I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi dengan pembedahan adalah pencabutan yang dilakukan pada gigi yang tidak dapat dilakukan secara sederhana menggunakan tang dikarenakan kegagalan atau tidak mungkin untuk dilakukan pencabutan secara sederhana (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan kesulitan-kesulitan yang membuat pencabutan gigi sederhana menjadi sulit untuk dilakukan, seperti pada kasus karies yang kompleks, lokasi anatomis yang menyulitkan dan morfologi akar yang kompleks (Fonseca dkk., 2000). Odontektomi juga merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan dalam upaya untuk mengeluarkan gigi impaksi (Dwipayanti dkk., 2009). Gigi impaksi adalah gigi yang erupsi sebagian atau tidak dapat erupsi seluruhnya karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya (Fonseca dkk., 2000). Gigi impaksi yang paling sering ditemukan adalah gigi molar ketiga mandibular dan maksila, kemudian diikuti oleh gigi kaninus maksila, gigi premolar mandibula, dan gigi berlebih (supernumerary tooth) (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi dengan pembedahan dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan penghilangan tulang yang mengganggu pengambilan gigi (Fragiskos, 2007; Pedersen, 1996), selanjutnya dilakukan pemotongan gigi secara terencana untuk mempermudah pengambilan gigi dan diakhiri dengan pengembalian jaringan lunak ke tempat 1 2 semula dan stabilisasi dengan jahitan. Prinsip pembedahan gigi erupsi yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode sederhana sama dengan prinsip pembedahan pada gigi impaksi (Pedersen, 1996). Pedersen (1996) menyatakan bahwa terdapat beberapa indikasi dari odontektomi yaitu kegagalan pencabutan dengan tang yang disebabkan oleh adaptasi tang tidak tepat atau gagal sehingga bagian gigi menjadi rusak, fraktur, atau malposisi. Indikasi lainnya antara lain, adanya kemungkinan fraktur akar karena bentuk akar yang panjang dan kecil, akar yang mengalami dilaserasi (melengkung), gigi yang dirawat endodontik (getas), tulang pendukung yang padat (karena usia), celah ligamentum periodontium yang sempit, atau gigi yang tertanam kuat sehingga dapat menyebabkan kerusakan periodontal. Adanya kedekatan dengan struktur disekitarnya seperti sinus maksilaris, kanalis mandibularis, dan gigi lain yang posisinya menghalangi pengeluaran gigi yang akan dicabut juga merupakan indikasi untuk dilakukan odontektomi. Dwipayanti dkk. (2009) menyebutkan bahwa odontektomi perlu dilakukan pada gigi impaksi apabila gigi tersebut benar-benar tidak berfungsi dan terdapat akibat yang merusak atau kemungkinan terjadi kerusakan pada struktur gigi disekitarnya. Wray dkk. (2003) menyatakan bahwa indikasi dilakukan odontektomi pada gigi molar ketiga yang impaksi yaitu adanya infeksi seperti perikoronitis, karies yang tidak dapat dirawat lagi, pulpa atau periapikal yang patologis sehingga tidak dapat dirawat lagi, penyakit periodontal, resorpsi internal atau eksternal pada gigi. Kontraindikasi dilakukan odontektomi menurut Fragiskos (2007) adalah pada kasus fraktur ujung akar yang asimptomatik dengan gigi yang masih vital dan akar 3 terletak jauh didalam soket. Jika tetap dilakukan odontektomi maka dapat terjadi komplikasi lokal yang serius seperti ujung akar tertekan ke dalam sinus maksilaris atau dapat mencederai nervus alveolaris inferior, nervus mentalis atau nervus lingualis. Bello dkk. (2011) menyebutkan bahwa odontektomi yang dilakukan pada gigi impaksi sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan usia diatas 35 tahun karena tulang pasien usia lanjut lebih keras dibandingkan pasien usia muda sehingga perlu dilakukan pengurangan tulang yang berlebihan dan terdapat kesulitan saat memisahkan gigi dari tulang serta kemungkinan komplikasi lebih sering terjadi. Sebelum melakukan odontektomi perlu dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografis untuk memperoleh informasi mengenai kondisi gigi dan tingkat kesulitan dari pencabutan yang akan dilakukan. Secara klinis, dilakukan evaluasi mengenai mahkota, jaringan pendukung, dan struktur-struktur penting yang berdekatan, sedangkan dalam pemeriksaan radiologi dapat memperoleh informasi mengenai kondisi akar gigi dan tulang yang tidak terlihat dalam pemeriksaan klinis (Pedersen, 1966). Pemeriksaan radiografis yang sering digunakan adalah radiografi panoramik (Goldman, 2008). Pada kasus gigi impaksi, pemeriksaan radiografis dapat membantu dalam menentukan klasifikasi dari gigi tersebut yang kemudian dapat dilakukan perhitungan analisa kesulitan untuk mengetahui tingkat kesulitan dari odontektomi yang akan dilakukan (Pedersen, 1996). Soeprapto dkk. (2011) melakukan penelitian untuk mengamati frekuensi dan distribusi odontektomi pada kasus gigi impaksi di RSGMP FKG UI Jakarta. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pasien perempuan paling banyak dilakukan 4 odontektomi yaitu sebesar 57,7%. Usia pasien yang paling banyak ditemukan adalah pada usia 19-24 tahun. Msagati (2013) yang melakukan penelitian di Muhimbili National Hospital, Tanzania terhadap gigi impaksi menemukan bahwa pasien yang paling banyak ditemukan adalah pasien laki-laki (55,4%), sedangkan usia pasien yang melakukan odontektomi yang paling banyak dijumpai adalah pada rentang usia 25-29 tahun. Soeprapto dkk. (2011) juga menemukan bahwa klasifikasi gigi impaksi yang paling banyak ditemukan adalah impaksi mesioangular (51,4%), impaksi Klas II (75,6%), dan impaksi posisi A (62,2%). Purnamasari (2012) dalam penelitiannya yang dilakukan di RSGMP Kandea FKG UNHAS menemukan bahwa klasifikasi impaksi pada gigi molar ketiga mandibular yang paling banyak ditemukan adalah mesioangular (94,7%), Klas I (46,6%) dan posisi A (92,5%). Penelitian-penelitian sebelumnya lebih spesifik meneliti odontektomi pada pengambilan gigi impaksi dan operator yang melakukan odontektomi tidak dikhususkan, jadi meliputi dokter gigi umum, dokter gigi spesialis bedah mulut dan mahasiswa kepaniteraan. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran dari kasus-kasus pengambilan gigi secara odontektomi baik yang disebabkan oleh impaksi gigi maupun adanya kesulitan apabila dilakukan pencabutan gigi secara sederhana khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan FKG UGM di klinik Bedah Mulut RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta yang berasal dari catatan rekam medis pasien yang melakukan odontektomi selama 1 tahun terhitung dari tanggal 1 Januari 2015-31 Desember 2015. 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diajukan suatu permasalahan: Bagaimanakah gambaran mengenai kasus-kasus odontektomi yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Yogyakarta tahun 2015? C. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Gambaran Kasus Odontektomi oleh Mahasiswa Kepaniteraan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Yogyakarta Tahun 2015 belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: 1. Soeprapto dkk. (2011) yang melakukan penelitian dengan judul Profile of Odontectomy Cases in an Indonesian Teaching Hospital. Penelitian ini dilakukan di klinik Bedah Mulut RSGMP FKG UI pada Juni 2008-Mei 2011. 2. Purnamasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Mengetahui dan Menganalisis Prevalensi Impaksi Molar Ketiga Rahang Bawah yang Banyak Terjadi di RSGMP Kandea Berdasarkan Klasifikasinya yang dilakukan selama tahun 2008-2010. 3. Putri (2014) yang melakukan penelitian dengan judul Prevalensi Odontektomi Molar Tiga Rahang Bawah di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2012 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. 4. Prasetyaningtyas (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Prevalensi dan Klasifikasi Impaksi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah pada Mahasiswa 6 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Angkatan Tahun 2003 (Penelitian Observasi Klinik). 5. Msagati dkk. (2013) pada penelitiannya yang dilakukan dari Januari 2015Agustus 2010 dengan judul Pattern of Occurrence and Treatment of Impacted Teeth at the Muhimbili National Hospital, Dar es Salaam, Tanzania. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai kasus-kasus odontektomi yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Yogyakarta Tahun 2015. E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai gambaran kasus-kasus odontektomi yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Yogyakarta. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai kasus odontektomi atau pencabutan dengan pembedahan yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan. 3. Memberikan masukan kepada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo FKG UGM dalam merencanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama pada kasus pengambilan gigi dengan odontektomi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan.