fluktuasi nilai tukar dan ekspor: bukti empiris di lima negara pendiri

advertisement
 FLUKTUASI NILAI TUKAR DAN EKSPOR: BUKTI EMPIRIS
DI LIMA NEGARA PENDIRI ASEAN PERIODE 2003-2012
Angestika Wilandari, Umanto Eko
Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor di lima
negara pendiri ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura dengan
periode penelitian dari tahun 2003 hingga 2012. Nilai tukar masing-masing negara sampel dipatok
berdasarkan nilai dollar. Untuk mengukur fluktuasi nilai tukar, dalam penelitian ini digunakan tiga
pengukuran; Standard Deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), dan
General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan uji panel unit root, uji kointegrasi, dan regresi data panel
menggunakan model random effect. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fluktuasi nilai tukar
baik dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, dan GARCH tidak berpengaruh signifikan
terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN pada periode 2003-2012.
Kata Kunci:
Fluktuasi Nilai Tukar, Ekspor, Produk Domestik Bruto, dan Harga Relatif
Exchange Rate Volatility and Export: Empirical Evidence from Five Countries
of ASEAN Founders Period 2003-2012
Abstract
The aim of this study is to analyze the effect of exchange rate volatility against export from five
countries of the ASEAN founders i.e. Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, and Singapore
with a period of the research 2003 until 2012. Exchange rate of this study from the sample
countries against to dollar. For measuring exchange rate volatility, in this research used three
measurements; Standard Deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), and
General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Method of this research is
quantitative with panel unit root test, cointegration test, and panel data regression by using the
random effect model. The results of this study find that exchange rate volatility either by using
measurement of SD, MASD, and GARCH has no effect significantly for export in five countries
of ASEAN founders period 2003-2012.
Keywords:
Exchange Rate Volatility, Export, Gross Domestic Product, and Relative Price
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
1. Pendahuluan
Globalisasi dan liberalisasi yang sedang melanda telah membawa
perubahan dan kekhawatiran tersendiri bagi setiap negara. Aliran keluar
masuknya suatu produk, baik dalam bentuk barang, jasa, ataupun modal dengan
bebas dan dapat menembus batas negara menyebabkan arus perdagangan menjadi
sulit dibatasi. Di sisi lain liberalisasi dan globalisasi pada konsekuensinya akan
membawa pengaruh terhadap fundamental ekonomi masing-masing negara yang
terlibat. Dampaknya akan terlihat bahwa setiap negara akan bergantung satu sama
lain baik dari segi perdagangan internasional ataupun integrasi pasar keuangan
(Abel and Bernanke, 2004:468).
Faktor yang menjelaskan bahwa fundamental perekonomian akan
terganggu dari adanya perdagangan bebas diukur berdasarkan kestabilan ekonomi
makro suatu negara. Salah satu indikator dari ekonomi makro yang terhitung
sensitif terhadap ketidakstabilan ekonomi adalah nilai tukar mata uang. Karena
disebut sebagai indikator, nilai tukar mata uang mencerminkan kekuatan aktivitas
ekonomi sebagai dampak dari adanya perekonomian global. Ukuran yang
digunakan adalah apabila nilai mata uang suatu negara semakin stabil terhadap
mata uang negara lain, maka perekonomian negara tersebut terbilang kokoh. Naik
turunnya nilai tukar mata uang di pasar berupa apresiasi dan depresiasi
memperlihatkan besarnya fluktuasi yang terjadi pada mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain (Chou, 2000).
Kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geoekonomi mempunyai
nilai strategis, kondisi tersebut menyebabkan kawasan ini menjadi ajang
persaingan. Selain terjadi persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan
Timur, juga terjadi konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga
negara yaitu Laos, Kamboja, dan Vietnam. Situasi persaingan pengaruh ideologi
dan kekuatan militer yang menyeret negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam
konflik bersenjata membuat para pemimpin negara di kawasan sadar, bahwa
perlunya suatu kerjasama yang dapat meredam sikap saling curiga di antara
negara anggota. Untuk mewujudkan gagasan para pemimpin tersebut, beberapa
inisiatif telah dilakukan antara lain pembentukan Perhimpunan Bangsa-Bangsa
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Asia tenggara (Association of Southeast Asia-ASA), Malaysia-PhilippinaIndonesia (MAPHILINDO), Traktat Organisasi Asia Tenggara (South East Asia
Treaty Organization/Seato), dan Dewan Asia-Pasifik (Asia and Pacific
Council/ASPAC) (Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19, tahun 2010; hal 1-2).
Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand melakukan berbagai pertemuan konsultatif secara intens sehingga
disepakati suatu rancangan Deklarasi Bersama. Isi deklarasi tersebut mencakup
kesadaran perlunya peningkatan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara
baik dan membina kerjasama yang bermanfaat di antara negara di kawasan yang
terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Untuk menindak lanjuti deklarasi
tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1967, bertempat di Bangkok, Thailand, lima
Wakil Negara Pemerintahan negara Asia Tenggara berupa Menteri Luar Negeri
Indonesia – Adam Malik, Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan
dan Menteri Pembangunan Nasional Malaysia – Tun Abdul Razak, Menteri Luar
Negeri Filipina – Narciso Ramos, Menteri Luar Negeri Singapura – S.
Rajaratnam, dan Menteri Luar negeri Thailand – Thamat Khoman melakukan
pertemuan dan menandatangani Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok
(Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19, tahun 2010; hal 2). Deklarasi Bangkok
tersebut menandai berdirinya suatu organisasi kawasan yang diberi nama
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia tenggara (Association of Southeast Asian
Nations/ASEAN).
ASEAN sendiri mempunyai kesepakatan untuk mengembangkan kawasan
yang terintegrasi dengan membentuk komunitas. Harapan tersebut dituangkan
dalam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN di Kuala Lumpur pada tanggal 15 Desember 1997. Selanjutnya untuk
merealisasikan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada
KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 dan kemudian menyepakati adanya
pembentukan ASEAN Community. Kondisi tersebut memungkinkan bebasnya lalu
lintas barang, jasa, investasi, dan aliran modal. Selain itu juga diupayakan
kesejahteraan pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan serta
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
kesenjangan ekonomi pada tahun 2015 (Asean Selayang Pandang: Edisi ke 19,
tahun 2010; hal 25-26).
Berbagai penelitian mencoba melakukan analisis aspek fluktuasi nilai
tukar mata uang yang didasarkan pada fakta bahwa nilai tukar akan berpengaruh
pada kegiatan perdagangan internasional, neraca pembayaran (balance payment),
dan stabilitas perekonomian makro suatu negara. Seperti penelitian yang dilansir
oleh Chit, Myint Moe, et al (2010) yang berjudul “Exchange Rate Volatility and
Export: New Empirical Evidence from the Emerging East Asian Economies”
menunjukkan hasil bahwa fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatif signifikan
terhadap ekspor di negara China, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina
untuk perode tahun 1982-2006. McKenzie (1990), hasil penelitian memberikan
kesimpulan bahwa ketidakstabilan nilai tukar mata uang akan memberikan
pengaruh yang tidak sama pada tiap pasar di suatu negara. Franke (1991) dan
Sercu and Van Hulle (1992) yang mendemonstrasikan bahwa peningkatan
pergerakan nilai tukar dapat berbanding lurus dengan nilai ekspor, dengan kata
lain akan berdampak pada terdorongnya kegiatan ekspor. Penelitian selanjutnya
oleh De Grauwe (1994) yang memberikan hasil bahwa peningkatan fluktuasi nilai
tukar mata uang dapat meningkatkan volume perdagangan apabila negara tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan harga yang terjadi.
Beberapa peneliti telah banyak melakukan penelitian mengenai pengaruh
fluktuasi nilai tukar yang dipatok dengan dollar terhadap aktivitas perdagangan
internasional baik ekspor maupun impor. Teori terdahulu menyebutkan bahwa
ekspor sebelum adanya lindung nilai atas fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh
negatif, dan kebanyakan hal tersebut terjadi untuk negara-negara dengan ekonomi
yang belum maju (Clark, 1972; Either, 1973; Hooper and Kohlhage, 1978; Kawai
and Zilcha, 1986). Tetapi apabila negara dapat mengambil keuntungan dengan
kebijakan yang benar, adanya fluktuasi nilai tukar dapat memberikan keuntungan
di negara yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “apakah terdapat pengaruh dari fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor di
lima negara pendiri ASEAN periode 2003-2012?”. Periode waktu yang digunakan
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
dalam penelitian ini adalah 2003-2012, dalam periode waktu yang ditetapkan,
karena tahun 2003 ASEAN mengesahkan Bali Concord II pada KTT ASEAN ke9 di Bali dan kemudian menyepakati adanya pembentukan ASEAN Community.
Periode waktu sepuluh tahun digunakan dengan alasan untuk dapat lebih melihat
adanya pergerakan atau fluktuasi nilai tukar.
2. Tinjauan Teoritis
Pengertian nilai tukar (foreign exchange rate) menurut Cornelius Luca
dalam bukunya berjudul "Trading in the Global Currency Markets" adalah: "An
exchange rate is therefore the price of one currency in terms of another." (Luca,
1995:1).
Samuelson (1995:668) mendefinisikan kurs sebagai the price of one unit
foreign is currency in term of domestic currency is determined, and the price is
called the foreign exchange rates. Kurs (exchange rate) adalah harga satu mata
uang terhadap mata uang lainnya. Kurs dapat diekspresikan sebagai sejumlah
mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (direct
quote) atau sebaliknya, sejumlah mata uang asing yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang lokal (indirect quotes).
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi di atas bahwa nilai tukar
merupakan sejumlah uang dari mata uang negara tertentu yang bersifat bebas
untuk dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Sebagai contoh nilai
kurs Rp/USD sebesar 8.000, mengartikan bahwa untuk membeli satu USD
diperlukan Rp.8000 (Yulianti dan Prasetyo, 1988).
Nilai tukar digunakan sebagai alat untuk melakukan perdagangan
internasional, yang di dalam penelitian ini fokus kepada kegiatan ekspor. Kegiatan
ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam
negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor
merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu
(Triyoso, Bambang. 2004). Menurut Irham dan Yogi (2003), mendefinisikan
ekspor sebagai penjualan barang ke luar negeri untuk ekspor memperoleh devisa
yang akan digunakan bagi penyelenggaraan industri atau pembangunan di
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
negaranya, dengan asumsi ekspor yang terjadi haruslah dengan diversifikasi
ekspor sehingga apabila terjadi kerugian dalam satu macam barang akan dapat
diimbangi oleh keunggulan dari komoditi lainnya. Kegiatan ekspor dapat
menumbuhkan permintaan efektif dimana permintaan produk dalam negeri akan
semakin meningkat, dan mendorong industri dalam negeri untuk berinovasi dalam
rangka mendongkrak produktivitas.
Ekspor juga dapat membantu negara dalam menjalankan usaha
pembangunan melalui aktivitas promosi dan penguatan sektor ekonomi yang
mengandung keunggulan komparatif atau efisiensi. Secara garis besar ekspor
membantu negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang dimiliki
(Todaro dan Smith, 2004). Berhubungan dengan pendapatan, apabila pendapatan
eksportir meningkat maka akan mengakibatkan modal untuk produksi ekspor turut
meningkat, sehingga memungkinkan ekspor mengalami peningkatan.
Perubahan nilai tukar mata uang dapat berupa apresiasi ataupun apresiasi
dan membawa pengaruh tersendiri bagi aktivitas perdagangan internasional.
Berikut dibawah ini terdapat tabel 2.4 yang menggambarkan pengaruh dari
menguat atau terjadinya apresiasi nilai tukar rupiah terhadap ekspor di Indonesia,
dimana kurva penawaran ataupun permintaan dinyatakan dalam dollar:
Gambar 2.1 Pengaruh Apresiasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor
Indonesia
Sumber: Faisal, M. (2001). Manajemen Keuangan Internasional.
Apabila rupiah Indonesia mengalami apreasiasi, maka kurva penawaran akan
bergerak dari S ke S'. Kurva penawaran ataupun permintaan tidak akan berubah
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
ketika dinyatakan dalam rupiah Indonesia, tetapi kurva tersebut akan mengalami
pergeseran apabila dirubah menjadi dollar. Kurva penawaran yang bergeser ke
atas mengakibatkan kurva ekses penawaran bergeser ES menjadi ES’ dengan
asumsi kurva permintaan dan ekses permintaan berupa ED bersifat tetap. Apabila
Indonesia merupakan sebuah negara kecil, maka harga komoditas dalam dollar
akan berubah, dan ekspor Indonesia akan berkurang dari !! menjadi !! .
Perubahan
nilai
tukar
berpengaruh
nyata
kepada
harga
barang
yang
diperdagangkan. Suatu hal yang dapat disimpulkan ialah, terapresiasinya suatu
nilai tukar negara akan membuat harga komoditas ekspor menjadi mahal bagi
partner dagang mereka. Terapresiasinya mata uang akan mengarah kepada
rendahnya inflasi, karena barang yang diperdagangkan di dalam negeri mengalami
penurunan harga dan menguntungkan konsumen domestik.
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian murni berdasarkan fungsinya,
Sukmadinata (2012:12-13) turut menjelaskan dalam buku Metode Penelitian
Pendidikan bahwa penelitian murni disebut juga sebagai penelitian dasar atau
penelitian pokok dengan melakukan pengujian teori tanpa menghubungkan
hasilnya kepada kepentingan praktik. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini
merupakan penelitian eksplanasi dikarenakan penelitian ini memiliki hubungan
kausal yaitu sebab-akibat sesuai dengan penjelasan Sukmadinata (2012:12-13).
Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini merupakan penelitian
existing statistic yang merupakan bagian dari penelitian nonreactive (Sugiono,
2005).
3.2 Jenis Data
Populasi dalam penelitian ini adalah negara yang tergabung di dalam
kelompok ASEAN pada tahun 2003-2012. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel ditentukan dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dikatakan sebagai sampel. Melalui teknik
purposive sampling, maka sampel yang diambil adalah negara yang merupakan
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
anggota dan pendiri ASEAN dengan laporan statistik yang lengkap. Data yang
diambil berupa data international financial statistic dan diambil dari the world
bank ataupun http://finance.yahoo.com/. Peneliti melakukan seleksi terhadap data
yang dibutuhkan kemudian mengolah kembali mengingat periode yang
dibutuhkan dari tahun 2003-2012.
3.3 Model Penelitian
Untuk
mengukur
arus
perdagangan
internasional,
penelitian
ini
mengadaptasi model dari Cushman (1986) dalam Chit, Myint Moe, et al., (2010)
yang menggunakan gravity model. Gravity model dalam ekonomi internasional
sama halnya dengan gravity model di ilmu sosial yang memprediksi perdagangan
bilateral berdasarkan ukuran ekonomi berupa GDP (Gross Dmestic Product)
dengan jarak di antara kedua unit. Dengan demikian model dari penelitian ini
adalah sebagai berikut (Chit, Myint Moe, et al., 2010):
X
=
f(Y, Y*, RP, VOL, Dist)
dimana;
X
=
Nilai riil ekspor suatu negara;
Y
=
PDB negara pengekspor (Home Income);
Y*
=
PDB negara pengimpor (Foreign Income);
=
Relative price diantara negara yang melakukan aktivitas
RP
perdagangan;
VOL
=
Fluktuasi nilai tukar bilateral;
Dist
=
Jarak di antara kedua negara yang melakukan perdagangan.
Pengukuran fluktuasi nilai tukar dilakukan dengan menggunakan tiga pengukuran;
standard deviation (SD), Moving Average Standard Deviation (MASD), dan
General Autoregressive Conditional Heteroscedasity (GARCH). Sedangkan
untuk mengukur harga relatif menggunakan pengukuran berupa rasio dari
consumer price index (CPI) negara pengimpor terhadap wholesale price index
(WPI) negara pengekspor yang dikalikan dengan nilai tukar negara pengekspor
(Chit, Myint Moe., et al 2010):
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
!"#
!"!"# = !"#!" !!"#
!"
dimana !!"# menunjukkan haga atau nilai dari nilai tukar negara pengimpor (j)
terhadap nilai tukar negara pengekspor (i).
3.4 Hipotesis Penelitian
Meningkatnya fluktuasi nilai tukar akan semakin memberikan pengaruh
terhadap arus perdagangan internasional dan kemudian berpengaruh negatif
terhadap perekonomian. Apabila pergerakan nilai tukar tidak dapat ditangani
dengan baik, tingginya fluktuasi nilai tukar akan membuat beberapa aktivis
perdagangan cenderung menghindari risiko untuk menurunkan aktivitas
perdagangan internasional yang biasa dilakukan. Aktivitas perdagangan
internasional dalam penelitian ini dikhususkan pada kegiatan ekspor, dengan
melihat bagaimana pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor. Meskipun
sebagian besar fluktuasi nilai tukar berpengaruh negatif terhadap ekspor, tidak
semua penelitian memberikan hasil yang sama. Untuk mengukur variabel
dependen ekspor, variabel-variabel independen yang digunakan adalah produk
domestik bruto negara pengekspor atau home income, produk domestik bruto
negara pengimpor atau foreign income, harga relatif di antara negara yang
melakukan perdagangan, distance, serta fluktuasi nilai tukar di antara negara yang
melakukan perdagangan.
Berdasarkan penjelasan yang tertera di atas, penelitian ini memiliki
hipotesis:
H1
=
Home Income berpengaruh signifikan terhadap ekspor;
H2
=
Foreign Income berpengaruh signifikan terhadap ekspor;
H3
=
Relative Price berpengaruh signifikan terhadap ekspor;
H4
=
Fluktuasi nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap ekspor;
H5
=
Jarak berpengaruh signifikan terhadap ekspor.
Pengaruh dan signifikansi untuk nilai tukar terhadap ekspor sangat kuat.
Penemuan pengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar terhadap ekspor negara yang
melakukan perdagangan bilateral terbilang konsisten. Meskipun menggunakan
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
analisis yang berbeda, banyak yang memberikan hasil yang sama (e.g. BenassyQuere and Lahreche-Revil, 2003; Baak, 2004, Chit, 2008).
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif, dilanjutkan
dengan uji panel unit root Im, Pesaran, and Shin (2003) dan Hadri Lagrange
Multiplier (2000) untuk panel unit root test. Selanjutnya dilakukan pengujian
kointegrasi, pengujian kointegrasi dapat dilakukan dengan beberapa metode,
dalam penelitian ini uji kointegrasi membandingkan antara Augmented DickeyFuller (ADF) Test dan Phillips Perron (PP) Test. Pengujian data panel dilakukan
dengan cara meregresikan data panel menggunakan model fixed effect dan random
effect. Setelahnya, dilakukan uji Hausman untuk melihat model mana yang paling
baik sehingga dapat dijadikan sebagai kesimpulan.
4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Hasil Panel Unit Root Test
Variabel
Statistics
IPS Test
Level
Difference
Hadri LM Test
Level
Difference
Relative Price
P-Value
0.00654
0.0095
0.0001
0.5960
Relative Price
Statistics
0.4974
-2.34630
3.80694
-0.24308
Real Export
P-Value
0.1578
0.0031
0.0007
0.2797
Real Export
Statistics
1.00339
-2.73779
3.18356
0.58376
Foreign Income
P-Value
0.9659
0.0005
0.0000
0.7556
Foreign Income
Statistics
1.82422
-3.31857
4.40924
-0.69234
Home Income
P-Value
2.04072
0.0009
0.0000
0.6843
Home Income
Statistics
0.9794
-3.13269
11.9684
-0.47962
Volatility_SD
P-Value
0.1033
0.0000
0.0453
0.7595
Volatility SD
Statistics
-1.26282
-5.24674
1.69177
-0.70478
Volatility_MASD
P-Value
0.2121
0.0184
0.0000
0.7907
Volatility_MASD
Statistics
0.79933
-2.08757
5.99172
-0.80875
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Volatility_GARCH
P-Value
0.7308
0.0001
0.0309
0.7668
Volatility_GARCH
Statistics
0.61518
-3.75114
1.86802
-0.72826
Sumber: Olahan Peneliti (2015)
1. Pada pengujian level, variabel relative price memiliki p-value sebesar 0.00654
yang artinya dibawah dari 0.05. Data pada tingkat level tergolong stasioner
untuk variabel relative price. Variabel ekspor pada tingkat level memiliki hasil
p-value sebesar 0.1578, yang artinya di atas 5% dan data tidak bisa disebut
stasioner. Pada tingkat difference, variabel relative price memiliki p-value
sebesar 0.0095 yang artinya dibawah dari 0.05 dan data tergolong stasioner.
Variabel setelahnya menunjukkan nilai p<0.05 dapat dikatakan bahwa data
stasioner di tingkat difference.
2. Pada pengujian level, variabel relative price memiliki p-value sebesar 0.0001
yang artinya dibawah dari 0.05 sehingga data tidak stasioner. Ketika pengujian
dilakukan di tingkat difference, variabel relative price menunjukkan hasil
pengujian p-value sebesar 0.5960 yang mengindikasikan p>0.05, sehingga
menunjukkan bahwa data bersifat stasioner. Begitu pula untuk pengujian
variabel real export, foreign income, home income, dan volatility besarnya pvalue di atas 5% data bersifat stasioner di tingkat difference.
Pengujian untuk masing-masing variabel menggunakan IPS Test dan
Hadri LM Test membuktikan bahwa data sudah stasioner di tingkat yang sama
yaitu di tingkat difference. Dengan kata lain data sudah lulus uji untuk pengujian
berikutnya.
Tabel 4.2 Hasil Cointegration Test
Panel PP
Model
Panel ADF
Group PP
Group ADF
No
Intercept
No
Intercept
No
Intercept
No
Intercept
deter & trend deter &trend deter &trend deter &trend SD
0.059
0.000
0.303
0.002
0.000
0.000
0.000
0.000
MASD
0.001
0.000
0.001
0.714
0.015
0.000
0.000
0.160
GARCH
0.000
0.000
0.046
0.008
0.000
0.000
0.000
0.003
Sumber: Olahan Peneliti (2015)
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Berdasarkan pengujian PP baik panel maupun grup, model dari variabel
nilai tukar berupa SD, MASD, dan GARCH tergolong signifikan karena
memberikan hasil dibawah 5% dengan melihan intercept and trend.
Tabel 4.3 Pengujian Data Panel
Variabel
LN_Home
Income
LN_Foreign
Income
LN_Relative
Price
Volatility
SD
AIC
GARCH
FE
RE
FE
RE
FE
RE
1.198591
(0.0000)*
1.532487
(0.0000)*
1.205214
(0.0000)*
1.524386
(0.0000)*
1.189633
(0.0000)*
1.532083
(0.0000)*
-0.635316
(0.0160)*
-0.277672
(0.3277)
-0.605381
(0.0219)*
-0.284353
(0.2965)
-0.263148
(0.0375)*
-0.268519
(0.0000)*
-0.248821
(0.0579)
-0.265707
(0.0000)*
-0.261055
(0.0373)*
0.026131
(0.5689)
0.028856
(0.8447)
0.076500
(0.9132)
0.459473
(0.8341)
0.033084
(0.4655)
-
-0.000141
(0.0063)*
-
-0.000145
(0.0079)*
-
0.990539
0.908473
0.990465
0.908486
0.990587
-0.292302
(0.2850)
Dist
Adjusted !!
MASD
-2.613502
-2.605784
-0.637017
(0.0152)*
-0.268649
(0.0000)*
0.034759
(0.8120)
-0.000140
(0.0064)*
0.908515
-2.618641
Sumber: Olahan Peneliti (2015)
§
Variabel LN_HI (Home Income)
Dari hasil pengujian di atas, diketahui bahwa probabilitas variabel LN_HI
dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, ataupun GARCH berdasarkan
model terbaik random effect sebesar 0.0000. Nilai tersebut lebih kecil daripada
tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Pada pengujian ini juga
terlihat bahwa koefisien pada variabel LN_HI memiliki koefisien positif untuk
masing-masing pengujian SD, MASD, dan GARCH. Hasil pengujian ini
membuktikan bahwa variabel LN_HI berpengaruh positif signifikan terhadap
ekspor untuk masing-masing pengukuran SD, MASD, dan GARCH.
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Home Income menggambarkan seberapa besar tingkat kegiatan ekonomi
yang telah dicapai oleh suatu negara serta nilai output yang diproduksikan. Dalam
penelitian ini menggambarkan bahwa semakin tinggi home income dari masingmasing negara anggota pendiri ASEAN akan berbanding lurus dengan ekspor.
Berdasarkan data yang peneliti olah untuk home income masing-masing negara
pendiri ASEAN dan bersumber dari website world bank, home income berbanding
lurus dengan ekspor di tahun 2003-2012. Negara Indonesia untuk periode tahun
2003-2012 mengalami pertambahan rata-rata home income tertinggi sebesar
$18,899,672,591.14 yang dibarengi dengan pertambahan rata-rata ekspor
sebanyak
$8,810,686,827.19. Negara Malaysia untuk periode yang sama
mengalami pertambahan rata-rata home income sebesar
berbanding
lurus
dengan
pertambahan
rata-rata
$7,882,172,299.76
ekspor
sebanyak
$6,236,711,575.89. Filipina untuk periode yang sama dengan pertambahan ratarata home income sebesar $5,887,049,227.20 memiliki pertambahan rata-rata
ekspor sebanyak
$2,825,387,400.41. Singapura dan Thailand masing-masing
memiliki pertambahan rata-rata home income sebesar
$9,291,571,093.05 dan
$7,537,927,069.33, yang dibarengi dengan pertambahan rata-rata ekspor tertinggi
untuk Singapura sebanyak $22,689,791,405.97 serta $7,571,042,919.32 untuk
Thailand. Hal tersebut telah membuktikan bahwa peningkatan ekspor dipengaruhi
oleh home income secara positif. Dengan kata lain ketika home income
bertambah, pendapatan pribadi pihak eksportir juga ikut bertambah. Hal tersebut
tergolong wajar, karena semakin tinggi pendapatan eksportir maka semakin tinggi
pula kemampuan untuk ekspor. Sehingga pengusaha atau pihak eksportir akan
terus meningkatkan kegiatan ekspor.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mohammadi, T et al (2011)
menunjukkan bahwa peningkatan pada national income atau home income juga
meningkatkan aktivitas perekonomian di suatu negara baik impor ataupun ekspor.
Utami (2008) juga mengemukakan bahwa home income berpengaruh secara
signifikan dan mempunyai hubungan positif dengan ekspor. Hal tersebut
dikarenakan semakin besar pendapatan dalam negeri maka semakin besar pula
kemampuan suatu negara dalam melakukan perdagangan, yang berarti juga
berbanding lurus dengan kemampuan ekspor di negara tersebut. Penelitian yang
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
memberikan hasil hampir serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh
Bakhromov, Nodir (2011), penelitian tersebut memberikan bukti bahwa
peningkatan domestic income secara positif mempengaruhi permintaan impor. Hal
ini mengakibatkan kenaikan pendapatan dalam negeri akan diikuti dengan
kenaikan barang impor. Impor yang dimaksud adalah sebagian besar impor bahan
baku, sehingga semakin banyak bahan baku yang diimpor maka kemampuan
memproduksi barang ekspor juga akan semakin besar. Sebagai contoh adanya
industri di Indonesia yang masih bergantung terhadap bahan baku impor adalah
industri plastik. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Plastik Indonesia (2015)
mengatakan bahwa bahan baku plastik sekitar 65% berasal dari negara ASEAN
yaitu Thailand, Singapura, dan Malaysia. Tingginya kebutuhan produksi industri
plastik di Indonesia akan bahan baku mengharuskan industri melakukan impor
bahan baku. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya pendapatan
eksportir, eksportir di industri plastik akan semakin gencar untuk melakukan
ekspor. Pertambahan pendapatan eskportir tersebut di industri plastik menjadikan
pembelian bahan baku impor dapat bertambah. Dengan demikian pertambahan
home income untuk membeli bahan baku impor dapat mempengaruhi produksi
atau output yang nantinya akan di ekspor. Dengan kata lain, pertumbuhan home
income atau gross domestic product menunjukkan tren yang positif di setiap
tahunnya dari tahun 2003-2012 untuk negara-negara pendiri ASEAN.
§
Variabel LN_FI (Foreign Income)
Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa probabilitas variabel LN_FI
dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, ataupun GARCH berdasarkan
model terbaik random effect sebesar 0.0160, 0.0219, dan 0.0152. Nilai tersebut
lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Hasil
pengujian ini membuktikan bahwa variabel LN_FI berpengaruh negatif signifikan
terhadap ekspor untuk masing-masing pengukuran SD, MASD, dan GARCH.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Chit, Myint Moe et al (2010)
dimana foreign income berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap
ekspor. Dimana apabila terdapat kenaikan sebesar 1 pada pendapatan negara
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
pengimpor, akan menaikkan pula ekspor sebesar 1.013 dengan menggunakan
pengukuran SD di negara China, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kebanyakan penelitian yang
menyebutkan bahwa foreign income berpengaruh positif signifikan terhadap
ekspor. Sesuai dengan penelitian Sinha (1999) mengenai hubungan antara ekspor,
investasi, dan pertumbuhan ekonomi di sembilan negara ASEAN yang diukur
berdasarkan gross domestic product. Hasil penelitian Sinha (1999) menyebutkan
pengaruh dari adanya gross domestic product luar negeri, atau foreign income
terhadap ekspor memberikan hasil yang berbeda-beda di antara negara sampel.
Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa tidak selamanya ekspor
dipengaruhi secara positif oleh foreign income karena bergantung pada kondisi
suatu negara. Dalam penelitian ini, ditemukan apabila foreign income bertambah
maka akan menurunkan ekspor domestik.
Foreign income berpengaruh negatif terhadap ekspor di lima negara
pendiri ASEAN bisa terjadi karena beberapa faktor dan alasan. Faktor yang paling
utama ialah karena adanya kebijakan masing-masing lima negara pendiri ASEAN
terkait kegiatan ekspor dan impor. Sebagai contoh ASEAN merancang skema
CEPT (Common Effective Preferential Tariffs) (Deperindag, 2002:01) yang
berarti tarif yang dikenakan oleh setiap negara ASEAN terhadap barang impor
dari negara ASEAN lainnya harus dikurangi hingga tidak lebih dari 5 persen.
Grossman dan Helpman (1990:52) menunjukkan dalam penelitiannya bahwa pada
perekonomian terbuka, perdagangan internasional dapat meningkatkan rata-rata
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan
yang ingin dicapai dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN dalam skema
CEPT. Skema CEPT seharusnya menjadikan perdagangan di lima negara pendiri
ASEAN bebas untuk melakukan impor dengan adanya penurunan tarif. Menurut
Uni Sosial Demokrat (2014) tidak semua komoditas di lima negara pendiri
ASEAN mengalami penurunan tarif dari 0-5%. Masih ada produk yang tidak
mengalami penurunan tarif dengan alasan produk tergolong sensitif untuk
diperdagangkan secara bebas di ASEAN. Kebijakan perdagangan luar negeri yang
berlebihan tersebut malah akan menurunkan daya saing produk dalam negeri baik
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
di pasaran luar negeri ataupun dalam negeri. Di sisi lain semakin meningkatnya
foreign income, negara partner dagang yang mengalami pertambahan home
income akan semakin menambah ekspor di negaranya. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini sebelumnya pada variabel LN_HI yang berpengaruh positif
terhadap ekspor. Ketika home income suatu negara bertambah, maka negara
tersebut akan semakin gencar dalam melakukan ekspor.
§
Variabel LN_RP (Relative Price)
Dari hasil pengujian di atas diketahui bahwa probabilitas variabel LN_RP
dengan menggunakan pengukuran SD, MASD, dan GARCH model terbaik
random effect sebesar 0.0000. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel
LN_RP berpengaruh negatif signifikan terhadap ekspor untuk pengukuran SD,
MASD, dan GARCH. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Chit,
Myint Moe et al (2010) yang menyebutkan bahwa relative price akan
berpengaruh positif signifikan terhadap ekspor. Artinya dalam hasil dalam
penelitian Chit, Myint Moe et al (2010), apabila terdapat kenaikan pada relative
price sebesar 1 akan meningkatkan ekspor sebanyak 0.09.
Penelitian ini tampaknya serupa dengan penelitian Bakhromov, Nodir
(2011), yang menyebutkan bahwa apabila harga relatif barang ekspor jatuh, akan
menyebabkan barang domestik lebih menarik untuk dijual daripada barang luar
negeri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekspor akan mengalami
peningkatan. Penelitian ini juga serupa dengan penelitian Hayati (2010), dari hasil
regresi yang diketahui memiliki nilai β = -0.31 dalam taraf nyata 5% = 0.05.
Artinya setiap kenaikan 1 harga akan menurunkan -0.31 ekspor Indonesia ke
Amerika. Hal ini wajar karena semakin tinggi Relative Price di Indonesia
memiliki arti semakin mahal juga harga barang dan jasa yang ada di Indonesia
terhadap negara partner dagang. Semakin mahal harga barang dan jasa yang ada
di Indonesia terhadap negara partner dagang, dapat menyebabkan berkurangnya
permintaan terhadap ekspor atas barang dan jasa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hakim (2008) yang menunjukkan
adanya pengaruh negatif signifikan untuk persamaan ekspor Indonesia ke US,
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Thailand, dan Singapura. Harga relatif yang negatif menunjukkan kurang
kompetitifnya barang hasil produksi Indonesia, sehingga ekspor cenderung
menurun. Peningkatan 1% pada harga reatif, dalam penelitian Hakim (2008) akan
menurunkan ekspor Indonesia ke US, Thailand, dan Singapura sebesar 6.3501%,
0.7701%, dan 11.4200%. Hal tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar
komponen ekspor Indonesia relatif memiliki kesamaan atau dapat dikatakan
bahwa bahan baku yang dibutuhkan oleh industri partner dagang ada di Indonesia
begitu pula sebaliknya.
§
Variabel Volatility (Fluktuasi Nilai Tukar)
Probabilitas variabel Volatility dengan menggunakan pengukuran SD,
MASD, ataupun GARCH berdasarkan model terbaik random effect sebesar
0.5689, 0.8341, dan 0.8120. Nilai tersebut lebih besar daripada tingkat
signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan tingkat kepercayaan 95%, variabel volatility tidak berpengaruh
signifikan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Chit, Myint Moe et al
(2010) yang menyebutkan bahwa fluktuasi nilai tukar bepengaruh negatif
signifikan terhadap ekspor di negara China, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Filipina periode tahun 1982-2006. Namun penelitian ini serupa dengan penelitian
Rose (1991) dalam Nawatmi (2012) yang menggambarkan bahwa nilai tukar tidak
mempengaruhi neraca pendapatan di lima negara OECD pasca Era Bretton
Woods. Ellen dan Yellen (1989) tidak dapat menolak hipotesis bahwa nilai tukar
berpengaruh tidak signifikan secara statistik dalam menentukan arus perdagangan
bilateral antara Amerika Serikat dengan negara OECD lain dengan menggunakan
data kuartalan.
Dari segi data fluktuasi nilai tukar, masing-masing negara pendiri ASEAN
di periode 2003-2012 menunjukkan tren nilai tukar dengan fluktuasi yang sedikit
dan cenderung stabil. Berikut tabel yang memperlihatkan data mengenai rata-rata
fluktuasi nilai tukar yang tidak begitu fluktuatif di Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand dari tahun 2003-2012:
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Tabel 4.4 Rata-Rata Fluktuasi Nilai Tukar Lima Negara Pendiri ASEAN
2003-2012
TAHUN
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
IDR/USD
8333.334
8838.384
9652.812
9134.609
9185.469
9841.197
10381.38
9065.505
8136.127
9411.057
NEGARA (Nilai Tukar/USD)
MYR/USD
PHP/USD
SGD/USD
3.7994
54.33978
1.742392
3.779542
56.11455
1.686567
3.77475
54.95303
1.66525
3.65785
51.12348
1.582058
3.427608
45.85402
1.502342
3.336583
44.68902
1.410117
3.524033
47.71759
1.452208
3.208842
45.01557
1.359958
3.077192
40.08903
1.264333
3.08355
42.15509
1.245892
THB/USD
41.46773
40.33852
40.33109
37.72915
32.02093
33.18758
34.31412
31.65849
30.71586
31.06513
Sumber: Olahan Peneliti (2015) dengan data yang diambil dari http://finance.yahoo.com/
Penelitian ini juga memberikan hasil yang sama dengan penelitian
Nawatmi (2012), yang menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar tidak
berpengaruh signifikan secara statistik terhadap ekspor di Indonesia. Selain faktor
utama nilai tukar yang tidak begitu berfluktuasi di lima negara pendiri ASEAN
periode 2003-2012 bahkan cenderung terapresiasi, ekspor juga merupakan
kegiatan yang penting sebagai sumber pendapatan dan cadangan devisa negara.
Dengan demikian bergejolak atau tidaknya nilai tukar, ekspor akan cenderung
tetap dilakukan sebagai sumber pendapatan negara. Selain itu, sebagian besar
ekspor masih didominasi bahan baku yang didapat secara impor.
Nawatmi (2012) mengatakan bahwa bahan baku merupakan barang modal
yang menjadi suatu kebutuhan utama untuk ekspor, sehingga eskpor cenderung
tidak begitu sensitif terhadap nilai tukar. Menurut penelitian Calderon (2004)
dalam Bakhromov, Nodir (2011), fluktuasi nilai tukar pada 79 negara yang diteliti
di tahun 1974-2003 kurang berpengaruh terhadap perdagangan ketika negara
tersebut
menetapkan
kebijakan-kebijakan
tertentu
mengenai
aktivitas
perdagangan. Sama halnya yang telah peneliti jelaskan sebelumnya berdasarkan
Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, yang diakses
melalui http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA pada tanggal 25 Januari
2015 pukul 08.35 WIB, mengenai beberapa kebijakan protokol proteksi produk
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
dalam negeri. Faktor lain ditambahkan berdasarkan penelitian Roland-Holst and
Weiss (2004) yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara kinerja
ekspor di Asia terhadap fluktuasi nilai tukar. Roland-Hols and Weiss (2004)
dalam penelitiannya menganggap bahwa fluktuasi nilai tukar bukanlah satusatunya faktor untuk menilai ekspor. Ekspor juga bergantung kepada faktor lain
seperti majunya teknologi, spesialisasi, diversifikasi, dan minat konsumen
(Roland-Holst and Weiss, 2004).
§
Variabel Distance (Jarak di antara Negara yang Berdagang)
Probabilitas variabel Dist dengan menggunakan pengukuran SD, MASD,
dan GARCH model terbaik random effect sebesar 0.0063, 0.0079, dan 0.0064.
Nilai tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi yang telah ditentukan
sebesar 5%. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel Dist berpengaruh
negatif signifikan terhadap ekspor untuk pengukuran SD, MASD, dan GARCH.
Sesuai dengan teori gravity model dari perdagangan internasional (Chit,
Myint Moe et al., 2010) disebutkan bahwa jarak berhubungan negatif di antara
negara-negara yang melakukan perdagangan. Dengan kata lain, semakin dekat
jarak di antara negara yang berdagang akan memperbanyak jumlah ekspor.
Sebaliknya, semakin jauh jarak di antara dua negara berdagang, ekspor akan
semakin sedikit.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini memberikan hasil bahwa fluktuasi nilai tukar tidak
berpengaruh signifikan terhadap ekspor di lima negara pendiri ASEAN periode
2003-2012.
5.2
Saran
5.2.1
Untuk Pemangku Kepentingan
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil pada penelitian
ini beserta kesimpulannya dari segi sebagai warga negara Indonesia adalah
sebagai berikut:
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
-
Berdasarkan hasil penelitian, Pemerintah Indonesia harus senantiasa berupaya
meningkatkan daya saing produk domestik dan mengembangkan potensi
ekspor agar dapat terus tumbuh. Peningkatan pendapatan nasional ini menjadi
indikasi meningkatnya daya beli masyarakat di suatu negara sehingga
memberi peluang yang cukup baik bagi pelaku perdagangan di Indonensia
untuk meningkatkan kegiatan perdagangan internasional terutama yang
berorientasi ekspor.
-
Pemerintah perlu mengantisipasi munculnya fenomena negara yang menjadi
kekuatan ekonomi baru seperti China dan Thailand. Negara yang akan
menjadi kekuatan ekonomi baru semakin menunjukkan tingkat kompetitif
tinggi terhadap produk yang dihasilkan. Selain itu, negara dengan kekuatan
ekonomi baru cenderung memiliki angka gross domestic product yang
bertambah dari tahun ke tahun. Pertambahan gross domestic product tersebut
berbanding lurus dengan ekspor yang dilakukan.
-
Pada saat eksportir mencari pasar ekspor baru, maka carilah negara
berkembang dengan kondisi gross domestic product yang tidak begitu tinggi.
Karena berdasarkan penelitian ini ketika foreign income besar, maka ekspor
akan menurun begitu juga sebaliknya.
-
Berdasarkan hasil penelitian mengenai harga relatif, pemerintah serta eksportir
harus mampu menambahkan keunggulan kompetitif pada komoditas ekspor
sehingga harga relatif tidak bernilai negatif.
5.2.2
Untuk Penelitian Selanjutnya
Bagi
penelitian
selanjutnya,
dapat
dilakukan
penelitian
dengan
menggunakan pengukuran lain selain SD, MASD, dan GARCH untuk mengukur
fluktuasi nilai tukar seperti ARIMA (Box and Jenkins, 1976). Pengukuran
menggunakan ARIMA sangat baik untuk peramalan jangka pendek. Selain itu,
peneliti selanjutnya dapat mengubah periode penelitian menjadi lebih panjang.
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
:
Aghion, P. (2009). Exchange Rate Volatility and Productivity Growth: The Role
of Financial Development. Journal of Monetary Economics, 56, 494-513
Bakhromov, Nodir. (2011). The Exchange Rate Volatility and The Trade Balance:
Case of Uzbekistan. Journal of Applied Economics and Business
Research. JAEBR, 1(3): 149-161
Chit, Myint Moe., Rizov Marian. and Willenbockel Dirk. (2010). Exchange Rate
Volatility and Exports: New Empirical Evidence from the Emerging East
Asian Economies. The World Economy., Vol.33, Issue 2, pp.239–263.
Blackwell Publising Ltd Journal Compilation
De Vries, M. (1985). The International Monetary Fund 1972-1978: Cooperation
on Trial. International Monetary Fund
Doroodian, K. (1999). Does Exchange RateV olatility Deter International Trade
in Developing Countries?. Journal of Asian Economics, 10 (3), pp.65474
Drine, Imed., Rault, Christophe. (2006). Learning About the Long-Run
Determinants of Real Exchange Rates for Developing Countries: A Panel
Data Investigation. Panel Data Econometrics. Elsevier B.V. DOI:
10.1016/S0573-8555(06)74012-3
Flood, Robert P., et al (1989). Evolution of Exchange Rate Regimes. Staff Papers
(International Monetary Fund), Vol 36, No. 4, pp. 810-835
Garnaut, Ross. (1998). Exchange Rates in the East Asian Crisis. ASEAN
Economic Bulletin, Vol. 15, No.3, pp.328-337
Kandil, Magda. (2009). Exchange Rate Fluctuations and the Balance of
Payments: Channels of Interaction Developing and Developed
Countries. Journal of Economic Integratrion, Vol. 24, No. 1, pp. 151-174
Kimbrough, Kent P. (1995). Exchange Rate Regimes and the Real Exchange Rate.
Journal of Economic Integration. Vol. 10, No. 1, pp. 49-71
Kulkarni, Kishore G. (1985). Exchange Rates and International Macroeconomics.
Southern Economic Journal, Vol. 52, No. 1, pp. 298-299
Musa, Salihu., Sa’idu, Bello Malam. and Umaru, Aminu. (2013). An Empirical
Analysis of Exchange Rate Volatility on Export Trade In a Developing
Economy. Journal of Emerging Trends in Economics and Management
Sciences, Vol.4(1), pp.42-53. Scholarlink Research Institute Journals
Nawatmi, Sri. (2012). Volatilitas Nilai Tukar dan Perdagangan Internasional.
Dinamika Akuntasi, Keuangan, dan Perbankan. Hal: 41-56, ISSN: 19794878
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Singer, David Andrew. (2010). Migrant Remittances and Exchange Rate Regimes
in the Developing World. The American Political Science Review, Vol.
104, No. 2, pp. 307-323
Supriyanto. (2004). Perekonomian Indonesia Pasca Invasi Amerika Serikat ke
Irak. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Volume 1, Nomor 1, Februari
2004
Tang, Hsiao Chink. (2013). Exchange Rate Volatility and Intra-Asia Trade:
Evidence by Type of Goods. The World Economy, Vol.37, Issue 2,
pp.335-352. John Wiley & Sons Ltd
Buku :
Boediono. (1994). Ekonomi Internasional, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi
No. 03.
Yogyakarta, Indonesia. BPFE
Faisal, M. (2001). Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Salemba Empat
Krugman, P. (1989). Exchange Rate Instability. Cambridge: The Massachusetts
Institute of Technology Press
Mankiw, N. Gregory. (2007). Macroeconomics 6!! Edition. New York and
Basingstoke: Worth Publishers
Nachrowi, Nachrowi D., Usman, Hardius. (2006). Pendekatan Populer dan
Praktis:
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
Rachbini, Didik J. (2001). Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Saragih, Ferdinand D., Nugroho, Bernardus Yuliarto. (2014). Dasar-Dasar
Keuangan Internasional. Jakarta: Rajawali Pers
Shapiro, Alan C. (2003). Multinational Financial Management Seventh Edition.
United States of
America: John Willey & Sons Inc
Website
:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2023-1e.pdf
http://www.bappenas.go.id/files/5313/8078/7636/Laporan_Triwulan_I_Tahun_20
13_Deputi_Ekonomi_Bappenas.pdf
http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
http://www.kemlu.go.id/Documents/ASP%202010.pdf
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Fluktuasi nilai tukar dan ekspor ..., Angestika Wilandari, FISIP UI, 2014
Download