FLUKTUASI NILAI TUKAR DAN EKSPOR: BUKTI EMPIRIS DI LIMA NEGARA PENDIRI ASEAN PERIODE 2003-2012 Angestika Wilandari, Umanto Eko Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura dengan periode penelitian dari tahun 2003 hingga 2012. Nilai tukar masing-masing negara sampel dipatok berdasarkan nilai dollar. Untuk mengukur fluktuasi nilai tukar, dalam penelitian ini digunakan tiga pengukuran; Standard Deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), dan General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan uji panel unit root, uji kointegrasi, dan regresi data panel menggunakan model random effect. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fluktuasi nilai tukar baik dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, dan GARCH tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN pada periode 2003-2012. Kata Kunci: Fluktuasi Nilai Tukar, Ekspor, Produk Domestik Bruto, dan Harga Relatif Exchange Rate Volatility and Export: Empirical Evidence from Five Countries of ASEAN Founders Period 2003-2012 Abstract The aim of this study is to analyze the effect of exchange rate volatility against export from five countries of the ASEAN founders i.e. Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, and Singapore with a period of the research 2003 until 2012. Exchange rate of this study from the sample countries against to dollar. For measuring exchange rate volatility, in this research used three measurements; Standard Deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), and General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Method of this research is quantitative with panel unit root test, cointegration test, and panel data regression by using the random effect model. The results of this study find that exchange rate volatility either by using measurement of SD, MASD, and GARCH has no effect significantly for export in five countries of ASEAN founders period 2003-2012. Keywords: Exchange Rate Volatility, Export, Gross Domestic Product, and Relative Price Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 1. Pendahuluan Globalisasi dan liberalisasi yang sedang melanda telah membawa perubahan dan kekhawatiran tersendiri bagi setiap negara. Aliran keluar masuknya suatu produk, baik dalam bentuk barang, jasa, ataupun modal dengan bebas dan dapat menembus batas negara menyebabkan arus perdagangan menjadi sulit dibatasi. Di sisi lain liberalisasi dan globalisasi pada konsekuensinya akan membawa pengaruh terhadap fundamental ekonomi masing-masing negara yang terlibat. Dampaknya akan terlihat bahwa setiap negara akan bergantung satu sama lain baik dari segi perdagangan internasional ataupun integrasi pasar keuangan (Abel and Bernanke, 2004:468). Faktor yang menjelaskan bahwa fundamental perekonomian akan terganggu dari adanya perdagangan bebas diukur berdasarkan kestabilan ekonomi makro suatu negara. Salah satu indikator dari ekonomi makro yang terhitung sensitif terhadap ketidakstabilan ekonomi adalah nilai tukar mata uang. Karena disebut sebagai indikator, nilai tukar mata uang mencerminkan kekuatan aktivitas ekonomi sebagai dampak dari adanya perekonomian global. Ukuran yang digunakan adalah apabila nilai mata uang suatu negara semakin stabil terhadap mata uang negara lain, maka perekonomian negara tersebut terbilang kokoh. Naik turunnya nilai tukar mata uang di pasar berupa apresiasi dan depresiasi memperlihatkan besarnya fluktuasi yang terjadi pada mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain (Chou, 2000). Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai nilai strategis, kondisi tersebut menyebabkan kawasan ini menjadi ajang persaingan. Selain terjadi persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan Timur, juga terjadi konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga negara yaitu Laos, Kamboja, dan Vietnam. Situasi persaingan pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang menyeret negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata membuat para pemimpin negara di kawasan sadar, bahwa perlunya suatu kerjasama yang dapat meredam sikap saling curiga di antara negara anggota. Untuk mewujudkan gagasan para pemimpin tersebut, beberapa inisiatif telah dilakukan antara lain pembentukan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Asia tenggara (Association of Southeast Asia-ASA), Malaysia-PhilippinaIndonesia (MAPHILINDO), Traktat Organisasi Asia Tenggara (South East Asia Treaty Organization/Seato), dan Dewan Asia-Pasifik (Asia and Pacific Council/ASPAC) (Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19, tahun 2010; hal 1-2). Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melakukan berbagai pertemuan konsultatif secara intens sehingga disepakati suatu rancangan Deklarasi Bersama. Isi deklarasi tersebut mencakup kesadaran perlunya peningkatan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik dan membina kerjasama yang bermanfaat di antara negara di kawasan yang terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Untuk menindak lanjuti deklarasi tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima Wakil Negara Pemerintahan negara Asia Tenggara berupa Menteri Luar Negeri Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia – Tun Abdul Razak, Menteri Luar Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura – S. Rajaratnam, dan Menteri Luar negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan pertemuan dan menandatangani Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok (Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19, tahun 2010; hal 2). Deklarasi Bangkok tersebut menandai berdirinya suatu organisasi kawasan yang diberi nama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN). ASEAN sendiri mempunyai kesepakatan untuk mengembangkan kawasan yang terintegrasi dengan membentuk komunitas. Harapan tersebut dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Kuala Lumpur pada tanggal 15 Desember 1997. Selanjutnya untuk merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 dan kemudian menyepakati adanya pembentukan ASEAN Community. Kondisi tersebut memungkinkan bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi, dan aliran modal. Selain itu juga diupayakan kesejahteraan pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan serta Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 kesenjangan ekonomi pada tahun 2015 (Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19, tahun 2010; hal 25-26). Berbagai penelitian mencoba melakukan analisis aspek fluktuasi nilai tukar mata uang yang didasarkan pada fakta bahwa nilai tukar akan berpengaruh pada kegiatan perdagangan internasional, neraca pembayaran (balance payment), dan stabilitas perekonomian makro suatu negara. Seperti penelitian yang dilansir oleh Chit, Myint Moe, et al (2010) yang berjudul “Exchange Rate Volatility and Export: New Empirical Evidence from the Emerging East Asian Economies” menunjukkan hasil bahwa fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor di negara China, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina untuk perode tahun 1982-2006. McKenzie (1990), hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa ketidakstabilan nilai tukar mata uang akan memberikan pengaruh yang tidak sama pada tiap pasar di suatu negara. Franke (1991) dan Sercu and Van Hulle (1992) yang mendemonstrasikan bahwa peningkatan pergerakan nilai tukar dapat berbanding lurus dengan nilai ekspor, dengan kata lain akan berdampak pada terdorongnya kegiatan ekspor. Penelitian selanjutnya oleh De Grauwe (1994) yang memberikan hasil bahwa peningkatan fluktuasi nilai tukar mata uang dapat meningkatkan volume perdagangan apabila negara tersebut dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan harga yang terjadi. Beberapa peneliti telah banyak melakukan penelitian mengenai pengaruh fluktuasi nilai tukar yang dipatok dengan dollar terhadap aktivitas perdagangan internasional baik ekspor maupun impor. Teori terdahulu menyebutkan bahwa ekspor sebelum adanya lindung nilai atas fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh negatif, dan kebanyakan hal tersebut terjadi untuk negara-negara dengan ekonomi yang belum maju (Clark, 1972; Either, 1973; Hooper and Kohlhage, 1978; Kawai and Zilcha, 1986). Tetapi apabila negara dapat mengambil keuntungan dengan kebijakan yang benar, adanya fluktuasi nilai tukar dapat memberikan keuntungan di negara yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “apakah terdapat pengaruh dari fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN periode 2003-2012?”. Periode waktu yang digunakan Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 dalam penelitian ini adalah 2003-2012, dalam periode waktu yang ditetapkan, karena tahun 2003 ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke9 di Bali dan kemudian menyepakati adanya pembentukan ASEAN Community. Periode waktu sepuluh tahun digunakan dengan alasan untuk dapat lebih melihat adanya pergerakan atau fluktuasi nilai tukar. 2. Tinjauan Teoritis Pengertian nilai tukar (foreign exchange rate) menurut Cornelius Luca dalam bukunya berjudul "Trading in the Global Currency Markets" adalah: "An exchange rate is therefore the price of one currency in terms of another." (Luca, 1995:1). Samuelson (1995:668) mendefinisikan kurs sebagai the price of one unit foreign is currency in term of domestic currency is determined, and the price is called the foreign exchange rates. Kurs (exchange rate) adalah harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (direct quote) atau sebaliknya, sejumlah mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang lokal (indirect quotes). Dapat disimpulkan dari beberapa definisi di atas bahwa nilai tukar merupakan sejumlah uang dari mata uang negara tertentu yang bersifat bebas untuk dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Sebagai contoh nilai kurs Rp/USD sebesar 8.000, mengartikan bahwa untuk membeli satu USD diperlukan Rp.8000 (Yulianti dan Prasetyo, 1988). Nilai tukar digunakan sebagai alat untuk melakukan perdagangan internasional, yang di dalam penelitian ini fokus kepada kegiatan ekspor. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, Bambang. 2004). Menurut Irham dan Yogi (2003), mendefinisikan ekspor sebagai penjualan barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri atau pembangunan di Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah dengan diversifikasi ekspor sehingga apabila terjadi kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya. Kegiatan ekspor dapat menumbuhkan permintaan efektif dimana permintaan produk dalam negeri akan semakin meningkat, dan mendorong industri dalam negeri untuk berinovasi dalam rangka mendongkrak produktivitas. Ekspor juga dapat membantu negara dalam menjalankan usaha pembangunan melalui aktivitas promosi dan penguatan sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif atau efisiensi. Secara garis besar ekspor membantu negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang dimiliki (Todaro dan Smith, 2004). Berhubungan dengan pendapatan, apabila pendapatan eksportir meningkat maka akan mengakibatkan modal untuk produksi ekspor turut meningkat, sehingga memungkinkan ekspor mengalami peningkatan. Perubahan nilai tukar mata uang dapat berupa apresiasi ataupun apresiasi dan membawa pengaruh tersendiri bagi aktivitas perdagangan internasional. Berikut dibawah ini terdapat tabel 2.4 yang menggambarkan pengaruh dari menguat atau terjadinya apresiasi nilai tukar rupiah terhadap ekspor di Indonesia, dimana kurva penawaran ataupun permintaan dinyatakan dalam dollar: Gambar 2.1 Pengaruh Apresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor Indonesia Sumber: Faisal, M. (2001). Manajemen Keuangan Internasional. Apabila rupiah Indonesia mengalami apreasiasi, maka kurva penawaran akan bergerak dari S ke S'. Kurva penawaran ataupun permintaan tidak akan berubah Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 ketika dinyatakan dalam rupiah Indonesia, tetapi kurva tersebut akan mengalami pergeseran apabila dirubah menjadi dollar. Kurva penawaran yang bergeser ke atas mengakibatkan kurva ekses penawaran bergeser ES menjadi ES’ dengan asumsi kurva permintaan dan ekses permintaan berupa ED bersifat tetap. Apabila Indonesia merupakan sebuah negara kecil, maka harga komoditas dalam dollar akan berubah, dan ekspor Indonesia akan berkurang dari !! menjadi !! . Perubahan nilai tukar berpengaruh nyata kepada harga barang yang diperdagangkan. Suatu hal yang dapat disimpulkan ialah, terapresiasinya suatu nilai tukar negara akan membuat harga komoditas ekspor menjadi mahal bagi partner dagang mereka. Terapresiasinya mata uang akan mengarah kepada rendahnya inflasi, karena barang yang diperdagangkan di dalam negeri mengalami penurunan harga dan menguntungkan konsumen domestik. 3. Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni berdasarkan fungsinya, Sukmadinata (2012:12-13) turut menjelaskan dalam buku Metode Penelitian Pendidikan bahwa penelitian murni disebut juga sebagai penelitian dasar atau penelitian pokok dengan melakukan pengujian teori tanpa menghubungkan hasilnya kepada kepentingan praktik. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi dikarenakan penelitian ini memiliki hubungan kausal yaitu sebab-akibat sesuai dengan penjelasan Sukmadinata (2012:12-13). Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini merupakan penelitian existing statistic yang merupakan bagian dari penelitian nonreactive (Sugiono, 2005). 3.2 Jenis Data Populasi dalam penelitian ini adalah negara yang tergabung di dalam kelompok ASEAN pada tahun 2003-2012. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel ditentukan dengan pertimbangan khusus sehingga layak dikatakan sebagai sampel. Melalui teknik purposive sampling, maka sampel yang diambil adalah negara yang merupakan Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 anggota dan pendiri ASEAN dengan laporan statistik yang lengkap. Data yang diambil berupa data international financial statistic dan diambil dari the world bank ataupun http://finance.yahoo.com/. Peneliti melakukan seleksi terhadap data yang dibutuhkan kemudian mengolah kembali mengingat periode yang dibutuhkan dari tahun 2003-2012. 3.3 Model Penelitian Untuk mengukur arus perdagangan internasional, penelitian ini mengadaptasi model dari Cushman (1986) dalam Chit, Myint Moe, et al., (2010) yang menggunakan gravity model. Gravity model dalam ekonomi internasional sama halnya dengan gravity model di ilmu sosial yang memprediksi perdagangan bilateral berdasarkan ukuran ekonomi berupa GDP (Gross Dmestic Product) dengan jarak di antara kedua unit. Dengan demikian model dari penelitian ini adalah sebagai berikut (Chit, Myint Moe, et al., 2010): X = f(Y, Y*, RP, VOL, Dist) dimana; X = Nilai riil ekspor suatu negara; Y = PDB negara pengekspor (Home Income); Y* = PDB negara pengimpor (Foreign Income); = Relative price diantara negara yang melakukan aktivitas RP perdagangan; VOL = Fluktuasi nilai tukar bilateral; Dist = Jarak di antara kedua negara yang melakukan perdagangan. Pengukuran fluktuasi nilai tukar dilakukan dengan menggunakan tiga pengukuran; standard deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), dan General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Sedangkan untuk mengukur harga relatif menggunakan pengukuran berupa rasio dari consumer price index (CPI) negara pengimpor terhadap wholesale price index (WPI) negara pengekspor yang dikalikan dengan nilai tukar negara pengekspor (Chit, Myint Moe., et al 2010): Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 !"# !"!"# = !"#!" !!"# !" dimana !!"# menunjukkan haga atau nilai dari nilai tukar negara pengimpor (j) terhadap nilai tukar negara pengekspor (i). 3.4 Hipotesis Penelitian Meningkatnya fluktuasi nilai tukar akan semakin memberikan pengaruh terhadap arus perdagangan internasional dan kemudian berpengaruh negatif terhadap perekonomian. Apabila pergerakan nilai tukar tidak dapat ditangani dengan baik, tingginya fluktuasi nilai tukar akan membuat beberapa aktivis perdagangan cenderung menghindari risiko untuk menurunkan aktivitas perdagangan internasional yang biasa dilakukan. Aktivitas perdagangan internasional dalam penelitian ini dikhususkan pada kegiatan ekspor, dengan melihat bagaimana pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor. Meskipun sebagian besar fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor, tidak semua penelitian memberikan hasil yang sama. Untuk mengukur variabel dependen ekspor, variabel-variabel independen yang digunakan adalah produk domestik bruto negara pengekspor atau home income, produk domestik bruto negara pengimpor atau foreign income, harga relatif di antara negara yang melakukan perdagangan, distance, serta fluktuasi nilai tukar di antara negara yang melakukan perdagangan. Berdasarkan penjelasan yang tertera di atas, penelitian ini memiliki hipotesis: H1 = Home Income berpengaruh signifikan terhadap ekspor; H2 = Foreign Income berpengaruh signifikan terhadap ekspor; H3 = Relative Price berpengaruh signifikan terhadap ekspor; H4 = Fluktuasi nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap ekspor; H5 = Jarak berpengaruh signifikan terhadap ekspor. Pengaruh dan signifikansi untuk nilai tukar terhadap ekspor sangat kuat. Penemuan pengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor negara yang melakukan perdagangan bilateral terbilang konsisten. Meskipun menggunakan Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 analisis yang berbeda, banyak yang memberikan hasil yang sama (e.g. BenassyQuere and Lahreche-Revil, 2003; Baak, 2004, Chit, 2008). 3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif, dilanjutkan dengan uji panel unit root Im, Pesaran, and Shin (2003) dan Hadri Lagrange Multiplier (2000) untuk panel unit root test. Selanjutnya dilakukan pengujian kointegrasi, pengujian kointegrasi dapat dilakukan dengan beberapa metode, dalam penelitian ini uji kointegrasi membandingkan antara Augmented DickeyFuller (ADF) Test dan Phillips Perron (PP) Test. Pengujian data panel dilakukan dengan cara meregresikan data panel menggunakan model fixed effect dan random effect. Setelahnya, dilakukan uji Hausman untuk melihat model mana yang paling baik sehingga dapat dijadikan sebagai kesimpulan. 4. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Hasil Panel Unit Root Test Variabel Statistics IPS Test Level Difference Hadri LM Test Level Difference Relative Price P-Value 0.00654 0.0095 0.0001 0.5960 Relative Price Statistics 0.4974 -2.34630 3.80694 -0.24308 Real Export P-Value 0.1578 0.0031 0.0007 0.2797 Real Export Statistics 1.00339 -2.73779 3.18356 0.58376 Foreign Income P-Value 0.9659 0.0005 0.0000 0.7556 Foreign Income Statistics 1.82422 -3.31857 4.40924 -0.69234 Home Income P-Value 2.04072 0.0009 0.0000 0.6843 Home Income Statistics 0.9794 -3.13269 11.9684 -0.47962 Volatility_SD P-Value 0.1033 0.0000 0.0453 0.7595 Volatility SD Statistics -1.26282 -5.24674 1.69177 -0.70478 Volatility_MASD P-Value 0.2121 0.0184 0.0000 0.7907 Volatility_MASD Statistics 0.79933 -2.08757 5.99172 -0.80875 Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Volatility_GARCH P-Value 0.7308 0.0001 0.0309 0.7668 Volatility_GARCH Statistics 0.61518 -3.75114 1.86802 -0.72826 Sumber: Olahan Peneliti (2015) 1. Pada pengujian level, variabel relative price memiliki p-value sebesar 0.00654 yang artinya dibawah dari 0.05. Data pada tingkat level tergolong stasioner untuk variabel relative price. Variabel ekspor pada tingkat level memiliki hasil p-value sebesar 0.1578, yang artinya di atas 5% dan data tidak bisa disebut stasioner. Pada tingkat difference, variabel relative price memiliki p-value sebesar 0.0095 yang artinya dibawah dari 0.05 dan data tergolong stasioner. Variabel setelahnya menunjukkan nilai p<0.05 dapat dikatakan bahwa data stasioner di tingkat difference. 2. Pada pengujian level, variabel relative price memiliki p-value sebesar 0.0001 yang artinya dibawah dari 0.05 sehingga data tidak stasioner. Ketika pengujian dilakukan di tingkat difference, variabel relative price menunjukkan hasil pengujian p-value sebesar 0.5960 yang mengindikasikan p>0.05, sehingga menunjukkan bahwa data bersifat stasioner. Begitu pula untuk pengujian variabel real export, foreign income, home income, dan volatility besarnya pvalue di atas 5% data bersifat stasioner di tingkat difference. Pengujian untuk masing-masing variabel menggunakan IPS Test dan Hadri LM Test membuktikan bahwa data sudah stasioner di tingkat yang sama yaitu di tingkat difference. Dengan kata lain data sudah lulus uji untuk pengujian berikutnya. Tabel 4.2 Hasil Cointegration Test Panel PP Model Panel ADF Group PP Group ADF No Intercept No Intercept No Intercept No Intercept deter & trend deter &trend deter &trend deter &trend SD 0.059 0.000 0.303 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 MASD 0.001 0.000 0.001 0.714 0.015 0.000 0.000 0.160 GARCH 0.000 0.000 0.046 0.008 0.000 0.000 0.000 0.003 Sumber: Olahan Peneliti (2015) Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Berdasarkan pengujian PP baik panel maupun grup, model dari variabel nilai tukar berupa SD, MASD, dan GARCH tergolong signifikan karena memberikan hasil dibawah 5% dengan melihan intercept and trend. Tabel 4.3 Pengujian Data Panel Variabel LN_Home Income LN_Foreign Income LN_Relative Price Volatility SD AIC GARCH FE RE FE RE FE RE 1.198591 (0.0000)* 1.532487 (0.0000)* 1.205214 (0.0000)* 1.524386 (0.0000)* 1.189633 (0.0000)* 1.532083 (0.0000)* -0.635316 (0.0160)* -0.277672 (0.3277) -0.605381 (0.0219)* -0.284353 (0.2965) -0.263148 (0.0375)* -0.268519 (0.0000)* -0.248821 (0.0579) -0.265707 (0.0000)* -0.261055 (0.0373)* 0.026131 (0.5689) 0.028856 (0.8447) 0.076500 (0.9132) 0.459473 (0.8341) 0.033084 (0.4655) - -0.000141 (0.0063)* - -0.000145 (0.0079)* - 0.990539 0.908473 0.990465 0.908486 0.990587 -0.292302 (0.2850) Dist Adjusted !! MASD -2.613502 -2.605784 -0.637017 (0.0152)* -0.268649 (0.0000)* 0.034759 (0.8120) -0.000140 (0.0064)* 0.908515 -2.618641 Sumber: Olahan Peneliti (2015) § Variabel LN_HI (Home Income) Dari hasil pengujian di atas, diketahui bahwa probabilitas variabel LN_HI dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, ataupun GARCH berdasarkan model terbaik random effect sebesar 0.0000. Nilai tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Pada pengujian ini juga terlihat bahwa koefisien pada variabel LN_HI memiliki koefisien positif untuk masing-masing pengujian SD, MASD, dan GARCH. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel LN_HI berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor untuk masing-masing pengukuran SD, MASD, dan GARCH. Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Home Income menggambarkan seberapa besar tingkat kegiatan ekonomi yang telah dicapai oleh suatu negara serta nilai output yang diproduksikan. Dalam penelitian ini menggambarkan bahwa semakin tinggi home income dari masingmasing negara anggota pendiri ASEAN akan berbanding lurus dengan ekspor. Berdasarkan data yang peneliti olah untuk home income masing-masing negara pendiri ASEAN dan bersumber dari website world bank, home income berbanding lurus dengan ekspor di tahun 2003-2012. Negara Indonesia untuk periode tahun 2003-2012 mengalami pertambahan rata-rata home income tertinggi sebesar $18,899,672,591.14 yang dibarengi dengan pertambahan rata-rata ekspor sebanyak $8,810,686,827.19. Negara Malaysia untuk periode yang sama mengalami pertambahan rata-rata home income sebesar berbanding lurus dengan pertambahan rata-rata $7,882,172,299.76 ekspor sebanyak $6,236,711,575.89. Filipina untuk periode yang sama dengan pertambahan ratarata home income sebesar $5,887,049,227.20 memiliki pertambahan rata-rata ekspor sebanyak $2,825,387,400.41. Singapura dan Thailand masing-masing memiliki pertambahan rata-rata home income sebesar $9,291,571,093.05 dan $7,537,927,069.33, yang dibarengi dengan pertambahan rata-rata ekspor tertinggi untuk Singapura sebanyak $22,689,791,405.97 serta $7,571,042,919.32 untuk Thailand. Hal tersebut telah membuktikan bahwa peningkatan ekspor dipengaruhi oleh home income secara positif. Dengan kata lain ketika home income bertambah, pendapatan pribadi pihak eksportir juga ikut bertambah. Hal tersebut tergolong wajar, karena semakin tinggi pendapatan eksportir maka semakin tinggi pula kemampuan untuk ekspor. Sehingga pengusaha atau pihak eksportir akan terus meningkatkan kegiatan ekspor. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mohammadi, T et al (2011) menunjukkan bahwa peningkatan pada national income atau home income juga meningkatkan aktivitas perekonomian di suatu negara baik impor ataupun ekspor. Utami (2008) juga mengemukakan bahwa home income berpengaruh secara signifikan dan mempunyai hubungan positif dengan ekspor. Hal tersebut dikarenakan semakin besar pendapatan dalam negeri maka semakin besar pula kemampuan suatu negara dalam melakukan perdagangan, yang berarti juga berbanding lurus dengan kemampuan ekspor di negara tersebut. Penelitian yang Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 memberikan hasil hampir serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Bakhromov, Nodir (2011), penelitian tersebut memberikan bukti bahwa peningkatan domestic income secara positif mempengaruhi permintaan impor. Hal ini mengakibatkan kenaikan pendapatan dalam negeri akan diikuti dengan kenaikan barang impor. Impor yang dimaksud adalah sebagian besar impor bahan baku, sehingga semakin banyak bahan baku yang diimpor maka kemampuan memproduksi barang ekspor juga akan semakin besar. Sebagai contoh adanya industri di Indonesia yang masih bergantung terhadap bahan baku impor adalah industri plastik. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia (2015) mengatakan bahwa bahan baku plastik sekitar 65% berasal dari negara ASEAN yaitu Thailand, Singapura, dan Malaysia. Tingginya kebutuhan produksi industri plastik di Indonesia akan bahan baku mengharuskan industri melakukan impor bahan baku. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya pendapatan eksportir, eksportir di industri plastik akan semakin gencar untuk melakukan ekspor. Pertambahan pendapatan eskportir tersebut di industri plastik menjadikan pembelian bahan baku impor dapat bertambah. Dengan demikian pertambahan home income untuk membeli bahan baku impor dapat mempengaruhi produksi atau output yang nantinya akan di ekspor. Dengan kata lain, pertumbuhan home income atau gross domestic product menunjukkan tren yang positif di setiap tahunnya dari tahun 2003-2012 untuk negara-negara pendiri ASEAN. § Variabel LN_FI (Foreign Income) Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa probabilitas variabel LN_FI dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, ataupun GARCH berdasarkan model terbaik random effect sebesar 0.0160, 0.0219, dan 0.0152. Nilai tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel LN_FI berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor untuk masing-masing pengukuran SD, MASD, dan GARCH. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Chit, Myint Moe et al (2010) dimana foreign income berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap ekspor. Dimana apabila terdapat kenaikan sebesar 1 pada pendapatan negara Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 pengimpor, akan menaikkan pula ekspor sebesar 1.013 dengan menggunakan pengukuran SD di negara China, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kebanyakan penelitian yang menyebutkan bahwa foreign income berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor. Sesuai dengan penelitian Sinha (1999) mengenai hubungan antara ekspor, investasi, dan pertumbuhan ekonomi di sembilan negara ASEAN yang diukur berdasarkan gross domestic product. Hasil penelitian Sinha (1999) menyebutkan pengaruh dari adanya gross domestic product luar negeri, atau foreign income terhadap ekspor memberikan hasil yang berbeda-beda di antara negara sampel. Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa tidak selamanya ekspor dipengaruhi secara positif oleh foreign income karena bergantung pada kondisi suatu negara. Dalam penelitian ini, ditemukan apabila foreign income bertambah maka akan menurunkan ekspor domestik. Foreign income berpengaruh negatif terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN bisa terjadi karena beberapa faktor dan alasan. Faktor yang paling utama ialah karena adanya kebijakan masing-masing lima negara pendiri ASEAN terkait kegiatan ekspor dan impor. Sebagai contoh ASEAN merancang skema CEPT (Common Effective Preferential Tariffs) (Deperindag, 2002:01) yang berarti tarif yang dikenakan oleh setiap negara ASEAN terhadap barang impor dari negara ASEAN lainnya harus dikurangi hingga tidak lebih dari 5 persen. Grossman dan Helpman (1990:52) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa pada perekonomian terbuka, perdagangan internasional dapat meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN dalam skema CEPT. Skema CEPT seharusnya menjadikan perdagangan di lima negara pendiri ASEAN bebas untuk melakukan impor dengan adanya penurunan tarif. Menurut Uni Sosial Demokrat (2014) tidak semua komoditas di lima negara pendiri ASEAN mengalami penurunan tarif dari 0-5%. Masih ada produk yang tidak mengalami penurunan tarif dengan alasan produk tergolong sensitif untuk diperdagangkan secara bebas di ASEAN. Kebijakan perdagangan luar negeri yang berlebihan tersebut malah akan menurunkan daya saing produk dalam negeri baik Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 di pasaran luar negeri ataupun dalam negeri. Di sisi lain semakin meningkatnya foreign income, negara partner dagang yang mengalami pertambahan home income akan semakin menambah ekspor di negaranya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini sebelumnya pada variabel LN_HI yang berpengaruh positif terhadap ekspor. Ketika home income suatu negara bertambah, maka negara tersebut akan semakin gencar dalam melakukan ekspor. § Variabel LN_RP (Relative Price) Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa probabilitas variabel LN_RP dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, dan GARCH model terbaik random effect sebesar 0.0000. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel LN_RP berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor untuk pengukuran SD, MASD, dan GARCH. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Chit, Myint Moe et al (2010) yang menyebutkan bahwa relative price akan berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor. Artinya dalam hasil dalam penelitian Chit, Myint Moe et al (2010), apabila terdapat kenaikan pada relative price sebesar 1 akan meningkatkan ekspor sebanyak 0.09. Penelitian ini tampaknya serupa dengan penelitian Bakhromov, Nodir (2011), yang menyebutkan bahwa apabila harga relatif barang ekspor jatuh, akan menyebabkan barang domestik lebih menarik untuk dijual daripada barang luar negeri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekspor akan mengalami peningkatan. Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Hayati (2010), dari hasil regresi yang diketahui memiliki nilai β = -0.31 dalam taraf nyata 5% = 0.05. Artinya setiap kenaikan 1 harga akan menurunkan -0.31 ekspor Indonesia ke Amerika. Hal ini wajar karena semakin tinggi Relative Price di Indonesia memiliki arti semakin mahal juga harga barang dan jasa yang ada di Indonesia terhadap negara partner dagang. Semakin mahal harga barang dan jasa yang ada di Indonesia terhadap negara partner dagang, dapat menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap ekspor atas barang dan jasa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hakim (2008) yang menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan untuk persamaan ekspor Indonesia ke US, Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Thailand, dan Singapura. Harga relatif yang negatif menunjukkan kurang kompetitifnya barang hasil produksi Indonesia, sehingga ekspor cenderung menurun. Peningkatan 1% pada harga reatif, dalam penelitian Hakim (2008) akan menurunkan ekspor Indonesia ke US, Thailand, dan Singapura sebesar 6.3501%, 0.7701%, dan 11.4200%. Hal tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar komponen ekspor Indonesia relatif memiliki kesamaan atau dapat dikatakan bahwa bahan baku yang dibutuhkan oleh industri partner dagang ada di Indonesia begitu pula sebaliknya. § Variabel Volatility (Fluktuasi Nilai Tukar) Probabilitas variabel Volatility dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, ataupun GARCH berdasarkan model terbaik random effect sebesar 0.5689, 0.8341, dan 0.8120. Nilai tersebut lebih besar daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tingkat kepercayaan 95%, variabel volatility tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Chit, Myint Moe et al (2010) yang menyebutkan bahwa fluktuasi nilai tukar bepengaruh negatif signifikan terhadap ekspor di negara China, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina periode tahun 1982-2006. Namun penelitian ini serupa dengan penelitian Rose (1991) dalam Nawatmi (2012) yang menggambarkan bahwa nilai tukar tidak mempengaruhi neraca pendapatan di lima negara OECD pasca Era Bretton Woods. Ellen dan Yellen (1989) tidak dapat menolak hipotesis bahwa nilai tukar berpengaruh tidak signifikan secara statistik dalam menentukan arus perdagangan bilateral antara Amerika Serikat dengan negara OECD lain dengan menggunakan data kuartalan. Dari segi data fluktuasi nilai tukar, masing-masing negara pendiri ASEAN di periode 2003-2012 menunjukkan tren nilai tukar dengan fluktuasi yang sedikit dan cenderung stabil. Berikut tabel yang memperlihatkan data mengenai rata-rata fluktuasi nilai tukar yang tidak begitu fluktuatif di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dari tahun 2003-2012: Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Tabel 4.4 Rata-Rata Fluktuasi Nilai Tukar Lima Negara Pendiri ASEAN 2003-2012 TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 IDR/USD 8333.334 8838.384 9652.812 9134.609 9185.469 9841.197 10381.38 9065.505 8136.127 9411.057 NEGARA (Nilai Tukar/USD) MYR/USD PHP/USD SGD/USD 3.7994 54.33978 1.742392 3.779542 56.11455 1.686567 3.77475 54.95303 1.66525 3.65785 51.12348 1.582058 3.427608 45.85402 1.502342 3.336583 44.68902 1.410117 3.524033 47.71759 1.452208 3.208842 45.01557 1.359958 3.077192 40.08903 1.264333 3.08355 42.15509 1.245892 THB/USD 41.46773 40.33852 40.33109 37.72915 32.02093 33.18758 34.31412 31.65849 30.71586 31.06513 Sumber: Olahan Peneliti (2015) dengan data yang diambil dari http://finance.yahoo.com/ Penelitian ini juga memberikan hasil yang sama dengan penelitian Nawatmi (2012), yang menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap ekspor di Indonesia. Selain faktor utama nilai tukar yang tidak begitu berfluktuasi di lima negara pendiri ASEAN periode 2003-2012 bahkan cenderung terapresiasi, ekspor juga merupakan kegiatan yang penting sebagai sumber pendapatan dan cadangan devisa negara. Dengan demikian bergejolak atau tidaknya nilai tukar, ekspor akan cenderung tetap dilakukan sebagai sumber pendapatan negara. Selain itu, sebagian besar ekspor masih didominasi bahan baku yang didapat secara impor. Nawatmi (2012) mengatakan bahwa bahan baku merupakan barang modal yang menjadi suatu kebutuhan utama untuk ekspor, sehingga eskpor cenderung tidak begitu sensitif terhadap nilai tukar. Menurut penelitian Calderon (2004) dalam Bakhromov, Nodir (2011), fluktuasi nilai tukar pada 79 negara yang diteliti di tahun 1974-2003 kurang berpengaruh terhadap perdagangan ketika negara tersebut menetapkan kebijakan-kebijakan tertentu mengenai aktivitas perdagangan. Sama halnya yang telah peneliti jelaskan sebelumnya berdasarkan Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, yang diakses melalui http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA pada tanggal 25 Januari 2015 pukul 08.35 WIB, mengenai beberapa kebijakan protokol proteksi produk Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 dalam negeri. Faktor lain ditambahkan berdasarkan penelitian Roland-Holst and Weiss (2004) yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara kinerja ekspor di Asia terhadap fluktuasi nilai tukar. Roland-Hols and Weiss (2004) dalam penelitiannya menganggap bahwa fluktuasi nilai tukar bukanlah satusatunya faktor untuk menilai ekspor. Ekspor juga bergantung kepada faktor lain seperti majunya teknologi, spesialisasi, diversifikasi, dan minat konsumen (Roland-Holst and Weiss, 2004). § Variabel Distance (Jarak di antara Negara yang Berdagang) Probabilitas variabel Dist dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, dan GARCH model terbaik random effect sebesar 0.0063, 0.0079, dan 0.0064. Nilai tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel Dist berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor untuk pengukuran SD, MASD, dan GARCH. Sesuai dengan teori gravity model dari perdagangan internasional (Chit, Myint Moe et al., 2010) disebutkan bahwa jarak berhubungan negatif di antara negara-negara yang melakukan perdagangan. Dengan kata lain, semakin dekat jarak di antara negara yang berdagang akan memperbanyak jumlah ekspor. Sebaliknya, semakin jauh jarak di antara dua negara berdagang, ekspor akan semakin sedikit. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Penelitian ini memberikan hasil bahwa fluktuasi nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN periode 2003-2012. 5.2 Saran 5.2.1 Untuk Pemangku Kepentingan Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil pada penelitian ini beserta kesimpulannya dari segi sebagai warga negara Indonesia adalah sebagai berikut: Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 - Berdasarkan hasil penelitian, Pemerintah Indonesia harus senantiasa berupaya meningkatkan daya saing produk domestik dan mengembangkan potensi ekspor agar dapat terus tumbuh. Peningkatan pendapatan nasional ini menjadi indikasi meningkatnya daya beli masyarakat di suatu negara sehingga memberi peluang yang cukup baik bagi pelaku perdagangan di Indonensia untuk meningkatkan kegiatan perdagangan internasional terutama yang berorientasi ekspor. - Pemerintah perlu mengantisipasi munculnya fenomena negara yang menjadi kekuatan ekonomi baru seperti China dan Thailand. Negara yang akan menjadi kekuatan ekonomi baru semakin menunjukkan tingkat kompetitif tinggi terhadap produk yang dihasilkan. Selain itu, negara dengan kekuatan ekonomi baru cenderung memiliki angka gross domestic product yang bertambah dari tahun ke tahun. Pertambahan gross domestic product tersebut berbanding lurus dengan ekspor yang dilakukan. - Pada saat eksportir mencari pasar ekspor baru, maka carilah negara berkembang dengan kondisi gross domestic product yang tidak begitu tinggi. Karena berdasarkan penelitian ini ketika foreign income besar, maka ekspor akan menurun begitu juga sebaliknya. - Berdasarkan hasil penelitian mengenai harga relatif, pemerintah serta eksportir harus mampu menambahkan keunggulan kompetitif pada komoditas ekspor sehingga harga relatif tidak bernilai negatif. 5.2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan pengukuran lain selain SD, MASD, dan GARCH untuk mengukur fluktuasi nilai tukar seperti ARIMA (Box and Jenkins, 1976). Pengukuran menggunakan ARIMA sangat baik untuk peramalan jangka pendek. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat mengubah periode penelitian menjadi lebih panjang. Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Jurnal : Aghion, P. (2009). Exchange Rate Volatility and Productivity Growth: The Role of Financial Development. Journal of Monetary Economics, 56, 494-513 Bakhromov, Nodir. (2011). The Exchange Rate Volatility and The Trade Balance: Case of Uzbekistan. Journal of Applied Economics and Business Research. JAEBR, 1(3): 149-161 Chit, Myint Moe., Rizov Marian. and Willenbockel Dirk. (2010). Exchange Rate Volatility and Exports: New Empirical Evidence from the Emerging East Asian Economies. The World Economy., Vol.33, Issue 2, pp.239–263. Blackwell Publising Ltd Journal Compilation De Vries, M. (1985). The International Monetary Fund 1972-1978: Cooperation on Trial. International Monetary Fund Doroodian, K. (1999). Does Exchange RateV olatility Deter International Trade in Developing Countries?. Journal of Asian Economics, 10 (3), pp.65474 Drine, Imed., Rault, Christophe. (2006). Learning About the Long-Run Determinants of Real Exchange Rates for Developing Countries: A Panel Data Investigation. Panel Data Econometrics. Elsevier B.V. DOI: 10.1016/S0573-8555(06)74012-3 Flood, Robert P., et al (1989). Evolution of Exchange Rate Regimes. Staff Papers (International Monetary Fund), Vol 36, No. 4, pp. 810-835 Garnaut, Ross. (1998). Exchange Rates in the East Asian Crisis. ASEAN Economic Bulletin, Vol. 15, No.3, pp.328-337 Kandil, Magda. (2009). Exchange Rate Fluctuations and the Balance of Payments: Channels of Interaction Developing and Developed Countries. Journal of Economic Integratrion, Vol. 24, No. 1, pp. 151-174 Kimbrough, Kent P. (1995). Exchange Rate Regimes and the Real Exchange Rate. Journal of Economic Integration. Vol. 10, No. 1, pp. 49-71 Kulkarni, Kishore G. (1985). Exchange Rates and International Macroeconomics. Southern Economic Journal, Vol. 52, No. 1, pp. 298-299 Musa, Salihu., Sa’idu, Bello Malam. and Umaru, Aminu. (2013). An Empirical Analysis of Exchange Rate Volatility on Export Trade In a Developing Economy. Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences, Vol.4(1), pp.42-53. Scholarlink Research Institute Journals Nawatmi, Sri. (2012). Volatilitas Nilai Tukar dan Perdagangan Internasional. Dinamika Akuntasi, Keuangan, dan Perbankan. Hal: 41-56, ISSN: 19794878 Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Singer, David Andrew. (2010). Migrant Remittances and Exchange Rate Regimes in the Developing World. The American Political Science Review, Vol. 104, No. 2, pp. 307-323 Supriyanto. (2004). Perekonomian Indonesia Pasca Invasi Amerika Serikat ke Irak. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Volume 1, Nomor 1, Februari 2004 Tang, Hsiao Chink. (2013). Exchange Rate Volatility and Intra-Asia Trade: Evidence by Type of Goods. The World Economy, Vol.37, Issue 2, pp.335-352. John Wiley & Sons Ltd Buku : Boediono. (1994). Ekonomi Internasional, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 03. Yogyakarta, Indonesia. BPFE Faisal, M. (2001). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Salemba Empat Krugman, P. (1989). Exchange Rate Instability. Cambridge: The Massachusetts Institute of Technology Press Mankiw, N. Gregory. (2007). Macroeconomics 6!! Edition. New York and Basingstoke: Worth Publishers Nachrowi, Nachrowi D., Usman, Hardius. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis: Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI Rachbini, Didik J. (2001). Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saragih, Ferdinand D., Nugroho, Bernardus Yuliarto. (2014). Dasar-Dasar Keuangan Internasional. Jakarta: Rajawali Pers Shapiro, Alan C. (2003). Multinational Financial Management Seventh Edition. United States of America: John Willey & Sons Inc Website : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2023-1e.pdf http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_20 13_Deputi_Ekonomi_Bappenas.pdf http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA http://www.kemlu.go.id/Documents/ASP%202010.pdf Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014 Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014