saham tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
Analisis pengaruh growth rate of
earning terhadap price earning ratio
pada tabel menunjukkan bahwa growth
rate of earning memiliki Thitung -0,458, sedangkan Ttabel sebesar (+/-) 2,014 pada α
sebesar 5%, dari sini dapat dilihat bahwa nilai Thitung lebih kecil dari Ttabel, artinya
secara parsiil growth rate of earning memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
price earning ratio. Pengaruh yang tidak
signifikan tersebut juga ditunjukan oleh
nilai signifikasi growth rate of earning
10
sebesar 0,649 yang lebih besar dibanding nilai α (0,05 atau 5%). Pada tabel
tersebut juga memberikan informasi
bahwa growth rate of earning memiliki
koefisien regresi sebesar -0,949, yang
artinya bahwa jika growth rate of earning meningkat sebesar 1 satuan maka
price earning ratio secara statistik akan
menurun sebesar 0,949 satuan. Koefisisen tersebut menunjukkan bahwa
pengaruh growth rate of earning terhadap price earning ratio adalah negatif.
Pengaruh negatif tersebut menunjukkan
jika semakin besar growth rate of earning maka semakin kecil price earning ratio nya, dan sebaliknya.
Hasil penelitian mengenai pengaruh
negatif growth rate of earning terhadap
price earning ratio tidak sesuai dengan
hipotesis dan teori. Secara teori dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan laba
(growth rate of earning) mencerminkan
kondisi berkembang atau tidaknya perusahaan. Perusahaan yang terus meningkat tingkat pertumbuhan labanya
merupakan sinyal bahwa prospek perusahaan tersebut cerah di masa mendatang, sehingga investor tidak segan
untuk membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori dan hipotesis dimungkinkan karena lemahnya
pengukuran variabel-variabel sehingga
hasil penelitian tidak valid.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Diantara dua variabel yang diteliti,
growth rate of earning memiliki pengaruh lebih kuat terhadap price earning ratio dibanding dividend payout ratio. Hal
ini disimpulkan berdasar nilai koefisien
growth rate of earning lebih besar
dibanding nilai koefisien dividend payout ratio.
Uji F merupakan alat analisis untuk
menguji dan mengetahui signifikansi
pengaruh antara tiap-tiap variabel independen (dividend payout ratio dan
Growth rate of earning ) secara bersama – sama terhadap price earning ratio.
Berdasar hasil olah data yang telah disajikan pada tabel 4.5 diperoleh nilai Fhitung
sebesar 0,253 sedangkan Ftabel sebesar
3,191 pada tingkat signifikansi 5%. Dari
sini dapat dilihat bahwa nilai Fhitung lebih
kecil dari Ftabel (0,253 < 3,191) maka secara bersama-sama variabel dividend
payout ratio dan growth rate of earning
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio. Hal ini
juga dikuatkan oleh nilai signifikasinya
yang lebih besar dari besar dibanding
nilai α (0,05 atau 5%). Hasil tidak signifikan ini menunjukkan bahwa investor
dalam menilai saham tidak hanya mempertimbangkan informasi deviden dan
earning saja tapi juga variabel-variabel
lainnya.
Koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel independen yaitu divi-
dend payout ratio dan growth rate of
earning menjelaskan variabel dependen
yaitu price earning ratio secara bersama-sama. Jika koefisien determinasi
semakin mendekati 0 (nol), maka semakin kecil pula kemampuan menjelaskan
semua variabel independen terhadap
variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai
koefisien determinasi semakin mendekati angka 1 maka semakin besar kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap variabel dependen.
Dari hasil uji determinasi (R2) dan telah
dijelaskan pada tabel diatas didapatkan
nilai R square sebesar 0,011. Hal ini berarti hanya terdapat 1,1% yang dapat di
jelaskan oleh dividend payout ratio dan
growth rate of earning terhadap perubahan yang terjadi pada price earning ratio, sedangkan sisanya sebesar 98,9%
dijelaskan oleh variabel lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kedua variabel memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap price
earning ratio baik secara parsiil maupun
bersama-sama. Dan dividend payout
ratio dan growth rate of earning hanya
mampu sedikit menjelaskan perubahan
pada price earning ratio. Hal ini semakin melemahkan dugaan bahwa bagi investor dalam menilai saham akan fokus
hanya pada informasi earnings dan
dividen, atau kedua variabel tersebut
merupakan hal paling penting sebagai
bahan memutuskan investasi atau mengukur prospek saham dibanding faktor
11
Rina Dwiarti
Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Nilai Saham dengan Pendekatan Price Earning Ratio
lainnya. Namun dimungkinkan bahwa
investor membutuhkan lebih banyak lagi
variabel-variabel lain yang digunakan
untuk memprospek nilai saham. Beberapa variabel selain dividend payout ratio
dan pertumbuhan laba (growth of earning) yang dapat mempengaruhi price
earning ratio antara lain : required rate
of return, tingkat pertumbuhan dividen
yang diharapkan, penjualan, aktiva
tetap, leverage, return on equity, dan
ukuran perusahaan.
litian ini belum cukup dapat digunakan
sebagai informasi mengukur prospek
saham pada industri manufaktur di di
Bursa Efek Jakarta, karena pada penelitian ini pengaruhnya tidak signifikan
terhadap price earning ratio dan hanya
mampu sedikit menjelaskan perubahan
pada price earning ratio, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai
variabel-variabel lain yang diduga kuat
berpengaruh terhadap price earning ratio.
KESIMPULAN
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi pada investor
dalam menilai saham, dan masukan
bagi penelitian-penelitian berikutnya.
Dividend payout ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsiil terhadap price earning ratio.
Growth rate of earnings memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan secara
parsiil terhadap price earning ratio. Dan
growth rate of earnings memiliki pengaruh lebih besar terhadap price earning
ratio dibandingkan dividend payout ratio
Secara bersama-sama variabel
dividend payout ratio dan growth rate
of earning tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap price earning
ratio. Dividend payout ratio dan growth
rate of earning hanya mampu sedikit
(1,1%) menjelaskan perubahan yang
terjadi pada price earning ratio, sedangkan sisanya yaitu sebesar 98,9% dijelaskan oleh variabel lain. Kedua variabel
(dividend payout ratio dan growth rate of
earnings ) yang digunakan dalam pene12
DAFTAR PUSTAKA
Brigham & Gapenski, 2001,” Intermediate Financial Management”, 7th Edition, Dryden Press Hacourt Brance
College Publishers.
Constand, Richard L.,Freitas Lewis P.,
and Sullivan Michael J., 1990, “Faktors affecting price earning ratios and
Market Values of Jappanese Firms”,
Financial management.
Cooper,Donald,R.,
and
Schindler,
Pamela,S.,2001, “Bussiness Research Method”, 7th Edition, McgrawHill International Editions.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 1-13
Elton, E.J & Gruber, 1995, “Modern
Portfolio Theory and Investment
Analysis”, 5h Edition. John Wiley &
Sons, New York
Mpaata, Kaziba, A., and Sartono, Agus,
1997, “faktor Determaining priceearning (P/E) Ratio”, Kelola no
15/0853-7046, pp. 133-150.
Gujarati, Damodar, 1999, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga. Jakarta
Sjahrizal, 1990, “Menilai Harga Saham
Go Public”, Manajemen Usahawan
Indonesia, no 9, September.
Husnan,Suad, 1990, “Penggunaan P/E
Ratio dalam penilaian saham: suatu
analisis lebih lanjut”, Manajemen
Usahawan Indonesia, no 12, Desember.
Tandelilin, Eduardus. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”.
Edisi pertama. BPFE UGM. Yogyakarta
Husnan, Suad, 1998, “Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan”, Edisi
4, BPFE-UGM Yogyakarta, Yogyakarta
Husnan, Suad. 1998, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan analisa Sekuritas”,
AMP YKPN, Yogyakarta
Hartono, Jogiyanto, 2003, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi
ketiga, BPFE UGM, Yogyakarta.
Jones, C.P, 2002, “Invesment : Analysis
and Managemet”, 8th Edition, John
Wiley & Sons.Inc. New York.
Kuncoro, Mudrajad, 2001, “Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk
Bisnis dan Ekonomi”, Edisi Pertama,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
13
PENGARUH RENTABILITAS MODAL SENDIRI
TERHADAP HARGA SAHAM
Oleh: Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Abstraction
This research aims to determine the financial health of go public banks, (PT Bank Internasional
Indonesia Tbk / BII, PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Central Asia Tbk / BCA, PT Bank Ega TBK, PT
Bank OCBC NISP Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk) and their impact on stock prices, reviewed from the
point of their own profitability Equity.
Because if people wants to invest funds to one of the banks, it must first look at the bank’s
financial condition, whether it is healthy or not. One way to look for the health condition of a bank is
at its profitability Equity (RMS), which is measured by comparing the net income with the banks own
capital.
The analysis is using a secondary data in the form of financial statements and return rates of
the mentioned banks in the period of 1998-2007. The analytic tool is using simple regression and
Correlation with the F test and T test. The results have no significant influence between the RMS and
stock prices.
Keyword
Financial Health, go
public banks,Own profability Equity, stock
price
Penulis
Amirah Sutestri, Dosen
Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto
Yogyakarta
Umi Khabibah, Alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
14
A. PENDAHULUAN
Bank merupakan salah satu Lembaga Keuangan atau
perusahaan yang bergerak di bidang Keuangan, yang
dalam operasinya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali
ke masyarakat dalam bentuk pemberian kredit dan dalam
bentuk-bentuk lain. Dengan demikian Bank sebagai suatu
badan berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) dari dua pihak, yaitu dari pihak yang kelebihan
dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit
unit). Hal ini juga yang menyebabkan Lembaga Bank disebut
sebagai Lembaga Kepercayaan, artinya pihak yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada Bank untuk
mengelola dananya termasuk menyalurkannya kepada pihak yang kekurangan atau memerlukan dana berupa kredit.
Oleh karena itu untuk menjaga kepercayaan masyarakat,
Bank harus beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kesehatan Bank yang dapat diukur dengan
melihat likuiditas dan Rentabilitasnya, sebagai bukti bahwa
Bank tersebut dapat mempertanggungjawabkan kewajiban
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
yang harus dipenuhinya. Apalagi bagi
Bank-Bank yang telah go public, laporan
keuangannya harus dipublikasikan, agar
masyarakat luas dapat mengerti kondisi
kesehatan keuangan Bank tersebut.
Dari Laporan Keuangannya tersebut dapat dianalisis tingkat kesehatan
keuangan suatu Bank. Sehingga kalau
kita akan membeli saham dari Bank
yang go public tidak ragu-ragu atau
khawatir lagi. Selain itu dengan melihat
rasio keuangan dapat juga dipakai sebagai indikator sistem peringatan awal
(early warning system) terhadap kemajuan dan kemunduran kondisi keuangan
suatu perusahaan.
Untuk Bank-Bank yang telah
memublik, kinerja perusahaan lazim diukur dengan menggunakan perubahan
harga saham dan retun saham, karena
harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Apabila kinerja sebuah
perusahaan publik meningkat, nilai keusahaannya akan semakin tinggi, yang
diapresiasi oleh pasar dalam bentuk
kenaikan harga saham. Dan sebaliknya
berita yang tidak baik tentang kinerja
perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga saham perusahaan di pasar modal.
Penilaian kinerja itu sendiri dapat
dilihat dengan berbagai indikator.
Permasalahan dari penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh kinerja
Bank-Bank yang go publik terhadap
Harga saham di Pasar Modal, ditinjau
dari tingkat Rentabilitas Modal Sendiri
(RMS) Bank yang bersangkutan, dalam
hal ini dibatasi hanya pada enam bank
(PT Bank Internasional Indonesia Tbk,
PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Central
Asia Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank
OCBC NISP Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk) yang go publik di BEI, apakah
tingkat keuntungan yang diperolehnya
dapat mempengaruhi harga saham.
B. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan
salah satu sistem informasi yang nantinya membantu pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan sebagai
dasar pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan dapat dipergunakan untuk
mengetahui posisi keuangan dan hasil yang diperoleh perusahaan dalam
periode tertentu, oleh sebab itu laporan
keuangan dapat juga sebagai dasar interprestasi untuk alat analisis dan evaluasi perusahaan.
Pengertian laporan keuangan menurut Martono :
15
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
“Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu bank pada
suatu periode tertentu” (Martono,
2002:62).
Laporan keuangan disusun dengan
tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (Dwi
Prastowo, 2005:5).
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut (Martono, 2002:63):
- Memberikan informasi keuangan
tentang jumlah aktiva, kewajiban dan
modal bank pada waktu tertentu.
- Memberikan informasi tentang hasil
usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
-
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
dalam aktiva, kewajiban dan modal
suatu bank
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode.
16
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu bank juga untuk menilai
kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen
akan menjadi dasar apakah manajemen
berhasil atau tidak dalam melaksanakan
kebijakan yang telah digariskan dalam
bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan tergambar dari
laporan keuangan yang disusun oleh
pihak manajemen.
Laporan keuangan yang lengkap
biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan,
termasuk juga skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Rentibilitas Modal Sendiri
RMS adalah perbandingan antara
jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di suatu pihak dengan
jumlah modal sendiri menghasilkan laba
tersebut di lain pihak (Bambang Riyanto,
1995:44). Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa Rentabilitas Modal
Sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang
bekerja didalamnya untuk menghasilkan
keuntungan.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Rumus :
keuntungan setelah pajak
RMS = -------------------------------- x100%
modal sendiri
Laba yang diperhitungkan untuk
menghitung Rentabilitas Modal Sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi
dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income Tax ( EAT :
Earning After Tax ) sedang modal yang
diperhitungkan hanyalah modal sendiri
yang bekerja di dalam bank.
Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
merupakan rasio rentabilitas yang paling
komperhensif. Rasio keuangan tersebut
terbentuk oleh keseluruhan hasil kebijakan dan kegiatan perbankan.
Rentabilitas Modal Sendiri berdasarkan SK mentri keuangan RI no 826/
KMK: 013/1992 pasal 5 tentang definisi
rentabilitas.
“Perbandingan laba sebelum pajak
dengan rata-rata modal yang digunakan dalam tahun yang bersangkutan. Laba sebelum pajak tidak
termasuk laba hasil penjualan aktiva tetap. Sedangkan yang dimaksud modal rata-rata yang digunakan
adalah rata-rata aktiva lancar ditambah dengan aktiva tetap neraca
termasuk pada awal tahun dan akhir
tahun”.
Bagi perusahaan keuntungan adalah
hal yang ingin dicapai. Namun keuntungan yang besar bukanlah merupakan
ukuran bahwa perusahaan telah bekerja
dengan efisien. Perhatian perusahaan
yang lebih penting dibanding dari upaya
memperbesar laba, adalah upaya untuk
mempertinggi rentabilitas.
Dimana laba yang diperhitungkan
untuk menghitung Rentabilitas Modal
Sendiri adalah laba bersih yaitu laba
usaha setelah dikurangi bunga modal
asing dan pajak perseroan, sedangkan
modal yang diperhitungkan hanya modal sendiri yang bekerja di dalam perusahaan.
Dengan mengukur Rentabilitas Modal Sendiri diharapkan manajemen perusahaan maupun pemilik modal sendiri
dapat memahami kondisi finansial perusahaan terutama dari sisi rentabilitas.
Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan terhadap perencanaan laba maupun
modal yang akan datang.
Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
17
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi
berbagai sarana dan prasarana kegiatan
jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu
lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain.
Pengertian Saham
Saham (stock) merupakan salah
satu instrumen pasar keuangan yang
paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan
perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi
yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu
Perseroan Terbatas (PT). Manfaat yang
diperoleh dari pemilikan saham adalah
sebagai berikut (Algifari, 2002:188):
1. Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada
pemegang saham yang biasanya
dibagikan pada akhir tahun buku.
Dividen saham terdiri dari 3 macam,
yaitu dividen tunai, dividen saham,
dan dividen bonus.
18
2. Capital gain yaitu keuntungan yang
diperoleh dari selisih positif harga
beli dan harga jual saham.
3. Manfaat non-financial, yaitu mempunyai hak suara dalam menentukan
arah dan kebijakan perusahaan.
Saham yang diterbitkan emiten ada
2 macam, yaitu saham biasa (common
stock) dan saham istimewa (preferred
stock). Pembedaan saham ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak ini meliputi hak atas
menerima dividen, memperoleh bagian
kekayaan jika perusahaan dilikuidasi
setelah dikurang semua kewajiban-kewajiban perusahaan.
Pengertian Harga Saham
Harga saham terbentuk dari proses
permintaan dan penawaran yang terjadi
di bursa. Harga saham akan berfluktuasi sesuai dengan informasi baik yang
berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar perusahaan. Informasi yang
berasal dari dalam perusahaan adalah
penilaian kinerja perusahaan, pengumuman laba perusahaan, pergantian pengurus perusahaan, pengumuman pembagian dividen dan informasi lain yang
menyangkut operasi perusahaan. Informasi yang berasal dari luar perusahaan
adalah isu-isu politik, situasi keamanan
kota atau negara, perkembangan perusahaan pesaing, dan informasi lainnya.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Dalam menentukan suatu saham
yang akan dibeli pada dasarnya harus
dinilai terlebih dahulu agar terhindar
dari kaidah spekulasi dan menghindari
kerugian yang tidak diharapkan. Harga
saham di pasar modal berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Dari fluktuasi harga itu
terdapat peluang untuk memperoleh
keuntungan (capital gain) dan peluang
menderita kerugian.
Indeks harga saham adalah suatu
indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi
sebagai indikator trend pasar, artinya
pergerakan indeks menggambarkan
kondisi pasar pada suatu saat, apakah
pasar sedang aktif atau lesu. Dengan
adanya indeks, kita dapat mengetahui
trend pergerakan harga saham saat ini;
apakah sedang naik, stabil atau turun.
Misal, jika di awal bulan nilai indeks 300
dan saat ini di akhir bulan menjadi 360,
maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami
peningkatan sebesar 20%.
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual,
menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan
menit, maka nilai indeks pun bergerak
turun naik dalam hitungan waktu yang
cepat pula.
Faktor yang Mempengaruhi Harga
Saham
Bursa saham adalah tempat dimana
perusahaan dapat menawarkan sahamnya untuk dijual. Mereka melakukan hal
ini melalui penawaran perdana (IPO).
Setelah penawaran perdana, ribuan
atau jutaan investor yang telah membeli
saham tersebut dapat kembali ke bursa
saham untuk menjual sahamnya kepada
investor yang lain, sehingga dimulailah
perdagangan saham. Bursa saham hanyalah semacam tempat penampungan
untuk perdagangan ini.
Faktor-faktor yang menyebabkan
gejolak harga saham dapat dibagi menjadi faktor makro dan mikro. Faktor
makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan.
Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi,
tingkat produktivitas nasional, politik dan
lain sebagainya dapat memiliki dampak
penting pada potensi keuntungan perusahaan hingga pada akhirnya juga akan
mempengaruhi harga sahamnya. Faktor
mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung pada perusahaan
itu sendiri. Perubahan manajemen,
harga dan ketersediaan bahan mentah,
produktivitas pekerja dan lain sebagainya yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan tersebut
secara individual.
19
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
Hipotesis
Ada pengaruh yang signifikan antara Rentabilitas Modal Sendiri yang diperoleh dengan harga saham perbankan.
C. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode studi kasus pada
perbankan yang go publik di BEI.
Bank Internasional Indonesia Tbk.,
PT. Bak Danamon Tbk., PT. Bank
Central Asia Tbk., PT. Bank Mega
Tbk., PT. Bank OCBC NISP Tbk.,
dan PT. Bank CIMB Niaga Tbk.)
yang semuanya diterbitkan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumupulan data
yang digunakan adalah:
2. Subyek dan Obyek Penelitian
a. Dokumentasi
Subyek penelitian yang digunakan
adalah enam perbankan (PT Bank
Internasional Indonesia Tbk, PT
Bank Danamon Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank OCBC NISP
Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank
CIMB Niaga Tbk) yang go publik di
BEI dengan obyek penelitian berupa
laporan keuangan perbankan selama periode tahun 1998-2007.
3. Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam
peneletian ini berupa data sekunder,
yaitu data-data yang diterbitkan oleh
pihak perusahaan namun diperoleh secara langsung atau kata lain
data yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti daftar perbankan
yang go-public, sejarah umum perkembangan perbankan, dan laporan perkembangan perbankan (PT.
20
Adalah salah satu teknik dari
metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara membuat
salinan atau menggandakan arsip dan catatan-catatan tentang
perbankan pada BEI. b. Studi Pustaka
Studi
pustaka
merupakan
metode pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari, memahami dan menganalisis buku-buku atau literatur yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
5. Metode Analisis Data
a. Variabel Bebas (independent variabel) yang digunakan adalah Rentabilitas Modal Sendiri (RMS). RMS
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
adalah perbandingan antara jumlah
laba tersedia bagi pemilik modal
sendiri di suatu pihak dengan jumlah modal sendiri menghasilkan laba
tersebut di lain pihak (Bambang Riyanto, 1995:44).
keuntungan setelah pajak
n (∑ XY) – (∑ X) (∑ Y)
b= ----------------------------------n (∑ X)2 - (∑ X) 2
Keterangan:
Y = Variabel tergantung (Harga
saham)
RMS = -------------------------------- x100%
modal sendiri
Variabel tergantung (Dependent
Variabel) yaitu suatu variabel yang
mempunyai ketergantungan dengan
variabel lain. Variabel tergantung
yang digunakan adalah harga saham.
X = Variabel bebas (Rentabilitas
Modal Sendiri)
n = Banyaknya pasangan data
a = Intersep
b = Koefisien arah garis regresi
b. Analisis Regresi Sederhana
c. Uji F hitung
Analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel bebas terhadap
variabel tergantung serta hubungan
yang terjadi diantara kedua variabel
baik hubungan positif ataukah negatif.
Hubungan kedua variabel tersebut
ditunjukan dengan persamaan garis
regresi sederhana sebabagai berikut
(Haryono Subiyakto, 2001:206):
Y = a + bx
∑ y – b (∑ X)
a = -----------------------n
Perumusan hipotesis.
Ho : β = 0 artinya tidak ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga saham perbankan
Ha : β ≠ 0 artinya ada pengaruh
signifikan RMS terhadap
harga saham perbankan.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi maka diuji koefisiensi regresi
dengan menggunakan koefisien regresi F, rumusnya sebagai berikut
(Zaenal Mustafa, 1995:115):
21
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
KR reg
F reg = ---------------- =
KR sim
n ∑ XY – (∑X )(∑Y)
r = ------------------------------------------√n ∑X2 - ( ∑X)2 . √n ∑Y2- ( ∑ Y )2
R2 ∑ Y2
dimana KR reg = ---------------K
Keterangan:
(1 – R2) ∑ Y2
KR sim = --------------------n–1–k
Keterangan:
F reg = Harga Statistik F
r = koefisien korelasi
n = besarnya sampel
X = Rentabilitas Modal Sendiri
Y = Harga saham
e. Uji T hitung
KR reg= Kuadrat Rerata Regresi
Perumusan hipotesis.
KR sim= Kuadrat Rerata Simpanan
Kesimpulan
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara RMS dengan
harga saham perbankan
Jika F hitung > F tabel menolak Ho
atau menerima Ha artinya ada pengaruh signifikan
Ha : Ada hubungan yang signifikan
antara RMS dengan harga saham perbankan
Jika F hitung < F tabel menerima Ho
atau menolak Ha artinya tidak ada
pengaruh signifikan
.
d. Analisis Korelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji keeratan hubungan variabel
independent terhadap variabel dependent dalam perhitungan analisis
korelasi.
Digunakan untuk mencari koefisiensi
korelasi dengan rumus sebagai berikut Haryono Subiyakto, 2001:217 ) :
Untuk melakukan pengujian maka
digunakan rumus sebagai berikut
(Haryono Subiyakto, 2001:219):
22
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
T hitung
Dengan kriteria bahwa perusahaan
yang sehat bila mempunyai RMS diatas
20 % atau RMS nya harus diatas suku
bunga maupun tingkat inflasi, maka dari
data-data bank yang ada pada tahun
1998 s/d tahun 2007 adalah sebagai
berikut :
Th =
Dimana:
Th = T hitung yang dicari
r
= Koefisien Korelasi
n = banyaknya data
Kriteria pengujian adalah digunakan
taraf kesalahan ( ) = 0,05
b. PT. Bank Danamon, perhitungan
Rentabilitas Modal Sendiri nya, pernah mencapai 30,86 %, tetapi juga
pernah mengalami kerugian
t table = ( /2 ; n-2 )
= 0,025
Kesimpulan:
Jika T hitung > T tabel + dan jika T
hitung < T tabel – maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya ada hubungan signifikan
D. PEMBAHASAN
1. Analisis
Sendiri
Rentabilitas
a. PT. Bank Internasional Indonesia
(BII), perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri tidak ada yang mencapai
20 %, paling tinggi sebesar 19,51%,
bahkan pernah mengalami kerugian
Modal
Analisis rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
c. PT. Bank Central Asia (BCA), perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, tertinggi 31,92 % dan terendah
12,52 %
d. PT. Bank OCBC NISP, perhitungan
Rentabilitas Modal Sendiri tertinggi
21,03 dan terendah 5,99 %
e. PT. Bank Mega, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, paling tinggi
66, 45% sekali, kemudian paling
tinggi 26,58% dan paling rendah
6,43%
f. PT. Bank CIMB Niaga, perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri, paling tinggi 27,94% dan paling ren23
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
dah5,92& bahkan pernahjuga mengalami kerugian
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Secara matematis hasil dari analisis
regresi linier sederhana pada:
a. Bank Internasional Indonesia tersebut dapat ditulis :
Y = 152,967 + 0,337 X
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 2.648,317.
b = 34,291
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) naik sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 34,291 poin. Konstanta a = 152,967
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 152,967.
c. Bank Central Asia (BCA) tersebut
dapat ditulis :
Y = 3.637,512 + -17,241 X
Konstanta a = 3.637,512
b = 0,337
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) naik sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 0,337 poin.
b. Bank Danamon tersebut dapat ditulis :
Y = 2.648,317 + 34,291 X
Konstanta a = 2.648,317
24
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 3.637,512.
b = -17,241
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) turun sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh penurunan harga saham
sebesar -17,241 poin.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
d. Bank OCBC NISP tersebut dapat
ditulis :
Y = 747,869 + -15,688 X
si yang negatif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) turun sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh penurunan harga saham
sebesar -6,736 poin.
Konstanta a = 747,869
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 747,869.
f. Bank CIMB Niaga tersebut dapat
ditulis :
Y = 338,798 + 1,145 X
Konstanta a = 338,798
b = -15,688
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang negatif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) turun sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh penurunan harga saham
sebesar -15,688 poin.
e. Bank Mega tersebut dapat ditulis :
Y = 1.744,403 + -6,736 X
Konstanta a = 1.744,403
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 1.744,403.
b = -6,736
Artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribu-
Artinya apabila RMS (X) tidak ada
atau sama dengan nol maka harga
saham yang terjadi adalah sebesar
Rp 338,798.
b = 1,145
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
(b) naik sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 1,145 poin.
3. Uji Hipotesis
Untuk menguji pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent digunakan koefisien regresi
yaitu uji F, sedangkan untuk mengetahui
signifikansi dari variabel tersebut telah
ditetapkan hipotesis sebagai berikut :
25
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
Ho : β = 0 artinya tidak ada pengaruh
signifikan RMS terhadap
harga saham perbankan
Ha : β ≠ 0 artinya ada pengaruh signifikan RMS terhadap harga
saham perbankan.
Kesimpulannya
Jika F hitung > F tabel menolak Ho atau
menerima Ha artinya ada pengaruh signifikan
Jika F hitung < F tabel menerima Ho atau
menolak Ha artinya tidak ada pengaruh
signifikan.
4. Koefisien Determinasi (R2 )
Dari hasil analisis regresi sederhana,
juga diperoleh nilai R (Korelasi) dan R2
(Koefisien Determinasi). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menunjukkan besarnya kontribusi (sumbangan)
dari variabel independent (X) terhadap
variabel dependent (Y).
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
(R2 ) untuk BII sebesar 0,079. Hal ini
berarti bahwa 7,9% variasi dari harga
saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar
92,1% dijelaskan oleh sebab lain yang
tidak dimasukkan dalam model.
26
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
(R2 ) untuk Bank Danamon sebesar
0,202. Hal ini berarti bahwa 20,2% variasi dari harga saham dijelaskan oleh
variasi independent (RMS) sedangkan
sisanya sebesar 79,8% dijelaskan oleh
sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
(R2 ) untuk BCA sebesar 0,002. Hal ini
berarti bahwa 0,2% variasi dari harga
saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya sebesar
99,8% dijelaskan oleh sebab lain yang
tidak dimasukkan dalam model.
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
(R2) untuk Bank OCBC NISP sebesar
0,087. hal ini berarti bahwa 8,7% variasi dari harga saham dijelaskan oleh
variasi independent (RMS) sedangkan
sisanya sebesar 91,3% dijelaskan oleh
sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
( R2 ) untuk Bank Mega sebesar 0,004.
hal ini berarti bahwa 0,4% variasi dari
harga saham dijelaskan oleh variasi independent (RMS) sedangkan sisanya
sebesar 99,6% dijelaskan oleh sebab
lain yang tidak dimasukkan dalam model.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Dari hasil perhitungan regresi sederhana didapat nilai koefisien determinasi
(R2) untuk Bank CIMB Niaga sebesar
0,028. hal ini berarti bahwa 2,8% variasi
dari harga saham dijelaskan oleh variasi
independent (RMS) sedangkan sisanya
sebesar 97,2% dijelaskan oleh sebab
lain yang tidak dimasukkan dalam model.
5. Koefisien Korelasi ( r )
Untuk mengukur hubungan antara
variabel independent (x) dengan variabel dependent (Y), dapat dilihat pada
besarnya koefisien korelasi (r). Nilai
koefisien korelasi (r) terletak antara 0 ≤ r
≤ 1. Jika r = 1 maka terdapat hubungan
yang sangat kuat antara variabel independen dengan variabel dependen.
Berdasarkan analisis data BII,
koefisien korelasi sebesar 0,281 maka
koefisien korelasi tersebut masih jauh
dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya
tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan
variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data Bank
Danamon, koefisien korelasi sebesar
0,449 maka koefisien korelasi tersebut
masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5
yang artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen
(RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data BCA,
koefisien korelasi sebesar 0,046 maka
koefisien korelasi tersebut masih jauh
dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya
tidak terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan
variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data Bank
OCBC NISP, koefisien korelasi sebesar
0,249 maka koefisien korelasi tersebut
masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5
yang artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen
(RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data Bank
Mega, koefisien korelasi sebesar 0,065
maka koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang artinya tidak terdapat hubungan yang kuat
antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
Berdasarkan analisis data Bank
CIMB Niaga, koefisien korelasi sebesar
0,169 maka koefisien korelasi tersebut
masih jauh dari 1 atau kurang dari 0,5
yang artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen
(RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
6. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji keeratan hubungan variabel inde27
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
penden terhadap variabel dependen
dalam perhitungan analisis Korelasi
menggunakan uji T, sedangkan untuk
mengetahui signifikansi dari variabel
tersebut telah ditetapkan hipotesis sebagai berikut :
Ho : artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara RMS terhadap
harga saham perbankan.
Ha : artinya ada hubungan yang signifikan antara RMS terhadap harga
saham perbankan.
Kesimpulannya :
Jika T hitung > T tabel + dan jika T hitung
< T tabel–maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan sigsifikan
Jika T tabel -< T hitung <T tabel + maka
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
ada hubungan yang signifikan.
Dengan kriteria pengujian nilai t-tabel dengan tingkat signifikansi 5% (α /2
= 0,025 ) dan derajat kebebasan ( df =
n-2 ).
Tabel Rangkuman
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
28
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
Simpulan
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan atas hasil analisis data
mengenai pengaruh Rentabilitas Modal
Sendiri terhadap harga saham enam
Bank dalam kurun waktu 1998 s/d 2007,
maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bank
(BII)
Internasional
Indonesia
Berdasarkan analisis data koefisien
korelasi sebesar 0,281 maka
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen (RMS) dengan variabel dependen (harga saham).
d. Uji T
a. Koefisien regresi
Y = 152,967 + 0,337 X
Artinya konstanta sebesar a =
152,967 dan apabila RMS ( X ) tidak
ada atau sama dengan nol maka
harga saham sebesar 152,967. b =
0,337 X artinya bahwa variabel rentabilitas hanya mampu memberikan
kontribusi yang positif atau secara
statistik dapat dikatakan apabila
rentabilitas (b) naik sebesar 1 poin,
maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 0,337 poin.
b. Uji F
Dengan melihat posisi nilai F hitung
< F table ( 0,687 < 5,32 ), maka
kesimpulannya adalah menerima
Ho atau menolak Ha. Dengan demikian secara bersama-sama tidak
ada pengaruh yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
Dengan membandingkan nilai T hitung dengan nilai T tabel, maka –ttabel < thitung <t tabel ( -2,306 < 0,829
< 2,306 ), sehingga kesimpulannya
adalah menerima Ho atau menolak
Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
2. Bank Danamon
a. Koefisien regresi
Y = 2.648,317 + 34,291 X
Artinya konstanta sebesar a =
2.648,317dan apabila RMS ( X ) tidak ada atau sama dengan nol maka
harga saham yang terjadi adalah
sebesar Rp 2.648,317. b = 34,291,
artinya bahwa variabel rentabilitas
hanya mampu memberikan kontribusi yang positif atau secara statistik
dapat dikatakan apabila rentabilitas
29
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
(b) naik sebesar 1 poin, maka akan
diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 34,291 poin.
b. Uji F
Dengan Melihat posisi nilai F hitung < F tabel ( 2,025 < 5,32 ), maka
kesimpulannya adalah menerima Ho
atau menolak Ha. Dengan demikian
secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan analisis data, koefisien
korelasi sebesar 0,449 maka
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
d. Uji T
Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < 1,423
< 2,306 ), sehingga kesimpulannya
adalah menerima Ho atau menolak
Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
30
3. BCA
a. Koefisien regresi
Y = 3.637,512 + -17,241 X
Artinya konstanta sebesar a=
3.637,512 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka
harga saham yang terjadi adalah
sebesar Rp 3.637,512. b = -17,241
, artinya variabel rentabilitas hanya
mampu memberikan kontribusi yang
negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun
sebesar 1 poin, maka akan diikuti
oleh penurunan harga saham sebesar -17,241 poin.
b. Uji F
Dengan melihat posisi nilai F hitung
< F tabel ( 0,015 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho
atau menolak Ha. Dengan demikian
secara bersam-sama tidak ada
Pengaruh yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan analisis data, koefisien
korelasi sebesar 0,046 maka
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel indepen-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
den (RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
d. Uji T
Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < -0,122
< 2,306 ), sehingga kesimpulannya
adalah menerima Ho atau menolak
Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
4. Bank OCBC NISP
impulannya adalah menerima Ho
atau menolak Ha. Dengan demikian
secara bersam-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS
dengan harga saham.
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan analisis data, koefisien
korelasi sebesar 0,249 maka
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
a. Koefisien regresi
d. Uji T
Y = 747,869 + -15,688 X
Artinya konstanta sebesar a =
747,869 dan apabila RMS (X) tidak
ada atau sama dengan nol maka
harga saham yang terjadi adalah
sebesar Rp 747,869. b = -15,688
, artinya variabel rentabilitas hanya
mampu memberikan kontribusi yang
negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun
sebesar 1 poin, maka akan diikuti
oleh penurunan harga saham sebesar -15,688 poin.
Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < -0,871
< 2,306 ), sehingga kesimpulannya
adalah menerima Ho atau menolak
Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
5. Bank Mega
a. Koefisien regresi Y = 1.744,403 + -6,736 X
b. Uji F
Dengan melihat posisi nilai F hitung
< F tabel ( 0,758 < 5,32 ), maka kes-
Artinya konstanta sebesar a =
1.744,403 dan apabila RMS (X) tidak ada atau sama dengan nol maka
31
Amirah Sutestri dan Umi Khabibah
Pengaruh Rentabilitas Modal Sendiri Terhadap Harga Saham
harga saham yang terjadi adalah
sebesar Rp 1.744,403. b = -6,736
artinya variabel rentabilitas hanya
mampu memberikan kontribusi yang
negatif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) turun
sebesar 1 poin, maka akan diikuti
oleh penurunan harga saham sebesar -6,736 poin.
pulannya adalah menerima Ho atau
menolak Ha. Dengan demikian tidak
terdapat hubungan yang signifikan
antara RMS dengan harga saham.
6. Bank CIMB Niaga
a. Koefisien regresi
Y = 338,798 + 1,145 X
b. Uji F
Dengan melihat posisi nilai F hitung
< F tabel ( 0,030 < 5,32), maka kesimpulannya adalah menerima Ho
atau menolak Ha. Dengan demikian
secara bersam-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS
dengan harga saham.
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan analisis data, koefisien
korelasi sebesar 0,065 maka
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
d. Uji T
Dengan membandingkan nilai thitung denagan nilai ttabel, maka
–ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 <
-0,174 < 2,306 ), sehingga kesim32
Artinya konstanta sebesar a=
338,798 dan apabila RMS (X) tidak
ada atau sama dengan nol maka
harga saham yang terjadi adalah
sebesar Rp 338,798. b = 1,145
artinya variabel rentabilitas hanya
mampu memberikan kontribusi yang
positif atau secara statistik dapat dikatakan apabila rentabilitas (b) naik
sebesar 1 poin, maka akan diikuti
oleh kenaikan harga saham sebesar
1,145 poin.
b. Uji F
Dengan melihat posisi nilai F hitung
< F tabel ( 0,234 < 5,32 ), maka kesimpulannya adalah menerima Ho
atau menolak Ha. Dengan demikian
secara bersamsama tidak ada pengaruh yang signifikan antara RMS
dengan harga saham.
c. Koefisien korelasi
Berdasarkan analisis data, koefisien
korelasi sebesar 0,169 maka
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 14-33
koefisien korelasi tersebut masih
jauh dari 1 atau kurang dari 0,5 yang
artinya tidak terdapat hubungan
yang kuat antara variabel independen ( RMS ) dengan variabel dependen ( harga saham ).
Subagyo, 2002 Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya, Edisi Kedua,
Yogyakarta, STIE YKPN
Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima,
Yogyakarta, AMP YKPN
d. Uji T
Dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, maka –ttabel < thitung < ttabel ( -2,306 < 0,484
< 2,306 ), sehingga kesimpulannya
adalah menerima Ho atau menolak
Ha. Dengan demikian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
RMS dengan harga saham.
Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar
Statistik terapan Untuk Ekonomi,
Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta,
Daftar Pustaka
Bambang Rianto ,1995, Dasar–Dasar
Pembelajaran Perusahaan, Edisi
Keempat, Yogyakarta, BPFE
Dwi Prastowo, 2005, Analisis Laporan
Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi kedua, Yogyakarta, STIE YKPN
Haryono, Subyakto, 2001 Statistika Inferen Untuk Bisnis, Edisi Kedua, Yogyakarta ,STIE YKPN
Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan,
Jakarta, Rasa Grafindo Persadaa
Martano, 2002, Bank dan lembaga keuangan lain, Edisi Pertama,Yogyakarta
Penerbit Fakultas Ekonomi UII
33
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap
Return Saham (Studi Kasus pada 18 Perusahaan
Food and Beverage yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia)
by Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS)
terhadap Return Saham pada industri Food and Beverage. Penelitian menggunakan studi kasus pada
18 perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel dari industri tersebut. Sampel
diambil dengan tekhnik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi dan data yang diperoleh lengkap dan mudah. Sedangkan Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ho: b = 0, Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap return saham
Ha: b ≠ 0, Earning Per Share berpengaruh terhadap return saham
Data dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan Hipotesis diuji dengan T test
untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh EPS terhadap Return Saham,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return
Saham pada 15 perusahan yang diteliti, tetapi pada 3 perusahaan, EPS berpengaruh signifikan
terhadap Return Saham. Sedanghan secara keseluruhan, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham.
Keyword
Earning Per Share,
Dividend, Capital Gain,
Return Saham
Penulis
Sabaruddin, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Yuni Anggraini, Alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
34
PENDAHULUAN
Persaingan global mengharuskan berbagai perusahaan
menyesuaikan strategi perusahaan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Perusahaan yang ingin tumbuh dan
berkembang membutuhkan dana yang besar dalam menjalankan kegiatan yang dilakukannya, sedangkan dana yang
tersedia relatif terbatas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menambah modal usahanya.
Salah satu caranya adalah dengan go public.
Bagi perusahaan yang go public, pasar modal merupakan alternatif sumber dana untuk membiayai kegiatan
perusahaan yang memerlukan dana cukup besar sekaligus
untuk memperbaiki struktur modalnya dengan cara menjual
saham. Sedangkan bagi investor, saham merupakan alternatif investasi untuk mendapatkan return yang optimal.
Dengan memiliki saham, investor berhak untuk memperoleh
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
keuntungan sebagai kompensasi dari
dana yang diinvestasikan dalam bentuk
dividen dan capital gain, karena dividen
dan capital gain inilah yang merupakan
hasil pengembalian dari investasinya.
Menurut Achad Slamet (2003:39),
dalam Esti (2005), earning per share
merupakan salah satu bentuk dari rasio
pasar (market ratio) yang didapatkan
dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Rasio laba per lembar saham ini
mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa.
Laba per saham-LPS (earning per
share-EPS) merupakan rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap
saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada
setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima
pemegang saham (Tjiptonoi Darmadji
dan Hendy, 2008:195-196).
Menurut Tandelilin (2001:233), perbandingan antara jumlah earning (dalam
hal ini laba besih yang siap dibagikan
bagi pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan, akan
diperoleh komponen earning per share
atau EPS. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang
lebih baik kepada pemegang saham,
sedangkan EPS yang rendah menandakan perusahaan gagal memberikan
tingkat kesejahteraan sebagaimana
yang diharapkan oleh pemegang saham. Dengan demikian EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dan mendistribusikan
laba yang diraih perusahaan kepada
pemegang saham. Bagi para investor
informasi EPS merupakan informasi
yang dianggap paling mendasar dan
berguna, karena bisa menggambarkan
prospek earning perusahaan di masa
depan. Oleh karena itu, pemegang saham biasanya tertarik dengan angka
EPS yang dilaporkan perusahaan.
Pendapatan per lembar saham
(EPS) merupakan pencerminan hasil
yang diperoleh dari suatu badan usaha
melalui usaha manajemen terhadap
dana yang diinvestasikan pemegang
saham. Hasil pengembalian dari suatu
investasi dalam bentuk dividen atau
capital gain.
Seorang investor membeli atau
mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen dan atau capital gain.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy
(2008:11-12) dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan capital gain (loss) merupakan
35
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
kenaikan (penurunan) harga suatu surat
berharga (saham surat utang jangka
panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor (Tandelilin, 2001:48)
Informasi mengenai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendaopatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan arus kas yang baik
di masa mendatang. Menurut Tjiptono
Darmadji (2001:139), dalam Esti (2005),
semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar
laba yang disediakan untuk pmegang
saham.
Peningkatan EPS menyebabkan
peningkatan dividen dan harga pasar
saham, sedangkan peningkatan harga
pasar menyebabkan peningkjatan juga
bagi capital gain yang diperoleh investor, sehingga EPS akan mempengaruhi
hasil pengembalian yang akan diperoleh
investor dalam bentuk capital gain (loss)
dan dividen. Studi empiris menunjukkan
semakin tinggi nilai EPS suatu saham,
maka semakin tinggi pula harga sahamnya.
Penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh antara EPS dan return
saham telah dilakukan oleh Siti Resmi
(2002) dalam Esti (2005) yang menggunakan variable bebas EP, PER, DE,
36
ROE, dan EVA, sedangkan variable terikatnya adalah return saham. Sample
yang digunakan adalah 37 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa EPS
berpengaruh paling kuat dan signifikan
terhadap return saham.
Hari Wibowo (2004), dalam Esti
(2005), melakuan penelitian untuk menguji pengaruh ROA, ROE, GPM, EPS,
dan PBV terhadap return saham. Sample yang digunakan adalah 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
EPS berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Esti Puji Astutik (2005), melakukan
penelitian untuk menguji pengaruh EPS,
PER, dan DER terhadap return saham.
Hasil penelitian ini juga menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara EPS dan return
saham.
Yugo Pamungkas (2002), melakukan penelitian menggunakan variable
bebas EPS dan variable terikatnya return saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa earning per share tidak
mempunyai pengaruh terhadap return
saham.
Di dalam penelitian ini akan dianalisis apakah ada pengaruh Earning
Per Share (pendapatan per lembar sa-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
ham) terhadap Return Saham (tingkat
pengembalian saham) pada perusahaan
Food and Beverages yang go public di
pasar modal (Bursa Efek Indonesia).
METODELOGI PENELITIAN
Dengan merujuk pada kajian teoritis
dan beberapa penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ho: b = 0, Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap return saham
Ha: b ≠ 0, Earning Per Share berpengaruh terhadap return saham
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode studi kasus
pada 18 Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI.
Adapun data yang diperlukan adalah data laporan keuangan Perusahaan
Industri Food and Beverages yang menjadi sample penelitian, earnin per share
masing-masing emiten periode 20032007, harga saham(closing price) tahun
2003-2007, dividen per share periode
2003-2007.
Dalam pengumpulan data penelitian,
peneliti menggunakan metode pengumpulan data dokumentasi. Dokumentasi
yaitu cara pengumpulan data dengan
mengumpulkan, mencatat dan mengkopi dokumen yang ada di lokasi penelitian yaitu di Pojok BEI, Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta
Populasi dari penelitian ini adalah
semua perusahaan food and baverages
yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Tekhnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel dipilih
dengan sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga memenuhi kriteria keinginan dan
kepentingan peneliti. Metode purposive
sampling merupakan cara pengambilan
sampel secara tidak acak berdasarkan
pertimbangan- pertimbangan yang relevan dengan peneliti. Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan
sample terpilih, yaitu sebagai berikut:
-
Sample terpilih merupakan bagian
dari populasi perusahaan food and
baverages yang go public di Bursa
Efek Indonesia
-
Kemudahan mendapatkan laporan
keuangan dari sample terpilih
-
Sample memiliki kelengkapan laporan keuangan yang memadai dan
lengkap
Langkah-langkah yang dilakukan
untuk menganalisa data yaitu:
37
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
-
Menyajikan nilai earning per share
masing-masing perusahaan
Dimana:
r
Menurut Tandelilin (2001:242) EPS
suatu perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
laba bersih setelah bunga dan pajak
EPS = ------------------------------------------jumlah saham beredar
-
Pt = harga saham pada periode t
(harga investasi sekarang)
Pt-1= harga saham pada periode
t-1 (harga investasi periode
sebelumnya)
Menghitung capital gain (loss) Capital gain atau capital loss dirumuskan
sebagai berikut (Jogiyanto, 2008:
196):
Alat Analisis
Capital gain atau capital loss
Analisis regresi liniar sederhana
Pt - Pt-1
= ------------Pt-1
Regresi linier sederhana digunakan
untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel bebas (earning per share) terhadap variabel terikat (return saham).
Perhitungan regresi linier sederhanadilakukan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
Pt = harga investasi sekarang
-
= return saham (hasil pengembalian)
Dt = dividen kas yang dibayarkan
Pt-1 = harga saham pada periode
t-1 (harga investasi periode
sebelumnya)
Y = a + bX
Menghitung return saham
Y = return saham
Return saham dirumuskan sebagai
berikut:
a = konstanta
Dimana:
b = koefisien regresi dan x = EPS
Pt - Pt-1 + Dt
r = ------------------Pt-1
38
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
Analisis koefisien determinasi (r2)
Koefisien determinasi sampel yang
dilambangkan dengan r2 (sering dilambangkan dengan R2), merupakan proporsi dari variasi total y yang dijelaskan
oleh hubungan antara y dan x (Haryono Subiyakto, 2001:215). Koefisien r2
akan bernilai 0 apabila tidak ada variasi
y yang dijelaskan oleh hubungan tersebut; r2 akan bernilai 1 jika semua variasi
y dijelaskan; dan r2 akan bernilai antara
0 dan 1 jika hanya sebagian variasi y
dijelaskan oleh hubungan tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan dengan besaran sebagai berikut:
Uji Hipotesis
Langkah-langkah pengujian hipotesis
Adapun langkah-langkah pengujian
hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
-
Ho: b = 0, berarti earning per share
tidak berpengaruh terhadap return
saham
Ha: b ≠ 0, berarti earning per share berpengaruh terhadap return
saham
0≤r ≤1
2
Menurut Haryono Subiyakto, 2001:
215, koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
r2 =
Menentukan hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternative (Ha)
-
Menentukan uji statistik yang sesuai
dengan dasar bagi prosedur pengujian regresi linier sederhana untuk
sampel kecil (n≤30) yaitu dengan
menggunakan uji t2 sisi (two failed
test)
df = n-2
Setelah mengetahui koefisien determinasi, maka sumbangan dari (EPS)
terhadap variasi naik turunnya return
saham.dapat diketahui
dimana n = banyaknya observasi
-
Menentukan a (tingkat signifikan) sebesar 0,05
-
Mencari nilai t a/2 (n-2) dari table
t (Anto Dajan, 1986:386)
39
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Sedangkan nilai t hitung diperoleh
melalui bantuan computer dengan
program SPSSfor windows yang dalam perhitungan secara matematis
adalah sebagai berikut:
b
Thitung = ---------Seb
-
Kriteria pengujian untuk hipotesis
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
H0 diterima bila = - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
H0 ditolak bila = ttabel > thitung < - ttabel
Dimana:
b
Menentukan kriteria pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
= koefisien regresi
Hasil perhitungan regresi linier sederhana pada masing-masing 18 perusahaan food and beverages dan ratarata dari ke 18 perusahaan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
1
Seb = standart error
1. PT Ades Waters Indonesia Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,025
-0,29
Sig.t
0,790
Konstanta
-0,875
r
0,65
r2
0,027
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
2. PT Aqua Golden Mississippi Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,020
-3,374
Konstanta
34,85
r
0,890
r2
0,79
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
3. PT Cahaya Kalbar Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,327
40
Konstanta
32,462
r
0,566
r2
0,32
Variabel terikat = return saham
T
Sig.t
0,043
Sig.t
-,90
0,39
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Konstanta
34,85
r
0,890
r2
0,79
KOMPETENSI
Variabel terikat = return saham
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
3. PT Cahaya Kalbar Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,327
T
Sig.t
-,90
0,39
Konstanta
32,462
r
0,566
r2
0,32
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
4. PT Davomas Abadi Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-67,264
T
Sig.t
-0,3
0,776
Konstanta
.227,606
r
0,77
r2
0,03
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
5. PT Delta Djakarta Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
0,088
T
Sig.t
,074
0,36
Konstanta
-22,08
r
0,527
r2
0,278
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
6. PT Fast Food Indonesia Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
0,220
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
2
T
Sig.t
,838
0,63
Konstanta
-2,728
r
0,728
r2
0,530
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
0,926
3,807
Konstanta
-4,383
r
0,90
r2
0,829
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Sig.t
0,032
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
signifikan
41
Konstanta
-2,728
r
0,728
r2
0,530
Variabel
terikat
=
return
saham
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
AnalisisTPengaruh
Earning
Per
Share
terhadap Return Saham
tabel (D/2=0,025) = 3,82
7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
0,926
3,807
Konstanta
-4,383
r
0,90
r2
0,829
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
8. PT Mayora Indah Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
0,95
T
Sig.t
0,032
Sig.t
0,225
0,836
Konstanta
29,005
r
0,29
r2
0,07
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
9. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
0,02
0,898
Sig.t
0,436
Konstanta
-59,057
r
0,460
r2
0,22
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
10. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
Variabel
Koefisien
T
Sig.t
Bebas
regresi
EPS (X)
0,033
0,292
0,789
Konstanta
-3,22
r
0,66
r2
0,028
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
42
Keterangan
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
3
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
11. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
0,000
T
Sig.t
0,026
0,98
Konstanta
-3,062
r
0,05
r2
0,000
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
12. PT Sekar Laut Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,075
T
Sig.t
-,272
0,293
Konstanta
-23,62
r
0,592
r2
0,350
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
13. PT Siantar TOP Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-2,836
T
Sig.t
-0,900
0,434
Konstanta
57,427
r
0,46
r2
0,23
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
14. PT Sierad Poduce Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,76
Konstanta
3,97
r
0,79
r2
0,626
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
T
Sig.t
-2,240
0,
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
43
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
4
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
15. PT SMART Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
0,294
T
Sig.t
0,875
0,446
Konstanta
93,36
r
0,45
r2
0,203
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
16. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Variabel
Koefisien
T
Bebas
regresi
EPS (X)
6,059
3,929
Konstanta
35,244
r
0,95
r2
0,837
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
17. PT Tunas Baru Lampung Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
6,396
T
Sig.t
0,029
Sig.t
,678
0,92
Konstanta
-47,082
r
0,696
r2
0,484
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
18. PT Ultra Jaya Milk Tbk
Variabel
Koefisien
Bebas
regresi
EPS (X)
8,792
T
Sig.t
2,337
0,0
Konstanta
-33,779
r
0,803
r2
0,645
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
19. Rata-rata 18 Perusahaan Food and Beverages
Variabel
Koefisien
T
Sig.t
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,043
-0,298
0,785
44
Konstanta
66,35
r
0,70
r2
0,029
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Keterangan
Tidak
signifikan
Konstanta
-33,779
r
0,803
r2
0,645
KOMPETENSI
Variabel terikat = return saham
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
19. Rata-rata 18 Perusahaan Food and Beverages
Variabel
Koefisien
T
Sig.t
Bebas
regresi
EPS (X)
-0,043
-0,298
0,785
Konstanta
66,35
r
0,70
r2
0,029
Variabel terikat = return saham
Ttabel (D/2=0,025) = 3,82
Keterangan
Tidak
signifikan
5
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan secara ringkas
pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan secara ringkas
No
Nama Perusahaan
PT Ades Waters
Indonesia Tbk
™
™
™
™
2
PT Aqua Golden
Mississippi Tbk
™
™
™
™
3
PT Cahaya Kalbar
Tbk
™
™
™
™
4
PT Davomas Abadi
Tbk
™
™
™
™
5
PT Delta Djakarta
Tbk
™
™
™
™
pada tabel berikut:
Keterangan
Y= -0,875 – 0,025X
Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
2,7 %
Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
97,3 %
- ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,287 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
Y = 34,85 – 0,020X
Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
79, %
Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
20,9 %
- thitung < - ttabel (-3,374 < -3,82) menerima Ha
dan menolak Ho. EPS berpengaruh signifikan
terhadap return saham
Y = 32,462 – 0,327X
Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
32, %
Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
67,9 %
- ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -,90 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
Y = .227,606 – 67,264X
Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
3, %
Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
96,9 %
- ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,3 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
Y = -22,08 + 0,088X
Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
27,8 %
Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
72,2 %
- ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,074 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
45
3, %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
96,9 %
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,3 < 3,82)
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap
Return Saham
menerima
Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
5
PT Delta Djakarta
™ Y = -22,08 + 0,088X
Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
27,8 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
72,2 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,074 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
6
PT Fast Food
™ Y = -2,728 + 0,220X
Indonesia Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
53 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
47 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,838 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
7
PT Indofood
™ Y = -4,383 + 0,926X
Sukses Makmur
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
Tbk
82,9 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
7,%
™ thitung > ttabel (3,807 > 3,82) menerima Ha dan
menolak Ho. EPS berpengaruh significan
terhadap return saham
8
PT Mayora Indah
™ Y = 29,005 + 0,95X
Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
,7 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
98,3 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82< 0,225< 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
9
PT Multi Bintang
™ Y = -59,057 + 0,02X
Indonesia Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
2,2%
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
78,8 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,898 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
0 PT Pioneerindo
™ Y = -3,22 + 0,033X
Gourmet
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
International Tbk
2,8 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
97,2 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,292 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT Prasidha Aneka ™ Y = -3,062
Niaga Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
0%
46
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
00 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,026 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
6
International Tbk
2
3
4
5
6
7
2,8 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
97,2 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,292 < 3,82)KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT Prasidha Aneka ™ Y = -3,062
Niaga Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
0%
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
00 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,026 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT Sekar Laut Tbk ™ Y = -23,62 – 0,075X
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
35 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
65 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -,272 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT Siantar TOP
™ Y = 57,427 – 2,836X
Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
2,3 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
78,7%
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -0,900 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
7
PT Sierad Produce ™ Y = 3,97 – 0,76X
Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
62,6 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
37,4 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < -2,240 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT SMART Tbk
™ Y = 93,36 + 0,294X
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
20,3 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
79,7 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 0,875 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
PT Tiga Pilar
™ Y = 35,244 + 6,059X
Sejahtera Food
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
Tbk
83,7 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
6,3 %
™ thitung > ttabel (3,929 > 3,82) menerima Ha dan
menolak Ho. EPS berpengaruh significan
terhadap return saham
PT Tunas Baru
™ Y = -47,082 + 6,396X
Lampung Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
48,4 %
47
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
5,6%
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,678 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
Tbk
83,7 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
6,3 %
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
™ thitung > ttabel (3,929 > 3,82) menerima Ha dan
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap
ReturnHo.
Saham
menolak
EPS berpengaruh significan
terhadap return saham
7 PT Tunas Baru
™ Y = -47,082 + 6,396X
Lampung Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
48,4 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
5,6%
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < ,678 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
8 PT Ultra Jaya Milk
™ Y = -33,779 + 8,792X
Tbk
™ Pengaruh EPS terhadap return saham sebesar
64,5 %
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini sebesar
35,5 %
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,82 < 2,337 < 3,82)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham
19 Rata-rata
™ Y = 66,351 – 0.043X
18 Perusahaan
™ Pengaruh EPS terhadap return saham
Food and
sebesar 2,9 %
Beverages
™ Pengaruh variabel lain di luar model ini
sebesar 97,1%
™ - ttabel < thitung < ttabel (-3,182 < 0,298 < 3,182)
menerima Ho dan menolak Ha. EPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
saham
Hasil analisis yang didapat dalam uji
t dari delapan belas perusahaan food
and beverages menunjukkan bahwa t
hitung < t tabel untuk lima belas perusahaan food and beverages, yaitu PT
PT Ades Waters Indonesia Tbk, PT PT
Cahaya Kalbar Tbk, PT Davomas Abadi
Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Fast
Food Indonesia Tbk, PT Mayora Indah
Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
Pioneerindo Gourmet International Tbk,
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk, PT Sekar Laut Tbk, PT Siantar TOP Tbk, PT
Sierad Produce Tbk, PT SMART Tbk,
PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Ultra
Jaya Milk Tbk.yang artinya bahwa earning per share tidak berpengaruh signifi48
kan terhadap return saham. Sedangkan
tiga perusahaan lainnya yaitu PT Aqua
Golden Mississippi Tbk, PT Indofood
Sukses Makmur Tbk dan PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk diperoleh t hitung
> t tabel yang artinya earning per share
berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
Berdasarkan hasil analisis data
pada rata-rata 18 peusahaan Food
and Beverages yang go public di Bursa
Efek Indonesia tahun 2003-2007, maka
diperoleh model regresi Y = 66,357
– 0,043X, pengaruh earning per share
terhadap return saham sebesar 2,9 %
dan pengaruh variabel lain di luar model
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 34-50
ini sebesar 97,1 %, dan Uji T menunjukkan - ttabel < thitung < ttabel (-3,182 < -0,298
< 3,182) yang berarti menerima Ho dan
menolak Ha. Dengan demikian EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa earning per share tidak berpengaruh signifian terhadap return saham
pada perusahaan Food and Beverages
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
tahun 2003-2007.
Oleh karena pengaruh EPS sangat
kecil (tidak signifikan) terhadap Return
Saham, maka diperlukan penelitian lanjutan yang menggunakan lebih dari satu
variabel independen.
Bagi investor yang akan melakukan investasi sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
return saham diantaranya kebijakan
dividen, karena kebijakan dividen akan
memberikan informasi bagi investor untuk mengetahui seberapa besar bagian
keuntungan perusahaan yang akan
dibagikan sebagai dividen. Selain itu,
kekuatan penawaran dan permintaan
saham yang mengakibatkan harga pasar saham di pasar modal berfluktuasi,
hal ini akan mempengaruhi keuntungan
atau kerugian dalam bentuk capital gain
atau capital loss yang akan diterima investor di masa mendatang.
Selain itu, investor juga sebaiknya
memperhatikan perkembangan yang
terjadi di setiap perusahaan dengan melihat prospek perusahaan dalam bentuk
laporan keuangan yang memuat jumlah aktiva dan pasiva, struktur hutang,
tingkat laba yang dicapai, kualitas dan
reputasi manajemen, pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industri, dan faktor ekonomi, sehingga para investor tidak akan
mengalami kerugian yang besar dalam
menginvestasikan modalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dajan, Anto.1986. Pengantar Metode
Statistik. Jilid 1. Cetakan 11. Jakarta:LP3ES
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy. 2008. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi
Kedua. Jakarta: Penerbit Selemba
Empat.
G:\Skripsi dan Teori Akuntansi, Manajemen Keuangan, Pengaruh Earning
Per Share terhadap Return Saham.
htm.
Husnan, Suad. 1993. Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
49
Sabaruddin dan Yuni Anggraini
Analisis Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: BPFE UGM.
Pamungkas, Yugo. 2002. Pengaruh
Tingkat Earning Per Share Return
Saham pada Perusahaan Food and
Beverages yang Go Public di Bursa
Efek Jakarta. Skripsi.JIPTUMM.
Prastowo, Dwi dan Julianty, Rifka. 2005.
Analisa Laporan Keuanga, Konsep
dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: STIM YKPN.
Puji Astutik, Esti. 2005. Pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan Debt Equity Ratio
(DER) terhadap Return Saham pada
Perusahaan Propery yang terdaftar
di BEJ. Skripsi. UNNES.
Rahayu. 2007. Pengaruh Earning Per
Share dan Debt Equity Ratio (DER)
terhadap Dividend Per Share (DPS):
Studi pada Perusahaan Makanan
dan Minuman yang terdaftar di BEJ
periode 2004-2006. Skripsi. UCY.
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
empat. Yogyakarta: BPFE UGM.
Subiyakto, Haryono. 2001. Statisitik Inferen untuk Bisnis. Ypgyakarta: STIE
YKPN
50
Sujana. 1992. Metoda Statistika. Edisi
Kelima. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan,
Teori, Konsep dan Aplikasi. Cetakan
Kedua. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisa Investasi dan manajemen Portofolio,
Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
UGM.
PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI SUKU
BUNGA SBI DAN NILAI KURS DOLLAR AS (USD)
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
Oleh: H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Abstrak
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Fluktuasi ini disebabkab oleh pengaruh yang sangat kompleks. Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Penelitian ini akan melihat Pengaruh Tingkat Inflasi,
Nilai Suku Bunga Sbi Dan Nilai Kurs Dollar As (Usd) Terhadap Indeks Harga Saham.
Data dianalisis dengan uji statistik yaitu uji serempak (F-test) dan uji parsial (t-test); uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas; serta koefisien
determinasi (R2).
Hasil pengujian regresi secara serentak menunjukkan adanya pengaruh antara variabel-variabel
tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs Harga Saham Gabungan.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel tingkat bunga SBI, inflasi berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan . Dan untuk pengujian secara parsial menunjukkan variabel-variabel nilai kurs dollar AS tidak berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan.
Dari ketiga variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap Indexs Harga Saham Gabungan adalah variabel tingkat bunga SBI dan
inflasi.
Keyword
Inflasi, suku bunga, nilai
kurs, Indeks Harga Saham, Pasar Modal
Penulis
H. Syamsul Hadi, Dosen
Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto
Yogyakarta
Yunita Muslimah, Alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
1. PENDAHULUAN
Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil,
juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar
modal sangat di pengaruhi oleh keadaan negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Keadaan di dalam
perusahaan dapat juga mempengaruhi naik atau turunnya
harga saham.
Berbagai informasi yang masuk di pasar modal maupun
kejadian-kejadian yang tidak berhubungan dengan pasar
modal dapat mempengaruhi volatilitas atau naik turunnya
harga saham (Iskandar, 2003). Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Pengaruh peristiwa-peristiwa dunia yang terjadi dan pergerakan indeks saham luar negeri menjadi faktor eksternal
yang dominan. Sedangkan faktor internal lebih dipengaruhi
51
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
oleh peristiwa-peristiwa dalam negeri
yang terjadi dan pengaruh dari pergerakan variabel-variabel ekonomi makro
lainnya seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat inflasi, suku
bunga (Deposite Rate), suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang beredar (money supply).
Banyak faktor yang mempengaruhi
fluktuasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Fluktuasi ini
disebabkab oleh pengaruh yang sangat
kompleks. Menurut Tandelilin (2001)
perkembangan pasar modal Indonesia
dapat dilihat dari gerakan IHSG yang
tampaknya sulit dilepaskan begitu saja
dari pengaruh berbagai perubahan kondisi ekonomi makro, sosial, politik maupun keamanan. Pergerakan IHSG yang
cenderung mengikuti pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika,
tingkat inflasi, suku bunga (Deposite
Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jumlah uang beredar
(money supply) menjadi ketertarikan
bagi peneliti apakah terdapat hubungan
antara IHSG dan variabel makrokonomi
tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai
Suku Bunga Sbi Dan Nilai Kurs Dollar As
(USD) Terhadap Indeks Harga Saham”.
Dengan melihat berbagai hal tersebut
di atas, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah: 1) Sejauh mana
nilai tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar
52
AS, dan tingkat inflasi, berpengaruh terhadap Indexs Harga Saham Gabungan.
2) Dari ketiga variabel yaitu tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat
inflasi manakah variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap Indexs
Harga Saham Gabungan .
Untuk menghindari meluasnya pembahasan masalah dalam penelitian ini
maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu: 1) Peneliti hanya meneliti
tentang Index Harga Saham Gabungan
di Indonesia periode 2005 sampai dengan 2007. 2) Variabel-variabel yang
mempengaruhi Index Harga Saham
Gabungan di Indonesia yang meliputi
tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS,
dan tingkat inflasi periode 2005 sampai
dengan 2007.
Adapun tujuan penelitian adalah
1) ingin mengetahui pengaruh tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat
inflasi terhadap naik turunnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG); dan
2) Untuk mengetahui variabel yang
dominan berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi: 1) investor, pengambil keputusan
perusahaan, untuk memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan
publik terutama pengaruh signifikan
tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS,
dan tingkat inflasi terhadap harga saham perusahaan publik. Selain itu juga
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
dapat memberikan informasi dan masukan yang dibutuhkan oleh pemegang
saham, kreditur dan pihak-pihak terkait
lainnya; 2) masyarakat dan peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kepustakaan,
menambah referensi dan sebagai salah
satu pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan dalam berinvestasi.
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari 1 tahun.
Sedangakan Bursa Efek adalah tempat
terjadinya jual beli sekuritas atau merupakan pasar modal dalam artian secara
fisik. Ada dua jenis pasar dalam perdagangan di pasar modal yaitu
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pasar Perdana terjadi saat perusahaan/emiten menjual sekuritasnya pertama kali kepada investor. Proses ini di
sebut IPO (Initial Public Offering) atau
penawaran umum. Sebelum perusahaan menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan akan mengeluarkan
informasi mengenai perusahaan secara
detail (disebut juga prospektus). Proses
Penawaran umum di Pasar Perdana:
2.1. PASAR MODAL
Pasar Modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana atau biasa disebut sebagai
lembaga perantara (Intermediaries).
Pengertian lainnya yaitu pasar untuk
a. Pasar Perdana
Gambar 1. Penawaran umum di Pasar Perdana
Profesi pendukung pasar perdana
yaitu : 1) Underwriter (penjamin emisi)
ditunjuk oleh emiten untuk membantu
dalam penentuan harga perdana saham
dan membantu memasarkan sekuritas
pada investor; 2) Akuntan publik, notaris
dan konsultan hukum.
53
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b. Pasar Sekunder
Pasar sekunder terjadi setelah sekuritas dijual di pasar perdana, selanjutnya
sekuritas diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Di pasar
sekunder, investor dapat melakukan
perdagangan untuk mendapat keuntungan, sehingga pasar sekunder memberi
likuiditas kepada investor bukan kepada
perusahaan (emiten). Sekuritas yang diperdagangkan di pasar sekunder yaitu
saham biasa, saham preferen, obligasi,
obligasi konversi, waran, right dan reksadana. Perdagangan di pasar sekunder
dilakukan di 2 jenis pasar : 1) Pasar lelang (auction market) dan 2) Pasar negosiasi (negotiated market).
kteristik obligasi dan saham biasa.
Pemegangnya tidak memiliki hak
suara.
b. Saham biasa merupakan sekuritas
yang menunjukkan bahwa pemegangnya mempunyai kepemilikan
atas asset perusahaan. Pemegangnya memiliki hak suara dalam
RUPS.
b. Obligasi
Ada beberapa macam instrumen
pasar modal yaitu:
Obligasi merupakan sekuritas yang
memberikan pendapatan tetap kepada
pemiliknya. Pendapatan dari bunga dan
pembayaran kembali nilai par (par value)
saat jatuh tempo. Risiko obligasi : bila
obligasi tidak terbayar kembali karena
kegagalan penerbitnya memenuhi kewajiban. Jenis-jenis obligasi yang lain:
1. Zero coupon bond; 2. Call provision;
3. Obligasi konversi
a. Saham
c. Reksadana
Saham merupakan bukti kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Dengan memiliki
saham suatu perusahaan, seorang investor berhak atas pendapatan dan
kekayaan perusahaan setelah dikurangi
pembayaran kuajiban perusahaan. Saham terdiri dari dua jenis yaitu :
Reksadana (Mutual Fund) merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemiliknya menitipkan sejumlah dana
kepada perusahaan reksadana untuk
digunakan sebagai modal investasi baik
di pasar modal maupun di pasar uang.
Perusahaan reksadana menghimpun
dana dari masyarakat untuk kemudian
diinvestasikan dalam bentuk portofolio
yang dibentuk oleh manajer investasi.
Dua jenis reksadana : 1. Reksadana ter-
2.1.1. Instrumen Pasar Modal
a. saham preferen merupakan saham
yang mempunyai kombinasi khara54
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
buka (open-ended). 2. Reksadana tertutup (closed-ended).
d. Instrumen derivatif
Instrumen Derivatif merupakan
sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang
ditetapkan sebagai patokan. Beberapa
instrumen derivatif : waran, bukti right,
opsi dan futures.
2.2. INVESTASI
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang
dilakukan saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.
Macam-Macam bentuk investasi :
1. Investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya : tanah, emas, bangunan dll
Tujuan Investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor (kesejahteraan moneter). Sumber dana untuk investasi sebagai berikut : 1) asset yang
dimiliki saat ini; 2) pinjaman dari pihak
lain; 3)tabungan.
Ada beberapa dasar keputusan investasi yaitu sebagai berikut :
1. return merupakan tingkat keuntungan investasi
a. expected return (return yang diharapkan).
b. realized return (return aktual).
2. risiko merupakan kemungkinan return aktual berbeda dengan return
yang diharapkan
a. risiko sistematis (systematic risk)
atau risiko pasar (general risk).
2. Investasi pada asset finansial (financial assets):
b. risiko tidak sistematis (unsystematic risk ) atau risiko perusahaan
(risiko spesifik ).
a. Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI, dll
Proses Keputusan Investasi (merupakan on going process):
b. Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant dll
55
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
Gambar 2. Proses Keputusan Investasi
2.3. INDEKS HARGA SAHAM
Indeks harga saham adalah suatu
indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Indeks berfungsi sebagai
indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar
pada suatu saat, apakah pasar sedang
aktif atau lesu. Di Bursa Efek Indonesia
terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu:
1) Indeks Individual, menggunakan
indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang
tercatat di BEI.
2) Indeks Harga Saham Sektoral,
menggunakan semua saham yang
termasuk dalam masing-masing
56
sektor, misalnya sektor keuangan,
pertambangan, dan lain-lain. Di BEI
indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka
industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan
dan jasa, dan manufaktur.
3) Indeks Harga Saham Gabungan
atau IHSG (Composite Stock Price
Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
4) Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas
perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Setiap 6 bulan terdapat saham-sa-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
ham baru yang masuk kedalam LQ
45 tersebut.
5) Indeks Syariah atau JII (Jakarta
Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam
Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata
lain, dalam Indeks ini dimasukkan
saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam.
Saham-saham yang masuk dalam
Indeks Syariah adalah emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: 6) Indeks Papan Utama dan Papan
Pengembangan, yaitu indeks harga
saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan
Utama dan Papan Pengembangan.
7) Indeks KOMPAS 100 merupakan
Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan
harian KOMPAS. Indeks ini meliputi
100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut :
1. Telah tercatat di BEJ minimal 3
bulan.
a) Usaha perjudian dan permainan
yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Saham tersebut masuk dalam
perhitungan IHSG (Indeks Harga
Saham Gabungan).
b) Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan
pola perdagangan di bursa, BEI
dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam
proses perhitungan indeks harga
100 saham.
c) Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman
yang tergolong haram
d) Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat
mudarat
4. Masuk dalam 150 saham dengan
nilai transaksi dan frekwensi
transaksi serta kapitalisasi pasar
terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir.
5. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlah57
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
nya menjadi 60 saham dengan
mempertimbangkan nilai transaksi terbesar.
6. Dari sebanyak 90 saham yang
tersisa, kemudian dipilih sebnyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan frekwensi transaksi serta
nilai kapitalisasi pasar di pasar
reguler, dengan proses sebagai
berikut:
(a) Dari 90 sisanya, akan dipilih
75 saham berdasarkan hari
transaksi di pasar reguler.
(b) Dari 75 saham tersebut akan
dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di
pasar reguler.
(c) Dari 60 saham tersebut akan
dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar.
7. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham
dari hasil perhitungan butir (b)
ditambah dengan daftar saham
hasil perhitungan butir (c)
8. Daftar saham yang masuk dalam
KOMPAS 100 akan diperbaharui
sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan
pada bulan Agustus.
58
2.4. INFLASI
2.4.1. Pengertian inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan yang
mengakibatkan naiknya harga secara umum atau proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus
menerus (kontinu). Dengan kata lain,
inflasi merupakan proses menurunnya
nilai uang secara kontinu. Infasi meerupakan proses suatu peristiwa dan bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat haarga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap
inflasi jika terjadi proses kenaikan harga
yang terus menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Di dalam definisi
inflasi tersebut tercakup tiga aspek penting, yaitu :
a) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti
mungkin saja tingkat harga yang terjadi/aktual pada waktu tertentu turun
naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukan kecenderungan yang meningkat.
b) Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, yang
berarti bukan terjadi pada suatu
waktu saja.
c) Mencakup pengertian tingkat harga
umum, berarti tingkat harga yang
meningkat bukan hanya pada satu
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
waktu atau beberapa komoditas
saja.
2.4.2. Penggolongan Inflasi
1) Berdasarkan sumber timbulnya inflasi
Berdasarkan sumber timbulnya, inflasi dibedakan menjdi dua yaitu :
a) Inflasi yang berasal dari dalam
negeri, misalnya sebagai akibat
terjadinuya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya
pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal; b) inflasi
yang berasal dari luar negeri, yaitu
inflasi sebagai akibat naiknya harga
barang impor. Hal ini bisa terjadi
akibat biaya produksi barang di luar
negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
2) Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga
Jika kenaikan harga secara umum
hanya berkaitan dengan beberapa
barang tertentu secara kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation)
dan apabila kenaikan harga terjadi
secara keseluruhan disebut inflasi
terbula (open inflation), sedangkan
apabila seranganinflasi demikian
hebatnya dan setiap aset hargaharga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dpat menahan
uang lebih lama disebabkan nilai
uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (hyper inflation).
3) Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi
Berdasarkan parah atau tidaknya,
inflasi dapat digolongkan : a) Inflasi
ringan (dibawah 10% setahun); b)
Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun); c) Inflasi berat (antara 30%100% setahun), dan d) Inflasi tak
terkendali (di atas 100% setahun).
Penggolongan inflasi berdasarkan
parah atau tidaknya ini berguna untuk
melihat dampak dari inflsai yang bersangkutan. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai penagaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik,
yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang menjadi bergairah untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hyper
inflation) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu, orang menjadi tidak bersemangat
bekerja, menabung atau para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atua karyawan swasta serta kaum
buruh akan kewalahan menanggunug
59
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu.
Demikian juga pengusaha yang
bergerak dalam menghasilkan barang.
Kenaikan harga yang begitu cepat, menyebabkan mereka takut memproduksi
barang, karena seringkali pada asaat
barang siap dijual, harga jual tidak dapat
menutupi biaya untuk membeli bahan
mentah dan pembantu berikutnya kaena
harga sudah meningkat lagi, sehingga
orang yang memiliki modal lebih mudah
berspekulasi dengan membeli barang,
kemudian menyimpannya dan menjualnya saat harga tertinggi. Dengan kata
laian, investasi dan produksi digantikan
dengan penumpukan barang sebagai
akibat barang dan jasa semakin langka,
harga semakin cepat naiknya, nilai uang
merosot luas dan selanjutnya bila semua
orang beranggapan harga akan selalu
menjadi lebih tinggi di kemudian hari,
akan semakin memperparah keadaan
perekonomian.
1
2.4.3. Sebab-sebab timbulnya inflasi
1) Tarikan permintaan (Demand full
Inflation)
Bertambahnya permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa
menyebabkan bertambahnya per1
mintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap
produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi
terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang berasangkutan berada
dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan
total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga
dikenal dengan istilah Demand full
Inflation.
2) Desakan biaya (Cost Push Inflastion)
Baiasanya pada batas demand inflation ada kecenderungan untuk
meningkatkan produksinya akibat
meningkatnya permintaan dari masyarakat, akan tetapi kenaikan harga tersebut diikuti dengan menurunnya omzet penjualan sebagai akibat
kelesuan pasar sekalipun harga
meningkat
namun
pendapatan
nyata berkurang karena penurunan
penawaran agregat. Inflasi yang
terjadi karena penurunan agregat
sering disebut cost push inflation.
3) Inflasi campuran
Inflasi campuran adalah inflasi yang
terjadi disebabkan oleh kombinasi
Drs. Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen Keuangan, edisi pertama penerbit BPFE, Yogyakarta. Hal
139
60
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
(campuran) antara unsur inflasi tarikan permintaan dan inflasi dorongan
biaya.
4) Inflasi impor (imported inflation)
imported inflation adalah inflasi yang
terjadi karena pengaruh inflasi dari
luar negeri. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya perdagangan antarnegara. Pengaruh ekonomi luar
negeri dapat mempengaruhi ekonomi dalam negeri misalnya suatu
negara sedang mengalami inflasi,
kemudian barang tersebut menjadi
lebih mahal.
2.4.4. Pengukuran laju inflasi
Untuk menentukan berapa besar
kenaikan harga barang terlebih dahulu
dihitung angka indeks harga. Angka indeks harga adalah perbandingan hargaharga tertentu pada suatu periode yang
berbeda atau pada periode yang sama
dalam bentuk persentase. Peranan indeks harga dalam kehidupan perekonomian suatu negara sangat besar, diantaranya pemerintah dapat mengetahui
berapa persen tingkat inflaasi selama
satu tahun.
2.4.5. Cara-cara mengatasi inflasi
dengan jumlah uang yang beredar, tetapi juga dengan jumlah barang dan jasa
yang tersedia dalam perekonomian.
Oleh karena itu, untuk menanggulangi
inflasi yang utama ialah bagaimana
menekan laju pertumbuhan jumlah uang
yang beredar. Untuk mencapai sasaran
dalam mengatasinya ada 3 kebijkan
yang dapat ditempuh, yaitu :
1) Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah segala
kebijakan pemerintah di bidang
moneter (keuangan) yang bertujuan
menjaga kestabilan moneter untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan moneter dilakukan melalui Bank Indonesia sebagai bank
sentral. Kebijakan moneter tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Politik diskonto terhadap Bank
Umum
Bank Indonesia memerintah
bank umum agar mengurangi
atau mempersempit pemberian kredit kepada masyarakat
dengan cara menaikan bunga
pengaman sehingga uang yang
beredar akan menurun.
Beberapa ahli ekonomi, baik dari
kaum klasik maupun keynes menyetujui
bahwa inflasi tidak hanya ada kaitannya
61
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b) Politik pasar terbuka
Bank indonesia akan menjual
surat-surat berharga (obligasi)
ke pasar modal. Apabila surat
berharga ini terjual, maka uang
masyarakat dari peredaran
akan masuk ke bank sentral sehingga uang yang beredar akan
berkurang.
sentral (Bank Indonesia) berusaha mempengaruhi bank-bank
umum dalam hal aturan pemberian kredit kepada nasabah.
2) Kebijakan fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan denagan kebijakan
moneter. Ada 3 caara yang dilakukan sebagai berikut :
c) Menaikkan cash ratio
Untuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar bank sentral
dapat mengubah-ubah besarnya
rasio kas. Bank sentral pada
umumnya menentukan angka
banding minimum antara uang
tunai dengan kewajiban giral
bank. Angka banding tersebut
biasa disebut minimum cash ratio. Bila pemerintah menurunkan
minimum kas rasio, maka dengan uang tunai yang sama bank
dapat menciptakan uang lebih
banyak dari jumlah uang yang
beredar pemerintah akan menaikan minimum kas rasio bank, supaya uang tertahan di kas lebih
banyak.
d) Kebijakan kredit
Kebijakan kredit dapat dilakukan dengan cara pemberian
kredit seecara selektif. Bank
62
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
Inflasi dapat timbul dari sektor
swasta dan sektor pemerintah.
Apabila sektor swasta dapat
dibendung
pengeluarannya
dengan menerapakan politik
moneter, maka pemerintah harus bersedia menekan anggaran
pengeluaranya.
b. Menaikan tarif pajak
Jika tarif pajak dinaikan tentu uang yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin
berkurang sehingga harga akan
turun. Tentu saja pemerintah
perlu pula mempertimbangkan
golongan masyarakat mana
yang harus dinaikan pajaknya
agar tidak terjadi ketimpangan.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
c. Mengadakan pinjaman pemerintah
Pelaksanaanya dapat dilakukan
secara otomatis tanpa kompromi
terlebih dahulu, misalnya agar
uang tidak terlalu banyak beredar, pemerintah menerapkan kebijakan memotong sekian persen
dari gaji pegawai negeri.
3) Kebijakan Non moneter (kebijakan
riil)
Kebijakan ini bisa ditempuh dengan
cara berikut :
a. Menaikan hasil produksi
Dengan meningkatkan hasil
produksi berarti tingkat konsumsi akan bertambah, cara ini akan
menambah uang beredar.
b. Kebijakan upah
Pemerintah menganjurkan kepada serikat-serikat buruh untuk
tidak menuntut kenaikan upah
selagi masih inflasi.
c. Pengawasan harga
Agar harga barang tidak selalu
naik, pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu menetapkan harga. Penga-
wasan yang tidak intensif dapat
menimbulan pasar gelap (black
market). Cara ini membutuhkan
pengawasan haraga yang serius.
Jika perlu pemeirntah melakukan
pendistribusian barang-barang
kebutuhan masyarakat secara
langsung seperti pada zaman
orde lama. Langkah lain untuk
mengatasi inflasi adalah dengan
melakukan sanering, yaitu dengan cara menurunkan nilai nominal rupiah.
2.4.6. Dampak inflasi
1) Dampak inflasi terhadap perekonomian adalah sebagai
berikut:
1. Investasi berkurang.
2. Mendorong tingkat bunga.
3. Mendorong tindakan spekulatif.
4. Menimbulkan
kegagalan
pelaksanan pembangunan.
5. Menimbulkan
ketidakpastian keadaan ekonomi masa
yang akan datang.
6. Menyebabkan daya saing
produk nasional berkurang.
63
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
7. Menimbulkan defisit neraca
pembayaran.
8. Merosotnya
masyarakat.
kesejahteraan
2) Dampak inflasi bagi masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Masyarakat berpenghasilan
tetap.
2.5. SUKU BUNGA
Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan
suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang
pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersbut disebut
“pokok utang” (principal). Persentase
dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu
periode tertentu disebut “suku bunga”.
2) Kreditur atau debitur.
-
-
Debitur akan diuntungkan karena pada saat
pembayaran ia membayar dengan nilai riil
yang sudah menurun.
Kreditur akan menerita
kerugian karena nilai
uang yang diterima pada
saat pembayaran telah
menurun.
3) Memperbesar kesenjangan
distribusi pendapatan.
4) Menguntungkan para spekulan.
5) Mempengaruhi para pedagang/ industriawan/ pengusaha.
64
2.6. NILAI TUKAR ATAU KURS
Nilai tukar uang adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain atau harga mata
uang suatu negara dalam unit komoditas (seperti emas dan perak). Nilai tukar
ini sebenarnya semacam perbandingan
harga atau nilai antara kedua mata uang
tersebut. Perbandingan inilah yang
sering disebut ‘kurs’ (exchange rate).
Misalnya, kurs atau nilai tukar Dollar
AS adalah US$=Rp5.700,- berarti bahwa Rp 5.700,- dapat ditukar dengan 1
US$/5.700 rupiah, tapi dalam kenyataannya sering terdapat berbagai tingkat
kurs untuk valuta asaing. Perbedaaan
kurs ini timbul karena beberapa hal yaitu:
a. Perbedaan antara kurs beli dan jual
oleh para pedagang valuta asing/
bank. Kurs yang dibeli adalah kurs
yang dipakai apabila para pedagang
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
valuta asing/bank membeli valuta
asing, dan kurs jual apabila mereka
menjual. Selisih kurs merupakan
keuntungan bagi para pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan
oleh perbedaan dalam waktu pembayarannya. Kurs TT (telegraphic
tranfer) lebih tinggi daripada kurs MT
(mail tranfer), sebab perintah/order
pembayaran dengan menggunakan
telegram dengan bank merupakan
penyerahan valuta asing dengan
segera atau lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan
dalam penerimaan hak pembayaran
yang berasal dari bank asing yang
sudah terkenal (bonafide) kursnya
lebih tinggi daripada yang belum terkenal.
Apabila pemerintah suatu negara
mengatur nilai tukar mata uangnya,
maka diklasifikasikan sebagai sistem
kurs tetap (fixed exchange rate). Sedangkan jika besarnya nilai tukar diserahkan
kepada mekanisme pasar tanpa campur
tangan pemerintah, diklasifikasikan sebagai sistem kurs mengambang (floatig
exchange rate). Suatu mata uang dikatakan konvertibel (convertible currency) apabila mata uang tersebut bisa dipertukarkan secara bebas dengan mata
uang negara lain.
2.6.1. Sistem Nilai Tukar
Ada berbagai sistem nilai tukar yang
diterapkan oleh negara-negara di dunia
termasuk juga di Indonesia, yaitu:
a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)
Sistem nilai tukar tetap menetapkan
nilai tukar terhadap suatu mata uang
tertentu (misal: US$) atau terhadap
sekeranjang mata uang (gabungan
antara banyak mata uang yang lain)
sama dengan menetapkan harga
relatif mata uang di pasar valuta asing. Untuk mempertahankan nilai
tukar tetap ini bank sentral harus
melakukan intervinsi dengan membeli atau menjual mata uang dengan
nilai tukar yang sudah ditentukan.
Biasanya kebijakan ini dipakai untuk
menjaga stabilitas nilai tukar.
b. Sistem nilai tukar mengambang
(floating exchange rate)
Sistem nilai tukar mengambang
adalah mengambangkan nilai tukar
mata uang di pasar valuta asing.
Dengan mengambangkan nilai tukar
mata uang artinya nilai tukar tersebut ditentukan sepenuhnya dengan
perimbangan penawaran dan permintaan di pasar valuta asing, tidak
ada campur tangan otoritas moneter
dalam menentukan nilai tukar tersebut. Otoritas moneter bisa mene65
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
tapkan suplai rupiah, membiarkan
pasar valas menentukan nilai tukar
Rp terhadap US$ dan sasaran kebijakan moneter lebih terfokus dan
lebih efektif untuk pengendalian inflasi:
c. Sistem nilai tukar mengambang
terkendali (managed floating exchange rate syatem)
Sisten nilai tukar terkendali adalah
mengambangkan nilai tukar, tetapi
berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar nilai
tukar tersebut berada dalam target
yang ditentukan. Misalnya, penentuan band (rentang) nilai tukar, penetapan nilai tukar ganda untuk berbagai transaksi, dan seterusnya.
2.6.2. Perubahan kurs
Sebagaimana layaknya harga maka
kurs juga bisa naik atau turun, kurs juga
mempunyai sifat volatile yakni kurs valas itu peka untuk berubah. Adapun ketentuannya yaitu:
a) Kurs valas naik disebut apresiasi
jika penyebab kenaikannya adalah
kekuatan pasar.
b) Kurs valas turun disebut depresiasi jika penyebab turunnya adalah
kekuatan pasar.
2
c) Kurs valas naik disebut revaluasi
jika penyebab kenaikannya adalah
kebijakan pemerintah.
d) Kurs valas turun disebut devaluasi
jika penyebab turunya adalah kebijakan pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga bahwa tingkat suku bunga
SBI berpengaruh negatif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan.
2. Diduga bahwa nilai kurs dollar AS
berpengaruh positif terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
3. Diduga bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode studi kasus. Metode
penelitian yang menggunakan metode
kasus, merupakan penelitian yang rinci
mengenai suatu obyek tertentu, selama
kurun waktu tertentu termasuk lingkun2
gannya dan kondisi masa lalunya .
Husein Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta. Hal 43
66
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
3.2. Variabel Penelitian
a) Variabel terikat (dependent variabel)
adalah Index Harga Saham Gabungan .
b) Variabel bebas (independent variabel) adalah tingkat bunga SBI, nilai
kurs dollar AS, dan tingkat inflasi.
3.3. Data Yang Dipergunakan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari sumber tidak
langsung yang biasanya berupa dokumentasi dan arsip-arsip resmi baik bersumber dari perpustakaan, litelatur, dan
catatan dari perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan data yang diolah. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang didapat dari
data sekunder runtut waktu yaitu tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat
inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), data bulanan dari tahun 2005
sampai dengan 2007 Data sekunder
lainnya yang juga dibutuhkan yaitu sejarah berdirinya BEI, struktur organisasi
BEI, profil dari BEI,.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode historical record,
yaitu memperoleh data dengan jalan
mencatat data-data historis dalam peru-
sahaan untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis data yang digunakan adalah tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar AS, tingkat
inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan,
dari tahun 2005 sampai dengan 2007.
Data diperoleh tidak secara langsung
dari Bursa Efek Indonesia, melainkan
memanfaatkan jasa Pojok Bursa Efek
Jakarta UII (BEJ) dan melalui interface
berupa jaringan internet di alamat: www.
idx.co.id.
3.5. Metode Analisis Data
Dalam penelitian metode ini yang
akan digunakan adalah metode analisis
sebagai berikut:
3.5.1. Regresi linier berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan regresi linier berganda. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh vaariabel-variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat atau yang dipengaruhi (dependen).
Pada model regresi linear sederhana
hanya membutuhkan dua variabel, namun bila variabel yang digunakan lebih
dari dua maka disebut model regresi
berganda. Ketentuan-ketentuan yang
digunakan untuk regresi linear sederhana dapat diterapkan pada regresi berganda, sebagai tambahannya adalah
uji multikolinearitas. Hal ini dikarenakan
pada model regresi berganda terdapat
lebih dari satu variabel bebas, di mana
multikolinearitas tersebut menjelaskan
67
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
apakah terdapat korelasi antar variabel
bebas. Hubungan kedua variabel tersebut ditunjukan dengan persamaan garis
3
regresi sederhana sebagai berikut :
Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
dimana:
Y1 = indeks harga saham gabungan
a = konstanta
b1 = koefisien regresi tingkat bunga
SBI
b2 = koefisien regresi nilai kurs dollar
AS
b3 = koefisien regresi tingkat inflasi
X1 = tingkat bunga SBI
X2 = nilai kurs dollar AS
X3 = tingkat inflasi
3.5.2. Analisis Kuantitatif
Analisis Kuantitatif yaitu analisis untuk mengambil suatu kesimpulan yang
berdasarkan hasil perhitungan angkaangka yang terkumpul dengan menggunakan alat uji statistik. Adapun alat
statistik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu:
3.5.2. 1. Uji statistik
1) Uji serempak (F-test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh semua variabel
independen yaitu tingkat bunga SBI,
nilai kurs dollar AS, dan tingkat inflasi
secara serentak dapat mempengaruhi
variabel dependen yaitu Index Harga
Saham Gabungan. Pengujian dilakukan
4
dengan uji F-test.
Hipotesisnya dapat ditulis sebagai
berikut:
H0 = 0: tidak ada pengaruh tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar
AS, dan tingkat inflasi terhadap Index Harga Saham
Gabungan.
Hi = 0 : ada pengaruh tingkat bunga
SBI, nilai kurs dollar AS, dan
tingkat inflasi terhadap Index
Harga Saham Gabungan .
Kriteria pengujian:
a) Tolak Ho jika harga Fh≥Ft,
Artinya bahwa secara serentak
variabel independen yaitu tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan
Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar Statistik Terapan Untuk Ekonomi, Edisi Kedua penerbit FE
UII, Yogyakarta. Hal 108
4
Ibid, hal.136
3
68
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
tingkat inflasi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
dependen yaitu Index Harga Saham
Gabungan .
b) Terima Ho jika harga Fh<Ft
Artinya bahwa secara serentak variabel independen yaitu tingkat bunga
SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat
inflasi tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel
dependen yaitu Index Harga Saham
Gabungan.
a) Ho diterima apabila, -ttabel d” thitung d” +ttabel
Artinya hubungan tingkat bunga
SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat
inflasi terhadap Index Harga Saham
Gabungan serta . tidak signifikan.
b) Ho ditolak apabila thitung < -ttabel >
+ttabel
Artinya hubungan tingkat bunga
SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat
inflasi terhadap Index Harga Saham
Gabungan serta . signifikan.
Perhitungan mencari Ftabel = α (nk-1)
2) Uji parsial (t test)
Untuk mengetahui keterandalan r
sebagai penaksir , perlu dilakukan pengujian dengan uji statistik ’t’, dengan formulasi:
5
)
Setelah mencari thitung, maka langkah selanjutnya dengan mencari ttabel,
berdasarkan taraf signifikansi 5%.
2)
Perhitungan mencari ttabel = α/2 (n-
Daerah Terima Ho
Daerah tolak Ho t
t daerah tolak Ho
0
Gambar
Kurva t hitung
Gambar
1.11.1Kurva
t hitung
3.5.2. 2. Uji asumsi klasik
a) Uji normalitas
Yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi mempunyai
disrtribusi sebaran data normal atau
tidak. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,01 maka dapat disimpulkan
data berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
5
Ibid, hal.152
69
2
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
b) Uji linearitas (Metode LM)
Uji linearitas digunakan untuk menguji linear tidaknya suatu data yang
dianalisis yaitu variabel independen
terhadap variabel dependen, maka
uji linearitas dengan uji F.
c) Uji multikoleniaritas
Uji multikolenieritas dilakukan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adnya kolerasi yang sempurna antar variabel bebas. Model
yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi yang sempurna diantara
variabel bebas. Untuk mengetahui
ada tidaknya multikoleniaritas di
dalam suatu model dipakai cara deteksi : Besaran VIF (varians inflation
Faktor) dan Tolerance. Apabila Tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai
VIF di atas 10, maka terjadi multikoleniaritas.
Koefisien korelasi antar variabel independen harus lemah (di bawah 0,5).
Jika korelasi kuat maka terjadi problem
multikoleniaritas.
Cara mengobati masalah multikoleniaritas:
-
transformasi variabel
-
menambah data baru
d) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan.
Akibat dari adanya heteroskedastisitas
pada hasil regresi adalah sebagai berikut:
-
Varians tidak lagi minimum
-
Pengujian dari koefisien regresi
menjadi kurang kuat
Cara mendeteksi masalah multikoleniaritas :
-
Koefisien penaksir menjadi bias
-
-
Kesimpulan yang diambil menjadi
salah
-
6
Nilai R² yang dihasilkan sangat
tinggi, tapi tingkat signifikansi variabel bebas berdasarkan uji t statistik
sangat kecil atau bahkan tidak ada
variabel bebas yang signifikan,
Menggunakan korelasi parsial
Untuk menguji ada tidaknya kasus
heteroskedastisitas pada regresi dapat
dilakukan dengan metode pengujian
6
Park . Park memformalkan metode grafik
dengan menyarankan bahwa σ² adalah
Damodar Gujarati,1995, Ekonometrika Dasar, Jakarta : Erlangga.
70
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
suatu fungsi yang menjelaskan X¡. Bentuk fungsi yang disarankan adalah:
pada 0d” R2d”1. Semakin mendekati 1
berarti modelnya semakin baik.
In σi² = In σ² + β In X +υ
3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi R2 ini digunakan untuk
mengukur proporsi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai R2 adalah terletak
4.1. DATA HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 6.1
Tabel 1.bunga SBI, nilai kurs dollar AS dan tingkat
Data hasil penelitian IHSG, , tingkat
Data hasil penelitian IHSG, , tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar AS dan
tingkat inflasi.
inflasi.
BULAN
Januari 2005
Y1
045.44
Y2
6.500
X1
7.42
X2
9665.00
X3
7.32
Februari 2005
Maret 2005
April 2005
Mei 2005
Juni 2005
Juli 2005
Agustus 2005
September 2005
Oktober 2005
November 2005
Desember 2005
Januari 2006
Februari 2006
Maret 2006
April 2006
Mei 2006
Juni 2006
Juli 2006
Agustus 2006
September 2006
Oktober 2006
November 2006
Desember 2006
Januari 2007
Februari 2007
Maret 2007
April 2007
Mei 2007
Juni 2007
073.83
080.7
029.6
088.7
22.38
82.30
050.09
079.28
066.22
096.64
62.64
232.32
230.66
322.97
464.4
330.00
30.26
35.65
43.26
534.62
582.63
78.96
805.52
757.26
740.97
830.92
999.6
2084.32
239.28
5.400
6.00
5.00
2.900
2.650
2.850
.000
0.900
0.200
0.950
.650
0.800
.000
0.500
0.550
9.550
9.500
9.300
0.00
0.350
9.850
9.950
0.200
0.350
0.850
0.600
0.850
.00
.50
7.43
7.44
7.70
7.95
8.25
8.49
9.5
0.00
.00
2.25
2.75
2.75
2.74
2.73
2.74
2.50
2.50
2.25
.75
.25
0.75
0.25
9.75
9.50
9.25
9.00
9.00
8.75
8.50
9760.00
9980.00
0070.00
9995.00
023.00
039.00
0740.00
080.00
0590.00
0535.00
0330.00
9895.00
9730.00
9575.00
9275.00
9720.00
9800.00
9570.00
9600.00
9735.00
960.00
9665.00
9520.00
9590.00
9660.00
968.00
9583.00
9328.00
9554.00
7.5
8.8
8.2
7.40
7.42
7.84
8.33
9.06
7.89
8.38
7.
7.03
7.92
5.74
5.40
5.60
5.53
5.5
4.90
4.55
6.29
5.27
6.60
6.26
6.30
6.52
6.29
6.0
5.77
71
Juli 2006
35.65
9.300
2.25
9570.00
5.5
Agustus 2006
43.26
0.00
.75
9600.00
4.90
September 2006
534.62
0.350
.25
9735.00
4.55
Oktober
0.75
960.00
6.29
H. Syamsul
Hadi2006
dan Yunita582.63
Muslimah 9.850
Pengaruh Tingkat
Inflasi,2006
Nilai Suku 78.96
Bunga SBI dan Nilai
Kurs Dollar
AS (USD) 9665.00
Terhadap Indeks Harga
November
9.950
0.25
5.27 Saham
Desember 2006
805.52
0.200
9.75
9520.00
6.60
Januari 2007
757.26
0.350
9.50
9590.00
6.26
Februari 2007
740.97
0.850
9.25
9660.00
6.30
Maret 2007
830.92
0.600
9.00
968.00
6.52
April 2007
999.6
0.850
9.00
9583.00
6.29
Mei 2007
2084.32
.00
8.75
9328.00
6.0
Juni 2007
239.28
.50
8.50
9554.00
5.77
Juli 2007
2348.67
0.000
8.25
9686.00
6.06
Agustus 2007
294.34
9.550
8.25
990.00
6.5
September 2007
2359.2
9.400
8.25
9637.00
6.95
Oktober 2007
2643.49
0.000
8.25
9603.00
6.88
November 2007
2688.33
8.400
8.25
9876.00
6.7
Desember 2007
2745.83
8.500
8.25
999.00
6.59
Sumber:
www.bi.go.id
Sumber
: www.bi.go.id
4.1.1. Regresi Linier Berganda
1. Regresi
Linier
Berganda
Setelah
dilakukan
regresi
linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
Tabel
2. 4.1
Hasil
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Model
(Constant)
SukuBungaSBI
Kurs Dollar
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
6820.464
230.56
26.720
8.670
-.499
.22
-58.567
34.466
Standardized
Coefficients
Beta
.096
-.358
-.5
Sumber: :Lampiran
Lampiran3,3,data
datadiolah
diolah
Sumber
t
2.963
.327
-2.352
-.699
3
sig
.006
.746
.025
.099
Model regresi linier berganda untukTabel 4.2
Berdasarkan hasil perhitungan di
Ringkasan
hasil atas,
uji multikolinearitas
mengetahui pengaruh variabel
bebas
maka hasil koefisien regresinya
yang terdiri dari tingkat suku bunga SBI, dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Dependent
Independent
Colinearity Statistic
Multikolinearitas
kurs, inflasi terhadap IHSG di Bursa
Variable
Variable
Tolerance
VIF
a. Nilai konstanta
Efek Indonesia (BEI) dapat
Xdiformulasi- .220
4.539 (a = 6.820,464)
Tidak ada artiY berikut:
X2
.828 nya tanpa
.208pengaruhTidak
kan sebagai
kurs,adainflasi,
X3
.2 suku bunga
4.730 SBI, IHSG
Tidak ada
sebesar
Sumber
:
Lampiran
4,
data
diolah
Y= 6.820,464+26,720X1-0,499X26.820,464
58,567X3
b. Koefisien b1 = 226,720 artinya setiap
kenaikan 1 poin suku bunga akan
Tabel 4.3
Ringkasan hasil uji Heteroskedastisitas
72
Y
R²
0.388
Fhitung
6.755
Sig F
0.00
Keterangan
Terdapat
heteroskedastisitas
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
menaikan IHSG sebesar 26,720
c. Koefisien b2 = -0,499 artinya setiap
penurunan 1 poin kurs akan menurunkan IHSG sebesar -0,499
tung yang akan mendukung uji toleransi
dan faktor-faktor yang meliputi tingkat
suku bunga SBI, kurs, inflasi terhadap
IHSG dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Regresi Linier Berganda
Ho = VIF ≤ 10 atau tol = 1 atau
d. Koefisien b3 = -58,567 artinya setiap
mendekati 1, artinya tidak terpenurunan 1 poin inflasi akan menu-Tabel 4.1 dapat multikolinearitas
1. Regresi LinierHasil
Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda
runkan IHSG sebesar -58,567
Ho =4.1
VIF ≥ 10 atau
tol ≠ sig
1 atau
Model
Unstandardized TabelStandardized
t
4.1.2. Uji asumsi klasikHasil
mendekati
0, artinya terdapat
Coefficients
Analisis RegresiCoefficients
Linier
Berganda
B
Std. Error
Beta
multikolinearitas
(Constant)
6820.464
230.56 Standardized
2.963
.006
a) Multikolinearitas
Model
Unstandardized
t
sig
SukuBungaSBI
26.720
Coefficients8.670
Kurs Dollar
-.499
.22
B
Std. Error
Pengujian
multikolinearitas
dilakuInflasi
-58.567
34.466
(Constant)
6820.464
230.56
kan
dengan
melihat R²3,Fhitung
serta thiSumber
: Lampiran
data
diolah
SukuBungaSBI
26.720
8.670
Kurs Dollar
Inflasi
-.499
-58.567
.096
Coefficients
-.358
Beta
-.5
.22
34.466
Tabel
Tabel
3. 4.2
.096
-.358
-.5
Sumber : Lampiran Ringkasan
3, data
diolah
Ringkasan
hasil
multikolinearitas
hasil
uji uji
multikolinearitas
.327
-2.352
-.699
2.963
.327
-2.352
-.699
.746
.025
.099
.006
.746
.025
.099
Independent
Colinearity
Multikolinearitas
Tabel
4.2 Statistic
Variable
Tolerance
VIF
Ringkasan hasil
uji multikolinearitas
X
.220
4.539
Tidak ada
Y
X2
.828
.208
Tidak ada
Dependent
Independent
Colinearity Statistic
Multikolinearitas
X3
.2
4.730
Tidak ada
Variable
Variable
Tolerance
VIF
Sumber::Lampiran
Lampiran4,4,data
data
diolah
Sumber
diolah
X
.220
4.539
Tidak ada
Y
X2
.828
.208
Tidak ada
.2
4.730
Tidak ada
b) Heteroskedastisitas X3
gresi terjadi
ketidaksamaan
varians
Dependent
Variable
Sumber : Lampiran 4, data diolah
residual dari satu pengamatan ke pen4.3 lain.
Uji Heteroskedastisitas dilakukanTabel
gamatan
Ringkasan
hasil
uji
Heteroskedastisitas
untuk menguji apakah pada model re-
Tabel
R²
Fhitung
Sig F
Keterangan
Tabel
4. 4.3
Ringkasan
hasil
uji
Heteroskedastisitas
Y
0.388
6.755
0.00
Terdapat
Ringkasan hasil
uji Heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
R²data diolah
Fhitung
Sig F
Keterangan
Sumber : Lampiran 3,
Y
0.388
6.755
0.00
Terdapat
heteroskedastisitas
Sumber: :Lampiran
Lampiran3,3,data
datadiolah
diolah
Sumber
73
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
4.1.3. Uji Statistik
Dapat kita lihat bahwa hasil regresi
tersebut terdapat heteroskedastisitas
karena nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel yaitu 6.755 < 2.9011
a) Uji Serempak F-test
Tabel 5.
Hasil UjiTabel
F-test4.4
Model
Sum of
Squares
3749022.9
599683.4
9668706.3
Regression
Residual
Total
Hasil Uji F-test
df
Sumber
Sumber: :Lampiran
Lampiran3,3,data
datadiolah
diolah
Mean Square
3
32
35
249674.30
84990.06
F
6.755
Sig.
.00
Hasil perhitungan diketahui bahwa b) Uji parsial (Uji t-test)
nilai Fhitung sebesar 6.755 dan nilai FtUji statistik t pada dasarnya menunabel sebesar 2.9011. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut
dapat
digambarkan
jukkan
seberapa jauh pengaruh satu
Tabel 4.4
Hasil Uji F-test
kedalam
bentuk
pengujianFdua sisi
pada variabel bebas secara individual dalam
Model
Sum of
df
Mean Square
Sig.
Squares
menerangkan
variasi variabel terikat.
gambar
4.1 3berikut:
Daerah
Terima Ho
Regression
3749022.9
249674.30
6.755
.00
Residual
599683.4
32
84990.06
Hasil uji t-test dapat ditunjukkan pada
Total
9668706.3
35
umber : Lampiran 3, data diolah
Daerah tolak Ho t
Gambar 4.
Tabel 4 diatas. Uji hipotesist daerah
ini bertujuan
tolak Ho
Kurva hasil uji F
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel tingkat suku bunga SBI,
2.9011
6.755
0 inflasi terhadap
kurs dollar,
IHSG.
Gambar 4.1
Daerah Terima Ho
Daerah tolak Ho t
t daerah tolak Ho
0
Gambar 4.1
2.9011
6.755
Berdasarkan hasil kurva F-test dapat
disimpulkan bahwa nilai Fhitung 6.755 >
Ftabel 2.9011 sehingga dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.Hal ini
menunjukan bahwa tingkat suku bunga
SBI, kurs, inflasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
74
Dengan membandingkan thitung
dengan nilai kritis maka dapat diketahui
apakah menolak atau menerima hipotesis. Mengacu pada derajat kebebasan
DF = N-2 = 36-2 = 34, maka diperoleh
ttabel sebesar 2.021.
Berdasarkan hasil penelitian pada
Tabel 4, maka dapat di interpretasikan
hasil uji t, dengan formula hipotesis seperti berikut :
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
Ho :
Ha :
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat suku
bunga SBI, kurs dollar, dan inflasi
secara parsial terhadap IHSG.
parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap IHSG.
Ada pengaruh yang signifikan
antara variabel tingkat suku bunga SBI, kurs dollar, dan inflasi
secara parsial terhadap IHSG.
Dengan pengujian dua sisi yang
menggunakan tingkat signifikan sebesar
α = 5% dan dengan derajat kebebasan
df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel =
±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi
berganda diperoleh nilai thitung sebesar
-2.352. Dengan demikian thitung berada
diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤ -2.352 ≤ 2.021), hal ini berarti
pada variabel kurs dollar secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap IHSG
Kriteria pengujian yaitu :
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho
diterima
Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak
Atau jika probabilitas lebih kecil dari 0,05
maka Ho ditolak.
Berdasarkan dari hasil perhitungan
yang ditunjukkan pada Tabel 4 di atas
dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Suku bunga SBI (X1)
Dengan pengujian dua sisi yang
menggunakan tingkat signifikan sebesar
α = 5% dan dengan derajat kebebasan
df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel =
±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi
berganda diperoleh nilai thitung sebesar
0.327. Dengan demikian thitung berada
diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤” 0.327 ≤ 2.021), hal ini berarti
pada variabel Suku bunga SBI secara
2. Kurs dollar (X2)
3. Inflasi (X3)
Dengan pengujian dua sisi yang
menggunakan tingkat signifikan sebesar
α = 5% dan dengan derajat kebebasan
df (N-2 = 36-2 = 34) diperoleh ttabel =
±. 2.021 Hasil perhitungan pada regresi
berganda diperoleh nilai thitung sebesar
-1.699. Dengan demikian thitung berada
diantara -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau (2.021 ≤ -1.699 ≤ 2.021), hal ini berarti
pada variabel inflasi secara parsial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap IHSG
4.1.4. Koefisien deferminasi (R²)
Nilai koefisien deferminasi (R²)
sebesar 0,388 artinya menunjukan bah75
H. Syamsul Hadi dan Yunita Muslimah
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Dollar AS (USD) Terhadap Indeks Harga Saham
wa secara statistik 38,8% variabel IHSG
yang terjadi dapat dijelaskan dengan
menggunakan variable suku bunga SBI,
Kurs Dollar, Inflasi dan sisanya 61,2%
dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab
lain yang berasal dari luar model regresi
ini.
c. Dari ketiga variabel yaitu tingkat
bunga SBI, nilai kurs dollar AS, dan
tingkat inflasi yang mempunyai pengaruh dominan terhadap Indexs
Harga Saham Gabungan adalah
variabel tingkat bunga SBI dan inflasi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. SARAN
5.1. KESIMPULAN
Adapun saran yang dapat diajukan
oleh peneliti dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, antara lain :
Berdasarkan hasil analisis pengaruh dari variabel-variabel yang meliputi : tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar
AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs
Harga Saham Gabungan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Hasil pengujian regresi secara
serentak menunjukkan adanya
pengaruh antara variabel-variabel
tingkat bunga SBI, nilai kurs dollar
AS, dan tingkat inflasi, terhadap Indexs Harga Saham Gabungan
b. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan
variabel-variabel
tingkat bunga SBI, inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indexs Harga
Saham Gabungan . Dan untuk pengujian secara parsial menunjukkan
variabel-variabel nilai kurs dollar AS
tidak berpengaruh terhadap Indexs
Harga Saham Gabungan
76
1. Bagi para investor yang akan
melakukan transaksi di Bursa Efek
Indonesia hendaknya tetap lebih
memperhatikan faktor tingkat bunga
SBI, nilai kurs dollar AS, dan tingkat
inflasi, karena dalam penelitian ini
ketiga varibel tersebut telah terbukti secara serentak mempengaruhi
IHSG yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengurangi risiko dan ketidakpastian yang
akan dialami oleh para investor.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan variasi variabel-variabe lain yang mungkin berpengaruh terhadap IHSG maupun
Indeks Harga saham yang lainnya.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 51-77
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F & Gapenski, L.C, 1996, Intermediate Financial Management,
The Dryden Press, Orlando
Damodar Gujarati, 1995, Ekonometrika
Dasar, Erlangga, Jakarta
Husein Umar, 2002, Metode Riset Bisnis, PT Gramedia, Pustaka Utama,
Jakarta.
Indriyo Gito Sudarmo, Manajemen
Keuangan, Edisi Pertama penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Zaenal Mustafa EQ, 1995, Pengantar
Statistik Terapan Untuk Ekonomi,
Edisi Kedua penerbit FE UII, Yogyakarta.
www.idx.co.id
77
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA BANK DEVISA
DAN NON DEVISA DI INDONESIA
Oleh: Surifah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa
di Indonesia dan rasio keuangan apa saja yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non
devisa
Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa laporan keuangan dan
rasio keuangan tahun 2007 dan tahun 2008 dapat diambil directory perbankkan Bank Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah seluruh bank devisa maupun bank non devisa di Indonesia
Variabel penelitian berupa rasio keuangan yang digunakan meliputi 16 rasio keuangan. Berdasar
uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dan bank non devisa
pada tahun 2007 dan 2008, Berdasar Uji Mann Whitney U dapat diketahui bahwa rasio keuangan
yang berbeda secara signifikan adalah rasio permodalan, yaitu CAR 1 dan CAR 2, ROE, Net Interest
Margin, dan PDN.
Keyword
Kinerja Bank, Bank Devisa, Bank Non Devisa
Penulis
Surifah, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
1. PENDAHULUAN
Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan
usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat
menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata
uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli
valuta asing, transaksi eksport- import, dan jasa-jasa valuta
asing lainnya (Wikipedia, 2009).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank
non devisa dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa,
antara lain:
a. CAR minimum dalam bulan terakhir 8%;
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
78
b. Tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat;
c. Modal disetor minimal Rp150 miliar;
d. Bank telah melakukan persiapan untuk melaksanakan
kegiatan sebagai Bank Umum Devisa meliputi: organ-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
isasi, sumber daya manusia, dan
pedoman operasional kegiatan devisa.
Bank Non Devisa adalah bank yang
tidak dapat melakukan transaksi dengan
valuta asing atau transaksi internasional
dan hanya dapat melakukan transaksi di
dalam negeri.
Dilihat dari bentuk transaksi yang
bisa dilakukan maka bank devisa lebih
leluasa melakukan transaksi baik di
dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan bank non devisa hanya dapat
melakukan transaksi di dalam negeri
saja. Dilihat dari segi permodalan baik
CAR minimum maupun jumlah modal
di setor, bank devisa mempunyai syarat
permodalan yang lebih besar dibandingkan dengan bank non devisa, begitu
juga dilihat dari segi organisasi, sumber
daya manusia dan pedoman operasional kegiatan maka bank devisa lebih baik
dari pada bank non devisa. Berdasarkan
perbedaan antara bank devisa dan bank
non devisa maka dapat disimpulkan
bahwa bank devisa memerlukan sumberdaya yang lebih besar dibandingkan
dengan bank non devisa, oleh karena
itu secara teoritis seharusnya bank devisa mempunyai kinerja keuangan yang
lebih baik dari pada bank non devisa.
Kinerja perbankan selalu menjadi
perhatian masyarakat maupun pemerintah dan kalangan akademik, karena bagus tidaknya kinerja sektor perbankan
akan berdampak juga pada sektor riil.
Pengalaman menunjukkan krisis ekonomi pada pertengahan tahun 2007 yang
menyebabkan banyak bank dilikuidasi
berdampak pada banyak hal termasuk
menurunnya kegiatan pada sektor riil.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyani dan Zulfadin (2003)
menunjukkan bahwa pada periode
2000-2001, kinerja bank devisa dan non
devisa tidak berbeda secara signifikan
dilihat dari rasio ROE, ROA dan LDR,
namun pada tahun 2001, rasio LDR
(Loan to Deposit Ratio) nya berbeda
secara signifikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan
Sugiarto (2007) menunjukkan bahwa
selama periode 2002 sampai dengan
2006 rasio keuangan ROA dan ROE antara bank devisa dan bank non devisa
tidak berbeda secara signifikan, sedangkan bank non devisa lebih besar dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, sehingga rasio LDR
nya lebih bagus.
Secara teoritis bank devisa yang
mempunyai kesempatan bertransaksi
lebih luas, dan sumberdaya yang digunakan lebih besar seharusnya dalam
praktiknya akan memiliki kinerja yang
lebih bagus, Namun hasil penelitian
menyatakan sebaliknya, yaitu kinerja
bank devisa maupun bank non devisa
selama periode tahun 2000 sampai
dengan tahun 2006, menunjukkan tidak
ada perbedaan kinerja yang signifikan
79
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
antara bank devisa dan non devisa. Hal
ini menarik untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai perbedaan antara
kinerja bank devisa maupun bank non
devisa, mengapa terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik. Oleh karena itu
penelitian ini akan mengkonfirmasi lebih
lanjut penelitian sebelumnya dengan
mengambil judul “analisis perbedaan
kinerja bank devisa dan bank non
devisa di Indonesia” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Febriyani dan Zulfadin (2003) serta Lestari dan Sugiarto
(2007), adalah 1)tahun pengamatan
menggunakan periode laporan keuangan 2007 dan 2008, 2) variabel yang
digunakan lebih banyak yaitu 16 variabel, sedangkan penelitian sebelumnya
hanya 3 variabel (rasio keuangan) yang
di uji.
Tujuan penelitian ini adalah ingin
mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia
serta ingin mengetahui rasio keuangan
apa saja yang berbeda secara signifikan
antara bank devisa dan non devisa?.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1) Masyarakat, untuk menilai
dan menimbang-nimbang sebaiknya
menyimpan dananya pada bank devisa
atau bank non devisa, mana yang kinerjanya lebih bagus dan lebih dapat dipercaya, mengingat bahwa bank merupakan lembaga yang menyimpan dana masyarakat yang cukup besar, oleh karena
itu informasi mengenai kinerja perbank80
an sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2)Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melaksanakan
fungsi pengendalian, pengawasan dan
pembinaan perbankan.
2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuannya. Menurut Aliminsyah dan Pandji (2003) kinerja adalah suatu istilah umum yang digunakan
untuk sebagian atau seluruh tindakan
atau aktivitas dari suatu organisasi pada
suatu periode, sering dengan referensi
pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan,
suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen,
dan semacamnya.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI, 2004) Kinerja perusahaan dapat
diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi
posisi keuangan dan kinerja keuangan
di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi
keuangan dan kinerja di masa depan
dan hal-hal lain yang langsung menarik
perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo.
Rasio-rasio keuangan yang sering
digunakan
dalam
penelitian-penelitian mengenai perbankan adalah rasio
CAMEL, yaitu capital, assets, management, earnings dan liquidity. Penelitian
ini menggunakan rasio keuangan yang
terdapat dalam direktori perbankan Indonesia.
2.2 Review Penelitian Terdahulu Dan
Perumusan Hipotesis
Penelitian mengenai kinerja perbankan sebelum dan setelah krisis
ekonomi (surifah, 2002) menunjukkan
bahawa rata-rata rasio Capital, Assets,
Management dan Liquidity berbeda
secara signifikan antara sebelum dan
setelah krisis ekonomi dan kebanyakan
rasio menunjukkan bahwa setelah krisis
ekonomi justru lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Namun pada aspek
Earning atau kemampuan perusahaan
memperoleh laba tidak berbeda secara
signifikan, dan setelah krisis mengalami
penurunan earning. Hal ini menunjukkan bahwa pada perbankkan yang sehat, artinya tidak dilikuidasi dan tetap
menjalankan operasinya dengan selalu
memperoleh laba, pengaruh krisis ekonomi tersebut malah baik jika dilihat dari
aspek capital, kualitas aktiva produktif,
aspek management, dan aspek liquidity, hal ini bisa jadi karena bank tersebut
dapat bertahan menghadapi krisis se-
hingga mendapat limpahan kepercayaan dari nasabah bank lainnya yang bermasalah. Namun karena perekonomian
juga belum membaik, spread negatif
berkepanjangan, berfluktuasinya tingkat
bunga bank, dan sector riil juga banyak
mengalami kemacetan, maka meskipun
aspek lainnya lebih baik setelah krisis,
tetap saja aspek earning atau profitabilitas tidak meningkat, sehingga tidak berbeda secara signifikan antara sebelum
dan setelah krisis ekonomi.
Febriyani dan Zulfadin (2003),
meneliti tentang analisis kinerja bank devisa dan non devisa dengan tahun pengamatan 2000 dan 2001. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada tahun 2000
tidak terdapat perbedaan kinerja yang
signifikan antara bak devisa dan non
devisa jika dilihat dari ROA, ROE dan
LDR. Hal ini kemungkinan terjadi karena
bank devisa tidak secara maksimal memanfaatkan peluang memperoleh laba
dari transaksi dengan mempergunakan
mata uang asing. Faktor lainnya adalah
besarnya kredit macet yang dimiliki
oleh bank devisa akibat melambungnya tingkat suku bunga bank. Hasil uji
statistic untuk tahun 2001 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja
antara bank devisa dengan bank non
devisa jika dilihat dari ROA dan ROE.
Sedangkan untuk indikator LDR hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kinerja yang bcukup signifikan antara bank devisa dan non devisa.
Hal ini disebabkan oleh membaiknya
81
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
kondisi perekonomian Indonesia, yang
diikuti penurunan tingkat suku bunga
perbankan sehingga berdampak positif
untuk sektor perbankan.
Lestari dan Sugiarto (2007) meneliti
tentang kinerja bank devisa dan non devisa dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan tahun
pengamatan 2002 sampai tahun 2006.
Tahun pengamatan ini melanjutkan tahun pengamatan yang dilakukan oleh
Febriyani dan Zulfadin (2003). Metode
analisis yang digunakan adalah uji beda
untuk menganalisis perbedaan rasio
keuangan (ROA, ROE dan LDR), dan
analisis regresi untuk menguji pengaruh
ekonomi makro (Inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar US, dan suku bunga SBI
terhadap rasio keuangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan kinerja yang signifikan antara
bank devisa dan bank non devisa pada
rasio ROA dan ROE, sedangkan pada
LDR bank devisa lebih baik dari bank
non devisa. Indikator ekonomi makro
tidak berpengaruh signifikan terhadap
rasio keuanga.
Penelitian sebelumnya (Febriyani
dan Zulfadin, 2003) menunjukan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA, ROE dan LDR, sedangkan penelitian Lestari dan Sugiarto
(2007), menunjukkan bahwa pada rasio
LDR terdapat perbedaan yang signifikan
antara bank devisa dan non devisa. Terdapatnya perbedaan hasil penelitian an82
tara kedua peneliti sebelumnya menarik
untuk dicermati dan dilakukan penelitian
lanjutan. Selain itu apabila dilihat dasi
segi permodalan maupun sumberdaya
yang digunakan bank devisa lebih besar
dari pada bank non devisa, mestinya
bank devisa akan mampu memperoleh
kinerja yang lebih baik, namun peneliti
sebelumnya menunjukkan bahwa untuk
LDR bank non devisa malah lebih baik,
hal ini juga menarik untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut, dengan menggunakan alat ukur rasio keuangan yang
lebih luas, kemungkinan akan meningkatkan validitas hasil penelitian. oleh
karena itu penelitian ini akan mengkonfirmasi penelitian sebelumnya dengan
menggunakan periode pengamatan tahun 2007 dan 2008 dan dengan menggunakan variabel penelitian yang lebih
banyak yaitu 16 rasio keuangan, dimana
sebelumnya hanya 3 rasio keuangan.
Berdasar uraian di atas, hipotesis
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai
berikut: “Tidak terdapat perbedaan
kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia”
3.METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh bank devisa maupun bank non devisa di Indonesia. Karena jumlah populasi
tidak terlalu besar maka seluruh popu-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
lasi menjadi sampel dalam penelitian ini.
Daftar bank devisa dan bank non devisa
terdapat Tabel
pada tabel 1 dan tabel 2 berikut
ini.
Nama-nama Bank Devisa
Tabel No
2
3No
4
52
63
74
85
96
7
0
8
9
2
0
3
4
2
5
3
6
4
7
5
6
7
Tabel 1
Nama Bank devisa
No
Nama
Bank
devisa
Nama-nama
Bank
Devisa
Bank Kesawan
8 Devisa
Bank Agroniaga Nama-nama Bank
Bank Arthagraha
Nama Bank devisa
Bank Bukopin
Bank
Agroniaga
Bank Bumi
Artha
Bank
Arthagraha
Bank Bumi
Putera
BankCapital
Bukopin
Bank
In
BankCentral
Bumi Artha
Bank
Asia
BankCentury
Bumi Putera
Bank
Bank CIMB
CapitalNiaga
In
Bank
Bank
Central
Asia
Bank Danamon
Bank
Century
Bank Ekonomi rahardja
BankGanesha
CIMB Niaga
Bank
Bank
Danamon
Bank Hana
BankHimpunan
Ekonomi rahardja
Bank
Saudara
Bank
Ganesha
Bank ICBC
Indonesia
BankIFI
Hana
Bank
Bank
Himpunan Saudara
Bank Internasional
Bank ICBC Indonesia
Bank IFI
Bank Internasional
9
No
20
8
2
9
22
20
23
2
24
22
25
23
26
24
27
25
28
26
29
27
30
28
3
29
32
30
33
3
32
33
Bank Maspion
Nama Bank devisa
Bank Mayapada
Bank
Kesawan
Bank Mega
Bank
MaspionDharma
Bank Mestika
Bank
Mayapada
Bank Metro
Express
Bank
Mega
Bank Muamalat
BankNusantara
Mestika Dharma
Bank
Bank
Metro Express
Bank OCBC
NISP
Bank
Muamalat
PT PAN Indonesi
BankPermata
Nusantara
Bank
Bank
OCBC NISP
Bank Sinarmas
PT
PAN
Indonesi
Bank Swadesi
Bank
Permata
Bank Syariah Mandiri
BankSyariah
Sinarmas
Bank
Mega
Bank
Swadesi
Bank UOB Buana
Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Mega
Bank UOB Buana
Tabel 2
Tabel
2
Nama-nama
Bank Non Devisa
Tabel 2
Nama-nama Bank Non Devisa
No
2
3No
4
52
63
74
85
96
7
0
8
9
2
0
3
4
2
5
3
6
4
5
6
Nama Bank devisa
Bank Akita
PT Anglomas Int
Nama Bank devisa
Bank Artos
Bank
Akita Int
Bank Bisnis
PT
Anglomas
Int
Bank Centratama
Bank
Artos
Bank DIPO Int
BankEksekutif
Bisnis Int
Bank
Bank
Centratama
Bank FAMA Int
BankHARDA
DIPO IntInt
Bank
BankHARFA
Eksekutif
Bank
Bank
FAMA
Int
Bank INA PERDAN
Bank
HARDA
Bank Index SeliInt
BankINDOMONEX
HARFA
Bank
Bank
INA PERDAN
Bank Jasa
Jkt
Bank
Index
Seli
Bank Ksjhtraan
Bank
INDOMONEX
Bank LIMAN
Bank Jasa Jkt
Bank Ksjhtraan
Bank LIMAN
Nama-namaNama
Bank Non
No
BankDevisa
devisa
Bank MAYORA
7
Bank Mitraniaga
8
No Bank Multiartha
Nama Bank devisa
9
Bank
MAYORA
7
Bank Nationalno
20
Bank
Mitraniaga
8
Bank Prima
Mast
2
Bank
Multiartha
9
Bank Purba
Dana
22
BankRoyal
Nationalno
20
Bank
Ind
23
BankSinar
PrimaHara
Mast
2
Bank
24
Bank
Purba
Dana
22
Bank Sri Partha
25
BankSwaguna
Royal Ind
23
Bank
26
BankSyariah
Sinar Hara
24
Bank
BR
27
Bank
Sri Partha
25
Bank Syariah
Bu
28
Banktabngan
Swaguna
26
Bank
pe
29
BankUIB
Syariah BR
27
Bank
30
BankVictoria
Syariah Bu
28
Bank
3
Bank
tabngan
pe
29
Bank Yudha
Bakti
32
Bank UIB
30
Bank Victoria
3
Bank Yudha Bakti
32
83
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
3.2. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa
laporan keuangan tahun 2007 dan tahun
2008 dapat diambil directory perbankkan dari Bank Indonesia dan didukung
dengan informasi lainnya yang dapat
diakses melalui Internet.. Data pendukung lainnya diperoleh dan dikumpulkan
dari berbagai buku, jurnal ilmiah, mass
media, serta sumber-sumber lain yang
relevan dengan penelitian ini.
3.3. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian
Bank Devisa adalah bank yang
memperoleh surat penunjukan dari
Bank Indonesia untuk dapat melakukan
kegiatan usaha perbankan dalam valuta
asing. Bank devisa dapat menawarkan
jasa-jasa bank yang berkaitan dengan
mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing,
transaksi eksport- import, dan jasa-jasa
valuta asing lainnya (Wikipedia, 2009).
Bank non devisa adalah bank yang
tidak dapat melakukan transaksi dengan
valuta asing atau transaksi internasional
dan hanya dapat melakukan transaksi
dalam negeri.
Variabel Penelitian. Variabel adalah
segala sesuatu yang akan jadi objek
84
pengamatan dalam penelitian yang
berupa suatu konsep yang mempunyai
variasi nilai. Variabel dalam penelitian
ini adalah kinerja bank devisa dan non
devisa, yang diukur dengan :rasio-rasio
keuangan sebagai berikut:
a) Rasio Permodalan (capital). Semakin tinggi rasio permodalan maka
kinerja bank semakin baik, karena
kecukupan modalnya lebih tinggi.
Rasio ini terdiri dari:
a) CAR (Capital Adequaty Ratio)
dengan memperhitungkan risiko
kredit
b) CAR dengan memperhitungkan
risiko pasar
b) Kualitas aktiva, terdiri dari:
a) Aktiva tetap terhadap modal
b) Aktiva produktif bermasalah
c) PPA (Penyisihan Penghapusan
Aktiva) Produktif terhadap aktiva
produktif
d) Pemenuhan PPA Produktif
e) Pemenuhan PPA non Produktif
f) NPL (Non Performing Loan)
Gros
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
g) NPL Net
NPL adalah rasio kredit bermasalah (non performing loan).
Semakin rendah rasio ini maka
kinerja bank semakin baik.
c) Rentabilitas, yaitu indikator kemampuan bank memperoleh laba apabila dihubungkan dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri.
Semakin besar rasio ini berarti semakin bagus kinerja suatu bank.
Profitability dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset
(ROA), Return On Equity (ROE),
Net Interest margin (NIM) dan Rasio beban operasional dibandingkan
pendapatan operasional (BOPO).
Rentabilitas yang semakin besar,
kecuali BOPO menunjukkan bahwa
suatu bank lebih efisien. Rasio-rasio
tersebut di tulis sebagai berikut:
a) Return on Asset (ROA), merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva.
laba bersih setelah pajak
ROA = --------------------------------total aktiva
b) Return on Equity (ROE), merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan
modal sendiri.
laba bersih setelah pajak
ROE = --------------------------------modal sendiri
c) Net Interest Margin
(Total Interest Income Total Interest Expense)
Net Interest = -------------------------------Margin (NIM) Total Earning Assets
d) Rasio beban operasional dibandingkan pendapatan operasional
(BOPO).
BOPO = Beban operasional
dibagi Pendapatan operasional
d) Liquidity, yaitu indikator kemampuan bank dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Bank
merupakan suatu institusi dengan
resiko likuiditas yang tinggi karena
simpanan nasabah dalam bentuk
giro dan tabungan dapat diambil
kapan saja. Jika terjadi penarikan
dana (rush) dalam waktu singkat
bank bisa kesulitan likuiditas. Liquidity dalam penelitian ini diproksikan
dengan LDR. LDR adalah total loan
dibagi dengan total deposit. Semakin tinggi LDR mengindikasikan
bank mempunyai tekanan finansial
karena memberikan kredit/pinjaman
yang berlebihan. LDR (Loan to deposit ratio) adalah rasio penyaluran
kredit terhadap dana pihak ketiga
85
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
(LDR). Semakin rendah LDR semakin baik. Angka LDR yang tinggi
akan membuat bank terus terpacu
untuk memupuk dana pihak ketiga
(DPK). Beberapa bank yang mempunyai angka LDR tinggi pasti akan
menawarkan bunga deposito yang
tinggi pula, hal ini membuat bank
membutuhkan likuiditas. Adapun
sumber yang sangat mudah untuk
mendapatkannya adalah deposito
dengan tingkat pengembalian bunga
(return) yang tinggi. LDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
total loan
LDR = -----------------total deposit
e) Kepatuhan
a) GWM rupiah (Giro wajib minimum). GWM ini ditetapkan oleh
BI sebesar minimum 7,5% dari
sebelumnya 5%. Tambahan
GWM ini bisa berbentuk surat
berharga negara yang termasuk di dalamnya Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Surat Utang
Negara (SUN), dan juga Surat
Perbendaharaan Negara (SPN).
Aturan ini mulai berlaku bulan
Oktober 2009 (dikatakan Deputi
Gubernur BI Hartadi A. Sarwono
kepada detik Finance, Senin
(28/09/2009). Perbankan diwajibkan menyetorkan 5% GWM
86
dalam bentuk cadangan tunai
ditambah dengan 2,5% dalam
bentuk surat berharga atau secondary reserves seperti SUN
(Surat Utang Negara) atau SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) dan
juga Surat Perbendaharaan
Negara (SPN)
b) PDN (Posisi devisa Netto)  semakin besar posisi PDN semakin
baik. Aturan mengenai PDN pernah minimal 20%, tetapi kemudian dirubah disesuaikan dengan
kondisi bank devisa terkait.
Rasio-rasio mana yang secara
umum, lebih besar lebih baik atau lebih
kecil lebih baik, dapt dilihat pada lampiran 1. Maksudnya secara umum adalah,
seperti pada rasio likuiditas, secara
umum lebih besar lebih baik, namun
apabila terlalu besar akan menyebabkan profitabilitas berkurang karena aktiva lancar tidak dipergunakan secara
optimal, sehingga banyak aktiva yang
menganggur.
3.4. Teknik Statistik
Teknik statistik yang digunakan meliputi 1)Uji normalitas data. Uji normalitas
data digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel (rasio keuangan) berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas
data menggunakan One-Sample Kol-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
mogorov-Smirnov Test dengan tingkat
signifikansi 5%. 2)Uji beda rata-rata
rasio Capital (permodalan), Kualitas
aktiva (assets), rentabilitas (earnings),
Liquidity, dan kepatuhan. dengan menggunakan analisis parametric (independen sample t-test) apabila data berdistribusi normal dan analisis non parametrik
apabila data tidak berdistribusi normal.
(uji Mann Whitney U)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Deskripsi statistik variabel penelitian
dapat dilihat dalam lampiran 2. Berdasar
Statistik deskripsi pada lampiran 2 dan
dengan melihat tabel 3, maka rata-rata
rasio keuangan bank devisa untuk 6
rasio berikut yaitu ROA, ROE, BOPO,
LDR, GWMR dan PDN lebih baik dari
pada bank non devisa. Sedangkan untuk 10 rasio keuangan lainnya, yaitu
CAR-1, CAR-2, ATTM, APB, PPAP-TAP,
PPAP, PPAPNP, NPL gross, NPL net
dan NIM bank non devisa lebih baik dari
bank devisa.
4.2. Uji Normalitas Data
Uji normalita data diperlukan untuk
mengetahui alat analisis yang seharusnya digunakan parametrik atau non
parametrik. Apabila data berdistribusi
normal maka akan digunakan analisis
parametrik (uji t) dan apabila tidak normal akan digunakan uji non parametrik
(Man Whitney U).
Dalam penelitian ini, digunakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
untuk menguji normalitas data dari masing-masing variabel, dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil pengujian normalitas
data Bank devisa dan non devisa tahun
2007 dan 2008 dapat dilihat pada lampiran 3 dan dapat di tarik kesimpulan
sebagaimana terdapat pada tabel 4.
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
dari 16 rasio keuangan (variabel) yang
diuji terdapat 10 rasio yang berdistribusi
tidak normal, dan 6 rasio yang berdistribusi normal. 10 rasio yang berdistribusi tidak normal adalah CAR dengan
memperhitungkan risiko kredit (CAR-1),
CAR dengan memperhitungkan risiko
pasar (CAR-2), Aktiva tetap terhadap
modal (ATM), Penyisihan penghapusan
aktiva produktif terhadap aktiva produktif (PPAP-TAP), Non Performing Loan
Gross (NPLG), Non Performing Loan
(NPL) Net, Return On Assets, Return
on equity, Net Interest Margin (NIM) dan
Posisi devisa netto (PDN). Kesepuluh
rasio tersebut akan diuji dengan analisis non parametric yaitu uji Mann Whitney U. Sedangkan 6 rasio lainnya yaitu
Aktiva produktif bermasalah (APB),
Pemenuhan Penyisihan penghapusan
aktiva Produktif (PPPAP), Pemenuhan
penyisihan penghapusan aktiva non
produktif (PPPANP), Beban operasional
87
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Tabel 3
Tabel 3
Perbandingan mean statistic deskriptif bank devisa dan non devisa
Perbandingan mean statistic deskriptif bank devisa dan non devisa
Rasio Keuangan
Maen Devisa
Mean Non
Keterangan
Keterangan
devisa
CAR-
24.388
07.554
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
CAR-2
23.7800
06.8648
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
Aktiva tetap/ modal
25.950
29.2270
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
APB
2.3280
.9867
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
PPA P-TAP
.5588
.2202
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
20.44
27.4839
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
PPPA NP
79.4570
9.0502
Devisa < Non Devisa
Non devisa lebih baik
NPL gross
3.3745
3.79
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
NPL nett
2.3239
2.839
Devisa > Non Devisa
Non devisa lebih baik
ROA
.4095
.3700
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
ROE
0.376
3.6867
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
NIM
5.5339
6.4927
Devisa < Non Devisa
Non Devisa lebih baik
BOPO
89.94
4.8573
Devisa < Non Devisa
devisa lebih baik
LDR
72.0756
26.2459
Devisa < Non Devisa
devisa lebih baik
GWMR
6.9835
6.7238
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
PDN
3.725
.3408
Devisa > Non Devisa
devisa lebih baik
66
64
PPPA P
Valid N (listwise)
dibagi pendapatan operasional (BOPO),
Loan Deposit Rasio (LDR), Giro wajib
minimum (GWM) berditribusi normal se-
hingga akan diuji dengan uji parametrik
yaitu t-test
88
2
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Tabel 4Tabel 4
HasilHasil
Pengujian
Normalitas
Masing-Masing
Variabel Variabel
Pengujian
Normalitas
Masing-Masing
No.
Variabel
2
3
4
5
6
7
8
9
0
2
3
4
5
6
CAR CAR-2
ATM
APB
PPAP-TAP
PPPAP
PPPANP
NPL Gross
NPL Net
ROA
ROE
NIM
BOPO
LDR
GWM
PDN
Asymp. Sig
(2-tailed P)
.000
.000
.0
.25
.045
.0824
.0975
.024
.043
.024
.009
.033
.068
.0564
.086
.000
Keterangan
Distribusi
p 0,05
p 0,05
p 0,05
P > 0,05
p 0,05
P > 0,05
P > 0,05
p 0,05
p 0,05
p 0,05
p 0,05
p 0,05
P > 0,05
P > 0,05
P > 0,05
p 0,05
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
4.3. Uji Beda Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Devisa dan Non Devisa
Tahun 2007 dan 2008 dengan uji
t.
4.4. Uji Beda Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Devisa Dan Non Devisa
Tahun 2007 dan Tahun 2008 Dengan Uji Man Whitney U.
Uji beda rata-rata rasio keuangan
bank devisa dan non devisa tahun 2007
dan 2008 menggunakan uji t apabila
data berdistribusi normal dan uji Mann
Whitney U apabila data tidak berdistribusi normal. Hasil uji t dapat lihat pada
lampiran 4 dan hasil Uji Mann Whitney
U dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasar pada uji Mann Whitney U
pada lampiran 5 dapat diketahui bahwa rasio keuangan yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan
non devisa pada tahun 2007 dan 2008
adalah CAR dengan memperhitungkan
resiko kredit, CAR dengan memperhitungkan resiko pasar, Return On equity,
NIM dan PDN. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan variabel yang
lebih banyak maka rasio keuangan bank
devisa dan non devisa terdapat yang
berbeda secara signifikan, meskipun
beberapa rasio keuangan tidak berbeda
secara signifikan.
Berdasar uji t tersebut di atas, tidak
ada rasio keuangan yang berbeda secara signifikan antara bank devisam dan
bank non devisa. Hal ini berarti kinerja
bank devisa maupun non devisa tidak
berbeda signifikan.
89
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
5. KESIMPULAN DAN
HASIL PENELITIAN
IMPLIKASI
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis perbedaan kinerja bank devisa dan bank non
devisa. Bank devisa adalah bank yang
memperoleh surat penunjukan dari
Bank Indonesia untuk dapat melakukan
kegiatan usaha perbankan dalam valuta
asing. Bank devisa dapat menawarkan
jasa-jasa bank yang berkaitan dengan
mata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing,
transaksi eksport- import, dan jasa-jasa
valuta asing lainnya (Wikipedia, 2009).
Sedangkan Bank Non Devisa adalah
bank yang tidak dapat melakukan transaksi dengan valuta asing atau transaksi
internasional dan hanya dapat melakukan transaksi di dalam negeri.
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2004) Kinerja perusahaan
dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan
90
sebagai dasar untuk memprediksi posisi
keuangan dan kinerja di masa depan
dan hal-hal lain yang langsung menarik
perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo.
Tujuan penelitian ini adalah ingin
mengetahui perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa di Indonesia
dan rasio keuangan apa saja yang berbeda secara signifikan antara bank devisa dan non devisa
Penelitian ini menggunakan sumber data historis. Data sekunder berupa
laporan keuangan dan rasio keuangan
tahun 2007 dan tahun 2008 dapat diambil directory perbankkan dari Bank Indonesia. Populasi penelitian ini adalah
seluruh bank devisa maupun bank non
devisa di Indonesia
Variabel penelitian berupa rasio
keuangan yang digunakan meliput 16
rasio, yaitu Capital adequasi ratio dengan memper-hitungkan risiko kredit
(CAR-1), CAR dengan memperhitungkan risiko pasar (CAR-2), Aktiva tetap
terhadap modal (ATM), Aktiva produktif
bermasalah (APB), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap aktiva
produktif (PPAP-TAP), Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPPAP), Pemenuhan PPA non Produk-
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
tif (PPPANP), Non performing LoanGross (NPLG), Non Performing Loan
Net (NPLN), Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE, Net Interest
Margin (NIM), Rasio beban operasional
dibandingkan pendapatan operasional
(BOPO), LDR (Loan to deposit ratio),
Giro wajib minimum (GWM) dan Posisi
devisa Netto (PDN).
Berdasar uji t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
bank devisa dan bank non devisa pada
tahun 2007 dan 2008, Berdasar Uji
Mann Whitney U terhadap rasio keuangan bank devisa dan bank non devisa
pada tahun 2007 dan 2008 dapat diketahui bahwa rasio keuangan yang berbeda secara signifikan adalah rasio permodalan, yaitu CAR 1 dan CAR 2, ROE,
Net Interest Margin, dan PDN.
5.2. Implikasi Hasil Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa meskipun bank
devisa mempunyai syarat permodalan yang lebih besar dan sumber daya
lainnya yang lebih baik serta dapat bertransaksi baik di dalam negeri dengan
menggunakan rupiah maupun dengan
menggunakan valuta asing, namun dari
segi praktik belum tentu mempunyai kinerja yang lebih baik. Hal ini bisa kita lihat
dari segi permodalan (CAR-1 dan CAR2) bank non devisa malah lebih baik
atau lebih besar dibandingkan dengan
bank non devisa, baik dengan uji t maupun dengan uji Mann Whitney U.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa untuk rasio ROA dan ROE tidak berbeda signifikan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ROE, NIM dan
PDN berbeda secara signifikan antara
bank devisa dan non devisa. Dengan
dengan dapat dikatakan bahwa dengan
menggunakan variabel penelitian yang
lebih banyak ternyata hasilnya berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya menguji perbedaan kinerja bank devisa dan non devisa dua tahun yaitu 2007 dan 2008,
penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode pengamatan dan tidak
hanya terbatas pada bank devisa dan
non devisa saja, tetapi menguji seluruh
bank termasuh bank persero, bank asing dan bank campuran di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah dan Padji, (2003), Kamus
Istilah Keuangan dan Perbankan.
Bandung : Y rama Widya
Bank Indonesia., (1995), Surat Keputusan No. 27/KEP/DIR tanggal 25
Januari 1995
91
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Febriyani, Anita dan Zulfadin Rahadian,
(2003), Analisis kinerja bank Devisa
dan Non Devisa di Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol.7,
No.4, Desember.
IAI, (2004), Pernyataan Standar Akuntansi keuangan, Jakarta : Salemba
Empat
Lestari, Maharani Ika dan Sugiarto, Toto
(2007), Kinerja bank devisa dan non
devisa dan factor- faktor yang mempengaruhinya, Proceeding PESAT
Auditorium kampus Gunadarma, Vol
2, 21-22 Agustus 2007.
Republik Indonesia, (1998), Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang- undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan, Jakarta.
Wikipedia Indonesia, (2009), ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
www.wikipedia.org/wiki/Bank_devisa. 13 Desember 2009
92
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran
1.
Lampiran
.
Rasio Keuangan Dan Keterangannya.
Rasio Keuangan Dan Keterangannya.
No.
Nama
CAR (Capital adequasi ratio) dengan
Keterangan
Semakin besar semakin baik
memper-hitungkan risiko kredit (CAR-)
2
CAR dengan memperhitungkan risiko
Semakin besar semakin baik
pasar (CAR-2)
3
Aktiva tetap terhadap modal (ATM)
Semakin besar semakin baik
4
Aktiva produktif bermasalah (APB)
Semakin kecil semakin baik
5
PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva)
Semakin besar semakin baik
Produktif terhadap aktiva produktif (PPAPTAP)
6
Pemenuhan PPA Produktif (PPPAP)
Semakin besar semakin baik
7
Pemenuhan PPA non Produktif (PPPANP)
Semakin besar semakin baik
8
Non performing Loan (NPL) Gross
Semakin kecil semakin baik
(NPLG)
9
Non Performing Loan Net (NPLN)
Semakin kecil semakin baik
0
Return on Assets (ROA)
Semakin besar semakin baik
Return on Equity (ROE)
Semakin besar semakin baik
2
Net Interest Margin (NIM)
Semakin besar semakin baik
3
Rasio beban operasional dibandingkan
Semakin kecil semakin baik
pendapatan operasional (BOPO)
4
LDR (Loan to deposit ratio)
Semakin kecil semakin baik
5
(Giro wajib minimum). GWM
Semakin besar semakin baik
6
PDN (Posisi devisa Netto)
Semakin besar semakin baik
93
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 2
Lampiran
Statistik2Deskriptif
Statistik
Deskriptif
Bank
Devisa
Tahun 2007 dan 2008
Bank Devisa Tahun 2007 dan 2008
Rasio Keuangan
CAR dengan memperhitungkan
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
66
0.36
07.93
24.388
20.65758
66
0.0
07.93
23.7800
20.729
Aktiva tetap terhadap modal
66
6.07
53.97
25.950
.5265
Aktiva Produktif bermasalah
66
.00
5.5
2.3280
2.68698
66
.00
5.69
.5588
.02066
Pemenuhan PPA Produktif
66
.06
376.47 20.44
54.897
Pemenuhan PPA Non Produktif
66
.00
273.98
79.4570
55.787
NPL gross
66
.00
25.39
3.3745
4.0705
NPL nett
66
.00
23.57
2.3239
3.39935
Return On Asset
66
-0.49
5.53
.4095
2.6897
Return On Equity
66
-08.37
57.99
0.376
9.35387
NIM
66
-9.99
2.37
5.5339
2.75754
BOPO
66
55.06
253.73
89.94
25.82775
LDR
66
23.94
05.97
72.0756
20.8425
GWMR
66
2.36
4.40
6.9835
2.2929
PDN
66
-3.5
49.00
3.725
6.69735
Valid N (listwise)
66
resiko kredit
CAR dengan memperhitungkan
risiko pasar
PPA Produktif terhadap aktiva
produktif
94
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran 2 (lanjutan)
LampiranStatistik
2 (lanjutan)
Deskriptif
Statistik Deskriptif
Bank Non Devisa Tahun 2007 dan 2008
Bank Non Devisa Tahun 2007 dan 2008
N
CAR dengan memperhitungkan
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
64
9.34
854.59 07.554
290.62257
64
9.34
854.59 06.8648
290.5025
Aktiva tetap terhadap modal
64
.82
233.38
29.2270
34.8040
Aktiva Produktif bermasalah
64
.00
4.25
.9867
2.9369
64
.03
5.56
.2202
.83090
Pemenuhan PPA Produktif
64
00.00
0000.00 27.4839
235.99444
Pemenuhan PPA Non Produktif
63
.00
384.40
9.0502
6.83448
NPL gross
64
.00
20.52
3.79
4.04023
NPL nett
64
.00
7.7
2.839
3.44220
Return On Asset
64
-7.43
5.04
.3700
3.07865
Return On Equity
64
-73.62
36.27
3.6867
4.94597
NIM
64
-2.43
3.84
6.4927
2.770
BOPO
64
40.82
36.62 4.8573
60.72840
LDR
64
.00
3058.49 26.2459
373.5562
GWMR
64
.00
32.34
6.7238
4.9556
PDN
64
.00
.68
.3408
.697
Valid N (listwise)
63
resiko kredit
CAR dengan memperhitungkan
risiko pasar
PPA Produktif terhadap aktiva
produktif
95
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 3
Lampiran
3
Uji Normalitas
Data
Uji Normalitas Data
Menggunakan
One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Rasio keuangan
CAR dengan memperhitungkan
resiko kredit
CAR dengan memperhitungkan
risiko pasar
Aktiva tetap terhadap modal
Aktiva produktif bermasalah
PPA (Penyisihan Penghapusan
Aktiva) Produktif terhadap aktiva
produktif
Pemenuhan PPA Produktif
Pemenuhan PPA non Produktif
Non performing Loan (NPL)
Gross
Non Performing Loan Net
Return on Assets
Return on Equity (ROE)
Net Interest Margin (NIM)
Rasio beban operasional
dibandingkan pendapatan
operasional (BOPO)
LDR (Loan to deposit ratio)
(Giro wajib minimum). GWM
PDN (Posisi devisa Netto)
Keterangan
N
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
66
64
30
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
Bank Devisa
Bank Non Devisa
Total
66
64
30
66
64
30
66
64
30
96
7
Lampiran 3 (lanjutan)
Uji Normalitas Data
KOMPETENSI
Menggunakan
OneManajemen
Sample Kolmogorov
Test- April 2010 78-101
Jurnal Ekonomi,
& Akuntansi Vol.Smirnov
8 No. 1 Januari
Lampiran 3 (lanjutan)
Most
Uji Normalitas
Data
Lampiran
3 (lanjutan)
CAR-2
ATM
APB
PPAP-TAP
Uji Sample
Normalitas
Data
One
Kolmogorov
SmirnovPPAP
Test PPPA NP NPLG
Absolute
.388One Sample
.385
.283
.206
.242
.0
.084
.207
Menggunakan
Kolmogorov
Smirnov
Test
Extreme
Positive
CAR-
Menggunakan
Differences
Most
Extreme
Differences
Negative
Absolute
Kolmogorov
Positive
-Smirnov Z
Negative
Asymp. Sig.
Kolmogorov
(2-tailed)
-Smirnov Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
.388
.385
.56
.033
.030
.070
.084
.095
CAR-
CAR-2
ATM
APB
PPAP-TAP PPAP PPPA NP NPLG
-.06
-.06
-.283
-.206
-.242
-.0
-.029
-.207
.388
.385
.283
.206
.242
.0
.084
.207
2.20
.388
2.97 .56
.64
.385
.77
.033
.379 .070
.629
.030
-.06
.000
-.06
-.283
.000
.0
-.206
.25
-.242
-.0
.045
.824
2.20
2.97
.64
.77
.379
.629
.480
.79
.000
.000
.0
.25
.045
.824
.975
.24
Lampiran 3 (lanjutan)
.480
.084
.79
.095
-.029
-.207
.975
.24
Uji Normalitas
Data
Lampiran
3 (lanjutan)
Menggunakan Uji
OneNormalitas
Sample Kolmogorov
Smirnov Test
Data
Lampiran 3 (lanjutan)
Menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Uji Normalitas Data
NPL nett One
ROASample
ROE Kolmogorov
NIM
BOPO
LDR
Menggunakan
Smirnov
TestGWMR
Most
Absolute
Extreme
Positive
.243
.80
.290
.25
.228
.38
.220
PDN
.847
.080
.095
.05
.25
.228
.38
.03
.030
NPL nett ROA
ROE
NIM
BOPO
LDR
GWMR
PDN
Negative
-.243 -.80
-.290
-.048
-.06
-.03
-.220
-.847
Absolute
.243
.80
.290
.25
.228
.38
.220
.847
Kolmogorov
.385 .095
.028
.652
.430 .228
.30 .38
.788
.255 .030
4.828
Positive
.080
.05
.25
.03
-Smirnov Z
Differences
Most
Extreme
Differences
Negative
Asymp. Sig.
Kolmogorov
(2-tailed)
-Smirnov Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
-.243 -.80
.043
.24
-.290
.009
-.048
-.06
-.03
.033
.068
.564
-.220
-.847
.086
.000
.385
.028
.652
.430
.30
.788
.255
4.828
.043
.24
.009
.033
.068
.564
.086
.000
8
8
97
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran
4
Lampiran
4
HasilHasil
Uji Beda
rata-rata
dengan
t-test t-test
Uji Beda rata-rata dengan
Group Statistics
Keteran
gan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Aktiva Produktif bermasalah 0
66
2.3280
2.68698
.33074
64
.9867
2.9369
.36702
0
66
20.44
54.897
6.6658
64
27.4839
235.99444
54.49930
Pemenuhan PPA Non
0
66
79.4570
55.787
6.799
Produktif
64
89.6275
62.38867
7.79858
BOPO
0
66
89.94
25.82775
3.798
64
4.8573
60.72840
20.0905
0
66
72.0756
20.8425
2.56206
64
26.2459
373.5562
46.68945
0
66
6.9835
2.2929
.2738
64
6.7237
4.9556
.6945
Pemenuhan PPA Produktif
LDR
GWMR
98
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran
Lampiran 44 (lanjutan)
(lanjutan)
Hasil
Uji
Beda
rata-rata
Hasil Uji Beda rata-ratadengan
dengant-test
t-test
Independent Samples Test
Keterangan
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig.
(2F
Aktiva
EVA
Produktif
EVNA
.06
Sig.
.806
bermasalah
Pemenuhan
EVA
PPA
EVNA
3.54
.063
Produktif
Pemenuhan
EVA
PPA Non
EVNA
.832
.363
Produktif
BOPO
EVA
3.524
EVA
3.088
EVA
EVNA
.895
.346
df
of the Difference
Std. Error
tailed) Difference Difference
Lower
Upper
28
.490
.343
.49339
-.63494
.3756
.69 26.202
.49
.343
.49406
-.6364
.3903
-.992
28
.323 -5.04285 52.27220
-452.33942 50.25373
-.977 63.234
.332 -5.04285 54.64285
-460.04953 57.96383
-.985
28
.326 -0.7053
0.3250
-30.59337
0.2523
-.984 25.069
.327 -0.7053
0.3409
-30.63672
0.29566
28
.26 -24.94325
20.04366
-64.60306
4.7656
-.226 66.54
.224 -24.94325
20.3403
-65.55366
5.6675
28
.242 -54.7033
46.04457
-45.27737
36.9367
-.58 63.379
.25 -54.7033
46.75970
-47.608
39.26052
.08 -.76
EVNA
GWMR
.692
.063 -.244
EVNA
LDR
t
Mean
.388
28
.699
.25973
.67006
-.06609
.58556
.384 86.708
.702
.25973
.6770
-.08596
.60543
Catatan : EVA = Equal Variance Not Assumed dan EVA : Equal variance Assumed
10
99
Surifah
Analisis Perbedaan Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia
Lampiran 5
Lampiran 5
Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U untuk sample yang berdistribusi
Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U
normal
untuk tidak
sample
yang berdistribusi tidak normal
Ranks
Keteran
gan
Mean Rank
Sum of Ranks
CAR dengan
memperhitungkan resiko
kredit
0
66
49.77
3285.00
64
8.72
5230.00
CAR dengan
memperhitungkan risiko
pasar
0
66
50.05
3303.50
64
8.43
52.50
Total
Total
30
30
Aktiva tetap terhadap modal 0
66
7.36
4709.50
64
59.46
3805.50
Total
NPL gross
NPL nett
66
7.09
4692.00
64
59.73
3823.00
66
70.70
4666.50
64
60.3
3848.50
66
67.9
4482.00
64
63.02
4033.00
66
76.70
5062.00
64
53.95
3453.00
30
0
66
58.2
3836.00
64
73.
4679.00
Total
PDN
30
0
Total
NIM
30
0
Total
Return On Equity
30
0
Total
Return On Asset
30
0
Total
30
0
66
90.84
5995.50
64
39.37
259.50
Total
100
N
30
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 78-101
Lampiran 5 (lanjutan)
Lampiran 5 (lanjutan)
Hasil uji beda rata-rata dengan Man Whitney U
Hasil uji beda rata-rata
dengan
Man
Whitney tidak
U untuk
sample yang berdistribusi
untuk sample
yang
berdistribusi
normal
tidak normal
Test Statisticsa
CAR
CAR dengan
dengan
memperhitun memperhitu
gkan resiko
MannWhitney U
Wilcoxon
W
Z
Aktiva
tetap
ngkan risiko terhadap
NPL
pasar
074.000
092.500 725.500 743.000 768.500 953.000 373.000
625.000
3285.000
3303.500 3805.500 3823.000 3848.500 4033.000 3453.000
3836.000 259.500
modal
gross
Return On Return On
kredit
NPL nett
Asset
Equity
NIM
PDN
439.500
-4.834
-4.748
-.800
-.79
-.60
-.740
-3.44
-2.268
-8.354
.000
.000
.072
.086
.09
.459
.00
.023
.000
Asymp.
Sig. (2tailed)
a. Grouping Variable:
Keterangan
12
101
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI
PEMBIAYAAN BERBASIS PROFIT AND LOSS
SHARING PADA BANK SYARIAH
Moh Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Abstract
In a company that based on the principles of Islamic sharia, it is theoretically believed to be able
to minimize agency problems and agency costs better than conventional institution, both the business
philosophy aspect, contract design, and control. However, in the implementation of profit and loss sharing
model is not dominant used by many Islamic financial institutions, both in Indonesia and abroad. The
research aims was to find out the constraints and problems in implementing these concepts. By using
a descriptive-qualitative analysis which involved 21 samples of Sharia bank management, the finding
of research; there were 3 main constraints of profit and loss sharing implementation, namely the limited
of bank human resources, high operational and monitoring costs, and the debt-based interest in the
client company’s capital structure. Another constraint was the lack of understanding of the Sharia bank
management about the economic impact of profit and loss sharing financing models, un applicable
covenant concept, and infunction of banks as co-management and monitoring of customer’s business
optimally.
Keyword
Profit and Loss Sharing, Bank Syariah
Penulis
Moh. Khoiruddin dan
Vitradesie Noekent,
Dosen
Fakultas
Ekonomi
Universitas Negeri Semarang
(UNNES)
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi,
Manajemen & Akuntansi
Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010
Fak. Ekonomi - Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1412-9450
102
Pendahuluan
Suatu perusahaan komersial secara konvensional mengelola keuangannya dengan tujuan utama untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, yang berarti bagaimana meningkatkan pertumbuhan nilai perusahaan yang biasanya diproksi dengan kinerja harga saham
perusahaan dari waktu ke waktu. Meskipun sudah terdapat
tujuan dalam perusahaan, namun dalam praktik pengelolaan perusahaan sering muncul konflik antara pemegang
saham sebagai stockholder dengan manajer, dan atau antara pemegang saham dengan kreditur.
Dalam konsep Islam bentuk legal perusahaan atau kontrak bisnis ditentukan oleh bagaimana modal didapatkan,
bagaimana tenaga kerja dipekerjakan, bagaimana berbagai
faktor dihargai, siapa yang mengambil kebijakan, berapa
banyak perusahaan atau kontrak yang disatukan, dan siapa
yang menanggung risiko kegagalan. Tujuan perusahaan
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Islami adalah maksimisasi profit dan
sekaligus maksimisasi kebahagiaan (alfalaah), manfaat (maslahah) dan kebaikan (al-thayyibah) dalam suasana yang
penuh dengan persaudaraan (al-ukhuwwah). Pemilik modal, pengelola, tenaga
kerja, supplier, konsumen, dan semua
pihak yang terkait saling berinteraksi dan
saling menguntungkan. Bentuk Profit
Loss Sharing (PLS) cukup dominan
dalam literature teoritis keuangan Islam.
Profit Loss Sharing (PLS) adalah suatu
kontrak yang disepakati antara dua atau
lebih pihak yang melakukan transaksi,
yang memungkinkan mereka mengumpulkan sumber daya masing-masing untuk diinvestasikan dalam suatu proyek
serta berbagi laba dan rugi. Kebanyakan
ahli ekonomi Islam menyatakan bahwa
PLS didasarkan pada dua bentuk pembiayaan utama, yaitu mudharabah dan
musyarakah (Humayon A. Dar dan John
Presley, 2000, hal. 3.) Secara khusus,
dalam bentuk kerjasama usaha yang
dilandasi akad mudharabah dan musyarakah, ketentuan hak dan kewajiban
antara pemilik modal dengan pengelola
modal telah diatur secara khas, yang
menempatkan semua pihak pada posisi sebagai mitra. Demikian pula aturan
dalam perhitungan hasil usaha (revenue
sharing, profit-loss sharing atau profit
sharing) untuk penentuan besarnya
kompensasi/kerugian yang menjadi hak
atau kewajiban bagi kedua belah pihak.
Konsep mudaharabah dan musyarakah
ini merupakan konsep secara nyata ber-
beda dengan konsep pembiayaan konvensional yang akan memberikan dampak maslahah yang lebih besar, baik secara internal (pihak yang terlibat dalam
usaha) maupun eksternal atau makro.
Secara teori-normatif konsep islam tentang perusahaan/kontrak bisnis ini jauh
lebih potensial dalam meminimumkan
agency problem, karena pendekatan
penyelesaian masalah yang digunakan
tidak saja materi tetapi juga yang bersifat spiritual atau non-materi, yang berorientasi pada dunia-akherat. Namun
demikian dalam praktiknya perusahaan
dengan prinsip syariah Islam tidak bisa
lepas dari potensi agency problem, terutama dalam model mudharabah dan
musyarakah, sebagaimana dialami oleh
perusahaan konvensional yang muncul
akibat informasi yang tidak seimbang
(asymmetric information) dan tindakan pengawasan yang cukup berbiaya
(costly monitoring). Salah satu indikasi
adanya agency problem dalam model
pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah laporan Association of Islamic Banks tahun 1996 yang menyatakan
bahwa konsep profit-loss sharing (mudharabah dan musyarakah) hanya digunakan kurang dari 20% dari keseluruhan
investasi yang dilakukan oleh bank Islam
di seluruh dunia. Demikian juga dengan
Islamic Development Bank (IDB) yang
tidak banyak menggunakan profit-loss
sharing dalam bisnis keuangannya, kecuali dalam sejumlah proyek skala kecil (Humayon A. Dar dan John Presley,
103
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
2000, hal. 4.) Dalam konteks Indonesia,
pembiayaan mudharabah dan musyarakah dalam bank umum syariah dan
BPR Syariah jumlahnya tidak pernah
dominan sejak tahun 1992. Hingga akhir
Juli 2009 jumlah pembiayaan PLS pada
BUS dan UUS hanya 36,4%, sementara
untuk pembiayaan murabahah sebesar
56,9% dari total pembiayaan yang diberikan. Sementara pada periode yang
sama jumlah pembiayaan PLS yang
diberikan BPR Syariah sebesar 12,6%,
dan 79,1% untuk pembiayaan murabahah. Lihat Tabel 1 dan Tabel 2. (Bank
Indonesia, 2009 hal 30).
Tabel 1
Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah dan UUS
(dalam miliar rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), July 2009
104
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Tabel 2
Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Pembiayaan Syariah
(dalam juta rupiah)
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics), July 2009
Dari fakta yang ada nampak bahwa
kebanyakan bank syariah seolah telah
memarginalkan bentuk pembiayaan
mudharabah dan musyarakah. Sementara dalam waktu bersamaan menjadikan pembiayaan murabahah sebagai
model pembiayaan yang dominan,
suatu model yang memungkinkan bank
syariah menolak hampir semua risiko
dalam transaksi jual beli dan mendapatkan return relatif tinggi. Dengan kata lain
dalam bank syariah, mudharabah dan
musyarakah sulit untuk dioperasionalkan dalam konteks modern seperti
sekarang ini (Abdullah Saeed, 1996, hal
75-96).
Meskipun konsep usaha/bisnis berbasis nilai-nilai Islam telah lama digaungkan, tetapi ketika faktanya seperti itu
(model profit-loss sharing masih minoritas), maka sesungguhnya belum terjadi perubahan signifikan perilaku masyarakat dan institusi keuangan Islam
atas konsep usaha/bisnis konvensional
yang berbasis utama pada interest atau
materi. Dengan demikian, kemaslahan
optimal yang diimpikan masih sangat
jauh dari yang diharapkan. Hubungan
antara pemodal dan pengusaha, antara
pemilik dan manajer tetap saja seperti
semula. Perhitungan kompensasi antar
pihak yang bermitra pun tidak banyak
105
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
berubah, masih cenderung berbaubau interest. Bila keadaannya seperti
itu, maka sudah dapat dipastikan tidak
akan lahir multiplier effect of maslahah
yang dahsyat, baik secara mikro maupun makro. Kemakmuran, kebahagiaan
bersama dengan penuh persaudaraan
dalam masyarakat pada akhirnya tidak
akan semakin membaik.
Berangkat dari fakta umum seperti itu
menarik untuk dikaji kembali bagaimana
sebenarnya konsep Islam dalam usaha/
bisnis dengan akad mudharabah atau
musyarakah—yang mampu menghasilkan maslahah besar bagi semua pihak,
serta bagaimana konsep tersebut dapat
terealisasi dengan baik. Untuk keperluan tersebut dengan didukung sejumlah
data dari hasil riset penulis di sejumlah
bank syariah di wilayah Jawa Tengah,
maka tulisan ini akan mengungkapkan
berbagai kendala dan permasalahan
yang dihadapi dalam implementasi konsep tersebut. Tulisan ini juga mencoba
menawarkan kerangka solusi alternatif
untuk mengatasi berbagai masalah dan
kendala yang dihadapi tersebut. Solusi
yang ditawarkan meliputi aspek kemanfaatan mikro dan makro, SDM, regulasi
dan indikator pengukuran kinerja institusi keuangan islam, serta kelembagaan.
Metodologi Penelitian
Riset ini merupakan riset eksploratif
dengan teknik pengumpulan data
106
menggunakan kuesioner dan wawancara terbatas yang ditujukan kepada
para pimpinan/manajemen bank syariah.yang dilakukan penulis pada bulan
September hingga Oktober tahun 2009,
dengan jumlah sampel sebanyak 21
bank syariah yang beroperasi di wilayah
Jawa Tengah. Sampel diambil secara
random. Kuesioner dibagi dua bagian,
bagian pertama berisi sejumlah pertanyaan yang meliputi variabel perencanaan pembiayaan, pertimbangan bank
dalam pembiayaan, resiko pembiayaan murabahah, aplikasi pembiayaan,
dampak pembiayaan terhadap ekonomi
mikro dan makro, regulasi dan agency
problem/ agency cost. Bagian kedua,
berisi pertanyaan tentang faktor-faktor
apa yang menjadi kendala dalam implementasi pembiayaan PLS (mudharabah
dan musyarakah). Dalam bagian ini responden diminta untuk mengurutkan
sejumlah kendala implementasi PLS
(mudharabah dan musyarakah), dari
yang paling serius sampai dengan yang
paling tidak serius.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kendala
PLS
Utama
Implementasi
Hasil riset menunjukkan terdapat
3 kendala utama dalam implementasi PLS, yaitu keterbatasan SDM bank,
biaya operasional dan monitoring yang
tinggi, serta adanya hutang berbasis
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Tabel 3
Kendala-kendala Implementasi
Model Pembiayaan PLS Bank Syariah
Urutan
Paling
Serius
1
2
3
4
5
6
Macam Kendala
ƒ Keterbatasan SDM bank
ƒ Biaya operasional dan
monitoring tinggi
ƒ Adanya hutang berbasis bunga
dalam struktur modal
perusahaan nasabah
ƒ Keterbatasan teknologi bank
ƒ Keterbukaan dan kejujuran
nasabah rendah
ƒ Aspek keuangan dan akuntansi
perusahaan nasabah
ƒ Risiko kegagalan tinggi
ƒ Pemahaman nasabah tentang
konsep pembiayaan syariah
rendah
ƒ Konflik kepentingan berbagai
pihak dalam perusahaan
nasabah
ƒ Lainnya....
ƒ Konsep sulit diaplikasikan
2. Kemanfaatan Mikro dan Makro
Keberhasilan implementasi model pembiayaan PLS akan sangat luar
biasa, baik pada skala mikro maupun
makro. Keberhasilan model pembiayaan PLS akan mampu meningkatkan
tingkat konsumsi, produksi, tabungan,
investasi, Zakat Infaq Shadaqah (ZIS),
kemandirian masyarakat, sekaligus
akan dapat mengurangi ketergantungan
pada pihak kapitalis asing.
Dari hasil riset, terungkap bahwa
masih memprihatinkan pemahaman
para manajemen bank syariah berkenaan dengan dampak ekonomi model
pembiayaan PLS ini. Ketika diminta
pendapatnya bahwa Pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah
mempunyai dampak yang sama terhadap perkembangan ekonomi mikro dan
makro, maka hasilnya (lihat Grafik 1)
lebih dari 60% responden menjawab setuju dan sangat setuju, dan sekitar 38%
menyatakan kurang setuju.
SMDAMP
40
30
20
0
Percent
bunga dalam struktur modal perusahaan nasabah. Secara lebih lengkap lihat
Tabel 3.
0
3.00
4.00
5.00
SMDAMP
Grafik 1
Pembiyaan konvensional dan PLS
berdampak sama pada ekonomi mikro dan
makro
Kemudian, ketika diminta pendapatnya bahwa Pembiayaan murabahah
dan pembiayaan mudharabah/musyarakah mempunyai dampak yang sama
terhadap perkembangan ekonomi mikro dan makro, maka hasilnya (lihat
Grafik 2) hampir sama yaitu lebih dari
60% responden menjawab setuju dan
sangat setuju, bahkan yang menjawab
107
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
sangat setuju mencapai lebih dari 30%.
Sementara sekitar 38% menyatakan kurang setuju.
DAMPEK
50
40
30
SMDAMSY
20
40
0
Percent
30
0
3.00
20
4.00
5.00
DAMPEK
Percent
0
0
3.00
4.00
5.00
SMDAMSY
Grafik 2
Pembiyaan PLS dan murabahah
berdampak sama pada ekonomi mikro dan
makro
Selanjutnya, ketika diminta pendapatnya bahwa Dampak pembiayaan
terhadap perkembangan ekonomi mikro-makro tidak begitu relevan dalam
penetapan keputusan pembiayaan kepada nasabah, maka hasilnya lebih hebat lagi, yaitu sekitar 48% menyatakan
sangat setuju, 30% setuju, dan hampir
25% kurang setuju.
108
Grafik 3
Dampak pada ekonomi mikro dan makro
tidak relevan dalam pengambilan
keputusan PLS
Dengan pola pembiayaan berbasis
bunga, biaya bunga akan menambah
biaya tetap (fixed cost/FC), karena berapapun tingkat usaha/produksi yang
dilakukan dalam skala tertentu, apakah
perusahaan untung atau rugi, besarnya
bunga tidak terpengaruh. Ketika biaya
tetap bertambah dengan adanya bunga
tersebut, maka biaya tetap rata-rata per
unit produk (average fixed cost/AFC)
juga akan semakin besar, demikian pula
dengan biaya rata-rata per unit (average
cost/AC). Besarnya biaya rata-rata per
unit tersebut akan berpengaruh pada
penentuan harga jual produk per unit
yang semakin mahal karena perusahaan tidak mau rugi, dan membebankan
kenaikan biaya ini pada konsumen
melalui penetapan harga jual produk.
Dari sisi perusahaan pola pembiayaan
dengan beban bunga tersebut tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
dengan pola pembiyaan secara Islami.
Perlu diingat bahwa pola pembiayaan
Islami didasarkan dengan profit atau revenue sharing, yang artinya bagi hasil
tersebut tidak membebani biaya tetap
atau biaya variabel. Implikasi selanjutnya dari penetapan harga jual produk
yang tinggi akibat beban bunga tersebut
dapat mengurangi daya saing produk
perusahaan di pasar, terutama dari sisi
harga.
yang lebih rendah daripada dalam suatu
perekonomian dengan pemberlakuan
tingkat bunga yang positif.
Manfaat besar pada skala mikro dari
pola pembiayaan Islami yang terkait
langsung dengan bentuk usaha tersebut juga akan berdampak positif dalam
skala makro. Dalam kerangka ekonomi
makro adanya tambahan beban tetap di
sektor riil tersebut berdampak pada pendapatan riil masyarakat yang semakin
rendah ketika terjadi penetapan harga
jual produk yang lebih tinggi, sementara
tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan nominalnya. Pendapatan riil masyarakat yang menurun ini akan berdampak
pada semakin mengecilnya permintaan
produk, sehingga agregat demand akan
mengalami kemerosotan. Dengan kata
lain kondisi tersebut akan mengganggu
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam hal ini, Badal Mukherjee dari hasil studinya sebagaimana dikutip oleh
Sarker (1999) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga nol persen dalam suatu perekonomian ternyata menghasilkan
keseimbangan dengan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan profit margin
Masyarakat konsumen tidak perlu
mengeluarkan uang yang besar untuk
mendapatkan produk yang diinginkannya
di pasar. Tabungan atau kekuatan modal yang berasal dari dalam negeri, yaitu dari masyarakat akan semakin besar
ketika harga jual produk-produk menjadi
lebih murah. Tabungan nasional yang
besar ini akan sangat berguna untuk
menggerakkan perekonomian nasional
secara mandiri yang lebih kokoh, dan
tidak tergantung kepada negara lain.
Dengan demikian kesulitan keuangan
nasional sebenarnya sangat mungkin
dapat diatasi dengan pola pembiayaan
usaha secara Islami yang bebas dari
bunga tersebut (Moh Khoiruddin, 2002,
hal 12).
Demikian pula masih dalam kerangka ekonomi makro, akan sangat besar penghematan yang dapat dilakukan
secara nasional bila perusahaan-perusahaan di sektor riil dalam pembiayaannya tidak menggunakan pola hutang
yang mengandung bunga tersebut.
3. Sumber Daya Manusia
Berkenaan dengan kendala-kendala
dalam implementasi model pembiayaan
mudharabah dan musyarakah diperoleh
hasil, bahwa menurut manajemen faktor
109
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
keterbatasan sumber daya manusia
pada bank syariah termasuk kendala paling serius. Lihat Tabel 3 di atas. Hal ini
nampaknya tidak terlalu mengherankan,
baik dilihat dari sisi kualitas maupun
kuantitas SDM yang ada. Banyak SDM
bank syariah yang merupakan hasil
upaya instant, yang semula berasal dari
bank konvensional ditraining beberapa
bulan tentang operasional bank syariah
lalu kemudian berkarir di bank syariah.
Bahkan dalam sejumlah bank yang
mempunyai Unit Usaha Syariah dengan mudahnya menukar karyawan bank
konvensional dengan karyawan bank
syariah dan begitu pula sebaliknya.
Filosofi usaha yang ada di benak
kebanyakan SDM bank syariah yang
seperti itu bisa jadi masih filosofi materialisme, sehingga yang menggerakkan
perilakunya pada tataran operasional
hingga managerial bukan filosofi usaha
sesuai konsep Islam (model PLS murni),
meskipun mereka membawa bendera
PLS. Inilah yang sangat dikhawatirkan
dan menjadi penyebab utama gagalnya
pemahaman konsep PLS yang sebenarnya sebagaimana diutarakan di atas.
Dengan SDM seperti itu akan sangat sulit bank syariah akan mampu bertahan
pada rel yang benar, apalagi mampu
mengembangkan keunggulan kompetitif
bank syariah terhadap pesaingnya yang
konvensional.
110
Demikian pula dari sisi kuantitas,
jumlah SDM bank syariah sangat terbatas, sehingga menyulitkan bank syariah
untuk dapat lebih intensif berinteraksi dengan para nasabahnya, padahal
kesuksesan model PLS salah satunya
sangat ditentukan oleh intensitas petugas operasional berinteraksi dengan
nasabah.
4. Aspek Regulasi dan Indikator Kinerja Bank Syariah
Aspek regulasi ini penting dalam
rangka untuk memperlancar proses
implementasi model PLS. Regulasi ini
seharusnya dibuat oleh Bank Indonesia
khusus terkait dengan model PLS. Bebarapa hal berikut ini patut dipertimbangkan dalam pembuatan regulasi tersebut.
Untuk memperbaiki mekanisme kontrol
dalam kasus mudharabah agar financier
lebih mempunyai hak, maka dipandang
perlu merekonstruksi standar kontrak
profit-loss sharing sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi di
lapangan, namun masih dalam kerangka syariah yang diperbolehkan. Terkait
dengan masalah ini ketika responden
dimintai pendapat tentang, Agar lebih
mudah diaplikasikan, maka akad pembiayaan mudharabah dan musyarakah
perlu dimodifikasi, maka hasil riset lebih
dari 70% menyatakan setuju dan sangat
setuju (lihat Grafik 5).
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
MODAKAD
ATBIPROP
60
50
50
40
40
30
30
20
20
Percent
Percent
0
0
3.00
4.00
5.00
MODAKAD
Grafik 5
Perlunya Modifikasi Akad
Pembiayaan PLS.
Adanya aturan yang mewajibkan
institusi keuangan islam untuk menerapkan model pembiayaan PLS dalam
kuantitas minimal tertentu dari total
pembiyaan yang diberikan, sebagai bagian penilaian kinerja bank syariah. Hal
ini akan mendorong institusi keuangan
islam untuk semakin kreatif dan cerdas
untuk menciptakan model manajemen risiko yang khas. Meskipun terkait dengan
masalah ini hampir 50% menyatakan
kurang setuju ketika dimintai pendapat,
Perlu ada aturan BI tentang besarnya
proporsi masing-masing pembiayaan
syariah yang diberikan bank, sementara
yang menyatakan setuju dan sangat setuju dalam jumlah hampir sama, sekitar
yaitu 50% (lihat Grafik 6).
0
0
2.00
3.00
4.00
5.00
ATBIPROP
Grafik 6
Perlunya Aturan Proporsi Minimal
Pembiayaan PLS.
5. Aspek Kelembagaan
Realisasi dari 3 aspek sebelumnya belum menjamin lancarnya implementasi model pembiayaan PLS tanpa
adanya perhatian yang memadai pada
aspek kelembagaan. Perlu adanya lembaga/institusi yang berfungsi membantu
memberikan arahan manajemen kepada mudharib dalam pengelolaan usahanya. Bila mengaca pada keberhasilan
bank syariah dalam penggalian dana
melalui model mudharabah dan musyarakah hingga jumlah dari dari sumber
tersebut dominan di bank syariah, maka
nasabah shahibul maal dapat percaya
kepada bank syariah karena “bank syariah profesional” di mata mereka. Oleh
karena itu agar pembiayaan PLS dapat
berhasil maka nasabah mudharib harus
juga profesional. Agar mudharib dapat
profesional, maka butuh pihak ketiga
111
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
sebagai pendamping/konsultan manajemen usaha mudharib. Model operasionalnya barangkali hampir sama dengan
model modal ventura yang melibatkan
management institution. Dari hasil riset
kepada para manajemen bank syariah
menunjukkan perlunya keberadaan institusi tersebut untuk menurunkan risiko
yang dihadapi bank syariah dalam implementasi model pembiayaan PLS. Ketika diminta pendapatnya bahwa, Perlu
ada pihak ketiga yang secara profesional membantu bank sebagai pendamping manajemen dan monitoring usaha
nasabah dalam pembiayaan mudharabah/musyarakah, hasilnya (lihat Grafik 7)
hampir 70% manajemen bank syariah
menyatakan setuju dan sangat setuju
adanya pihak ketiga sebagai pendamping manajemen usaha mudharib.
40
30
20
Percent
0
0
3.00
4.00
5.00
PHKKTG
Grafik 7
Perlunya Pihak Ketiga Membantu bank
sebagai pendamping usaha mudharib.
112
Simpulan
a. Terdapat 3 kendala utama implementasi PLS, yaitu keterbatasan
SDM bank, biaya operasional dan
monitoring yang tinggi, serta adanya
hutang berbasis bunga dalam struktur modal perusahaan nasabah.
b. Kendala lain adalah minimnya pemahaman para manajemen bank
syariah tentang dampak ekonomi
model pembiayaan PLS; konsep
akad yang kurang applicable; dan
bank tidak bisa berfungsi sebagai
pendamping manajemen dan monitoring usaha nasabah secra optimal.
Saran
PHKKTG
2.00
Simpulan dan Saran
a. Aspek kemanfaatan mikro dan makro. Penyadaran terhadap manfaat
pada skala mikro maupun makro
perlu digencarkan, karena keberhasilan model pembiayaan PLS akan
mampu meningkatkan tingkat konsumsi, produksi, tabungan, investasi, Zakat Infaq Shadaqah (ZIS), dan
kemandirian akan masyarakat, dan
sekaligus akan dapat mengurangi
ketergantungan bangsa pada pihak
kapitalis asing.
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
b. Aspek SDM. Untuk mengatasi masalah SDM sudah saatnya bank syariah menaruh perhatian besar pada
aspek SDM ini, mulai dari perencanaan, perekrutan, mutasi, penempatan, pengarahan, kompensasi, pengembangan, dan jenjang karir secara profesional, manusiawi dan yang
sesuai dengan semangat nilai-nilai
Islam, hingga mampu menciptakan
SDM yang mampu mensikronkan
sisi filosofis dan operasional usaha
secara Islami.
c. Aspek regulasi. Aspek regulasi ini
penting dalam rangka untuk memperlancar proses implementasi model PLS. Regulasi ini seharusnya
dibuat oleh Bank Indonesia khusus
terkait dengan model PLS yang meliputi penilaian laba, , syariah complience, law enforcement, proporsi
pembiayaan PLS, dan akad.
d. Aspek kelembagaan. Perlu perhatian yang memadai pada aspek kelembagaan penunjang yang meliputi
lembaga pemeringkat, lembaga peradilan, dan penasehat manajemen
mudharib. Dalam penilaian kinerja
bank syariah, perlu ditekankan bahwa dari sisi kemampuan menghasilkan laba, tidak saja diukur dari
besarnya laba yang dicapai tanpa
memperhatikan darimana laba tersebut diperoleh, tetapi laba yang digunakan sebagai indikator keberha-
silan institusi keuangan islam akan
tinggi nilainya bila semakin banyak
berasal dari keuntungan model pembiayaan PLS.
e. Pengetatan aturan shariah compliance bagi institusi keuangan dan
perusahaan penerima pembiayaan.
Demikian pula sanksi harus jelas
dan tegas dalam law enforcement.
f. Bank syariah harus berani mengambil langkah strategis untuk menciptakan keunggulan kompetitif dengan pangsa pasar yang jelas. Ketika bank syariah hanya beroperasi
seperti sekarang ini dengan alokasi
dana yang dominan pada pembiayaan yang berbasis mirip-mirip bunga, maka tidak akan menghasilkan
multiplier effect of maslahah yang
dahsyat pada umat. Selain itu ceruk
pasar bank syariah akan dengan
mudah diambil oleh bank-bank “syariah” yang digerakkan oleh modal
kapital dan jaringan besar yang berasal dari mereka yang hanya memburu peluang bisnis. Mereka dengan
mudah melakukan itu karena mereka sedemikian mudah mengadopsi
konsep operasional bank syariah
sekarang ini. Mereka pun akan suka
bermain dalam pasar ini karena
mereka menghadapi risiko yang
lebih kecil dan return yang lebih baik
dibandingkan di pasar konvensional. Indikasi seperti itu sudah sangat
113
Moh. Khoiruddin dan Vitradesie Noekent
Faktor-Faktor Penghambat Implementasi Pembiayaan Berbasis Profit and Loss Sharing pada Bank Syariah
tampak dalam beberapa waktu terakhir dan akan lebih hebat pada beberapa waktu ke depan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Saeed, 1996. Islamic Banking
and Interest: A Study of the Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation, New York: E. J. Brill.
Abdul Awwal Sarker, 1999. “Islamic
Business Contracts, Agency Problem and the Theory of the Islamic
Firm”. In The International Journal
of Islamic Financial Services. Vol. 1,
No. 2, July-September.
Bank Indonesia. 2009. Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 7, No. 7,
Juni.
--------------------. 2009. Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking
Statistics). Juli.
Eugene F, Fama, Michael C, Jensen.
1983. “Separation of Ownership and
Control”. In The Journal of Law and
Economics. Vol. XXVI, June.
Frank Vogel dan Samuel, Hayes, III.
1998. Islamic Law and Finance: Religion, Risk and Return. The Hague:
Kluwer Law International.
Humayon, A. Dar, John R, Presley.
2000. “Lack Of Profit-Loss Sharing
in Islamic Banking : Management
and Control Imbalances”. In The International Journal of Islamic Financial Services. Vol. 2, No. 2.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. PSAK
No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah.
--------------------------------. 2007. PSAK
No. 106 tentang Akuntansi Musyarakah.
Canyan, D. Leach. 1994. “Top Pay,
Company Performance and Corporate Governance” in The Oxford Bulletin of Economics and Statistics.
Jensen W. Meckling. 1976. “Theory
of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership
Structure”. In The Journal of Financial Economics.
Eugene F, Brigham, Louis C, Gapenski.
1997. Financial Management :
Theory and Practice. Eight Edition,
Dryden Press Harcourt Brace College Publishers,
Moh Khoiruddin, 2002. “Upaya Meminumkan Agency Problem dengan
Menggunakan Konsep Islam tentang
Perusahaan”. Dalam Kompetensi,
FE UCY.
114
KOMPETENSI
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 1 Januari - April 2010 102-115
Mohammad
Omar
Farooq.
2006.
Partnership,
Equityfinancing and Islamic finance:
Whither Profit-Loss-Sharing?. Online
google, (diunduh 24 Agustus 2009).
Muhammad. 2009. Permasalahan Agency Dalam Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Syariah Di Indonesia.
Online http://Ekonomi Islam, (diunduh 25 April 2009).
The Journal of Business Finance
and Accounting,
Tariqullah Khan, 1996. An Analysis of
Risk Sharing in Islamic Finance with
Special Reference to Pakistan, online google, (diunduh 15 April 2009).
Muhammad Taqi Usmani. 2002. An Introduction to Islamic Finance, The
Hague: Kluwer Law International.
Munawar Iqbal dan Philip Molyneux,
2005. Thirty Years of Islamic Banking: History, Performance and Prospects. Palgrave.
Rajesh Aggarwal and Tarik Yousef.
2002. “Islamic Banks and Investment Financing”. In The Journal of
Money, Credit and Banking, Vol. 32,
No. 1, February
Umer Chapra, 1985. Towards A Just
Monetary System, The Islamic Foundation, Leicester.
Watson Ogden S, R. 1996. “The Relationship Between Changes in Incentive Structures, Executive Pay
and Corporate Performance : Some
Evidence from the Privatised Water
Industry in England and Wales”. In
115
Download