universitas indonesia laporan praktek kerja profesi apoteker di

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE 10 FEBRUARI – 8 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NOPIANA, S.Farm.
1306343952
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)
DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
PERIODE 10 FEBRUARI – 8 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
NOPIANA, S.Farm.
1306343952
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr.
Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Februari – 08 April
2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Imanuel, S. Farm., Apt. selaku pembimbing luar yang telah banyak berbagi
ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan selama penyusunan laporan ini;
2.
Bapak Prof. Dr. Maksum Radji, Apt., M. Biomed. selaku pembimbing dalam yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama
penyusunan laporan ini;
3.
Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia;
4.
Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi Universitas Indonesia
dan selama melaksanakan PKPA;
5.
Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat
menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;
6.
Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis menjalani PKPA di
sana;
vi
iii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
7.
Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis selama ini;
8.
Keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah berhenti
memberikan dukungan dan doa;
9.
Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 78 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah
terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di
dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik
yang membangun untuk memperbaiki penulisan laporan penulis ke depannya. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri penulis maupun pihak lain yang terlibat dan
membaca laporan ini.
Penulis
2014
ivvii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama
NPM
Program Studi
Judul
:
:
:
:
Nopiana
1306343952
Profesi Apoteker
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum
Pusat
Nasional
(RSUPN)
dr.
Cipto
Mangunkusumo Periode 10 Februari – 8 April 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas pokok
seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan farmasi dan
pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus
yang diberikan berjudul “Pendataan Penggunaan Obat Sitostatika pada Pasien
yang Menjalani Kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo Bulan Februari-Maret 2014”. Tujuan pembuatan tugas khusus
tersebut untuk mengetahui kebutuhan obat sitostatika pada pasien yang menjalani
kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada
bulan April - Juni 2014 agar proses kemoterapi tidak terhambat.
: Apoteker, kemoterapi, Manajemen perbekalan farmasi, Pelayanan
farmasi klinik, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Sitostatika
Tugas Umum : viii + 103 halaman; 3 gambar, 6 tabel,18 lampiran
Tugas Khusus : v + 33 halaman; 1 gambar, 1 tabel, 6 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 8 (1996 - 2009)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 8 (2004 - 2011)
Kata Kunci
ix
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name
Student Numbers
Program Study
Title
:
:
:
:
Nopiana
1306343952
Pharmacist
Report of Pharmacist Practice in General Hospital
National Center dr. Cipto Mangunkusumo period 10
Feruary – 8 April 2014
Pharmacist Professional Practice in General Hospital National Center dr. Cipto
Mangunkusumo aims for students to know and understand the basic tasks of a
pharmacist in pharmaceutical supply management and the role of clinical
pharmacy services in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Given a special
assignment titled "Data Collection Drug Use in Patients Undergoing Sitostatica
Chemotherapy in Hematology-Oncology Poly RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
February and March 2014 ". The purpose of the special assignment to determine
the needs of medication sitostatica in patients undergoing chemotherapy in
Hematology-Oncology Poly RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in April - June
2014 so that the process chemotherapy is not delayed.
Keywords
: Chemotherapy,
Clinical
pharmacy
services,
Pharmaceuticals management, Pharmacists, RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo, Sitostatica
General Assignment : viii + 103 pages; 3 pictures, 6 tables, 18 attachments
Special Assignement : v + 33 pages; 1 picture, 1 table, 6 attachments
General Assignment References : 8 (1996 - 2009)
Special Assignment References : 8 (2004 -2011)
x
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..............................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................
ABSTRAK ...........................................................................................................
ABSTRACT .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
1 PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1.2 Tujuan .............................................................................................................
2 TINJAUAN UMUM..........................................................................................
2.1 Rumah Sakit .....................................................................................................
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ........................................................................
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ....................................................................
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ...........................................
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ............................................
3 TINJAUAN KHUSUS ......................................................................................
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .......................................................
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ...........................
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ...................................
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .........................
4 PEMBAHASAN ................................................................................................
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat ..................................................................
4.2 Sub Instalasi Produksi Satelit ..........................................................................
4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) .........................................................
4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ....................................................................
4.5 Satelit Farmasi Pusat ........................................................................................
4.6 Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ...........................................................
4.7 Satelit Kirana ...................................................................................................
5 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................
5.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR ACUAN ...............................................................................................
1
1
2
3
3
7
9
13
15
20
20
22
25
28
33
33
39
45
57
61
67
76
82
82
83
87
xi
v
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ...................................... 20
Gambar 4.1 Skema pembagian penyimpanan perbekalan farmasi ....................... 47
Gambar 4.2 Skema alur perizinan penggunaan Perbekalan Farmasi > Rp 500.000
untuk pasien JKN ............................................................................... 51
vi
xii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pembagian ruang rawat inap tiap lantai................................................ 46
Tabel 4.2 Pengelompokan penyimpanan khusus perbekalan farmasi .................. 48
Tabel 4.3 Masalah, penyebab, dan saran mengenai pelayanan kefarmasian
di gedung A ......................................................................................... 56
Tabel 4.4 Jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit
Pusat Farmasi ...................................................................................... 65
Tabel 4.5 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di satelit Lt.1 dan 4.. 68
Tabel 4.6 Aturan Pengiriman Obat di IGD .......................................................... 73
vii
xiii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............... 88
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ............................................ 89
Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan ...... 90
Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang ........... 91
Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi .................... 92
Lampiran 6. Contoh Etiket Print ........................................................................ 93
Lampiran 7. Contoh Etiket Manual .................................................................... 93
Lampiran 8. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose ............................................. 94
Lampiran 9. Contoh Stiker Obat ........................................................................ 95
Lampiran 10. Contoh Blanko Kartu Stok ........................................................... 96
Lampiran 11. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ...................................... 97
Lampiran 12. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap .................... 98
Lampiran 13. Formulir Medication History Taking Pasien ................................ 99
Lampiran 14. Alur Pengelolalaan Perbekalan Farmasi di RSCM ...................... 100
Lampiran 15. Denah Gudang Farmasi I .............................................................. 101
Lampiran 16. Lembar Checklist Review Resep Obat Pasien .............................. 102
Lampiran 17. Lembar Formulir Serah Terima Barang ....................................... 103
Lampiran 18. Formulir Permintaan Khusus Obat
Non Formularium Nasional ........................................................... 104
viii
xiv
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (UU No. 36 tahun
2009 tentang kesehatan). Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan merupakan rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah
satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar
pelayanan rumah sakit yang disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented). Hal tersebut juga
terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung
kepada pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan farmasi yang
beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat
jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar dan
Amalia, 2004).
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua pasien dan
menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya
minimal. Oleh karena itu, Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit
1
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
di rumah sakit yang bertugas dan bertanggungjawab sepenuhnya pada
pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan perbekalan farmasi yang beredar
dan digunakan di rumah sakit tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
bertanggungjawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan
terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian
atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah
sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik (Siregar
dan Amalia, 2004).
Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan
tanggung
jawab
untuk
melaksanakan
pekerjaan
kefarmasian.
Seiring
perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin diperlukan karena
pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk semata (product
oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan
orientasi pekerjaan tersebut menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang
luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan
perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik.
Salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
wawasan,
pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya,
maka Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan program Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker
yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama 2 bulan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini
adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas
pokok seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit
2.1.1
Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan
sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi social
(Republik Indonesia, 2009a).
2.1.2
Fungsi dan Tugas Rumah Sakit
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud fungsi
rumah sakit adalah :
a.
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c.
Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn.
d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.
3
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
2.1.3
Klasifikasi Rumah Sakit
Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk member kemudahan
mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilik serta
evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit
pendidikan.
2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi:
a.
Rumah sakit umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:
1) Rumah sakit umum kelas A
Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima
pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain,
dan tiga belas pelayanan medik subspesialis.
2) Rumah sakit umum kelas B
Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat
pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya,
dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
3) Rumah sakit umum kelas C
Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat
pelayanan spesialis penunjang medik.
4) Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
5
b.
Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi:
1) Rumah Sakit khusus kelas A
2) Rumah Sakit khusus kelas B
3) Rumah Sakit khusus kelas C
2.1.3.2 Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
a.
Rumah sakit publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b.
Rumah sakit privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.
2.1.3.3 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi
kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga
kesehatan lainnya.
2.1.4
Organisasi Rumah Sakit
Yang dimaksud dengan organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur
yang dibangun oleh rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan
tugas masing-masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi
tersebut dapat berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit
yang tidak berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit swasta.
Mereka berdiri dari orang yang memiliki rumah sakit tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
6
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga
medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.
2.1.5
Tenaga Kesehatan
Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi
profesi masing-masing. Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:
a.
Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;
b.
Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;
c.
Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten
apoteker;
d.
Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan
entomolog
kesehatan,
mikrobiolog
kesehatan,
penyuluh
kesehatan,
administrator kesehatan, dan sanitarian;
e.
Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;
f.
Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan
terapi wicara; dan
g.
Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi
gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik
prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
7
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
2.2.1
Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas
di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004).
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara
umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang
terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis
mencakup pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan AMalia, 2004)
2.2.2
Tugas dan Fungsi IFRS
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a.
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c.
Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d.
Memberi
pelayanan
bermutu
melalui
analisa,
dan
evaluasi
untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h.
Memfasilitasi
dan
mendorong
tersusunnya
standar
pengobatan
dan
formularium rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
8
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
a.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi
b.
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
2.2.3
Ruang Lingkup IFRS
Ruang lingkup farmasi terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam program
rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat
(EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan klinis,
pemeliharaan formularium; penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit,
serata informasi obat.
b.
Farmasi non-klinik mencakup: perencanaan; penetapan spesifikasi produk
dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan
dan pengemasan kembali, distribusi dan pengendalian semua perbekalan
keesehatan yang beredar yang digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.
(Siregar, 2004)
2.2.4
Struktur Organisasi IFRS
Berdasarkan
keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,
tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan
filosofi
pelayanan
kefarmasian.
Bagan
organisasi
adalah
bagan
yang
menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan, pelayanan farmasi klinis dan manajemen mutu, serta harus selalu
dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai
harapan pelanggan. Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu
tingkat puncak, tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak
bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas
fungsi dari system mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian
besar merupakan kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk
mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
9
Manajer garis depan terdiri atas personil pengawas yang secara langsung
memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan.
Setiap personil IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan
fungsi mereka, dampaknya pada pelayanan, dan bertanggung jawab untuk
mencapai mutu produk dan pelayanan (Siregar, 2004).
2.3 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker
wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi adalah:
a.
Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
dan evaluasinya.
b.
Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan
(Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
2.3.1
Organisasi dan Kegiatan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang
dilakukan bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah
sakit setempat:
a.
Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga)
dokter, apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional
yang ada.
b.
Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari
instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c.
Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya
2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
10
sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi.
d.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat Panitia Farmasi dan Terapi
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
e.
Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat (Depkes RI, 2004,
http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa
keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota
tersebut mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya
kelas A dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi Panitia Farmasi dan
Terapi yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara, sebagai
suatu tim pengarah dan pengambil keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh
berbagai subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota dalan
subpanitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker spesialis informasi obat,
apoteker spasialis farmasi klinik, dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang
diperlukan dalam tiap subpanitia (Siregar, 2004:71).
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. Panitia Farmasi dan Terapi dapat juga
membentuk subpanitia untuk kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan
dan pelaporan reaksi obat merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat,
subpanitia pemantauan resistensi antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau
subpanitia khusus jika perlu. Dalam subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan
spesialis yang bukan anggota Panitia Farmasi dan Terapi (Siregar, 2004:71).
2.3.2
Fungsi dan Ruang Lingkup
Adapun fungsi dan ruang lingkup dari Panitia Farmasi dan Terapi antara
lain:
a.
Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
11
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b.
Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis.
c.
Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus.
d.
Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturanperaturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
e.
Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional.
f.
Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
g.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20
Juli 2010).
2.3.3
Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Farmasi dan Terapi memiliki
kewajiban antara lain:
a.
Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
b.
Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah
sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain
c.
Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait
d.
Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut (Depkes RI, 2004, http://dinkessulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
12
2.3.4
Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi memiliki tugas antara lain:
a.
Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);
b.
Menetapkan jadwal pertemuan;
c.
Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;
d.
Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan;
e.
Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada
pimpinan rumah sakit;
f.
Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada
seluruh pihak yang terkait;
g.
Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.
h.
Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan
antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;
i.
Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan Panitia
Farmasi dan Terapi;
j.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;
k.
Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan
l.
Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.
2.3.5
Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh
Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi formularium terdiri dari
halaman judul, daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), daftar isi,
informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima untuk digunakan, dan lampiran. Sistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Panitia Farmasi dan
Terapi mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
13
2.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan
farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan,
pengadaan,
produksi,
penerimaan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
a.
Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
b.
Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan
DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, ketentuan setempat
yang berlaku, data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas,
siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan rencana
pengembangan.
c.
Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia
pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik/ distributor/ pedagang
besar farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi
steril dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.
d.
Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
14
farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan
farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia
dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral, dan
rekonstruksi sediaan obat kanker.
e.
Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi yaitu
pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus bersumber dari
distributor utama, harus mempunyai material safety data sheet (MSDS), khusus
untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin, dan
tanggal kadaluarsa minimal 2 tahun.
f.
Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan
yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya,
mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya, disertai
dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
g.
Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
1) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
2) Metode sentralisasi atau desentralisasi
3) Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
15
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Kementerian
Republik Indonesia, 2004)
2.5.1
Pengkajian Resep
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep
meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi:
a.
Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan
pasien;
b.
Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;
c.
Tanggal resep; dan
d.
Ruangan atau unit asal resep.
Kesesuaian farmasetik meliputi:
a.
Bentuk dan kekuatan sediaan;
b.
Dosis dan jumlah obat;
c.
Stabilitas dan ketersediaan; dan
d.
Aturan, cara, dan teknik penggunaan.
Pertimbangan klinis meliputi :
a.
Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;
b.
Duplikasi pengobatan;
c.
Alergi, interaksi, dan efek samping obat;
d.
Kontraindikasi; dan
e.
Efek aditif.
2.5.2
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga
kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :
a.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan
dilingkungan rumah sakit;
b.
Menyediakan
informasi
untuk
membuat
kebijakan-kebijakan
yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi ;
c.
Meningkatkan profesionalisme apoteker; dan
d.
Menunjang terapi obat yang rasional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
16
Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :
a.
Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan
pasif;
b.
Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat, atau tatap muka;
c.
Membuat buletin, leaflet, dan label obat;
d.
Menyediakan
informasi
bagi
PFT
sehubungan
dengan
penyusunan
formularium rumah sakit;
e.
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f.
Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO). Pemantauan dan
pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.
Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin (terutama
yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan frekuensi
dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek
samping obat meliputi:
1) Menganalisa laporan ESO;
2) Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami ESO;
3) Mengisi formulir ESO; dan
4) Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni
kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring
ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat
mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan
sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat
individu, dan surveilans unit pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
17
2.5.3
Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)
Pengkajian
penggunaan
obat
adalah
alat
untuk
mengidentifikasi
permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek
samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan
dalam penyiapan dan pemberian obat. Pengkajian penggunaan obat merupakan
program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk
menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau
oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat adalah:
a.
Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada
pelayanan kesehatan/dokter tertentu;
b.
Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu
dengan yang lain;
c.
Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan
d.
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah
1) Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a)
Rata-rata jumlah obat per pasien;
b) Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik;
c)
Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;
d) Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan
e)
Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.
2) Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a)
Rata-rata waktu konsultasi;
b) Rata-rata waktu dispensing;
c)
Persentase obat aktual yang disiapkan;
d) Persentase pelabelan yang benar; dan
e)
Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat.
3) Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :
a)
Ketersediaan daftar obat-obat esensial
b) Ketersediaan obat-obat esensial.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
18
2.5.4
Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat,
tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi dengan penggunaan
obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien dengan kriteria sebagai
berikut:
a.
Pasien rujukan dokter,
b.
Pasien dengan penyakit kronis,
c.
Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
d.
Pasien geriatrik, dan
e.
Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
a)
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
b) Bagaimana cara pemakaiannya
c)
Efek yang diharapkan dari obat tersebut
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4) Melakukan
verifikasi
akhir
yaitu
mengecek
pemahaman
pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
2.5.5 Ronde/visite pasien
Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :
a.
Pemilihan obat,
b.
Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,
c.
Menilai kemajuan pasien, dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
19
d.
Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut :
1) Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan
tersebut kepada pasien;
2) Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat
terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;
3) Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin
penggunaan obat yang benar; dan
4) Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk
pemberian obat.
Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker
sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3.1.1 Sejarah Singkat
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo
didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke
Ziekenhuis (CBZ). Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang
dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh
Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP). Kemudan pada tanggal 17 Agustus 1964,
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit Tjipto
Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, yakni Prof. Dr.
Satrio. Sejalan dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah
menjadi RSCM. Pada tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor
553/Menkes/SK.VI/1994, rumah sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini.
Gambar 3.1. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
20
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
21
Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah
menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005,
dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
3.1.2 Visi
RSCM memiliki visi “Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan
nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014”.
3.1.3 Misi
RSCM memiliki misi antara lain:
a.
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
b.
Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
c.
Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel.
3.1.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia
RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima
direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan
dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat
Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan
rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada
Lampiran 1.
3.1.5 Klasifikasi
RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan
nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit
pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan di bidang
kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
22
mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas
Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi
Apoteker.
3.1.6 Nilai Budaya
RSCM memiliki 5 nilai budaya Profesionalisme, Integritas, Kepedulian,
Penyempurnaan Berkesinambungan serta Belajar dan Mendidik
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat
pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada
dibawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh
seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.
3.2.1 Visi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi “Menjadi penyelenggara pelayanan
farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan
pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014”.
3.2.2 Misi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
a.
Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
b.
Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
c.
Menyelenggarakan
pelayanan
farmasi
klinis
untuk
meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.
d.
Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
e.
Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai
persyaratan mutu.
f.
Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
g.
Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
23
3.2.4 Tujuan Umum
Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang profesional, berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etika profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan
tenaga kesehatan lain yang terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat
yang rasional.
3.2.5 Tujuan Khusus
a.
Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan
efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem
informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,
mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.
b.
Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau
efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi
tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling
pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat–obat
kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di
rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana
Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).
3.2.6 Tugas Pokok dan Fungsi
Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas
melaksanakan pengelolaan
perbekalan farmasi yang optimal, meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan
produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinis sesuai
prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang
farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM berfungsi
dalam:
a.
Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan
kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
24
b.
Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi
c.
Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
d.
Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
e.
Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.
f.
Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
g.
Pencegahan dan penenganan masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan terhadap efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
h.
Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien / keluarga.
i.
Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.
j.
Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.
k.
Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.
l.
Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu
pengelolaan pelayanan kefarmasian.
m. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.
n.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.
3.2.7 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat
Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical
Unit (CMU) 2 lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi
Farmasi RSCM yang membawahi :
a.
Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);
b.
Koordinator Produksi dan Diklitbang; dan
c.
Koordinator Pelayanan Farmasi
Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSCM dapat dilihat secara lebih
jelas pada Lampiran 2.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
25
3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit
3.3.1 Pelaksana Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan
tujuan:
a.
Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit
melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan
Terapi,
Panitia
Pengendalian
Infeksi
Rumah
Sakit
(PPIRS),
Tim
Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.
b.
Terlaksananya pengawasan, pemantauan,
dan pengendalian prosedur
pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari
prosedur yang telah ditetapkan.
c.
Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.
d.
Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian
resistensi antimikroba.
Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan
antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, dan kenyamanan) di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tim PPRA terdiri dari:
a.
Tim inti yaitu:
1) Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.
2) PPIRS.
3) Spesialis Farmasi Klinik.
4) Spesialis Mikrobiologi Klinik.
b.
Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik.
c.
Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen
Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
d.
Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam.
e.
Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan
Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota
yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),
perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,
spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
26
melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai
departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan
antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai
anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat
departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011):
a.
Departemen Penyakit Dalam.
b.
Departemen Bedah.
c.
Departemen IKA.
d.
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
e.
Departemen Kulit dan Kelamin.
f.
Departemen Gigi dan Mulut.
g.
Departemen Bedah Syaraf.
h.
Departemen Mata.
i.
Departemen Neurologi.
j.
Departemen Urologi.
k.
Departemen THT.
l.
ICU.
m. Unit Pelayanan Luka Bakar.
n.
Pelayanan Jantung Terpadu.
o.
Instalasi Gawat Darurat.
Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi
antimikroba. Seain itu, PPRA memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.
b.
Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui
koordinasi empat pilar.
c.
Menyusun
Program
Kerja
Tim
PPRA
dan
Pokja
PPRA
Departemen/UPT/Instalasi.
d.
Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan
antibiotik secara bijak.
e.
Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
27
f.
Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi
kuman, insiden MRSA.
Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan
berkala secara terencana minimal satu bulan sekali. Kegiatan ini untuk membahas
program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan
rekomendasi hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan
Keperawatan dan pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat
pilar PPRA). Adapun 4 pilar yang berkoordinasi dengan Tim PPRA yaitu, Tim
Mikrobiologi Klinik yang berkoordinasi dengan Departemen Patologi Klinik,
Panitia Farmasi Terapi, Tim Farmasi Klinik, dan Tim Panitia Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS).
3.3.2 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik yang
membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan
dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.
Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak
boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua,
sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap
departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris
dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio
PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan
penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna
mendukung program kerjanya. Tugas PFT mencakup:
a.
Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua
masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.
b.
Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.
c.
Menyusun formularium obat, daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan
memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia
didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
28
mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat
yang indikasinya sama.
d.
Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang
menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat
biaya.
e.
Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan
penggunaan obat kepada staf medis RSCM.
f.
Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan
penggunaan perbekalan farmasi.
g.
Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi
di RSCM.
h.
Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan
mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, PFT perlu mengadakan rapat rutin
sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi dari
kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut
kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil,
maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan
keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata
adalah untuk kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2013).
3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo
Kondisi alat kesehatan yang steril melalui sterilisasi merupakan prinsip
dasar untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah
awal untuk terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai
penyebaran mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan
sistem yang utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan
keterampilan khusus sebagai first step to quality. Oleh karena itu, ISP menjadi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
29
unit yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan barangbarang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
3.4.1. Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat
Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) merupakan unit kerja yang bertugas
menyediakan barang-barang dan peralatan steril yang dibutuhkan oleh
departemen/instalasi/unit kerja lainnya di RSCM.
3.4.2. Visi dan Misi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Visi dari ISP RSCM adalah menjadi ISP yang terkemuka di Asia Pasifik
Tahun 2014. Misi dari ISP RSCM adalah:
a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu.
b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan kompetensi SDM di bidang sterilisasi.
d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal.
e. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di
bidang sterilisasi.
3.4.3. Tujuan dan Strategi Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Tujuan dari ISP RSCM adalah tercapainya pelayanan pusat sterilisasi
dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang digagas adalah:
a. Meningkatkan efisiensi produktivitas.
b. Meningkatkan profesionalisme.
c. Menciptakan restrukturisasi.
d. Menerapkan sistem managemen keuangan.
e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost.
f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.
3.4.4. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia
ISP RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional. Kepala
Instalasi Pusat Sterilisasi membawahi dua kepala bagian yaitu Kepala Sub
Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Adapun Struktur Organisasi
Instalasi Sterilisasi Pusat dapat dilihat pada gambar 3.2
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
30
Direktur Umum dan
Operasional
Kepala Instalasi
Sterilisasi Pusat
Kepala Sub
Instalasi
Kepala Sub
Instalasi Mutu
Logistik dan
Inventory
Produksi
BMHP Steril
SDM
dan Diklat
Administrasi
dan Pelaporan
Pre-Cleaning/
Cleaning
Pengemasan/
Penandaan
Penyimpanan
dan Distribusi
Quality
Control
Proses
Sterilisasi
Quality
Control
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Instalasi Sterilisasi Pusat
3.4.5. Ruang dan Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat RSCM
Ruang ISP RSCM memiliki suhu 180-220C dan kelembaban 35-75%.
Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan pada setiap ruangan
harus memiliki exhaust/hepafilter. Alat yang digunakan untuk membantu
sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat sterilisator, autoclave
sterilisator, dan plasma sterilisator. ISP RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:
a. Area unclean
Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.
b. Area clean
Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.
c. Area steril
Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan
distribusi barang steril.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
31
3.4.6. Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang
tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup
dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi
perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup
dalam hal khusus, seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.
Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di ISP. Keuntungan
sentralisasi tersebut diantaranya:
a. Peningkatan efisiensi ruangan, SDM, peralatan, dan waktu.
b. Mutu dari alat kesehatan steril terjamin karena adanya prosedur indikator mutu.
c. Pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan dapat mengurangi beban kerja
SDM di unit pengguna perbekalan farmasi steril.
d. Pengawasan dan pengendalian proses sterilisasi menjadi lebih mudah.
e. Mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.
3.4.7. Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat
Kegiatan yang dilakukan di Instalasi Sterilisasi Pusat adalah sebagai
berikut:
a. Alur Perpindahan Barang Satu Arah
ISP RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang. Alur tersebut berupa
alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke area steril. Pada area
kotor, barang non steril diterima dan dipilih. Kemudian, barang direndam,
dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area bersih. Pada area
bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas kemudian diberi label,
disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, kemudian barang akan
melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk ke area
steril dan disimpan.
b. Alur Aktivitas Fungsional
Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.
Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih
ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer
diserahkan melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan
dekontaminasi lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan &
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
32
pemberian label, petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang
bersih yang lolos uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling.
Setelah dikemas dan diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses
sterilisasi. Pada proses sterilisasi, barang yang tidak berhasil disterilisasi akan
dilakukan proses sterilisasi ulang dengan mengulang proses sterilisasi dari awal.
Sedangkan, barang yang kondisinya memenuhi persyaratan akan ditempatkan di
penyimpanan barang steril. Barang-barang di penyimpanan barang steril
kemudian didistribusikan melalui loket distribusi dan akan diawasi mutunya oleh
customer atau supplier.
c. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar
Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan
dan labeling. Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah
dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.
Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi,
barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang
steril untuk didistribusikan.
d. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai
Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui
proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi
sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol
spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah
penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji
secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk
didistribusikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
Gudang perbekalan farmasi merupakan sarana penting dalam proses
pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM yang dalam struktur organisasi saat ini
berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL). Gudang Perbekalan
Farmasi Pusat RSCM terdiri atas Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan
Gudang Gas Medis. Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu
pukul 08.00 hingga 18.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang
terdapat di Gudang Pusat adalah sebanyak 20 orang yang terdiri dari 1 orang
Apoteker, 1 orang Asisten Apoteker (AA) Penanggung jawab, 5 orang AA Bidang
Pelaksana Obat, 5 orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang AA
Bidang Pelaksana Administrasi, dan 4 orang Pekarya. Sedangkan di Gudang Gas
Medis terdapat 6 orang pekarya yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan
pengiriman ke Unit Kerja.
Sebelum Juni 2013 pengelolalaan perbekalan farmasi dilakukan oleh
Gudang Perbekalan Farmasi Pusat. Namun, setelah Juni 2013 pengelolaan
perbekalan farmasi dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Alur pengelolaan
perbekalan farmasi di RSCM dapat dilihat pada Lampiran 13. Oleh karena itu,
saat ini kegiatan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat fokus pada pemesanan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengawasan,
dan
pelaporan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Pemesanan dikerjakan berdasarkan Surat
Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP).
Pemesanan ke distributor dilakukan berdasarkan permintaan (defekta) perbekalan
farmasi dari setiap unit kerja dan satelit farmasi yang dilakukan rutin dua kali
dalam seminggu, serta dari permintaan mendesak/cito yang dapat dilakukan setiap
hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
selama dua minggu dengan persediaan buffer 6 hari. Perencanaan yang telah
dibuat oleh petugas Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke koordinator logistik, jika
permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik, maka petugas pemesanan
33
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
34
akan membuat surat pesanan ke distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim
ke Gudang Pusat.
Setelah perbekalan farmasi diterima di Gudang Pusat, selanjutnya dilakukan
proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia Penerimaan bersama
dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan kegiatan pemeriksaan
yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan jumlah pesanan, serta
penyesuaian dengan faktur penjualan melalui komputer. Selain itu, dilakukan pula
pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama perbekalan farmasi dan tanggal
daluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Apabila terdapat kemasan yang
telah rusak atau perbekalan farmasi tidak sesuai, maka dapat dilakukan
penggantian barang ke distributor. Namun, jika barang sesuai dengan permintaan
dan telah lulus dalam pemeriksaan, barang tersebut disimpan sesuai dengan
tempat penyimpanannya.
Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan
juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi, yaitu
dalam distribusi perbekalan farmasi dari distributor ke Gudang Pusat harus
disimpan di dalam cool box yang dilengkapi dengan termometer dan dipastikan
berada pada suhu yang sesuai (2o – 8o C). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi, misalnya Material Safety Data
Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Setelah pemeriksaan
dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan pesanan,
Panitia Penerimaan memberikan tanda tangan, nama jelas dan stempel gudang
farmasi, serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan faktur.
Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data dari
lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer dan
kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah, dan
waktu daluwarsa. Namun, apabila terdapat perbekalan farmasi tidak sesuai dan
tidak lulus pemeriksaan, maka dapat dilakukan peengembalian atau penggantian
barang ke distributor.
Perbekalan Farmasi yang telah diterima disimpan di Gudang Pusat. Tujuan
penyimpanan perbekalan farmasi adalah menempatkan perbekalan farmasi yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
35
diterima dengan aman dan sesuai aturan kefarmasian agar terjamin kualitas dan
kuantitasnya. Penyimpanan yang sesuai dapat memudahkan kegiatan pencarian
barang untuk mempercepat pelayanan, dan memudahkan pengawasan dan
operasional penyimpanan. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan
sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Selain itu,
penyimpanan juga disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat
kesehatan yang diletakkan di Gudang Farmasi I ruang Alkes I, II, dan III; obat
(oral atau injeksi) yang diletakkan di Gudang Farmasi I ruang penyimpanan obat;
bahan berbahaya dan beracun (B3) diletakkan di Gudang Farmasi I ruang tahan
api; cairan dan hemodialisa diletakkan di Gudang Farmasi II, dan gas medis yang
diletakkan di Gudang Gas Medis. Denah gedung Farmasi 1 dapat dilihat pada
Lampiran 14.
Selain berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan
pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high
alert atau sitostatika), rute pemberian obat, obat produksi RSCM serta nama
generik dan nama dagang. Penyimpanan obat di Gudang Pusat juga disusun
berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan penyusunan obat yang tergolong
Look Alike Sound Alike (LASA) untuk menghindari kesalahan dispensing. Obat
yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip sehingga
penyimpanannya dipisah dengan satu atau dua obat lain, dan pada wadah
penyimpanan diberi penandaan dengan stiker LASA berwarna hijau. Obat-obat
mahal, obat-obat high alert dan obat-obat sitostatika disimpan pada lemari khusus.
Untuk obat high alert, tempat penyimpanan ditandai dengan lakban berwarna
merah dan diberi label high alert pada tiap kemasan terkecil obat. Penyimpanan
obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi label berwarna ungu “Obat
Kanker, Tangani dengan Hati-hati”. Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik
dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok obat. Hal ini
memudahkan dispensing obat mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi
yang banyak. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus
yang terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Narkotika disimpan dalam lemari
berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten
Apoteker yang bertugas pada tiap shift.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
36
Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan penyimpanan
obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis misalnya kapas,
alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, serta kelompok departemen
pengguna, misalnya Departemen Bedah, Departemen Mata, dan Departemen
Pelayanan Jantung Terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pengambilan barang.
Agar mutu perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang
melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan
pengawasan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan
farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT dan
untuk mengetahui nilai aset RSCM. Kegiatan stock opname juga dilakukan untuk
mempermudah pengawasan terhadap perbekalan farmasi yang mendekati waktu
daluwarsa. Produk yang akan daluwarsa dalam waktu tiga bulan ke depan akan
diberi label berwarna kuning yang dilengkapi dengan waktu daluwarsanya. Mutu
perbekalan farmasi yang disimpan juga dijaga dengan melakukan pemantauan
suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari. Pemantauan
suhu lemari pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul
06.00, 14.00, dan 20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan
satu kali sehari pada pukul 08.00 WIB.
Gudang Pusat merupakan pusat pendistribusian perbekalan farmasi di
Rumah Sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh Satelit dan Unit Kerja.
Permintaan perbekalan farmasi ke Gudang Pusat dapat dilakukan secara rutin
sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing Satelit dan Unit Kerja
ataupun permintaan cito setiap hari. Permintaan ke Gudang Pusat dilakukan secara
online melalui sistem Electronic Health Record (EHR) untuk Satelit Farmasi dan
Unit Kerja. Permintaan yang diajukan secara online akan langsung dicetak oleh
Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang. Untuk defekta obat-obat
narkotika dibuat dalam formulir permintaan tersendiri. Petugas Gudang Pusat
akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta serta melakukan pencatatan
jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada formulir permintaan.
Petugas administrasi akan memproses formulir permintaan tersebut untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
37
mendapatkan Form Distribusi Obat/Alkes bagi tiap Satelit/Unit/Departemen
terkait. Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas gudang akan menghubungi
Satelit atau Unit Kerja terkait untuk memberitahukan bahwa perbekalan farmasi
sudah siap diambil. Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh
petugas gudang dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan
memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan. Setelah dinyatakan bahwa
barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan permintaannya,
lalu dilakukan penandatanganan bersama Form Distribusi Obat/Alkes. Lembar
form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan lembar copy diberikan
kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja.
Gudang Pusat juga melayani permintaan mendesak/cito setiap hari.
Perbekalan farmasi yang diambil untuk kebutuhan cito dicatat pada buku cito di
Gudang dan Unit terkait. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar
jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggungjawab
Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di Gudang dengan
didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang.
Gudang Pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan
farmasi yang telah daluwarsa maupun yang rusak. Perbekalan farmasi yang
hampir daluwarsa, sudah daluwarsa, atau rusak diretur kembali ke Gudang dari
Satelit-satelit dan Unit Kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai perintah direktur dan
dilakukan oleh Panitia Pemusnahan dan dibuat berita acara pemusnahan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang
Perbekalan Farmasi Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan,
antara lain:
a.
Masih adanya kekosongan barang yang terjadi di Gudang Perbekalan Farmasi
Pusat.
b.
Penanganan penyimpanan B3 yang tidak sesuai untuk keamanan
c.
Masih terdapat data kartu stok yang selisih dengan jumlah fisik dan jumlah
barang di IT.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
38
d.
Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat
yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan pegawai baru yang akan
menyiapkan permintaan perbekalan farmasi.
e.
Masih ada obat-obat LASA yang penyimpanannya tidak sesuai
Saran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu:
1) Kekosongan barang dapat terjadi karena berbagai macam hal, diantaranya
sistem pengelolaan perbekalan farmasi yang melibatkan banyak pihak,
perencanaan yang kurang sesuai, dan terlambatnya distributor dalam
mengirimkan pesanan. Dari penyebab tersebut, hal yang dapat dilakukan
yaitu:
a)
Perencanaan yang tidak sesuai, dapat dilakukan dengan cara:
a.1) Menentukan jumlah minimum stock pada sistem EHR di setiap satelit
farmasi.
a.2) Menyamakan presepsi mengenai sistem buffer dengan menggunakan rumus
pada sistem EHR.
b) Keterlambatan pengiriman oleh distributor, dapat dilakukan dengan cara:
b.1) Membuat jadwal rutin penerimaan PF.
b.2) Memberikan masukan kepada ULP untuk memberikan tindakan tegas bagi
distributor yang sering terlambat mengirimkan PF dengan sistem denda atau
dikeluarkan dari tender.
2) Penanganan penyimpanan B3
a)
Ruang penyimpanan B3 yang tidak sesuai untuk keamanan dapat diadakan
sistem pengamanan dini seperti smoke detektor dan alat penyemprot air
(sprinkler).
b) MSDS
belum
semuanya
diterjemahkan
dapat
diatasi
dengan
cara
menerjemahkan MSDS oleh petugas gudang atau meminta distributor
memberikan MSDS hasil terjemahan.
c)
MSDS tidak lengkap dapat diatasi dengan cara meminta distributor
menyertakan MSDS saat pengiriman barang.
3) Ketidaksesuaian antara kartu stok dengan jumlah fisik
a)
Penambahan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara rak-rak obat untuk
mempermudah dalam perhitungan stok.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
39
b)
Dibuat catatan laporan mutasi setiap harinya oleh masing-masing
Penanggung Jawab PF
c)
Dilakukan sampling stok dan fisik sebanyak 10 item per hari, kemudian jika
terjadi ketidaksesuaian, maka petugas harus langsung menelusuri penyebab
ketidaksesuaian.
d) Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing
lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang
sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala
sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang
terdapat di dalamnya.
e)
Dilakukan pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan
farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam
pelayanan terutama pada obat-obat tergolong LASA.
4.2 Sub Instalasi Produksi
Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi di RSCM. Sumber daya manusia yang terdapat di Sub
Instalasi Produksi, terdiri dari 3 Apoteker, 24 asisten apoteker, dan 4 pekarya. Sub
Instalasi Produksi melayani antara lain:
a.
Produksi sediaan farmasi, yaitu produksi sediaan farmasi untuk keperluan
internal RSCM. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri
dari sediaan steril dan non-steril. Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi
antara lain:
1) Sediaan dengan formula khusus,
2) Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (re-packing),
3) Sediaan yang tidak ada di pasaran,
4) Sediaan dengan harga yang lebih murah,
5) Produk yang harus selalu dibuat segar, dan
6) Sediaan untuk keperluan penelitian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
40
b.
Pelayanan aseptic dispensing, lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di
RSCM, antara lain terdapat di :
1) Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik
(IV admixture), pencampuran obat kemoterapi, dan re-packing sediaan serbuk
steril.
2) Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN.
3) Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi.
4) Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat
kemoterapi.
Sub Instalasi Produksi CMU 2 lantai 3 dan Perinatologi beroperasi dalam 2
shift yaitu pada pukul 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A
lantai 8 beroperasi dalam 2 shift yaitu pukul 08.00 - 19.30 WIB untuk hari Senin
hingga Jumat sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu hanya 1 shift mulai pukul
09.00 – 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift pada pukul 08.00 –
15.30 WIB dari hari Senin hingga Jumat.
c.
Pelatihan mengenai kegiatan aseptic dispensing.
Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk
melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya.
Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan
tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :
1) Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat yang baru masuk
sebelum digunakan pada proses produksi.
2) Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang
akan digunakan dalam proses produksi.
3) Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan
digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan
berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan
obat luar.
4) Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat
dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
41
5) Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril
dan repacking.
6) Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas
produk yang dihasilkan.
7) Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari:
a)
Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan
pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam
ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih
besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan
zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan sehingga
petugas yang di luar ruang terhindar dari efek paparan obat sitostatika.
b) Ruang Pencampuran Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan
tempat dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat
suntik atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan
positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibanding luar ruangan.
Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari partikel yang
terdapat di luar ruangan.
Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi
menghasilkan sekitar 146 jenis sediaan dengan berbagai konsentrasi dan volume
yang bermacam – macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 108 item,
dan obat steril 9 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep
kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril
yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus,
sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, hand rub, alkohol 70%, dan
povidone iodine.
PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung
CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati
dan diikuti mahasiswa, antara lain :
a.
Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika pasien rawat jalan
Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub Instalasi
Produksi dimulai dari penerimaan resep berupa formulir pelayanan pencampuran
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
42
obat sitostatika dari pihak satelit farmasi pusat oleh petugas rekonstitusi obat
sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga
dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis oleh dokter.
Petugas yang akan melakukan rekonstitusi kemudian melakukan skrining resep
dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan
pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus
dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir
permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak jadi atau berhalangan melakukan
kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Sitostatika sebagai obat titipan pasien.
Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat
sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga
dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik (NRM),
jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian,
tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa. Seluruh obat,
cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan
didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat
penyiapan obat secara aseptis. Sebelum masuk ke ruangan steril dan melakukan
rekonstitusi, petugas terlebih dahulu menggunakan alat pelindung diri (APD)
sesuai ketentuan yang berlaku untuk keamanan bagi petugas sendiri dan menjamin
sterilitas produk yang dihasilkan. Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown
dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95,
penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk
prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan
pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua
digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.
Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran yang
di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang dilengkapi dengan
Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses
rekonstitusi, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan
yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alkohol 70% dan
gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
43
dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alkohol 70%. Perlu disiapkan
juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang
dibutuhkan, seperti beaker glass. Adapun rekonstitusi obat sitostatika yang telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dilakukan di ruang steril
dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti. Setelah selesai
direkonstitusi, sediaan sitostatika diberikan etiket dan label obat sitostatika.
Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang steril. Khusus obat
yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan aluminium foil. Sediaan
akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari ruang steril melalui pass
box dan dikemas ke dalam plastik klip per pasien.
b. Mengamati proses aseptic dispensing
Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral
berupa premixed KCl dan kegiatan re-packing sediaan serbuk steril. Alur yang
dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan
secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form
permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang
akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptik dengan tekanan
udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan
alkohol 70%. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian
etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh
pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.
c. Pembuatan Hand Rub
Hand Rub yang dibuat adalah contoh sediaan dengan forumula khusus,
dimana formula yang digunakan hanya diketahui oleh bagian produksi. Pada
pembuatan hand rub dilakukan proses quality control (QC) untuk mengontrol
mutu sediaan produk agar sesuai dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO). Adapun proses pembuatan hand rub yang teramati
telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
44
d. Re-packing pembuatan sediaan povidone iodine
Proses re-packing dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi
kemasan yang lebih kecil dan ekonomis, meliputi kemasan 10 cc, 30 cc, dan 60
cc.
e. Pembuatan sirup omeprazole
Sirup omeprazole merupakan sediaan sirup yang tidak tersedia di pasaran
sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM.
Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan
permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga.
f. Pengisian kapsul
Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul NaCl. Sebelum
pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan
menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan
alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama
obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa.
g. Mengemas serbuk KCl
Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang
selanjutnya ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan,
harus diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas.
Proses pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan sehingga
dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan
selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.
Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi
Produksi, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah
sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan
maksimal. Hanya saja, terdapat beberapa masalah yang ditemukan, antara lain :
1) Terjadinya kekosongan bahan baku yang menyebabkan kegiatan produksi
tidak berjalan dengan baik.
2) Tidak adanya produk tertinggal untuk sediaan yang telah diproduksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
45
3) Permintaan iv admixture yang datang saat petugas berada di dalam ruang
steril (pagi hari.
4) Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari
5) Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana
Saran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu:
a)
Kekosongan bahan baku dapat diatasi dengan merencanakan kebutuhan
produksi untuk satu bulan ke depan, terutama untuk produksi yang rutin
dilakukan.
b) Produk tertinggal perlu dilakukan untuk mencegah adanya keluhan dari
pelanggan mengenai sediaan yang diproduksi. Produk tertinggal dapat dibuat
setiap batch-nya hingga produk tersebut telah tidak lagi disimpan.
c)
Permintaan iv admixture seharusnya dapat dibuat penjadwalan, terutama
untuk shift pagi agar permintaan dapat terlaksana dengan cepat.
d) Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari dapat diatasi dengan
menugaskan seorang karyawan untuk mengambil obat titipan kemo di Satelit
Farmasi Pusat pada siang hari agar dapat disiapkan oleh petugas sitostatika.
e)
Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana dapat diatasi dengan
adanya apoteker untuk mengembangkan formula sesuai permintaan.
4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)
Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang
sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai rawat inap
dan lantai basement untuk satelit farmasi dan ruang apoteker klinik gedung A.
Setiap lantai rawat inap terdiri dari zona A dan zona B serta dilengkapi dengan
depo farmasi. Adapun pembagian ruang rawat inap di Gedung A dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
46
Tabel 4.1 Pembagian ruang rawat inap tiap lantai
Lantai
Ruang Rawat
1
Anak dan VIP
2
Obsgyn dan Boarding
3
Penyakit Dalam dan Kelas Khusus
4
Bedah
5
Stroke Unit, Bedah Saraf dan Bedah Neurologi
6
HCU dan Kardiovaskular
7
IPD, THT dan Kulit Kelamin
8
Kemoterapi dan Geriatri
Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu
a.
Manajemen perbekalan farmasi
b.
Pelayanan farmasi klinik
4.3.1
Manajemen perbekalan farmasi di Gedung A
Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri
dari satelit farmasi Basement Gedung A yang merupakan desentralisasi satelit
farmasi tiap lantai gedung A. Fungsi satelit farmasi sendiri antara lain
manyediakan kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien, bertanggung jawab
dalam penggunaan perbekalan farmasi dan menjamin perbekalan farmasi baik
secara kimia maupun fisika. Sedangkan untuk satelit farmasi tiap lantai gedung A
memiliki tugas tambahan yaitu menyiapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan
pasien yang sedang dirawat tiap lantai.
Satelit farmasi manajemen gedung A terdiri dari 74 tenaga, yang
terdiridari 2 orang tenaga apoteker, 59 asisten apoteker (D3), 11 orang pekarya
dan porter, serta 2 orang administrasi yang terdiri dari asisten apoteker dan
pekarya. Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani kelengkapan
berkas-berkas penagihan obat bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke pihak
penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement
Gedung A.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
47
Adapun kegia
iatan farmasi manajmen basement gedung A ad
adalah mengelola
perbekalan farmasii m
meliputi: perencanaan, pengadaan dengann cara defecta ke
gudang pusat, penerim
rimaan perbekalan farmasi (mengecek kesesu
suaian permintaan
dengan barang yang
ng datang), penyimpanan dan pendistribusia
sian. Perencanaan
Satelit Farmasi Basem
ement berdasarkan pada kebutuhan satelit far
armasi tiap lantai,
yang dilakukan 2 kal
ali dalam setahun. Sedangkan pengadaan per
erbekalan farmasi
dilakukan setiap 3 kali
ka dalam seminggu yaitu pada hari Senin, R
Rabu, dan Jumat,
juga berdasarkan ke
kebutuhan depo farmasi tiap lantai. Setelah
ah pihak Gudang
Basement merekap jjumlah perbekalan farmasi yang dibutuhk
hkan, maka akan
dilakukan pengadaan
an melalui defekta ke Gudang Pusat meng
nggunakan sistem
online. Setelah dilaku
kukan pemesanan dan penyiapan barang olehh petugas Gudang
Pusat, petugas (asiste
sten apoteker) dari Satelit Farmasi Basementt Gedung A akan
mengambil dan men
engecek kesesuaian dengan jenis dan jumlah
lah yang diminta,
selain itu juga dicek
ek kondisi dan waktu kadaluarsa dari perbek
ekalan farmasi di
Gudang Pusat. Perbek
bekalan farmasi yang telah diterima dan diperi
eriksa dibawa dan
disimpan di Satelitt F
Farmasi Basement. Sedangkan untuk penga
gadaan kebutuhan
cito dapat dilakukann kapan saja dengan alur yang sama Penyimpa
panan perbekalan
farmasi disesuaikan ddengan bentuk, sifat dan jenisnya. Pembagia
gian penyimpanan
perbekalan farmasii ddi Satelit Farmasi Basement Gedung A dap
dapat dilihat pada
gambar 4.1.
Perbekalan
Farmasi
Obat
Oral
Bentuk
Sediaan
Generik/
Paten
Injeksi
Topikal
Alat
Kesehatan
hatan
Stabilitas
Stabilita
Kulkas
Ruangan
Gambar 4.1. Skemaa pembagian penyimpanan perbekalan farmasi
si
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
48
Adapun untuk penyimpanan khusus perbekalan farmasi yang perlu
perhatian khusus dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2. Pengelompokan penyimpanan khusus perbekalan farmasi
Narkotik dan
Psikotropik
Obat Mahal
Lemari khusus terdiri dari 2 pintu (harus selalu
terkunci)Kunci lemari harus selalu dikalungkan petugas yang
bertanggung jawab saat itu
Lemari khusus terpisah dengan sediaan lainnya untuk
memudahkan pengawasan
Obat yang memiliki risiko tinggi jika terjadi
High Alert
kesalahan dalam penggunaannya sehingga perlu ditempatkan
secara terlokalisasi diberi label high alert dan diberi batas
lakban merah
LASA
Sitostatik
Peletakan dipisah antar pasangan LASA dengan diberi label
LASA berwarna hijau
Penempatan dilemari khusus dan diberi label “Obat Kanker
Tangani dengan Hati- Hati”
Dilemari khusus, dan diberi label tanda bahaya serta
B3
dilengkapi dengan MSDS yang disimpan disamping lemari
atau didekat lemari B3
Selain itu juga dipisahkan untuk obat yang memiliki waktu daluwarsa tiga
bulan ke depan akan dimasukkan ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempel
stiker kuning yang berisi informasi bulan dan tahun daluwarsa.
Satelit Farmasi Basement mendistribusikan perbekalan farmasi ke setiap
satelit farmasi sesuai dengan defekta yang diminta oleh tiap satelit berdasarkan
kebutuhan pasien rawat inap pada tiap lantai setiap harinya. Selain itu Satelit
Famasi Basement mendistribusikan Barang Medis Habis Pakai (BMHP) ke tiap
ruangan yang membutuhkan BMHP yang sudah disetujui oleh manager penunjang
medik. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Satelit Farmasi
Basement akan dikirimkan ke depo farmasi, sedangkan BMHP akan diambil oleh
petugas dari tiap ruangan. Setelah perbekalan farmasi diterima, selanjutnya depo
farmasi tersebut yang akan mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien melalui
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
49
perawat setiap harinya. Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A
dilakukan selama 24 jam yang terbagi menjadi dua shift ( pagi pukul 08.00 –
14.30 WIB dan sore pukul 14.00 – 21.00 WIB) yang dilayani langsung oleh satelit
farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan penambahan shift malam pukul 21.00 –
08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan pelayanan dari satelit farmasi tiap lantai
ke Satelit Farmasi Basement Gedung A.
Pelayanan yang dilakukan oleh satelit farmasi di tiap lantai adalah
penyiapan obat untuk pasien rawat inap tiap lantai yang diresepkan oleh dokter
tiap hari Senin dan Kamis. Dokter mengirimkan resep pasien pada hari Senin
untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk
penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Sistem peresepan di Gedung A
sudah menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR).
Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam
membaca resep, sehingga kesalahan dalam pemberian obat juga berkurang. Selain
itu, kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat
sampai di depo farmasi, sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing
obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Akan tetapi, masih ada
beberapa dokter yang melakukan peresepan secara manual khususnya dokter
konsulen yang menangani pasien kelas khusus (lantai 1,3 dan 6 untuk VIP), resep
manual tersebut kemudian di input ke sistem IT oleh tenaga farmasi di depo.
Obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang tersedia di
Satelit Farmasi Basement. Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan
oleh farmasi di depo dan didistribusikan ke pasien melalui perawat.
Sistem distribusi yang digunakan, yaitu daily dose, unit dose, dan
peresepan individual. Sistem resep harian, yaitu sistem distribusi obat yang
disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari, untuk obat oral akan dikemas
berdasarkan unit dose. Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang
disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat, dimulai dari sore hingga siang hari
di hari berikutnya. Obat dimasukkan dalam kemasan sesuai waktu pemberian
yang dapat dilihat pada lampiran 8. Walaupun obat disiapkan secara unit dose,
namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari untuk
penggunaan secara satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00 WIB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
50
Sistem unit dose ini hanya diberlakukan untuk obat oral, kecuali depo farmasi
lantai 3 yang sudah menerapkan sistem unit dose untuk obat-obat parenteral dan
alat kesehatan. Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk obat pasien
yang akan pulang.
Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga
menerapkan sistem distribusi floor stock. Perbekalan farmasi yang didistribusikan
dengan metode floor stock, yaitu perbekalan farmasi yang diberikan tanpa melalui
verifikasi petugas farmasi. Perbekalan farmasi ini meliputi perbekalan farmasi
dasar (bahan medik habis pakai) dan troli emergensi. Perbekalan farmasi dasar
tersedia di ruang perawat (nurse station) untuk digunakan bersama-sama bagi
seluruh pasien di lantai tersebut dan pengelolaannya merupakan tanggung jawab
dari perawat di lantai tersebut. Troli emergensi merupakan persediaan perbekalan
farmasi pada keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi,
dan alat-alat kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation).
Khusus untuk pasien yang menggunakan antibiotik lini ke-2 yang sudah
lebih dari 14 hari dan antibiotik lini ke-3 dari awal penggunaan, dokter yang
meresepkan harus meminta persetujuan dari Tim PPRA (Panitia Pengendali
Resistensi Antibiotik) terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari
peningkatan resistensi antibiotik oleh pasien yang berpengaruh pada pengobatan
pasien. Sedangkan untuk penggunaan perbekalan farmasi (baik obat maupun alat
kesehatan) dengan harga diatas Rp 500.000,00.- untuk pasien JKN prlu meminta
persetujuan dari management Gedung A lantai 8 untuk dicoding. Adapun alur
perizinan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
51
Dokter meng-coding
oding Perbekalan Farmasi (PF) >
500 ribu resep dicetak
di
terpisah dengan obat
yang lain disertai dengan
de
harga (dari farmasi)
Dokter mengis
ngisi formulir coding nama obat/
alkes, jumlah yang
y
diminta,dan data pasien.
Formulir
ulir dan resep (yang sudah diberi harga)
dibawa ke management gedung A lantai 8 untuk
dimintai persetujuannya (acc).
Jika
ka sudah di acc, formulir dan resep akan
dike
dikembalikan
ke farmasi dan Perbekalan Farmas
asi
(PF)
F) akan disiapkan oleh farmasi
Gambar 4.2.Skema alur perizinan penggunaan Perbekalan Farmaasi > Rp
500.000
00 untuk pasien JKN
Setiap kegiata
atan manajemen perbekalan farmasi yang ddilakukan harus
disertakan dengan lap
aporan. Laporan yang disiapkan oleh Satelit Fa
Farmasi Basement
Gedung A antara lain
in: laporan mutasi, laporan pendapatan, lapora
ran sasaran mutu,
laporan pemakaian aantibiotik, laporan IKI pegawai, laporan bar
arang kadaluarsa,
laporan SO (stock op
opname), laporan narkotika. Laporan terseb
ebut dibuat setiap
bulan dan dikirim ma
maksimal tanggal 10 setiap bulannya ke Koor
ordinator Instalasi
Perbekalan Farmasi,
i, Koordinator Instalasi Adminkeu, dan Koordi
rdinator Pelayanan
Farmasi.
4.3.2
Farmasi Klinik
nik Gedung A
Kegiatan farm
rmasi klinik di Gedung A RSCM sudah berja
rjalan cukup baik.
Farmasi klinik adalah
lah pelayanan yang berorientasi kepada pasien
en yang bertujuan
untuk menjamin efekt
ektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaann oobat serta dalam
rangka meningkatkan
an penggunaan obat yang rasional. Penggun
unaan obat yang
rasional adalah peng
nggunaan obat yang tepat indikasi, tepat oobat, tepat cara
pemberian, tepat wak
aktu pemberian, dan tepat lama pemberian. K
Kegiatan farmasi
klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pen
engobatan, visite,
diskusi kasus, pelaya
yanan konseling, pelayanan informasi obat, ddan pengambilan
riwayat pengobatan (m
medication history taking).
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
52
a.
Verifikasi resep
Hal-hal yang dilakukan oleh apoteker selama verifikasi resep meliputi
pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan
kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah
menggunakan sistem EHR, sehingga kelengkapan administrasi resep telah
lengkap secara otomatis.
b.
Monitoring pengobatan
Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk memastikan
kesesuaian pengobatan pasien dan mengetahui perkembangan pengobatan pasien.
Data yang diperoleh dicatat pada formulir monitoring pasien rawat inap yang
dapat dilihat pada lampiran 12. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring
pengobatan pasien meliputi :
1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan
pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical
Record).
2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.
3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.
4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.
c.
Visite
Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk:
1) Meningkatkan
pemahaman
mengenai
riwayat
pengobatan
pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2) Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan
3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi dan monitoring terapi.
Visite
dapat
dilakukan
oleh
Apoteker
secara
mandiri
maupun
berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi
pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
53
dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta
kemungkinan terjadinya interaksi obat.
d.
Diskusi kasus
Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam
sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat
meliputi:
1) Sharing informasi pasien atau ilmu baru yang didapat.
2) Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik
kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.
3) Ronde geriatri (geriatric meeting).
4) Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan
sekali).
5) Diskusi kasus lainnya sesuai kebutuhan pasien (Jurnal Reading)
e.
Pelayanan konseling
Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan secara berurutan bagi:
1) Pasien geriatri (usia lanjut >60 tahun),
2) Pediatrik (anak-anak <12 tahun),
3) Pasien yang akan pulang,
4) Pasien yang mendapatkan lebih dari 7 rejimen obat,
5) Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit, dan
6) Pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari penggunaan
obatnya.
Konseling yang dilakukan di Gedung A lebih dikhususkan untuk pasien
pulang. Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif
karena pasien harus menggunakan obat sendiri di rumah tanpa didampingi oleh
perawat seperti di rumah sakit. Namun karena kondisi pasien yang akut ataupun
keadaan pasien yang ingin segera pulang sehingga informasi obat yang diberikan
tidak terlalu mendetail. Akan tetapi, apoteker sebaiknya meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang telah disampaikan sebagai proses evaluasi dan untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
54
memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh pasien tanpa ada
kesalahan dalam memahami informasi.
Sebelum dilakukan kegiatan konseling untuk pasien pulang, apoteker
terlebih dahulu menyiapkan formulir informasi obat pulang (lampiran 11)
sedangkan obatnya disiapkan oleh petugas satelit farmasi tiap lantai. Formulir
tersebut dapat memudahkan pasien untuk menggunakan obatnya sendiri di rumah,
karena sudah dilengkapi dengan waktu minum (pagi, siang atau sore, sesudah atau
sebelum makan) dosis dan jumlah obat yang diminum. Informasi yang diberikan
kepada pasien meliputi nama obat, khasiat obat, jumlah obat yang diberikan,
aturan dan waktu pemakaian obat, serta informasi khusus.
Walaupun pada saat konseling oleh apoteker telah diberikan formulir
informasi obat, namun pasien akan lebih sering melihat aturan penggunaan obat
pada etiket. Sehingga sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga
mencantumkan cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan).
f.
Pelayanan informasi obat (PIO)
PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker secara
mandiri maupun berkelompok. PIO terdiri dari:
1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan baik yang berasal dari tenaga
kesehatan di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Saat ini
kegiatan PIO pasif sebagian besar berasal dari tenaga medis di lingkungan
Gedung A RSCM.
2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui
buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.
Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang
dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik
seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang
diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai
kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu,
dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani
perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap
bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa
ditanyakan kembali di lain waktu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
55
PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum
dapat dilakukan secara rutin. Untuk kedepannya, kegiatan PIO aktif dapat
dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya ditujukan bagi pasien dan petugas
medis RSCM, tetapi juga dapat bermanfaat bagi pengunjung RSCM. Adapun hasil
dari PIO aktif yang sudah dilakukan antara lain: Buku Panduan Pencampuran
Obat Suntik, Brosur Penggunaan Salep Mata.
g.
Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking)
Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru
dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya,
dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM.
Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu maksimal 48 jam
saat pertama pasien datang.
Sebelum
melakukan
pengambilan
riwayat
pengobatan,
Apoteker
menyiapkan terlebih dahulu lembar daftar obat sebelum perawatan meliputi: nama
obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep, nonresep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama penggunaan
obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan (dengan
jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat, dan
jumlah obat tersisa dan melihat formulir pengkajian awal medik pasien yang ada
di status pasien untuk mendapatkan informasi riwayat pengobatan pasien.
Jika informasi yang didapatkan belum lengkap, apoteker dapat langsung
menanyakan kepada pasien tentang riwayat penggunaan obat sebelum dirawat di
rumah sakit, Selain itu, apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan efek
samping obat yang pernah dialami pasien yang kemudian dicatat pada formulir
medication history taking (lampiran 13).
4.3.3
Masalah dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama praktek kerja di Gedung
A, terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi di Gedung A baik dari segi manajemen dan farmasi klinisnya.
Beberapa hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
56
Tabel 4.3 Masalah, penyebab, dan saran mengenai pelayanan kefarmasian di
gedung A
Masalah
Penyebab
Banyaknya jumlah
retur
1.
perbekalan
farmasi,
terutama
Saran
Ketidak sesuaian resep di kardeks,
1.
EHR dan status
2.
dilantai 7
Kondisi
pagi dengan perawat, sehingga apabila
pasien
yang
berubah
ada ketidaksesuaian dapat lanngsung
dengan cepat
3.
Tindakan
Petugas farmasi mengikukti breafing
diketahui dan diatasi
yang
akan
diterima
pasien, sehingga harus dipuasakan
Banyak intrupsi di
1.
Meminta perbekalan farmasi
depo
2.
Dokter menanyakan prosedur (izin
terkunci,
PPRA
penggunaan
menunggu diluar dan petugas depo
>
yang mengambilkan perbekalan farmsi
farmasi
(perawat
dan
dan
izin
dokter
keluar
perbekalan
masuk
depo),
untuk pasien JKN
dikhawatirkan ada
3.
hilang/kurangnya
Meminjam
farmasi
komputer
1.
500.000
Pintu tiap depo farmasi harus selalu
sehingga
perawat
hanya
untuk perawat
untuk 2.
membuat resep di EHR
Dibuat pamphlet atau brosur yang
berisi alur prosedur izin PPRA dan
perbekalan farmasi
perbekalan farmasi > 500.000 untuk
karena
pasien JKN
tidak
terinput di sistem
Data vital sign dan
1.
skala nyeri belum
ada
di
EHR,
Petugas (perawat belum menginput 1.
Perawat
data tersebut)
tersebut,
system
mengisi
untuk
data
di
menu
memudahkan
pelayanan klinik ke pasien terutama
meskipun
untuk
kegiatan
verivikasi
dan
sudah ada menu di
monitoring pengobatan pasien oleh
system tersebut
apoteker.
Kegiatan
farmasi
klinik
belum
secara
maksimal
dilakukan
1.
2.
Keterbatasan
SDM
(apoteker 1.
Ada penambahan jumlah apoteker
klinis)
klinis untuk memaksimalkan kegiatan
Tugas apoteker klinis yang belum
farmasi klinik
fokus dikegiatan klinis
2.
Pembagian atau pembatasan job tiap
masingapoteker
masing
klinis
bagian,
dapat
sehingga
focus
melaksanakan kegiatan farmasi klinis
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
57
4.4 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)
Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani perbekalan
farmasi untuk pasien selama 24 jam setiap hari (mulai Senin sampai Minggu).
Setelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk shift pertama, pukul 14.00
– 21.00 untuk shift kedua, dan pukul 21.00 – 08.00 untuk shift ketiga. Pelayanan
resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun pasien umum. Satelit ini melayani
resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan
endoskopi.
4.4.1 Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi Pusat
Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi Pusat selama 3 hari. Selama berada
di Satelit Farmasi Pusat, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain:
a.
Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi ICU
b.
Memverifikasi resep pasien di ICU dewasa
c.
Monitoring pengobatan pasien ICU dewasa
d.
Mengikuti Parade dan Visite pasien di ICU dewasa
e.
Mengikuti Konseling obat pulang pada pasien ICCU
Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang
apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang apoteker klinis, dibantu
oleh delapan orang asisten apoteker dan dua orang pekarya. Apoteker manajemen
perbekalan farmasi bertanggung jawab atas pengelolaan perbekalan farmasi
sedangkan apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas pengobatan pasien
secara rasional.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
pengelolaan perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian serta pelaporan perbekalan farmasi. Pelayanan
farmasi klinis yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi Medication History
Taking (MHT), parade pagi, visite pasien, pengkajian resep (verifikasi resep),
monitoring pengobatan pasien, konseling obat pasien pulang di ICCU dan
pemberian informasi obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
58
4.4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU
Terdapat dua macam perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi
ICU yakni perencanaan yang dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu periode
Januari – Juni (Jan-Jun) yang perencanaannya disusun pada bulan September pada
tahun sebelumnya dan Juli – Desember (Jul-Des) yang perencanaannya disusun
pada bulan Maret pada tahun yang sama serta perencanaan rutin (defekta rutin).
Perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data
pemakaian barang yang dilihat dari rekap laporan mutasi barang serta laporan
pemenuhan permintaan perbekalan farmasi.
Pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU menggunakan
defekta online ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk
pengambilan barang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Sama halnya dengan
satelit-satelit lain, satelit farmasi ICU melakukan pengadaan perbekalan farmasi
sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.
Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu
obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan, generik atau nama dagang. Untuk alat kesehatan,
penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Sama halnya
dengan satelit-satelit lain, penyimpanan perbekalan farmasi sudah dilakukan
sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, termasuk obat –
obat
narkotika dan psikotropika, obat – obat
high alert, serta obat – obat
termolabil.
Di Satelit Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan
obat yaitu obat – obat
LASA dan obat yang mendekati waktu kedaluwasa.
Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan
diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah
penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu kedaluwarsa dimasukkan ke
dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan
mencantumkan bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut. Contoh stiker obat
dapat dilihat pada Lampiran 8.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
59
Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
peresepan unit dose, individual dan floor stock. Dokter akan menuliskan resep
obat secara online melalui EHR. Petugas satelit akan melakukan verifikasi
terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif,
farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan
jaminan pasien serta hasil pemeriksaan laboratorium untuk penggunaan obat –
obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat
dimasukkan melalui sistem IT (EHR) dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan
oleh petugas satelit ICU. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat
mutasinya pada kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah
selesai dispensing, pertugas Satelit Farmasi ICU (asisten apoteker) akan
mengantarkan perbekalan farmasi tersebut ke ruangan. Namun untuk resep cito
maka petugas ruangan yang akan datang untuk mengambilnya di Satelit Farmasi
ICU.
Untuk sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan
perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa BMHP (Bahan Medik Habis Pakai) dan
troli emergensi. Prosedur penggunaan barang pada troli emergensi sudah
dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan.
Farmasi dan perawat bertanggung jawab atas troli emergensi. Farmasi
bertanggung jawab dalam hal perbekalan farmasi, sedangkan perawat bertanggung
jawab dalam hal pengontrolan kelengkapan dan penggunaan alat di dalam troli.
Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih
layak pakai, dan berasal dari RSCM. Prosedur retur obat tidak dilaksanakan
sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan.
Prosedur retur obat yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU yaitu perawat/ petugas
ruangan mengecek perbekalan farmasi yang diretur lalu menuliskan di form retur
dan menyerahkan ke satelit farmasi ICU, petugas satelit farmasi ICU mengecek
kembali baik jenis maupun jumlah perbekalan farmasi tanpa didampingi dengan
perawat/petugas ruangan dan selanjutnya petugas satelit
farmasi ICU
mengembalikan perbekalan pada tempatnya dan menulis di kartu stok.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
60
4.4.3
Pelayanan Farmasi Klinik di Satelit Farmasi ICU
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di Satelit Farnasi ICU meliputi
Medication History Taking (MHT), parade pagi, visite pasien, pengkajian resep
(verifikasi resep), monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan
pemberian informasi obat. Apoteker klinis di Satelit Farmasi ICU melakukan
parade pagi setiap pukul 08.00 – 10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan
dietisian. Parade ini bertujuan untuk membahas seputar permasalahan pasien,
perkembangan pasien, dan rencana tindakan atau pengobatan yang akan diberikan
kepada pasien.
Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan
dalam perawatan pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang
sesuai indikasinya, dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien
juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Setelah parade
pagi, apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter, perawat, dan dietisian.
Melalui kegiatan visite, tim tersebut dapat mengetahui kondisi pasien yang
sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi perubahan terapi ataupun
tindakan. Peran apoteker pada saat itu adalah memberikan rekomendasi dan
berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi atau tindakan yang akan
diterapkan.
Selain itu, apoteker klinis juga melakukan pengkajian resep (verifikasi
resep). Apoteker mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan
oleh dokter. Jika terdapat terapi yang kurang sesuai, apoteker meminta konfirmasi
kepada dokter yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan.
Monitoring obat dilakukan oleh apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara
resep, kardeks, dan status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan
terapi yang diperoleh.
Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan
dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang
kondisinya sudah baik diperbolehkan untuk pulang. Apoteker klinis juga
melaksanakan kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan
informasi obat pada pasien yang akan pulang dengan melampirkan form informasi
obat pulang yang berisikan mengenai informasi obat-obat yang diberikan disertai
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
61
dengan indikasi, jumlah obat maupun aturan pemakaian. Apoteker juga
mencantumkan nomor telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien dapat
menanyakan hal-hal yang kurang jelas terkait dengan terapi pengobatan pasien
kepada apoteker di rumah.
Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal
yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa
masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU :
a.
Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai
lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen
yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh
petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau
perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
b.
Prosedur retur obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan tidak sesuai dengan
standar prosedur operasional yang ditetapkan yakni petugas satelit tidak
langsung memeriksa jumlah dan jenis obat yang telah diretur oleh
perawat/petugas ruangan.
4.5 Satelit Farmasi Pusat
Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam
setiap hari (hari Senin hingga Minggu) yang masing – masing terbagi ke dalam
tiga shift kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift
kedua dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada
pukul 21.00 – 08.00 WIB. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri
dari 1 apoteker manajemen perbekalan farmasi, 10 asisten apoteker, dan 2
pekarya.
Pembagian dalam satu shift terdiri dari 2 asisten apoteker dan 1 pekarya
untuk shift pertama dan kedua. Sementara untuk shift ketiga, terdapat 2 asisten
apoteker yang bertugas. Selain itu, pada hari-hari pelayanan yang ramai (Selasa,
Rabu, Jum’at) ditempatkan 2 asisten apoteker dan 2 pekarya untuk shift pertama,
3 asisten apoteker untuk shift kedua, dan 2 asisten apoteker untuk shift ketiga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
62
4.5.1
Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi Pusat
Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi Pusat selama 3 hari. Selama berada
di Satelit Farmasi Pusat, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain :
a.
Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi Pusat
b.
Memberikan obat kepada pasien rawat jalan disertai dengan pemberian
informasi tentang obat yang akan digunakan oleh pasien tersebut
c.
Menelusuri obat mahal dan obat sitostatika dengan membandingkan jumlah
fisik dengan jumlah yang tertulis pada kartu stok.
Satelit ini melayani pasien jaminan dan pasien umum. Resep yang dilayani
meliputi resep dari ruang rawat inap yang tidak memiliki satelit farmasi dan
resep pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik serta menjadi tempat peralihan
resep dari ruang rawat inap yang satelit farmasi yang belum buka 24 jam.
Resep rawat inap yang dilayani berasal dari rawat inap Bedah Anak
(BCh), Perinatalogi (PICU dan NICU), dan Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep
pasien rawat jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa, semua
Poliklinik yang melakukan pembedahan (Bedah Vaskuler, Bedah Digestif, Bedah
Tumor, Bedah Orthopedi), Poliklinik Hematologi-Onkologi, Poliklinik Kebidanan
(khusus untuk kemoterapi), Poliklinik Radioterapi, dan Poliklinik Thalasemia.
Serta menjadi tempat peralihan resep dari Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Unit
Luka Bakar (ULB), dan Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) serta Kirana.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pelaporan
kegiatan pelayanan perbekalan farmasi. Terdapat dua macam perencanaan
perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat yakni perencanaan yang dilakukan
dua kali dalam satu tahun, yaitu periode Januari – Juni (Jan-Jun) yang
perencanaannya disusun pada bulan September pada tahun sebelumnya dan Juli
– Desember (Jul-Des) yang perencanaannya disusun pada bulan Maret pada tahun
yang sama serta perencanaan rutin (defekta rutin). Perencanaan yang dilakukan
dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data pemakaian barang yang dilihat
dari rekap laporan mutasi barang serta laporan pemenuhan permintaan perbekalan
farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
63
Pada proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Selanjutnya, petugas gudang
memeriksa ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Keesokan
harinya, petugas Satelit Farmasi Pusat (asisten apoteker) akan datang ke Gudang
Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan farmasi. Setelah melakukan
pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan
yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit Farmasi Pusat akan menandatangani
fomulir defekta barang. Selanjutnya, petugas satelit farmasi akan mencatat jumlah
barang yang diterima pada kartu stok barang dan sistem EHR Satelit Farmasi
Pusat, dan menyusun perbekalan farmasi di tempat yang telah disediakan
kemudian buffer stock perbekalan farmasi disimpan di tempat terpisah.
Selain melakukan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga
melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan
farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan
akan datang langsung ke Gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang
dibutuhkan. Selain itu, Satelit Farmasi Pusat dapat meminjam obat atau alat
kesehatan yang dibutuhkan tersebut ke satelit farmasi yang lain.
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Pusat disusun secara alfabetis
dengan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO)
dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan 15 sampai 25oC yang dilakukan
satu kali sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat dan alat
kesehatan. Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik
ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat
antara lain oral, injeksi, cairan infus, nutrisi parenteral, sirup/drop serta obat luar.
Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan jenis
dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan alat
kesehatan. Di Satelit Farmasi Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan
khusus meliputi:
1) Termolabil
Obat yang bersifat termolabil disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2°
sampai 8° C. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
64
melalui pengecekan suhu pada lemari pendingin yang dilakukan sebanyak tiga
kali sehari.
2) Obat sitostatika
Penyimpanan obat sitostatika diberi stiker ungu.
3) High Alert
Obat High Alert disimpan dalam lemari tersendiri yang dibatasi dengan
lakban merah dan ditempel stiker High Alert pada kemasan primer obat.
4) Narkotika
Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terdiri dari 2
sekat dengan kunci ganda.
5) Obat dengan penyimpanan terpisah, seperti sediaan nutrisi, dan obat mahal.
6) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Penyimpanan B3 secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan
tahan api (terbuat dari besi), serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan
lembar Material Safety Data Sheet (MSDS).
Selain itu, terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit
Farmasi Pusat antara lain pelabelan obat-obat LASA dan obat yang mendekati
tanggal kedaluwarsa. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan
ketentuan yang berlaku yakni dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang
tergolong LASA secara berdampingan dan terdapat stiker LASA berwarna hijau
yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat.
Obat-obat yang mendekati kadaluwarsa dalam jangka waktu 3 bulan,
dimasukkan ke dalam plastik kuning dan diberi label bewarna kuning dengan
mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut pada kemasan plastik
dan wadah penyimpanan. Contoh stiker obat dapat dilihat di Lampiran 8.
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi
Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima
oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Perbekalan
farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing – masing
Unit Kerja. Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat
dan obat kemoterapi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit
Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
65
atau gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi baru dilakukan
pencampuran. Jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit
Farmasi Pusat dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit
Farmasi Pusat :
Waktu Resep Datang
Waktu Pengambilan Perbekalan
Farmasi
11.00
≤ 09.00
Untuk Psikiatri jam 15.00
≥ 09.00
19.00
19.00
09.00
Resep Cito
≤ 15 menit
Pada pasien rawat jalan menggunakan resep dari dokter dan harus disertai
dengan SEP (Surat Eligibilitas Pelayanan) yang berlaku. Resep yang datang akan
diverifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif,
farmasetik, dan kelengkapan lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien
jaminan, kuitansi untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi, serta formulir
pencampuran obat khusus untuk pasien kemoterapi, dan hasil lab khusus untuk
pasien pengguna obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3. Setelah diverifikasi
jumlah dan jenis obat dimasukkan melalui sistem EHR. Setelah dimasukkan dan
diberi harga, resep diberikan kepada petugas satelit farmasi pusat lainnya untuk
di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara tunai, dapat langsung membayar
kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan resep asli
dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit farmasi pusat.
Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis
dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,
Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang
racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan
dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan
terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep (double checking).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
66
Penyerahan obat dilakukan oleh petugas yang berbeda dengan yang melakukan
dispensing.
Pemberian obat pada pasien rawat inap dilakukan untuk pemakaian per
hari, pengecualian untuk psikiatri yakni untuk pemakaian selama 3 hari (untuk
obat oral) dan pemakaian per hari (untuk injeksi). Untuk pasien yang akan pulang,
diberikan untuk pemakaian selama 1 minggu. Pada pasien rawat jalan, jumlah
obat yang diberikan sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep. Pasien
hemodialisa yang menggunakan cairan dianeal, diberikan injeksi untuk kebutuhan
satu bulan, sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan Dianeal, cukup
diberikan obat untuk keperluan satu minggu dan tergantung pada keperluan
pemakaian. Sedangkan untuk pasien thalasemia, diberikan obat untuk pemakaian
satu bulan penuh. Obat dapat diretur jika obat tidak digunakan oleh pasien dengan
kondisi obat yang masih layak pakai dan berasal dari RSCM.
Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi Pusat, terdapat beberapa hal
yang diamati oleh mahasiswa. Kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat,
diantaranya adalah :
a)
Tidak
adanya
apoteker
farmasi
klinis
yang
dapat
memberikan
informasi/konseling kepada pasien rawat jalan.
b) Walaupun telah terdapat mesin printer etiket, namun karena keterbatasan
mesin printer etiket dan banyaknya resep terkadang petugas
harus
menuliskan etiket sehingga memperpanjang pelayanan perbekalan farmasi.
c)
Ada beberapa obat lepasan (tidak pada kemasan aslinya) yang tidak
dicantumkan tanggal kedaluwarsa di etiket (untuk pemakaian obat lebih dari
3 hari), misalnya tablet asam folat.
d) Pada penanganan obat retur, asisten apoteker tidak langsung memeriksa
jumlah atau jenis obat yang telah diretur oleh perawat atau petugas yang
mengantarkan obat retur tersebut seharusnya asisten apoteker langsung
memeriksa jumlah atau jenis obat yang telah diretur sesuai dengan standar
prosedur oprasional (SPO) tentang obat retur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
67
e)
Pada penulisan di kartu stok masih terdapat beberapa kendala diantaranya
terdapat selisih antara jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah
fisik, ada beberapa kartu stok pada obat yang sama, dan pengisian kartu stok
masih ada yang sampai melewati batas bawah kartu stok dan penulisannya
kurang rapi dan tidak jelas.
f)
Penyimpanan obat di lemari pendingin masih kurang rapi dan obat LASA
tercampur sehingga sebaiknya kerapihan dalam penyimpanan ditingkatkan
lagi dan obat-obat sebaiknya diletakan dalam wadah plastik dan diperhatikan
penyimpanan obat-obat LASA di lemari pendingin.
g) Pasien berulangkali bertanya kepada petugas mengenai kelengkapan
administrasi yang harus dilengkapi sehingga mengganggu pelayanan yang
dilakukan sehingga sebaiknya dibuat poster daftar administrasi yang harus
dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan atau
dinding ruang tunggu di satelit farmasi pusat.
h) Situasi di satelit pusat yang ramai dan berisik sehingga petugas harus
memanggil pasien harus berteriak dan berulang-ulang sebaiknya disediakan
alat pengeras suara agar memudahkan pemanggilan pasien.
i)
Banyak telepon yang masuk tetapi tidak dijawab atau diangkat oleh petugas
satelit farmasi pusat sebaiknya petugas satelit farmasi harus lebih peka dan
telepon dapat diparalel misal ke meja penyiapan agar lebih dekat dengan
petugas sehingga petugas mudah menjawab panggilan dari telepon.
j)
Banyak obat titipan yang terdapat di satelit pusat dan belum pasti kapan
digunakan. Oleh karena itu harus ada koordinasi dengan perawat yang ada
diruangan dan pada formulir penitipan obat tercantum batas/lamanya obat
dapat dititipkan serta nomer telepon yang bisa dihubungi.
4.6 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Satelit Farmasi IGD merupakan unit yang melayani perbekalan farmasi
pasien selama 24 jam setiap hari terdiri atas satu satelit di lantai 1 dan satu satelit
di lantai 4. Satelit lantai 1 melayani kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
68
hingga lantai 3 IGD, sementara satelit lantai 4 hanya melayani kebutuhan
perbekalan farmasi untuk ruang operasi di lantai 4. Satelit farmasi IGD juga hanya
melayani kebutuhan perbekalan farmasi di IGD saja dan tidak menerima resep
dari unit lain di RSCM.
4.6.1
Sumber Daya Manusia (SDM)
Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing
bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi
dan pelayanan farmasi klinik, 23 orang Asisten Apoteker, 4 orang porter, dan 1
orang pekarya. Pelayanan farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3
shift selama 24 jam sehingga dapat selalu mengantisipasi kebutuhan pasien IGD
yang kondisinya dapat berubah-ubah setiap saat. Pembagian jumlah AA yang
bertugas di kedua depo pada masing-masing shift dapat dilihat pada tabel 4.5:
Tabel 4.5 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di satelit Lt. 1 dan 4
Satelit lantai 1
Pagi
Siang
Malam
(07.30 –14.30 WIB)
(14.00–21.00 WIB)
(21.00 –08.00 WIB)
7 orang
3 orang
3 orang
1 orang
1 orang
(Termasuk 2 petugas
non shift)
Satelit lantai 4
1 orang
Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan
petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 23 orang Asisten Apoteker
yang bertugas di satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di
satelit lantai 4.
4.6.2 Kegiatan Satelit Farmasi IGD
4.6.2.1 Pengelolaan perbekalan farmasi
1) Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan satelit lantai 4
dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi
menggunakan perbandingan metode permintaan dan metode konsumsi dimana
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
69
semakin banyak barang yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang
tersebut juga besar. Perencanaan di IGD dilakukan setiap 6 bulan sekali mengikuti
jadwal perencanaan di RSCM yaitu periode Januari-Juni dan Juli-Desember.
Satelit lantai 1 melakukan defekta rutin ke bagian gudang IAL dua kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis secara online menggunakan EHR dan
pengambilan barang dilakukan hari Selasa dan Jumat. Alur pelaksanaan defekta
adalah sebagai berikut:
Satu hari sebelum hari defekta rutin, yaitu pada hari Senin dan Kamis,
pihak satelit akan membuat entry data defekta yang akan di-posting melalui sistem
IT ke Gudang IAL. Tujuannya adalah agar pihak gudang menyiapkan terlebih
dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD. Keesokan harinya pada hari
defekta rutin, pekarya dan AA dari IGD datang ke Gudang IAL untuk mengurus
pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan
barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan
pengecekan kembali untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis,
bentuk sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari Gudang Pusat dengan data
defekta dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya.
Selain itu juga dilakukan pengecekan pada kualitas barang, dan ED barang
yang telah disiapkan gudang. Setelah data sesuai, lembar defekta ditandatangani
oleh pihak yang menyerahkan (pihak gudang) dan pihak yang menerima barang
(pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD akan mendapat satu copy lembar defekta
tersebut. Selanjutnya dilakukan penambahan stok barang di satelit IGD dengan
menulis di kartu stok (Lampiran 9) dan dimasukkan di sistem IT yang ada.
Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat
kesehatan,
dan
narkotika.
Maksud
pemisahan
tersebut
adalah
untuk
mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta
yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak
Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Pusat. Hal
tersebut menyebabkan defekta Cito juga sering dilakukan di luar hari defekta
besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi tersebut.
Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan
satelit lantai 4. Sistem pengadaan barang di satelit lantai 4 dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
70
mengajukan defekta ke satelit lantai 1. Defekta dari satelit lantai 4 juga dilakukan
2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.
2) Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur
sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat
berdasarkan pembagian berikut :
1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi
a)
Obat
Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu
sediaan tablet, sediaan syrup, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus.
b) Alat kesehatan
Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan jenisnya.
2) Suhu penyimpanan dan stabilitas
Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2°–
8°C) disimpan pada kulkas terpisah. Untuk penyimpanan film yaitu disimpan
pada suhu 10-24ºC.
3) Susunan alfabetis
Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya.
4) Sifat bahan
Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah
dalam lemari yang terbuat dari bahan yang sukar terbakar, serta dilengkapi dengan
label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan.
5) Sistem FIFO dan FEFO
Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama
kali masuk atau barang dengan tanggal kadaluwarsa paling dekat terletak di
bagian depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.
6) Obat high alert dan LASA
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA
di Satelit Farmasi IGD disimpan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
yaitu dengan menempelkan stiker merah bertuliskan high alert pada kemasan
primer dan stiker hijau bertuliskan LASA pada wadah penyimpanan (lampiran 8).
Obat high alert disimpan dalam lemari khusus ditandai dengan plester berwarna
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
71
merah pada bagian tepinya. Sedangkan obat LASA diletakkan tidak bersebelahan
dengan obat pasangannya.
7) Sediaan narkotika dan psikotropika
Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang
terletak di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain.
Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika,
dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas
farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi
lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan meninggalkan area kerja.
c.
Monitoring dan Evaluasi Perbekalan Farmasi
Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di
satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai
salah satu langkah untuk monitoring stok perbekalan farmasi yang terdapat di
Satelit Farmasi IGD. Selain SO, langkah monitoring lainnya yang juga dilakukan
adalah dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal untuk
memudahkan pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu sekali,
pengecekan stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, penerapan
sistem sampling yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya untuk
mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang di
satelit, serta monitoring barang-barang yang dekat ED, dimana semua monitoring
ini dilakukan untuk melakukan evaluasi laporan respon time, distribusi BMHP
dan floor stok, laporan mutasi, laporan narkotika.
d. Distribusi perbekalan farmasi
Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi
IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem
floor stock dan BMHP. Untuk floor stok sendiri waktu pendistribusiannya sehari 3
kali, sedangkan BMHP dilakukan 1 minggu sekali. Sistem peresepan individu
adalah sistem penyiapan dan pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan
resep per pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
72
Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep
untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur
pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut:
Resep dari dokter yang telah masuk melalui EHR akan diverifikasi oleh
Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan meliputi skrining kelengkapan
administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan
kelengkapan resep meliputi nama dokter, ruangan asal resep, nama pasien, nomor
rekam medis, dan tanggal lahir pasien. Selanjutnya adalah verifikasi untuk
kesesuaian farmasetik yang dilihat dari kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan,
dan kekuatan sediaan. Apabila terdapat ketidaklengkapan dari kedua aspek
tersebut, petugas farmasi yang melakukan verifikasi resep akan menuliskan
temuannya pada lembar checklist review resep obat pasien (Lampiran 16).
Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada tidaknya status
alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat.
Petugas satelit selanjutnya akan mencetak resep tersebut beserta etiketnya,
kemudian memastikan bahwa barang yang diminta tersedia dan menentukan
jumlah barang yang akan diberikan. Pada pasien umum, apabila obat yang diminta
harganya mahal, maka petugas satelit akan mengkonfirmasi kesediaan keluarga
pasien untuk membelinya. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan
disiapkan sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit,
petugas harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai.
Barang yang telah diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang telah dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama
pasien, nomor rekam medis, dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan
dengan cara diantar ke ruang rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter,
atau keluarga pasien di satelit farmasi lantai 1. Terdapat Ketentuan Pengiriman
Obat di IGD yaitu:
1) Bila Cito Maka harus diselesaikan < 15 menit
2) Apabila Tidak CITO, maka mengikuti aturan pengiriman Obat yang
tercantum pada tabel 4.6
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
73
Tabel 4.6 Aturan Pengiriman Obat di IGD
Jam Resep
Jam Antar Resep dari
No.
Jam Penyuntikan
Selesai dan
ruangan
di Ruangan
diantar
1
05.00-11.00
Max 11.00 siang
12.00-13.00
2
13.00-17.00
Max 17.00 sore
18.00-19.00
3
18.00-23.00
Max 23.00
24.00-01.00
4
01.00 (dini hari) - 05.00 (subuh) Max 05.00
06.00-07.00
5
Untuk simvastatin dan simarc
21.00-22.00
6
Untuk antibiotika disesuaikan
Max 20.00
jam masuk awal penyuntikan
3) Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep
ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 12.00 dan jam 18.00 (jika
resep sudah datang)
4) Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep
ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam 18.00
5) Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi,
Resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 24.00 dan
06.00 pagi
6) Untuk resep boarding diberikan untuk satu hari
7) Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari
8) Untuk ruang ICU dikirimkan jam 14.00
Sementara itu, sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan
BMHP dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.
a) BMHP
BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi
dasar yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.
Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari
Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh pihak
farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
74
b) Troli emergensi
Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi
kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 7 buah troli emergensi yang masingmasing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU, PICU, dan RRA
(Ruang Rawat Akut), lantai 3 (kebidanan), dan lantai 4 (OK). Isi dari troli
emergensi adalah obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan
napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi
darah (circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit Farmasi
lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat kesehatan ABC
dari unit di mana troli tersebut berada. Tanggal kadaluwarsa obat dan alat
kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada lembar checklist
troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya
menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi yang melakukan penguncian
troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli dan menandatanganinya. Setiap
pagi dan malam hari, dokter atau perawat di tiap lantai akan mengecek kondisi
dan nomor seri kunci disposable troli emergensi untuk memastikan bahwa troli
masih terkunci.
Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti terjadi
kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan, dokter
atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang
digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan nama
pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep untuk meminta
penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari troli emergensi dan
memberitahu pihak Satelit lantai 1 dengan batas maksimal 1x24 jam. Resep dibuat
atas nama pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya
penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut.
Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti
sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan
perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli.
Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri kunci harus
dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti pada awal
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
75
pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara penutupan troli. Pada
Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama pembuka troli, tanggal
pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan. Berita Acara
tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat sebagai saksi.
Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan kembali
oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter, maka pihak
farmasi
akan
mengonfirmasi
kepada
dokter
yang
bersangkutan
untuk
membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika ditemui
peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam lembar
checklist review resep obat pasien (Lampiran 16) sebagai temuan masalah obat.
4.6.2.2 Pelayanan farmasi klinik
Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang
Apoteker klinis. Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk melayani kebutuhan
pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah
dilakukan, antara lain:
a.
Verifikasi resep: Apoteker klinis akan melakukan verifikasi resep sebelum
obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit,
proses verifikasi dilakukan oleh AA;
b.
Monitoring penggunaan obat: dilakukan dengan cara menyesuaikan antara
obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status
pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;
c.
Pemberian informasi obat pulang (lampiran 11): dilakukan pada saat
penyerahan obat kepada pasien yang akan pulang. Pemberian informasi obat
pulang di IGD diutamakan untuk pasien dengan penggunaan obat khusus dan
berkelanjutan.
d.
Ronde Mandiri
e.
Pemberian Informasi Obat (PIO), dan
f.
Melakukan Medication History Taking (MHT) (lampiran 13) : yaitu mencari
informasi tentang riwayat penggunaan obat-obatan pasien baik obat sintetis
maupun obat-obat herbal yang sebelumnya pernah dipakai oleh pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
76
4.6.3 Kegiatan PKPA di satelit IGD
Mahasiswa bertugas di satelit IGD selama 3 hari. Selama berada di satelit
IGD, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain :
a.
Menghitung respon time di IGD
b.
Membenahi tata letak tablet generik dengan nama dagang
c.
Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.
d.
Telusur selisih obat mahal dan benang
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,
terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain:
a.
Terdapat selisih stok obat termasuk obat mahal di kartu stok dengan jumlah
fisik obat.
b.
Penulisan tanggal pada kartu stok yang tidak lengkap
Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat
diberikan, antara lain :
a.
Petugas lebih cermat lagi dalam menulis kartu stok dan mengecek jumlah
fisik obatnya saat melakukan sampling.
b.
Petugas diharapkan menulis tanggal pada kartu stok yang lengkap
(dd/mm/yy) sehingga memudahkan dalam telusur obat.
4.7 Satelit Farmasi Kirana
Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan
khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata yang memiliki tiga depo
farmasi, yaitu depo farmasi lantai 1, lantai 3, dan lantai 4. Depo lantai 1 melayani
pasien rawat jalan, depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk
tindakan operasi mata, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien rawat inap. Depo
lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan jadwal dua shift, yakni
shift pertama mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB dan shift kedua mulai pukul 10.0018.00 WIB, sedangkan depo farmasi lantai 3 dan 4 memiliki jadwal satu shift,
yaitu mulai pukul 08.00 hingga 15.30 WIB atau biasa sampai long shift.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
77
4.7.1
Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM di Satelit Kirana berjumlah 9 orang, terdiri dari satu orang Apoteker
Penanggungjawab dan 5 orang Asisten apoteker, 2 orang porter, dan 1 orang
administrasi (staff kirana). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obatobat lain, berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi
penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana.
Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat
jalan, dan pasien pulang pasca-operasi, depo farmasi lantai 3 hanya melayani
kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien
rawat inap. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masingmasing menggunakan sistem paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya.
Pada depo lantai 3 pendokumentasian permintaan paket dilakukan melalui
pencatatan pada lembar formulir serah terima barang (lampiran 17) yang berisi
data pasien, unit, No.regis, Rekam Medik (RM), Hari/tanggal, dan jenis tindakan,
sedangkan untuk verbal order yang ada pada Lt. 3 dan 4 dilakukan juga
pencatatan meliputi nama pasien, nama barang, jumlah yang diminta, dokter yang
meminta, dan paraf. Kedua pencatatan tersebut nantinya akan diinput ke sistem
EHR..
4.7.2
Kegiatan Satelit Kirana
4.7.2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi
Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana
dilakukan 6 bulan sekali yaitu periode Januari-Juni dan Juli-Desember dimana
metode yang digunakan berdasarkan metode permintaan resep dan metode
konsumsi. Data perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan
pengadaannya. Depo lantai 3 dan 4 membuat perencanaan untuk pemesanan
barang dan dikirimkan ke depo lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit
Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu,
sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan
Kamis.
Perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang Pusat. Pada
hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan pengecekan kesesuaian
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
78
barang, jumlah barang, kualitas barang dan ED barang yang diterima dengan
defekta oleh petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi
dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannya pada kartu stok
(lampiran 10).
Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,
perencanaan dibuat oleh departemen kirana ke instalasi farmasi kemudian
dilanjutkan ke Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan
Bagian Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP)
akan melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan
menangani barang konsinyasi atau dilakukan penunjukkan vendor langsung,
setelah itu Unit Kerja Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan
pemesanan barang.
Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku
khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman
untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut
ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Koordinator Pelayanan Farmasi
lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan faktur. Faktur ini akan
diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar penagihan pembayaran bagi
vendor.
b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana
Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem
FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi
di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat
kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat
kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan jenisnya.
Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi penyimpanan narkotika dan
psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, dan obat termolabil.
Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan
dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA (lampiran
8) pada wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus
yang pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
79
kemasan primer obat diberi stiker High Alert (lampiran 9). Obat kanker disimpan
di lemari terpisah yang diberi stiker ungu (lampiran 9). Narkotika disimpan di
lemari khusus yang berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA
yang bertugas di satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa tiga bulan ke
depan ditandai dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun
kedaluwarsa obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari
pendingin. Pengecekan suhu lemari pendingin dilakukan tiap pagi, siang, dan sore
serta suhu ruangan penyimpanan Satelit Kirana dilakukan tiap pagi.
c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi
Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang ada,
dilakukan SO di Satelit Kirana 3 bulan sekali. Barang-barang yang diketahui telah
mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat
untuk dimusnahkan. Serta dilakukan sistem sampling stok yang harus dilakukan
oleh semua AA setiap harinya dengan pembagian berdasarkan rak.
d. Distribusi Perbekalan Farmasi
Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan
tiga cara, yaitu sistem peresepan individual untuk pasien rawat jalan dan paket
operasi per pasien, unit dose untuk pasien rawat inap, dan sistem floor stock
berupa BMHP. Resep yang diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi
beberapa dokter di ruang OK VIP telah menggunakan sistem online. Resep yang
masuk per hari dapat mencapai hingga180 lembar. Resep tersebut akan disimpan
di Satelit Kirana selama tiga tahun, begitu juga dengan resep narkotika.
Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut:
1) Pasien umum (resep tunai)
Pasien umum datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep
tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi
kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan
diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk
selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing
obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi
obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
80
di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing
obat, dan penyerahan obat.
2) Pasien jaminan
Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan
terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep
asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Petugas satelit memastikan bahwa obat
yang akan ditebus oleh pasien terdapat dalam Fornas, Jika obat diluar fornas maka
dokter mengisi formulir obat non fornas (Lampiran 18) dimana hanya untuk obat
yang mahal saja diatas lima ratus ribu rupiah. Setelah itu dilakukan verifikasi dan
petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien
disertai dengan pemberian informasi obat.
4.7.3 Kegiatan PKPA di Satelit Kirana
Mahasiswa bertugas di satelit Kirana selama 3 hari. Selama berada di
satelit Kirana, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain:
a.
Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.
b.
Membantu proses penyetokan obat
c.
Telusur kartu stok obat
d.
Melakukan sampling resep dan etiket
Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana,
terdapat beberapa hal kendala yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan
kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara
lain:
a.
Tidak adanya telepon internal antar unit RSCM (Siemens) sehingga
menyulitkan pihak kirana untuk berkomunikasi dengan unit lain
b.
Tidak tersedianya loket untuk penerimaan resep dan penyerahan obat
c.
Perlu adanya tambahan tenaga asisten apoteker untuk depo farmasi lt.4
Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat
diberikan, antara lain :
a.
Mengadakan telepon internal antar unit (siemens) RSCM, untuk memudahkan
komunikasi antar unit RSCM terutama dengan gudang dan satelit lain. Tindak
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
81
lanjut yang sudah dilakukan adalah sudah membuat surat ke bagian aset
RSCM, dan sedang menunggu acc dari DirKeu.
b.
Perlu dibuatkan loket untuk penerimaan resep dan penyerahan obat untuk
pasien rawat jalan di depo lantai 1 kirana.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Instalasi farmasi di rumah sakit mempunyai peran sebagai bagian
fungsional dari organisasi rumah sakit yang menjamin terselenggaranya pelayanan
kefarmasian yang komprehensif.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan
manajemen yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan
pelayanan farmasi klinik dimana berfungsi untuk menjamin bahwa terapi yang
diterima oleh pasien tepat dan aman. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi persyaratan
pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi
internasional dari Joint Commission International. Akan tetapi, masih ditemui
adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor
keterbatasan jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang.
Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan
kefarmasian. Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa
perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, Apoteker bertugas untuk
memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi
tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient safety.
Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang bertugas
melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta
berkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh RSCM mengutamakan
kepuasan pasien. Untuk mendukung hal tersebut, dilakukan pemantauan terhadap
resep yang diberikan oleh dokter, etiket obat serta respon time sehingga dapat
mengetahui serta menilai kinerja tenaga farmasi di RSCM dalam melakukan
pelayanan kefarmasian.
82
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
83
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut adalah beberapa
saran yang dapat kami sampaikan:
5.2.1
a.
Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
Kekosongan barang dapat terjadi karena berbagai macam hal, diantaranya
sistem pengelolaan perbekalan farmasi yang melibatkan banyak pihak,
perencanaan yang kurang sesuai, dan terlambatnya distributor dalam
mengirimkan pesanan. Dari penyebab tersebut, hal yang dapat dilakukan
yaitu:
1) Menentukan jumlah minimum stock pada sistem EHR di setiap satelit
farmasi.
2) Menyamakan presepsi mengenai sistem buffer dengan menggunakan rumus
pada sistem EHR.
3) Membuat jadwal rutin penerimaan PF.
4) Memberikan masukan kepada ULP untuk memberikan tindakan tegas bagi
distributor yang sering terlambat mengirimkan PF dengan sistem denda atau
dikeluarkan dari tender.
b.
Penanganan penyimpanan B3
1) Ruang penyimpanan B3 yang tidak sesuai untuk keamanan dapat diadakan
sistem pengamanan dini seperti smoke detektor dan alat penyemprot air
(sprinkler).
2) MSDS
belum
semuanya
diterjemahkan
dapat
diatasi
dengan
cara
menerjemahkan MSDS oleh petugas gudang atau meminta distributor
memberikan MSDS hasil terjemahan.
3) MSDS tidak lengkap dapat diatasi dengan cara meminta distributor
menyertakan MSDS saat pengiriman barang.
c.
Ketidaksesuaian antara kartu stok dengan jumlah fisik
1) Penambahan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara rak-rak obat untuk
mempermudah dalam perhitungan stok.
2)
Dibuat catatan laporan mutasi setiap harinya oleh masing-masing
Penanggung Jawab PF.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
84
3)
Dilakukan sampling stok dan fisik sebanyak 10 item per hari, kemudian jika
terjadi ketidaksesuaian, maka petugas harus langsung menelusuri penyebab
ketidaksesuaian.
4) Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing
lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang
sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala
sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang
terdapat di dalamnya.
5) Dilakukan pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan
farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam
pelayanan terutama pada obat-obat tergolong LASA.
5.2.2
a.
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Petugas lebih cermat lagi dalam menulis kartu stok dan mengecek jumlah
fisik obatnya saat melakukan sampling.
b.
Petugas diharapkan menulis tanggal pada kartu stok yang lengkap
(dd/mm/yy) sehingga memudahkan dalam telusur obat
5.2.3
a.
Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)
Petugas farmasi mengikukti breafing pagi dengan perawat, sehingga apabila
ada ketidaksesuaian dapat lanngsung diketahui dan diatasi.
b.
Pintu tiap depo farmasi harus selalu terkunci, sehingga perawat hanya
menunggu diluar dan petugas depo yang mengambilkan perbekalan farmsi
untuk perawat.
c.
Dibuat pamphlet atau brosur yang berisi alur prosedur izin PPRA dan
perbekalan farmasi > 500.000 untuk pasien JKN.
d.
Perawat mengisi data di menu tersebut, untuk memudahkan pelayanan klinik
ke pasien terutama untuk kegiatan verivikasi dan monitoring pengobatan
pasien oleh apoteker.
e.
Ada penambahan jumlah apoteker klinis untuk memaksimalkan kegiatan
farmasi klinik.
f.
Pembagian atau pembatasan job tiap masing- masing bagian, sehingga
apoteker klinis dapat fokus melaksanakan kegiatan farmasi klinis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
85
5.2.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)
a.
Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai
lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen
yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh
petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau
perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
b.
Prosedur retur obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan tidak sesuai dengan
standar prosedur operasional yang ditetapkan yakni petugas satelit tidak
langsung memeriksa jumlah dan jenis obat yang telah diretur oleh
perawat/petugas ruangan.
5.2.5
a.
Satelit Kirana
Mengadakan telepon internal antar unit (siemens) RSCM, untuk memudahkan
komunikasi antar unit RSCM terutama dengan gudang dan satelit lain. Tindak
lanjut yang sudah dilakukan adalah sudah membuat surat ke bagian aset
RSCM, dan sedang menunggu acc dari DirKeu.
b.
Perlu dibuatkan loket untuk penerimaan resep dan penyerahan obat untuk
pasien rawat jalan di depo lantai 1 kirana.
5.2.6
a.
Satelit Farmasi Pusat
Banyak obat titipan yang terdapat disatelit pusat dan belum pasti kapan
digunakan. Oleh karena itu harus ada koordinasi dengan perawat yang ada
diruangan dan pada formulir penitipan obat tercantum batas/lamanya obat
dapat dititipkan serta nomer telepon yang bisa dihubungi.
b.
Pada penangganan obat retur, asisten apoteker tidak langsung memeriksa
jumlah atau jenis obat yang telah diretur oleh perawat atau petugas yang
mengantarkan obat retur tersebut seharusnya asisten apoteker tidak langsung
memeriksa jumlah atau jenis obat yang telah diretur sesuai dengan standar
prosedur oprasional (SPO) tentang obat retur.
c.
Penyimpanan obat di lemari pendingin masih kurang rapi dan obat LASA
tercampur sehingga sebaiknya kerapihan dalam penyimpanan ditingkatkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
86
lagi dan obat-obat sebaiknya diletakan dalam wadah plastik dan diperhatikan
penyimpanan obat-obat LASA di lemari pendingin.
d.
Pasien berulangkali bertanya kepada petugas mengenai kelengkapan
administrasi yang harus dilengkapi sehingga mengganggu pelayanan yang
dilakukan sehingga sebaiknya dibuat poster daftar administrasi yang harus
dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan atau
dinding ruang tunggu di satelit farmasi pusat
e.
Situasi di satelit pusat yang ramai dan berisik sehingga petugas harus
memanggil pasien harus berteriak dan berulang-ulang sebaiknya disediakan
alat pengeras suara agar memudahkan pemanggilan pasien.
5.2.7
a.
Sub Instalasi Produksi
Kekosongan bahan baku dapat diatasi dengan merencanakan kebutuhan
produksi untuk satu bulan ke depan, terutama untuk produksi yang rutin
dilakukan.
b.
Produk tertinggal perlu dilakukan untuk mencegah adanya keluhan dari
pelanggan mengenai sediaan yang diproduksi. Produk tertinggal dapat dibuat
setiap batchnya hingga produk tersebut telah tidak lagi disimpan.
c.
Permintaan iv admixture seharusnya dapat dibuat penjadwalan, terutama
untuk shift pagi agar permintaan dapat terlaksana dengan cepat.
d.
Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari dapat diatasi dengan
menugaskan seorang karyawan untuk mengambil obat titipan kemo di ISP
pada siang hari agar dapat disiapkan oleh petugas sitostatika .
a.
Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana dapat diatasi dengan
adanya apoteker untuk mengembangkan formula sesuai permintaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
87
DAFTAR ACUAN
Azwar, Ridwan (1996). Kiat Sukses di Bidang Jasa. Andi Offset: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, 1, 5, 14-17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/
Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara
Siregar, Lia Amalia. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
88
Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Direktur Utama
Komite Medik,
Komite Etik,
PPIRS, Komite
Mutu
Direktur Medik
dan Keperawatan
Direktur
Pengembangan
dan Pemasaran
Direktur Keuangan
Direktur SDM dan
Pendidikan
Direktur Umum
dan Operasional
Departemen
Instalasi promkes
Bagian Anggaran
Bagian Diklat
Bagian
Administrasi
Instalasi
Farmasi
UPJM
Bagian
Perbendaharaan
Bagian SDM
Bagian Aset dan
Inventaris
Bagian Hukor
Bagian Teknik
Pemeliharaan
Sarana dan
Prasarana
Instalasi
Pendidikan
Instalasi Medik
UPT
Bagian Akuntansi
ULP
Unit Utilitas
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
89
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi
Direktorat Medik dan
Keperawatan
Kepala Instalasi
Farmasi
Koordinator
Administrasi dan
Keuangan
Koordinator
Produksi dan
Diklitbang
Koordinator
Pelayanan Farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
90
Lampiran 3. Struktur Organisasi Koordinator Administrasi dan Keuangan
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator
Administrasi dan Keuangan
Penanggung Jawab
Keuangan
Penanggung Jawab
Akuntansi dan IT
Penanggung Jawab
SDM dan
Administrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
91
Lampiran 4. Struktu
tur Organisasi Koordinator Produksi dan D
Diklitbang
Kepala Instalasi Farmasi
Koordinator Produksi dan Diklitbang
ng
Penanggung Ja
Jawab
Produksi Sedi
diaan
Farmasi
Pelaksana
Produksi
Non Steril
P
Pelaksana
Repacking
R
Sediaan
Inje
njeksi Serbuk
Penanggung
gung
Jawab Ase
septik
Dispensi
nsing
Pelaksana
Pencampuran
Obat
Sitostatika
Pelaks
ksana
Pencam
mpuran
Obat Suntik
S
Penanggung
Jawab
Diklitbang
Pelaksana
Repacking
Sediaan
Injeksi Cair
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
92
Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi
Kepala Instalasi
Farmasi
Koordinator
Pelayanan Farmasi
Penanggung Jawab
Perencanaan
Perbekalan Farmasi
Satelit
IGD
Satelit
ICU
Satelit
Pusat
Penanggung Jawab
Pelayanan Farmasi
Satelit
Kirana
Satelit
Gedung
A
Penanggung
Jawab Satelit
Satelit
Poli di
URJT
Satelit
Radio
terapi
Penanggung
Jawab Farmasi
Klinis
Satelit
ULB
Satelit
PJT
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Satelit
IBP
93
Lampiran 6. Contoh
oh Etiket Print
Lampiran 7. Contoh
oh Etiket Manual
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
94
Lampiran 8. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose
Keterangan :
Pink : Pagi
Putih : Siang
Biru : Sore
Hijau : Malam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
95
Lampiran 9. Contoh
oh Stiker Obat
Stiker Hig
igh Alert
Stiker LAS
ASA
Stiker Obatt T
Termolabil
Stiker Obat Sit
itostatika
Stike
ker Obat yang Mendekati Tanggal Kadarluasa
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
96
Lampiran 10. Conto
toh Blanko Kartu Stok
Unive
ersitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
97
Lampiran 11. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
98
Lampiran 12. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
99
Lampiran 13. Formulir Medication History Taking Pasien
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
100
Lampiran 14. Alur Pengelolalaan Perbekalan Farmasi di RSCM
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
101
Lampiran 15.Denah Gudang Farmasi I
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
102
Lampiran 16. Lembar Checklist Review Resep Obat Pasien
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
103
Lampiran 17. Lembar Formulir Serah Terima Barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
104
Lampiran 18. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium
Nasional
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
108
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENDATAAN
N PENGGUNAAN OBAT SITOSTATIK
IKA PADA
PASIEN YA
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI POLI
HEMATOLOG
GI-ONKOLOGI RUMAH SAKIT UMU
UM PUSAT
NASIONAL (R
RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUM
MO BULAN
FEBRUARI-MARET 2014
TUGAS KHUS
USUS PRAKTEK KERJA PROFESI AP
POTEKER
NOPIANA S. FARM
1306343952
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
P
PROGRAM
PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................... ..........................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................... ..................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan ………………………... .........................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................3
2.1 Perencanaan Perbekalan Farmasi ........................................................................3
2.2 Kanker .................................................................................................................7
2.3 Kemoterapi .........................................................................................................8
BAB 3. METODE PENELITIAN ...........................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian ..........................................................................10
3.2 Metode Pengkajian .............................................................................................10
BAB 4. PEMBAHASAN ..........................................................................................12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................14
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................14
5.2 Saran .................................................................................................................14
DAFTAR ACUAN....................................................................................................15
ii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik sel kanker yang pertumbuhannya dihambat melalui
proses kemoterapi ........................................................................ 9
iii
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas .......... 7
iv
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel data pasien yang menjalani kemoterapi di bulan Februari
dan Maret 2014 ..........................................................................
Lampiran 2 Tabel rekapitulasi kebutuhan obat pasien yang menjalani
kemoterapi di bulan Februari-Maret 2014 ....................................
Lampiran 3 Tabel rekapitulasi obat sitostatika yang dibutuhkan oleh pasien
yang menjalani kemoterapi di bulan April-Juni 2014 .................
Lampiran 4 Data pasien yang baru menjalani kemoterapi pada bulan Maret
2014 ............................................................................................
Lampiran 5 Rencana alur pelayanan pendataan pasien yang baru menjalani
kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi RSCM ......................
Lampiran 6 Protokol Kemoterapi Pasien di Poli Hematologi-Onkologi
RSCM .........................................................................................
v
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
16
22
30
31
32
33
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau unit atau
divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan Kepmenkes
RI nomor 1197 tahun 2004, salah satu fungsi dari pelayanan kefarmasian yang
dilakukan di rumah sakit adalah pengelolaan perbekalan farmasi. Siklus kegiatan
pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengendalian,
penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi.
Perencanaan merupakan suatu proses pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara
lain konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (DepKes, 2008).
Perencanaan yang umumnya digunakan dalam merencanakan kebutuhan
Perbekalan Farmasi adalah menggunakan metode konsumsi karena dianggap lebih
mudah dan lebih cepat. Namun, pada kondisi tertentu metode ini kurang akurat
untuk digunakan, contohnya pada perencanaan obat kemoterapi untuk pasien
kanker yang memiliki siklus pengobatan sesuai protokol yang dijalankan. Siklus
pengobatan ini hendaknya diikuti hingga akhir siklus tanpa penundaan terapi atau
penghentian terapi karena dikhawatirkan risiko sel kanker bermetastatis akan lebih
besar sehingga dapat memperburuk kondisi pasien. Selain itu, biaya yang
dibutuhkan untuk menyediakan obat-obat kemoterapi cukup besar sehingga
perencanaan untuk obat tersebut harus tepat sesuai kebutuhan.
1
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Metode yang dapat digunakan untuk perencanaan obat kemoterapi adalah
metode morbiditas karena dasar perhitungannya sesuai dengan jumlah kebutuhan
Perbekalan Farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load) yang
harus dilayani. Kesulitan dari metode morbiditas untuk pasien kemoterapi adalah
penentuan jumlah pasien sehingga harus dilakukan pendataan yang tepat. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pendataan mengenai jumlah pasien yang menjalani
kemoterapi dan regimen terapi obatnya secara prospektif agar perencanaan dapat
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan tersedia saat dibutuhkan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui kebutuhan obat sitostatika pada pasien yang menjalani
kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada
bulan April - Juni 2014 agar proses kemoterapi tidak terhambat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Perbekalan Farmasi
2.1.1
Definisi Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Departemen Kesehatan
RI, 2008).
2.1.2
Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2.1.3
Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan obat terpadu, yaitu:
a.
Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.
b.
Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan.
c.
Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.
d.
Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.
e.
Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.
f.
Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.
2.1.4
Pedoman Perencanaan
Berikut ini merupakan beberapa pedoman yang digunakan dalam proses
perencanaan perbekalan farmasi:
a.
DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan
setempat yang berlaku.
b.
Data catatan medik
3
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
c.
Anggaran yang tersedia
d.
Penetapan prioritas
e.
Siklus penyakit
f.
Sisa persediaan
g.
Data pemakaian periode yang lalu
h.
Rencana pengembangan
2.1.5
Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
2.1.5.1 Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu
meliputi:
a.
Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis.
b.
Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai
efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
c.
Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug
of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Selain itu, sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan
kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu:
1) Obat yang merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.
2) Obat yang memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti
ilmiah.
3) Obat yang memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal.
4) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun
bioavailabilitasnya.
5) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik.
6) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa
maka pilihan diberikan kepada obat dengan kriteria sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
5
a)
Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
b) Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan.
c)
Stabilitas yang paling baik.
d) Paling mudah diperoleh.
7) Harga terjangkau.
8) Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
2.1.5.2 Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang
didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah:
a.
Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit
pelayanan.
b.
Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahun seluruh unit pelayanan.
c.
Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.
2.1.5.3 Perhitungan Kebutuhan
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui
beberapa metode:
a.
Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riil
konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
6
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, perlu
dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau lebih.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan sesuai dengan metode
konsumsi adalah sebagai berikut:
b.
Metode Morbiditas/Epidemiologi
Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan adalah jumlah
kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity
load) yang harus dilayani. Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan
perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan
waktu tunggu (lead time). Langkah-langkah dalam metode ini adalah:
1) Menentukan jumlah pasien yang akan dilayani.
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit.
3) Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.
4) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
Pada metode morbiditas, kebutuhan obat yang akan datang juga harus
memperhitungkan perkiraan peningkatan kunjungan, lead time, dan stok
pengaman. Perbandingan metode konsumsi dengan metode morbiditas dapat
dilihat pada tabel 2.1.
c.
Metode Kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas/epidemiologi, selain itu
dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas
digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
7
berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan menggunakan
metode konsumsi.
Tabel 2.1 Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas:
Konsumsi
a. Pilihan
pertama
Morbiditas
dalam
perencanaan dan pengadaan
b. Lebih mudah dan cepat dalam
perhitungan
a. Lebih akurat dan mendekati
kebutuhan yang sebenarnya
b. Pengobatan lebih rasional
c. Perhitungan lebih rumit
c. Kurang tepat dalam penentuan
jenis dan jumlah
d. Mendukung ketidakrasionalan
dalam penggunaan
d. Tidak dapat digunakan untuk
semua penyakit
e. Data yang diperlukan kunjungan
pasien,
sepuluh
besar
pola
penyakit, dan persentase dewasa
dan anak
2.2 Kanker
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme
multiseluler. Sifat umum dari kanker ialah pertumbuhan berlebihan umumnya
berbentuk tumor, gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan, bersifat invasif
(mampu tumbuh di jaringan sekitarnya), bersifat metastatik (menyebar ke tempat
lain dan menyebabkan pertumbuhan baru), memiliki heriditas bawaan (acquired
heredity) yaitu turunan sel kanker juga dapat menimbulkan kanker, dan
pergeseran metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan
asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel (Nafrialdi
dan S. Gan, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
8
2.3 Kemoterapi
Kemoterapi (juga disebut kemo) merupakan jenis pengobatan kanker yang
menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Kemoterapi merupakan
terapi sistemik dari penanganan kanker yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan atau untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat sitostatika.
Kemoterapi digunakan untuk penanganan primer, atau tambahan dari terapi
radiasi atau pembedahan (Skeel, 2007).
Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh
tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal
itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Tingkat keparahan efek samping
tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan, obat yang digunakan,
respon individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang
tepat seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotik, serta
perubahan pola makan, sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait
dengan efek samping pengobatan (Grant, 2008). Konsep Dasar Kemoterapi yakni
meliputi (Tan, 2011):
a.
Hipotesis kematian sel secara fraksional
Setiap kali pemberian pengulangan dosis kemoterapi, sejumlah proporsi
yang tetap, dari sel kanker akan mati.
b.
Prinsip “3 log kill, 1 log regrowth”
Jika jumlah sel 1010, setiap siklus kemoterapi akan membunuh 103 (3 log)
sel, kemudian pemberian siklus selanjutnya membutuhkan beberapa minggu agar
pasien pulih dan selama waktu tersebut tumor tumbuh 101 (1 log).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
9
[Sumber: Cancer support group, 2014]
Gambar 2.1. Grafik sel kanker yang pertumbuhannya dihambat melalui proses
kemoterapi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 3
METODE PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian
Pengumpulan data pasien kemoterapi dilakukan pada tanggal 27 Februari 21 Maret 2014 dan bertempat di Poli Hematologi-Onkologi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
3.2 Metode Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menganalisis data secara prospektif. Data
yang digunakan adalah data pasien yang didapatkan dari buku catatan perawat
mengenai jadwal pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Hematologi-Onkologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan dari rekam medik pasien. Adapun kriteria
inklusi dan eksklusi dari data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penyusunan tugas ini adalah adanya informasi
pasien meliputi nama pasien, NRM (Nomor Rekam Medik) pasien, regimen
kemoterapi, dan siklus kemoterapi pada buku catatan perawat mengenai jadwal
pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Hematologi-Onkologi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
b.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penyusunan tugas ini adalah pasien yang menjalani
siklus kemo terakhir pada bulan Maret 2014 dan pasien yang belum memulai
kemoterapinya sampai dengan akhir Maret 2014.
Tahapan-tahapan kerja dalam melakukan pengkajian tugas khusus ini
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan skrining pasien dengan mencari informasi pasien berupa nama
pasien, NRM pasien, regimen kemoterapi, dan siklus kemoterapi yang
didapatkan dari buku catatan perawat mengenai jadwal pasien kemoterapi
yang
tersedia
di
Poli
Hematologi-Onkologi
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo.
10
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
11
2) Melakukan pencarian dosis regimen kemoterapi dan siklus kemoterapi pasien
pada rekam medik pasien saat dilaksanakannya kemoterapi.
3) Melakukan penghitungan bentuk sediaan obat yang diperlukan berdasarkan
jenis sediaan yang tersedia dipasaran.
4) Melakukan pengolahan data menggunakan program Microsoft Office Excel
yang kemudian dilakukan Pivot Table. Tahapan-tahapan dalam melakukan
Pivot Table adalah sebagai berikut :
a)
Dibuka lembar rekapitulasi kebutuhan obat pasien kemoterapi di bulan
Februari dan Maret 2014 yang telah dibuat sebelumnya pada Microsoft Office
Excel.
b) Kemudian diblok semua data yang diperlukan atau Letakkan kursor pada
salah satu sel dalam tabel kemudian tekan CTRL + SHIFT + *.
c)
Selanjutnya dipilih menu insert, kemudian dipilih menu Pivot Table, diklik
dan dipilih Insert Pivot Table.
d) Pada dialog yang muncul, dipilih New Worksheet, selanjutnya diklik tombol
Ok.
e)
Selanjutnya akan muncul lembar baru yang disertai suatu kotak/placeholder
Pivot Table (Pivot Table Box). Selain itu, terdapat panel daftar field
(PivotTable Field List) pada posisi sebelah kanan worksheet yang berisi judul
pada masing-masing kolom yang terdapat pada lembar rekapitulasi kebutuhan
obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan Februari dan Maret 2014.
f)
Kemudian centang judul yang ingin ditampilkan yang terdapat pada panel
daftar field (PivotTable Field List). Selanjutnya judul yang dipilih akan
tampil pada area PivotTable.
Univeritas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan tugas kali ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
penggunaan obat sitostatika pada pasien kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bulan April 2014 untuk mencegah
terhambatnya proses kemoterapi. Tahapan awal dalam penyusunan tugas ini yaitu
melakukan skrining pasien dengan mencari informasi pasien berupa nama pasien,
NRM pasien, regimen kemoterapi, dan siklus kemoterapi yang didapatkan dari
buku jadwal pasien kemoterapi yang tersedia di Poli Hematologi-Onkologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tahapan selanjutnya yaitu melengkapi data
pasien dari rekam medik pasien saat menjalani pengobatan kemoterapi. Namun,
apabila rekam medik pasien tidak dapat ditemukan, maka dilakukan pencarian
dosis regimen kemoterapi pasien pada Laporan Penyiapan Obat Sitostatika
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo di ruang penyiapan obat sitostatika Central
Management Unit (CMU) 2.
Berdasarkan kedua tahapan yang telah dilakukan, didapatkan 53 pasien
yang memenuihi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data pasien kemoterapi
dan regimen kemoterapi yang diperoleh, kemudian diolah untuk menghitung jenis
sediaan dan jumlah yang diperlukan. Penghitungan ini dilakukan dengan
mengkonversi dosis yang diterima oleh pasien menjadi bentuk sediaan yang
tersedia di RSCM sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah sediaan yang
diperlukan untuk setiap pasien. Kemudian, dilakukan pengolahan data
menggunakan program Microsoft Office Excel dengan menu Pivot Table, yaitu
menu yang digunakan untuk membuat laporan atau meringkas informasi tabel
atau daftar data dalam microsoft excel sehingga diperoleh informasi yang ringkas
(Andayani, 2010).
Pada pengolahan data ini, siklus kemoterapi yang diterima pasien berguna
untuk mengetahui sisa siklus terapi dari total siklus yang harus dijalani pasien.
Dengan demikian dapat diketahui batas waktu kebutuhan obat untuk per individu
pasien sehingga intalasi farmasi dapat melakukan perencanan obat untuk pasien
12
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
13
dengan baik sesuai skala prioritas jenis obat dan jumlah bentuk sediaan agar
masalah kekosongan obat dapat teratasi.
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan di Poli HematologiOnkologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, diperoleh hasil berupa data
kebutuhan obat sitostatika untuk 53 pasien yang menjalani kemoterapi yang dapat
dilihat pada Lampiran 1. Adapun rekapitulasi kebutuhan obat per pasien yang
telah terdata tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 dan rekapitulasi obat
sitostatika yang dibutuhkan dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari data tersebut
dapat dilihat jumlah kebutuhan penggunaan obat sitotostatika yang diperlukan
untuk melakukan kemoterapi di setiap bulannya. Berdasarkan siklus yang diterima
masing-masing pasien, maka diperoleh kebutuhan obat sitotatika untuk
kemoterapi di bulan April - Juni 2014. Kebutuhan obat yang paling tinggi
ditunjukkan pada bulan April karena pendataan kemoterapi pasien hanya
dilakukan hingga akhir bulan Maret sehingga perlu adanya pendataan secara
berksinambungan untuk mendata pasien baru di setiap bulannya.
Pada bulan April tercatat tiga kebutuhan obat tertinggi, yaitu kapesitabin,
sisplatin, dan klodronat dinatrium. Hal tersebut terkait dengan dosis dan aturan
pemakaian. Kapesitabin (Xeloda®) merupakan sediaan tablet dengan kandungan
500 mg yang umumnya digunakan untuk terapi kanker kolon. Aturan pemakaian
untuk terapi tersebut yaitu 2500 - 3000 mg/ hari atau 5 - 6 tablet/ hari selama 14
hari dengan interval 7 hari (6 siklus) sehingga dibutuhkan sekitar 35 – 42 tablet
tiap minggu. Sisplatin merupakan sediaan injeksi dengan kekuatan 10 mg/10 mL
dan 50 mg/ 50 mL.
Sisplatin umumnya digunakan pada pengobatan kanker nasofaring (KNF)
dengan protokol penggunaan 7 siklus/ satu minggu. Dosis standar cisplatin untuk
tujuan sitostatik adalah 80-100 mg/m2 setiap 3-4 minggu, sedangkan untuk kemoradiasi dapat diberikan dengan dosis lebih rendah, yaitu 20-50 mg/m2 setiap
minggu (Johnson dan O’Dwyer, 2005). Klodronat dinatrium (bonefos®) umumnya
digunakan bukan untuk tujuan sitostatika, tetapi untuk mengatasi masalah
kerapuhan tulang. Klodronat dinatrium merupakan sediaan injeksi dengan
kandungan 60 mg/mL. Dosis yang digunakan 1500 mg setiap pemberian selama 2
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
14
tahun dengan interval satu bulan sehingga kebutuhan akan obat tersebut cukup
tinggi.
Dari rekapitulasi yang telah dilakukan juga dapat diperoleh data pasien
yang baru menjalani kemoterapi pada bulan Maret 2014. Didapatkan 18 pasien
baru pada bulan Maret 2014, dengan kasus terbanyak untuk pasien kanker
nasofaring (KNF) yaitu sebesar 61,11% (Lampiran 4). Data tersebut penting untuk
analisis pola perkembangan penyakit kanker sehingga perencanaan kebutuhan
obat sitostatika dapat lebih terencana.
Masalah yang ditemui dalam pengumpulan data ini, yaitu tidak semua
pasien yang telah tercatat pada buku jadwal pasien kemoterapi dapat terdata dan
terdapat beberapa data pasien yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan pencatatan
jadwal pasien masih dilakukan secara manual. Ketidaklengkapan data pasien yang
ditemui meliputi tidak adanya dosis pada regimen pengobatan, dan siklus terapi
yang direncanakan pada catatan buku jadwal pasien kemoterapi yang tersedia di
Poli Hematologi-Onkologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Namun, hal
tersebut dapat diatasi dengan mencari data dari rekam medik pasien saat pasien
melakukan kemoterapi dan dari Laporan Penyiapan Obat Sitostatika RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo.
Dengan adanya data yang diperoleh dapat diketahui kebutuhan
penggunaan obat sitostatika sehingga diharapakan data ini dapat membantu dalam
hal perencanaan kebutuhan obat. Diharapkan kebutuhan obat yang direncanakan
dapat tepat jenis dan tepat jumlah sesuai dengan anggaran yang ada, serta tepat
waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan pengumpulan data kebutuhan penggunaan obat sitostatika
di Poli Hematologi-Onkologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk
kebutuhan obat pasien pada bulan April 2014, yaitu sebanyak 53 pasien.
Berdasarkan siklus masing-masing pasien diperoleh data kebutuhan penggunaan
obat sitostatika selama tiga bulan di bulan April - Juni 2014 yang dapat dilihat
pada Lampiran 3. Dari data tersebut tercatat tiga kebutuhan obat tertinggi, yaitu
kapesitabin, sisplatin, dan klodronat dinatrium. Sedangkan, kasus kemoterapi
terbanyak pada pasien baru di bulan Maret 2014, yaitu kanker nasofaring (KNF)
sebesar 61,11% (Lampiran 4).
Proses perencanaan ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan
untuk meminimalisasi adanya kekosongan obat sitostatika dan untuk mengatur
penggunaan obat sitostatika. Oleh karena itu, perlu adanya sistem yang lebih
mudah untuk mendata setiap pasien yang menjalani kemoterapi dan adanya
seorang Apoteker untuk mengawasi penggunaan obat sitostatika.
5.2 Saran
a.
Sistem yang dapat digunakan untuk pendataan adalah dengan cara mencatat
setiap pasien yang baru menjalani kemoterapi pertama kali. Data tersebut
dapat diperoleh dari protokol kemoterapi dan resep yang dituliskan oleh
dokter di poli Hematologi-Onkologi. Protokol kemoterapi dan resep beserta
salinannya, kemudian diberikan ke Satelit Farmasi Pusat untuk didata dan
diolah setiap bulannya. Sistem tersebut dapat lebih mudah digunakan karena
berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Maret 2014 hanya terdapat 18
pasien kemoterapi baru, data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4 dan
untuk sistem yang disarankan dapat dilihat pada Lampiran 5.
b.
Perlu adanya Apoteker yang berperan untuk mengawasi penggunaan obat
sitostatika untuk pasien kemoterapi.
14
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Andayani, S. (2010, Juli 30-31). “Fungsi Dalam Excel Dan Pivot Table”.
November 29, 2013. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ sriandayani-ssi-mkom/modul-excel.pdf.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia,
(2004).
Standar
Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008). Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Grant, Barbara. (2008). Medical Nutrition Therapy for Cancer Prevention,
Treatment, and Recovery. Di dalam: Mahan LK, Stump SE, editor. krause’s
Food, Nutrition,& Diet Therapy. USA: Saunders Elsevier.
Macdonald, F., Ford, C.H.J, dan Casson, A.G. (2005). Molecular Biology of
Cancer, Second Edition. London : Garland Science/BIOS Scientific
Publishers.
Nafrialdi dan S. Gan. (2007). Antikanker Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 5.
Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Skeel, Roland. (2007). Handbook of Cancer Chemotherapy. Seven Edition.
Toledo: University of Toledo Medical Center.
Tan, Marina Chua. (2011, Januari 10). Principles Of Chemotherapy. Filipina :
Ateneo School Of Medicine And Public Health, Medical School of Ateneo
de
Manila
University.
Oktober
20,
2013.
http://xa.yimg.com/kq/
groups/22135553/1959514776/name/011011+Principles+of+Chemotherapy
+%5BTeam+7%5D.docx.
15
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
16
Lampiran 1. Tabel data pasien yang menjalani kemoterapi di bulan Februari dan Maret
2014
No
Nama
Pasien
1 HS
NRM
366-xx-xx
Nama
Obat
Dosis
(mg)
CPA
1000
Doxo
60
Siklus
ke1, tgl
1/03/14
Sisa
Siklus
5
Konversi
Sediaan
CPA 1 g
1
Doxo 50 mg/25
ml
1
Doxo 10 mg/5 ml
2 MF
381-xx-xx
Vinc
2
Oxali
195
Kap
3000
3 R
381-xx-xx
Tra
350
4 EJ
387-xx-xx
CPA
1000
Doxo
50
Vinc
2
Vinc 2 mg/2 ml
4, tgl
7/2/14
2
Oxali 100 mg
Kap 500 mg
16, tgl
27/2/14
4, tgl
5/3/14
2
Tra 440 mg
4
CPA 1 g
Doxo 50 mg/25
ml
Vinc 2 mg/2 ml
5 ES
381-xx-xx
Tra
300
13, tgl
18/2/14
5
Tra 440 mg
6 S
381-xx-xx
Carbo
465
1, tgl
7/3/14
2
Carbo 450 mg/45
ml
7 RBJ
389-xx-xx
5-FU
850
Cis
170
Carbo 150 mg/15
ml
5-FU 500 mg/10
ml
2, tgl
7/3/14
1
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
5-FU
8 ES
389-xx-xx
1700
8, tgl
7/3/14
4
5-FU 500 mg/10
ml
5-FU 250 mg/5
ml
5-FU 500 mg/10
ml
5-FU
3000
Res
500
Res 50 mg/amp
Oxali
300
Oxali 100 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Jumlah
1
1
2
42
1
1
1
1
1
1
1
2
3
2
3
1
6
10
3
17
No
Nama
Pasien
9 AS
NRM
380-xx-xx
Nama
Obat
Dosis
(mg)
Klo
1500
Vinc
2
Doxo
Siklus
ke10, tgl
27/2/14
1, tgl
7/3/14
Sisa
Siklus
Konversi
Sediaan
16
Klot 60 mg/ml
3
Vinc 2 mg/2 ml
Doxo 50 mg/25
ml
70
Doxo 10 mg/5 ml
10 K
381-xx-xx
Cis
60
2, tgl
3/3/14
5
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
11 SJ
382-xx-xx
Cis
56
1, tgl
10/3/14
6
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
12 S
387-xx-xx
60
4, tgl
4/3/14
CPA
925
5, tgl
6/3/14
Doxo
60
Cis
3
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
13 SR
380-xx-xx
3
CPA 1 g
Doxo 50 mg/25
ml
Doxo 10 mg/5 ml
14 N
388-xx-xx
Vinc
1,7
Cis
56
Vinc 2 mg/2 ml
4, tgl
10/3/14
3
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
15 HMW
389-xx-xx
Cis
80
1, tgl
5/3/14
6
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
16 S
387-xx–xx
Cis
62
4, tgl
5/3/14
3
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
17 DMS
320-xx-xx
Cis
68
1, tgl
10/3/14
6
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
18 A
388-xx-xx
CPA
Doxo
1200
6, tgl
10/3/14
80
2
CPA 1 g
CPA 200 mg
Doxo 50 mg/25
ml
Doxo 10 mg/5 ml
Vinc
2
Vinc 2 mg/2 ml
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Jumlah
5
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
2
1
2
1
1
1
1
1
18
No
Nama
Pasien
NRM
Nama
Obat
Dosis
(mg)
Siklus
ke-
Sisa
Siklus
Konversi
Sediaan
Jumlah
19 NK
320-xx-xx
Pacli
120
2, tgl
7/3/14
16
Pacli 30 mg/5 ml
4
20 KS
384-xx-xx
Klo
1500
2, tgl
7/3/14
4
Klo 60 mg/ml
5
21 AI
390-xx-xx
Carbo
148
5, tgl
4/3/14
2
Carbo 150 mg/15
ml
1
Iba Inj 6 mg
1
22 Y
336-xx-xx
Iba
6
4, tgl
4/3/14
2
tahun/
4
mingg
u
23 SS
352-xx-xx
Zol
4
8, tgl
3/3/14
1
Zol 4 mg/5 ml
1
24 T
380-xx-xx
Carbo
126,6
3, tgl
10/3/14
4
Carbo 150 mg/15
ml
1
25 US
388-xx-xx
Cis
60
3, tgl
3/3/14
4
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
1
1, tgl
6/3/14
2
tahun/
4
mingg
u
Klo 60 mg/ml
5
1, tgl
13/3/14
2
tahun/
4
mingg
u
Klo 60 mg/ml
5
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
1
2
Oxali 100 mg
2
35
Kap 500 mg
35
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
2
26 HB
378-xx-xx
Klo
1500
27 TP
385-xx-xx
Klo
1500
28 UH
388-xx-xx
Cis
60
29 SF
30 DS
380-xx-xx
387-xx-xx
Oxali
180
Kap
2500
Cis
69
1, tgl
10/3/14
8, tgl
11/3/14
1, tgl
11/3/14
6
6
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
19
No
Nama
Pasien
31 EN
32 SA
33 S
34 A
NRM
389-xx-xx
320-xx-xx
375-xx-xx
387-xx-xx
35 S
387-xx-xx
36 T
378-xx-xx
Nama
Obat
Cis
Cis
Cis
Cis
Carbo
5-FU
Doxo
37 NT
391-xx-xx
Dosis
(mg)
72
60
60
60
130
750
Siklus
ke1, tgl
11/3/14
2, tgl
11/3/14
1, tgl
11/3/14
4, tgl
12/3/14
5, tgl
12/3/14
5, tgl
14/3/14
Sisa
Siklus
6
5
6
3
2
1
75
CPA
750
Cis
60
Konversi
Sediaan
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
3
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
1
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
1
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
Carbo 150 mg/15
ml
5-FU 500 mg/10
ml
5-FU 250 mg/5
ml
Doxo 50 mg/25
ml
1
Doxo 10 mg/5 ml
CPA 500 mg
CPA 200 mg
1, tgl
24/3/14
6
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
38
ZY
388-xx-xx
Carbo
124
39
J
381-xx-xx
Oxali
150
40
TMH
389-xx-xx
Ritux
532,5
6, tgl
12/3/14
2, tgl
18/3/14
1, tgl
4/3/14
1
4
5
Carbo 150 mg/15
ml
1
1
1
3
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1000
mg
Doxo
70 mg
CPA 1 g
Doxo 50 mg/25
ml
1,98 mg
Doxo 10 mg/5 ml
Vinc 2 mg/2 ml
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
1
Oxali 100 mg
Oxali 50 mg
Ritux 500 mg/50
ml
Ritux 100 mg/10
ml
CPA
Vinc
Jumlah
1
1
1
20
No
Nama
Pasien
41 S
NRM
387-xx-xx
Nama
Obat
Doxo
5-FU
75
Siklus
ke3, tgl
21/2/14
Sisa
Siklus
3
750
CPA
750
Klo
1500
20, tgl
13/3/14
6
Konversi
Sediaan
Jumlah
Doxo 50 mg/25
ml
1
Doxo 10 mg/5 ml
3
5-FU 500 mg/10
ml
5-FU 250 mg/5
ml
1
CPA 500 mg
CPA 200 mg
1
2
ST
43
KP
371-xx-xx
Iba
6
12, tgl
13/3/14
14
Iba Inj 6 mg
1
44
MK
391-xx-xx
Cis
65
1, tgl
18/3/14
6
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
2
Doce 80 mg/2 ml
Doce 20 mg/0,5
ml
Carbo 450 mg/45
ml
1
46 S
47 J
48 AU
388-xx-xx
380-xx-xx
387-xx-xx
389-xx-xx
Doce
110
Carbo
370
Pacli
137
Cis
Ritux
60
585
CPA
1170
Doxo
78
Vinc
5, tgl
19/3/14
7, tgl
19/3/14
1, tgl
19/3/14
1, tgl
1/4/14
2
1
11
6
7
Klo 60 mg/ml
1
42
45 I
350-xx-xx
Dosis
(mg)
2
1
Pacli 100
mg/16,67 ml
1
Pacli 30 mg/5 ml
2
Cis 50 mg/50 ml
Cis 10 mg/10 ml
Ritux 500 mg/50
ml
Ritux 100 mg/10
ml
1
1
1
1
CPA 1 g
CPA 200 mg
Doxo 50 mg/25
ml
1
1
Doxo 10 mg/5 ml
3
Vinc 2 mg/2 ml
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
5
1
21
No
Nama
Pasien
49 ES
50 AK
51 PL
NRM
389-xx-xx
387-xx-xx
391-xx-xx
Nama
Obat
Cis
Dosis
(mg)
56
CPA
1000
Doxo
50
Vinc
2
Doxo
96
CPA
960
52 RU
381-xx-xx
Tra
300
53 CW
313-xx-xx
Carbo
500
Doce
120
Siklus
ke2, tgl
19/3/14
4, tgl
21/3/14
1, tgl
21/3/14
14, tgl
26/3/14
3, tgl
21/3/14
Sisa
Siklus
5
2
3
Konversi
Sediaan
Cis 50 mg/50 ml
1
Cis 10 mg/10 ml
1
CPA 1 g
1
Doxo 50 mg/25ml
1
Vinc 2 mg/2 ml
Doxo 50 mg/25
ml
1
CPA 1 g
1
2
4
Tra 440 mg
3
Carbo 150 mg/15
ml
4
Doce 80 mg/2 ml
1
Doce 20 mg/0,5
ml
2
Keterangan:
5-FU : 5 - Fluorourasil
Doxo : Doksorubisin
Doce : Dosetaksel
Iba
: Ibandronat
Kap
: Kapesitabin
Carbo : Carboplatin
Klo
: Klodronat Dinatrium
Oxali : Oksaliplatin
Pacli
: Paklitaksel
Res
: Reskuvolin
Ritux : Rituksimab
CPA
: Siklofosfamid
Cis
: Sisplatin
Tra
: Trastuzumab
Vinc
: Vinkristin
Zol
: Zolendronat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Jumlah
1
Lampiran 2. Tabel rekapitulasi kebutuhan obat pasien yang menjalani kemoterapi di bulan Februari-Maret 2014
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Total Juni
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Doxo10 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Oxali 100 mg
Vial
2
2
Kap500 mg
Tablet
42
42 42
2
4
2
42 126 42
42 42
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
CPA 1 g
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total Mei
Juni
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Mei
Total April
Jumlah
Satuan
Konversi Sediaan
NRM
381-xx-xx
April
Total Maret
MF
366-xx-xx
Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
2
HS
Februari
Total Februari
1
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
2
0
0
0
126
0
0
0
1
0
0
3
R
381-xx-xx
Tra 440 mg
Vial
1
4
EJ
387-xx-xx
CPA 1 g
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
1
1
1
2
1
1
1
2
0
1
1
1
1
1
5
ES
381-xx-xx
Tra 440 mg
Vial
1
6
S
381-xx-xx
Carbo 450 mg/45 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
0
0
Carbo 150 mg/15 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
0
0
5-FU 500 mg/10mL
Vial
2
0
2
2
4
2
2
0
0
1
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
1
22
10
11
12
AS
K
SJ
S
380-xx-xx
381-xx-xx
382-xx-xx
387-xx-xx
Total Februari
Jumlah
Satuan
Konversi Sediaan
Juni
Mei
3
6
3
3
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
2
0
2
2
4
2
2
0
0
5-FU 500 mg/10 mL
Vial
3
0
3
3
6
3
3
0
0
5-FU 250 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
0
0
5-FU 500 mg/10 mL
Vial
6
0
6
6
12
6
6
6 18
0
0
Res 50 mg/amp
Ampul 10
0
10
10
20
10
10
10 30
0
0
Oxali 100 mg
Vial
3
0
3
3
6
3
3
0
0
Klo 60 mg/mL
Infus
5
5
5
5
5
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Doxo 50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Doxo10 mg/5 mL
Vial
2
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1
2
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1
2
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1
1 1 1
3 1 1 1 1
3 1 1 1 1
4
4
0
0
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
0
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
0
0
0
5
5
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
3
9
5
5
5
Total Juni
3
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
0
Total Mei
3
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Vial
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Cis 50 mg/50 mL
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
NRM
389-xx-xx
April
Total April
9
ESJ
389-xx-xx
Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
8
RB
Februari
Total Maret
7
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
5
23
18
S
DM
A
320-xx-xx
388-xx-xx
Total Februari
Jumlah
Satuan
Konversi Sediaan
NRM
387-xx-xx
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Doxo10 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
1
1
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
1 1 1
3
1
1
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
1 1 1
3
1
1
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1 1
3
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
3
0
3 3 3 3 12
3 3 3
9
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
0
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
2
0
2 2 2 2
8
0
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1 1
5
1 1
2
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
2
0
2 2 2 2 2 10
2 2
4
0
0
CPA 1 g
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
CPA 200 mg
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Doxo10 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Total Juni
1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Vial
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
CPA 1 g
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total Mei
17
HM 389-xx-xx
Juni
Mei
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
16
388-xx-xx
April
Total April
15
N
380-xx-xx
Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
14
SR
Februari
Total Maret
13
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
24
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Total Mei
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total April
Total Juni
Juni
Mei
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total Maret
April
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Maret
Total Februari
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Jumlah
Februari
Satuan
Konversi Sediaan
NRM
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
19
NK
320-xx-xx
Pacli 30 mg/5 mL
Vial
4
0
4 4 4 4 16
4 4 4 4 4 20
20
KS
384-xx-xx
Klo 60 mg/mL
Infus
5
0
5
5
5
21
AI
390-xx-xx
Carbo150 mg/15 mL
Vial
1
0
1 1 1
3
22
Y
336-xx-xx
Iba Inj 6 mg
Vial
1
0
1
1
23
SS
352-xx-xx
Zol 4 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
24
T
380-xx-xx
Carbo150 mg/15 mL
Vial
1
0
1 1 1
3
1 1
2
0
0
25
US
388-xx-xx
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1
1
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1
1
0
0
5
5
5
5 10
4 4 4 4 4 20
5 10
5
0
1
1
4 4 4
12
5
5
5
0
2
1
1
0
1
1
1
1
1
1
26
HB
378-xx-xx
Klo 60 mg/mL
Infus
5
0
27
TP
385-xx-xx
Klo 60 mg/mL
Infus
5
0
5
5
28
UH
388-xx-xx
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1
3
1 1 1 1
4
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1
3
1 1 1 1
4
0
0
Oxali 100 mg
Vial
2
0
2
4
2
0
0
Kap 500 mg
Tablet
35
0
105
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1 1
3
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
2
0
2 2 2 2
8
2 2 2
6
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1 1
3
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
3
0
3 3 3 3 12
3 3 3
9
0
0
29
30
31
SF
DS
EN
380-xx-xx
387-xx-xx
389-xx-xx
2
35 35
5
2
35 105 35
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
5
35 35
5
5
5
5 10
5
5
5
5
25
A
387-xx-xx
35
S
387-xx-xx
36
T
378-xx-xx
37
38
NT
ZY
391-xx-xx
388-xx-xx
Total Februari
Jumlah
Satuan
Konversi Sediaan
Juni
Mei
4
1 1
2
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1
2
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1 1
3
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
1 1 1
3
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
0
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1 1 1
4
0
0
0
Carbo150 mg/15 mL
Vial
1
0
1 1 1
3
0
0
0
5-FU 500 mg/10 mL
Vial
1
0
1
1
2
0
0
0
5-FU 250 mg/5 mL
Vial
1
0
1
1
2
0
0
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
0
0
0
Doxo10 mg/5 mL
Vial
3
0
3
3
6
0
0
0
CPA 500 mg
Vial
1
0
1
1
2
0
0
0
CPA 200 mg
Vial
2
0
2
2
4
0
0
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Carbo150 mg/15 mL
Vial
1
0
0
0
0
1 1
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
2
Total Juni
1 1 1 1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
0
Total Mei
1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Vial
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Cis 50 mg/50 mL
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
NRM
375-xx-xx
April
Total April
34
S
320-xx-xx
Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
33
SA
Februari
Total Maret
32
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
26
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total April
Oxali 100 mg
Vial
1
0
1
1
1
1
2
1
1
2
0
Oxali 50 mg
Vial
1
0
1
1
1
1
2
1
1
2
0
Ritux 500 mg/50 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Ritux 100 mg/10 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
CPA 1 g
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Doxo10 mg/5 mL
Vial
2
0
2
2
4
2
2
4
2
2
2
2
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
1
1
1
1
2
1
1
0
0
Doxo10 mg/5 mL
Vial
3
3
3
3
3
6
3
3
0
0
5-FU 500 mg/10 mL
5-FU 250 mg/5 mL
Vial
Vial
1
1
1
1
1
2
1
1
0
0
1
1
1
1
1
2
1
1
0
0
CPA 500 mg
Vial
1
1
1
1
1
2
1
1
0
0
CPA 200 mg
Vial
2
2
2
2
2
4
2
2
0
0
387-xx-xx
Total Juni
Juni
Mei
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
April
Total Mei
Maret
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Februari
Jumlah
NRM
381-xx-xx
TMH 389-xx-xx
S
Total Februari
41
Satuan
40
J
Konversi Sediaan
39
Pasien
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
42
SST
350-xx-xx
Klo 60 mg/mL
Infus
5
0
5
5
5
5
5
5 10
5
5
43
KP
371-xx-xx
Iba Inj 6 mg
Vial
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
2
27
48
49
J
AU
ES
380-xx-xx
387-xx-xx
389-xx-xx
389-xx-xx
Total Februari
Jumlah
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Juni
Mei
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
2
0
2 2
4
2 2 2 2 2 10
0
0
Doce 80 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
0
0
Doce 20 mg/0,5 mL
Vial
2
0
2
2
2
2
0
0
Carbo450 mg/45 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
0
0
Pacli 100 mg/16,67
mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
Pacli 30 mg/5 mL
Vial
2
0
2 2
4
2 2 2 2 2 10
2 2 2 2 2 10
0
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Ritux500 mg/50 mL
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
Ritux100 mg/10 mL
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
CPA 1 g
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
CPA 200 mg
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
Doxo10 mg/5 mL
Vial
3
0
0
3
3
6
3
3
6
3
3
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
0
1
1
2
1
1
2
1
1
Cis 50 mg/50 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Cis 10 mg/10 mL
Vial
1
0
1 1
2
1 1 1 1 1
5
0
0
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
5
1 1 1 1 1
28
Total Juni
0
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
1
Total Mei
Vial
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Cis 50 mg/50 mL
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Total April
47
S
388-xx-xx
April
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
46
I
Maret
Total Maret
45
391-xx-xx
Februari
Satuan
MK
Konversi Sediaan
Pasien
44
NRM
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
PL
391-xx-xx
Maret
April
Mei
Juni
0
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Vinc 2 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
0
0
Doxo50 mg/25 mL
Vial
2
0
2
2
2
2
4
2
2
2
2
4
CPA 1 g
Vial
1
0
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
Total Juni
2
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
1
Total Mei
1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
1
Total April
1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
0
Total Maret
1
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Vial
Total Februari
CPA 1 g
Minggu-1
Minggu-2
Minggu-3
Minggu-4
Minggu-5
Jumlah
51
387-xx-xx
Februari
Satuan
AK
Konversi Sediaan
Pasien
50
NRM
No
Jumlah Obat yang Dibutuhkan
52
RU
381-xx-xx
Tra 440 mg
Vial
1
0
53
CW
313-xx-xx
Carbo150 mg/15 mL
Vial
4
0
4
4
4
4
8
4
4
0
Doce 80 mg/2 mL
Vial
1
0
1
1
1
1
2
1
1
0
Doce 20 mg/0,5 mL
Vial
2
0
2
2
2
2
4
2
2
0
1
1
1
1
1
1
2
1
1
Keterangan:
5-FU : 5-Fluorourasil
Klo
Doxo : Doksorubisin
Cis
: Sisplatin
Oxali : Oksaliplatin
Tra
: Trastuzumab
Doce : Dosetaksel
Pacli
: Paklitaksel
Vinc
: Vinkristin
Iba
: Ibandronat
Res
: Reskuvolin
Zol
: Zolendronat
Kap
: Kapesitabin
Ritux : Rituksimab
Carbo : Karboplatin
CPA
: Klodronat dinatrium
: Siklofosfamid
: Siklus kemo telah selesai
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
29
30
Lampiran 3. Tabel rekapitulasi obat sitostatika yang dibutuhkan oleh pasien yang
menjalani kemoterapi di bulan April-Juni 2014
No
Nama Obat
Kekuatan
Sediaan
April
Mei
Juni
1
5-Fluorourasil
2
Doksorubisin
3
Dosetaksel
4
5
6
Ibandronat (Bondronat)
Kapesitabin
Karboplatin
250 mg/5 ml
500 mg/10 ml
10 mg/5 ml
50 mg/25 ml
20 mg/0,5 ml
80 mg/2 ml
6 mg
500 mg
150 mg/15 ml
450 mg/45 ml
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Tablet
Vial
Vial
2
24
19
18
6
3
3
105
11
2
0
0
11
9
2
1
3
0
4
0
0
0
6
7
0
0
2
0
0
0
60 mg/ ml
Infus
35
35
25
100 mg
50 mg
30 mg/5 ml
100 mg/16,67
ml
Vial
Vial
Vial
13
2
30
2
2
30
0
0
12
Vial
5
5
0
50 mg
Ampul
30
0
0
100 mg/10 ml
500 mg/50 ml
200 mg
500 mg
1g
10 mg/10 ml
50 mg/50 ml
440 mg
2 mg/2 ml
5 mg/5 ml
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
Vial
4
4
6
1
14
72
51
3
13
1
3
3
2
0
7
0
0
4
7
1
2
2
1
0
5
0
0
1
3
1
8
Klodronat dinatrium
(bonefos)
Oksaliplatin
9
Paklitaksel
7
11
Kalsium Folinat
(Rescuvoline)
Rituksimab
12
Siklofosfamid
13
Sisplatin
14
15
16
Trastuzumab
Vinkristin
Zolendronat (Zometa)
10
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
31
Lampiran 4. Data pasien yang baru menjalani kemoterapi pada bulan Maret 2014
No. Nama Pasien
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SF
PL
S
S
HMW
DMS
UH
EN
SA
S
NNT
J
ES
HB
MK
TP
AU
HS
NRM
Diagnosis
380-xx-xx
391-xx-xx
381-xx-xx
382-xx-xx
389-xx-xx
320-xx-xx
388-xx-xx
389-xx-xx
320-xx-xx
375-xx-xx
391-xx-xx
387-xx-xx
389-xx-xx
378-xx-xx
391-xx-xx
385-xx-xx
389-xx-xx
366-xx-xx
Adeno Ca Pankreas
Ca Mamae
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF
KNF Meta Tulang
KSS Retrobulbar
LNH
LNH DLBCL
Multiple Myloma
Persentase Jumlah Pasien Baru Poli Hem-Onk
Pada Bulan Maret 2014
5,56% 5,56%
5,56%
5,56%
Adeno Ca Pankreas
Ca Mamae
5,56%
KNF
5,56%
KNF Meta Tulang
5,56%
KSS Retrobulbar
LNH
61,11%
LNH DLBCL
Multiple Myloma
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
32
Lampiran 5. Rencana alur pelayanan pendataan pasien yang baru menjalani
kemoterapi di Poli Hematologi-Onkologi RSCM
Poli Hematologi Onkologi
Dokter menuliskan
protokol kemoterapi
pasien secara lengkap.
Pasien
Meng-Copy protokol
kemo dan
menyerahkannya ke
Satelit Farmasi Pusat
Satelit Farmasi Pusat
• Petugas penerima resep menyisihkan copy
protokol kemo untuk pasien yang baru memulai
siklus kemo
• Data protokol pasien baru dimasukkan ke dalam
Ms. Excel dengan sistem pivot table
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
33
Lampiran 6. Protoko
kol Kemoterapi Pasien di Poli Hematologi-Onk
nkologi RSCM
Universi
sitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
34
Lampiran 6. Lanjuta
tan
Universi
sitas Indonesia
Laporan praktek…, Nopiana, FFar UI, 2014
Download