14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pemasaran a. Definisi Pemasaran Pemasaran merupakan suatu elemen yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya pemasaran yang baik perusahaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa “Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”. Kotler dan Amstrong (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut: Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Mursid (2006) menyatakan bahwa “Pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen”. Atau 15 dapat dikatakan pula pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. b. Manajemen Pemasaran Menurut Sunyoto (2012) manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran (target buyers) dengan maksud untuk mencapai tujuantujuan organisasiaonal. Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan program-program yang menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Manajemen pemasaran menurut Ketler dan Keller (2007) adalah sebagai suatu seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. c. Konsep Pemasaran Pemasaran adalah sebuah fungsi manajemen penting yang diperlukan guna menciptakan permintaan produk yang dijual. Konsep utama dari pemasaran adalah pertukaran nilai antara dua kelompok pembeli dan penjual. Fungsi utamanya adalah : 16 1) Memahami segala kebutuhan dan keinginan dari seluruh konsumen yang ada sekarang ini. 2) Memilih dan mengembangkan produk yang dapat memuaskan seluruh konsumen dalam lingkup atau batasan sumber daya yang dimiliki. 3) Mengembangkan sebuah program untuk memberitahukan kepada seluruh konsumen tentang manfaat dari produk yang dijual. 4) Memastikan bahwa produk yang dijual dapat menjangkau seluruh konsumen. Pertukaran merupakan inti dari pemasaran. Pertukaran adalah salah satu dari tiga cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan seseorang, yaitu : 1) Memproduksi sendiri (self production) 2) Dengan paksaan (corsion) 3) Jual beli atau pertukaran (exchange) Jual beli adalah tindakan untuk memperoleh sebuah produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Syarat-syarat jual beli atau pertukaran yaitu: 1) Terdapat dua atau lebih individu atau perusahaan. 2) Setiap pihak harus siap menerima atau berkeinginan untuk mendapatkan kepuasan. 3) Setiap pihak mempunyai nilai dalam pertukaran itu dan setiap pihak percaya bahwa transaksi yang mereka lakukan itu menguntungkan. 4) Setiap pihak mampu berkomunikasi dengan masing-masing pihak. 17 d. Bauran Pemasaran Dalam teori pemasaran, dikenal adanya bauran pemasaran (Marketing mix). Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variable yang merupakan inti dari pemasaran perusahaan atau organisasi yang biasa disebut 4P yaitu : Produk (Product), Harga (Price), Saluran Distribusi (Place), Promosi (Promotion). Menurut Assauri (2009) Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Sebuah perusahaan harus dapat mengkombinasikan variable bauran pemasaran, selain memiliki kombinasi yang terbaik dari keempat elemen bauran pemasaran itu. Perusahaan harus mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan apabila kegiatan-kegiatan pemasaran itu dilakukan secara efektif. 1) Produk Produk tidak hanya diartikan sebagai suatu yang berbentuk barang nyata. Tetapi produk sebagai segala sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan tertentu. Kotler dan Keller (2009) menyatakan produk adalah suatu sifat yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. 18 Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat melalui atribut produk yaitu unsur – unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian meliputi (merek, kemasan, jaminan, pelayanan dll). (Tjiptono F, 2008). 2) Harga Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa harga yaitu jumlah yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa. Lebih luas lagi harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Menurut Colin (2006) harga adalah jumlah rupiah yang bisa dibayar oleh pasar. Dari sudut pandang pemasaran merupakan satuan moneter atau ukuran lainya (barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. Tjiptono (2008) harga (price) adalah jumlah uang yang dibebankan atau dikenakan atas sebuah produk atau jasa. Dengan kata lain harga merupakan sebuah nilai yang harus ditukarkan dengan produk yang dikehendaki konsumen. 3) Saluran Distribusi Produk yang dihasilkan oleh perusahaan memerlukan strategi dan penyaluran yang tepat. Produk yang didistribusikan itu memerlukan tempat yang 19 cocok dengan karakteristik produk tersebut. Baik tempat untuk menjual maupun tempat untuk menyimpan produk tersebut. Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Menurut Saladin (2006) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi. 4) Promosi Promosi dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk komunikasi pemasaran, komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tjiptono (2008) promosi adalah segala bentuk aktivitas yang mengiringi operasi penjualan untuk meningkatkan kemungkinan suatu penjualan. Menurut Basu (2008) Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. 20 2. Kualitas Produk a. Definisi Kualitas Produk Produk didefinisikan sebagai apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk yang di tawarkan dapat meliputi barang fisik, jasa, tempat, ataupun ide. Jadi produk bias berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas “Sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Menurut Sudaryono (2014) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan, dalam arti luas, produk mencakup apa saja yang bisa dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa manusia, tempat, organisasi, dan ide atau gagasan. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, merek, lebel, pelayanan, dan jaminan (Tjiptono, 2007). Menurut Kotler, philip dan Amstrong (2012) Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, 21 keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk merupakan peluang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka produk didefinisikan sebagai kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi pelanggan. Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasaran yang 22 tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan berisiko yaitu tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. b. Dimensi Kualitas Produk Menurut Kotler (2007), dimensi kualitas produk meliputi: 1) Kinerja (performance) Dimensi ini menunjukkan tingkat operasi produk atau kegunaan dasar dari suatu produk. Dalam implementasinya, kinerja diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat dasar dari produk yang dikonsumsinya misalnya kemudahan, dan kenyamanan dalam berbisnis dan sebagainya. 2) Keistimewaan tambahan (features) Yaitu sifat yang menunjang fungsi dasar produk , misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti, AC, sound system dan sebagainya. 3) Keandalan (reliability) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. Dalam implementasinya, keandalan diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keandalan produk yang dinyatakan dengan waktu garansi atau jaminan produk tidak rusak sebelum masa kadaluwarsa ditetapkan misalnya ruko yang tidak sering bocor/kerusakan yang lainnya. 4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya, standar keamanan terpenuhi, seperti ukuran sumuran pondasi untuk ruko tentunya harus lebih besar dari pada sumuran pondasi rumah. 23 5) Daya tahan (durability) Ketahanan mencerminkan suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan ruko, struktur pembesian ruko yang kuat. 6) Estetika (asthethic) Keindahan menunjukkan bagaimana penampilan atau daya tarik produk terhadap pembeli. Misalnya bentuk fisik ruko yang menarik, model atau desain yang artistic, warna, dan sebagainya. Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Menurut garvin (2001) untuk menentukan dimensi kualitas produk, dapat melalui 8 (delapan) dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini: 1) Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut. 2) Features, yaitu aspek performasi yang beguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan produk dan pengembangannya. 3) Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan. 24 4) Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. 5) Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang. 6) Servicability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang. 7) Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual. 8) Fit and finish, sifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas. Menurut Martinich (2008), ada enam spesifikasi dari dimensi kualitas produk barang yang relevan dengan pelanggan: 1) Performance (Hal terpenting bagi pelanggan yaitu apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan dengan cara yang benar). 2) Range and type of feature (Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan, pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan/keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan). 3) Reliability and durability (Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan beberapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan). 25 4) Maintainability and Serviceability (Kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti). 5) Sensory Characteristic (Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan beberapa faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas). 6) Ethical Profile and Image (Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan). Dimensi kualitas produk menurut Mullins, dkk dalam Zaini (2013), apabila perusahan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari: 1) Kinerja (performance), karakteristik operasi suatu produk utama, seperti kemudahan dan kenyamanan. 2) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. Dimensi ini mencakup umur ekonomis. 3) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformence to specification), yaitu sejauh mana karakteristik oprasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukanya cacat pada produk. 4) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), yaitu karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. 26 5) Reabilitas (reliability), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat di andalkan. 6) Estetika (estethic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indra, misalkan model atau desain yang artistik, warna dan sebagainya. 7) Kesan kualitas (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. 3. Citra Merek a. Definisi Merek Menurut Surachman, (2008) merek merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemasaran karena kegiatan memperkenalkan dan menawarkan produk dan jasa tidak terlepas dari merek yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa merek tidak berdiri sendiri. Merek harus sesuai dengan komponen proses pemasaran lainya. Selain itu, pengertian merek bukan sekedar sesuatu yag dapat menampilkan nilai fungsionalnya, melainkan juga dapat memberikan nilai tertentu dalam lubuk hati atau benak konsumen. Merek sendiri pada dasarnya digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu. (Tjiptono, 2008): 1) Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. 2) Alat promosi, sebagai daya tarik produk. 3) Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen. 27 4) Untuk mengendalikan pasar. Merek memiliki peranan yang penting dalam pemasaran. Ada perbedaan yang cukup besar antara produk dan merek. Produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan pabrik dan mudah ditiru, sedangkan merek merupakan sesuatu yang dibeli konsumen dan selalu memiliki keunikan yang sulit untuk ditiru (Tjiptono, 2008). Menurut Keller (2008) merek merupakan lebih dari sekedar produk, karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain yang sejenis. Diferensiasi tersebut harus rasional dan terlihat secara nyata dengan performa suatu produk dari sebuah merek atau lebih simbolis, emosional, dan tidak kasat mata yang memiliki sebuah merek. b. Definisi Citra Merek Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen (consumer-based brand knowledge) adalah citra dari sebuah merek. Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan. Jenis asosiasi merek meliputi atribut, manfaat dan sikap. Atribut terdiri dari atribut yang berhubungan dengan produk misalnya desain, warna, ukuran dan atribut yang tidak berhubungan dengan produk, misalnya harga, pemakai dan citra penggunaan. 28 Menurut Tjiptono, (2011) citra merek (brand image) atau (brand description) yakni deskrispi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sejumlah teknik kuantitatif dan kualitatif telah dikembangkan untuk membantu mengungkap presepsi dan asosiasi konsumen terhadap sebuah merek tertentu, diantaranya multidimensional scaling, projection techniques, dan sebagainya. Citra merek kadang-kadang dapat berubah, ketika dibutuhkan suatu perubahan citra merek maka model peran yang harus ditemukan sebagai bagian dari identifikasi merek, model peran tersebut setidaknya dapat mewakili elemen identitas inti sebuah merek (Surachman, 2008). Citra merek (brand image) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image. Citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen (Kotler, 2009). c. Manfaat Citra Merek Citra merek sangatlah berperan dalam hal meraih pasar, merek yang sukses pasti mempunyai citra merek yang baik. Berikut adalah beberapa manfaat dari citra merek (brand image): 1) Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. 2) Lebih mudah mendapatkan loyalitas pelanggan. 29 3) Membuka peluang untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi. 4) Peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan diferensiasi produk. 5) Menjadi ciri tertentu yang membedakan produk anda dengan produk milik pesaing. 6) Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari strategi pemasaran. 7) Citra merek juga dapat membantu memperbaharui penjualan suatu merek. 8) Citra merek dapat dibuat sebagai suatu tujuan (goals) didalam strategi pemasaran. d. Dimensi Citra Merek Berdasarkan dari definisi Kotler, (2009) diatas citra merek adalah hal yang paling penting dalam produk karna dengan adanya citra merek yang baik dan kuat membuat konsumen dapat dengan mudah untuk memutuskan pembelian terhadap produk tersebut, ada enam tingkatan yang dimiliki Merek yg mempunyai pesona emosional dan kualitas produk yang tinggi yaitu : 1) Atribut, ada sesuatu yang melekat pada produk mereka misalnya barang mahal, mutu bagus, tahan lama, dsb. 2) Manfaat, kata atribut dapat diartikan manfaat fungsional dan emosional. Istilah tahan lama dapat dikatakan sebagai manfaat fungsional, sedangkan barang mahal dapat diartikan sebagai manfaat emosional. Biar mahal tapi produk itu sangat menguntungkan. 3) Nilai, barang mahal mempunyai nilai tinggi bagi pengguna, karena menaikkan gengsi atau prestise, kenyamanan dan keselamatan. 30 4) Kebudayaan, ini masalah budaya, yang terkesan, terkenal, efisien, selalu memberi barang berkualitas. 5) Kepribadian, memperlihatkan atau memberi kesan kepribadian tertentu, misalnya: membeli mobil mercedez atau arloji rolex menimbulkan kesan tersendiri bagi pemakai. 6) Pengguna, memberi kesan bahwa mayoritas pemakai produk tersebut adalah orang dari kelas sosial tertentu. Menurut Hamel dan Prahalad (2011) yang mengemukakan bahwa terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek, agar merek terbentuk dengan baik dan nantinya memberikan citra yang baik, yaitu: 1) Recognition Yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal, maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. 2) Reputation Yaitu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih terbukti memiliki track record yang baik. 3) Affinity Yaitu suatu emosional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumenya, sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan 31 lebih mudah dijual dan sebuah produk dengan persepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik. 4) Loyalty Yaitu menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen yang menggunakan merek bersangkutan. 4. Persepsi Harga a. Definisi Persepsi Harga Menurut Sunyoto (2015) persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka. Satu pendekatan untuk memahami persepsi harga adalah pemrosesan informasi yang selama ini dipromosikan oleh Jacoby dan Olson. Harga merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan perusahaan untuk memenangkan persaingan di pasar, maka dari itu suatu perusahaan harus dapat menetapkan harga dengan baik dan tepat supaya dapat bersaing dan memenangkan persaingan di pasar. Menurut Ferdinand (2006), harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan. Alasan ekonomis akan menunjukkan harga yang rendah atau harga terlalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga justru 32 merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai instrument kompetisi yang menentukan. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (Munir ,2005). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Menurut Bachriansyah (2010) perceived price yaitu sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian masa lampau. Sementara itu menurut Bachriansyah (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga dan status sosial merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan perasaan konsumen setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya. 33 Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang negatif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanan (Swasta dan Irawan, 2005). Menurut Tjiptono (2008) harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu: 1) Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, dengan adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. 2) Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. 34 Menurut Kotler (2005) strategi menyesuaikan harga dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu : 1) Penetapan harga geografis Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan untuk memutuskan bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk pelanggan yang berbeda di lokasi dan negara yang berbeda. 2) Diskon atau potongan harga Perusahaan umumnya akan menyesuaikan daftar harga dan memberikan diskon dan potongan harga (discounts and allowances) untuk pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian di luar musim. 3) Penetapan diskriminasi harga (price discrimination) terjadi apabila suatu perusahaan menjual produk atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional. 4) Penetapan harga bauran produk Penetapan harga ini terjadi apabila produk tersebut adalah bagian dari bauran produk. Perusahaan mencari beberapa harga yang dapat memaksimalkan laba dari seluruh bauran itu. 5) Penetapan harga promosi Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga sementara untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di bawah biayanya. Basu, dkk (2008) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : 35 1) Keadaan Perekonomian, Di mana keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. 2) Hukum permintaan dan penawaran, Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. 3) Elastisitas permintaan, Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. 4) Persaingan, Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. 5) Biaya, Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. 6) Tujuan perusahaan yang hendak dicapai adalah : a) Laba maksimum b) Volume penjualan tertentu c) Penguasaan pasar d) Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu 6) Pengawasan pemerintah, Pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut : penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli. 36 b. Dimensi Persepsi Harga Menurut Ferdinand (2006) persepsi harga dibentuk oleh 2 (dua) dimensi utama yaitu : 1) Persepsi kualitas (Perceived Quality) Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat harnya harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap nama merek, nama toko, garansi yang diberikan (after sale services) dan negara yang menghasilkan produk tersebut. a) Persepsi Nama Merek Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu produk. Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap sebuah produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen. b) Persepsi Nama Toko Dealer Reputasi nama toko/dealer akan menciptakan persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas maupun harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas pelayanan yang diterima konsumen akan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap reputasi toko/dealer tersebut. c) Persepsi Garansi Produk yang menawarkan garansi bagi para konsumennya sering diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi. Konsumen akan 37 merasa lebih tenang dalam menggunakan produk tersebut, karena pihak perusahaan menjamin kualitasnya. d) Persepsi Negara yang Menghasilkan Produk Kualitas sebuah produk sering dikaitkan dengan negara pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung memiliki persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari negara mana produk tersebut berasal. 2) Persepsi biaya yang dikeluarkan (Perceived Monetary Sacrifice) Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal ini terdapat 3 (tiga) kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap biaya yang dikeluarkan, yaitu : a) Persepsi terhadap Pajak Konsumen memiliki penilaian yang berbeda terhadap biaya pajak yang harus dibayarkan. Untuk 2 (dua) produk yang berbeda konsumen memiliki penilaian yang berbeda meskipun biaya atau harga yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut nilainya sama. b) Persepsi terhadap Kewajaran Harga Terdapat 2 (dua) tipe transaksi yang dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap wajar atau tidaknya harga suatu produk, yaitu : 38 - Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila penjual menaikkan harga produk untuk memperoleh keuntungan dari permintaan yang terus meningkat, penjual menaikkan harga produk karena alasan kelangkaan barang, penjual menaikkan harga produk untuk menutupi biaya produksi yang meningkat. - Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila pada saat transaksi terjadi, ada pembeli lain yang dapat memperoleh harga yang lebih rendah dan kualitas produk yang lebih baik, sedangkan dia sendiri tidak. c) Efek Ekuitas Merek Efek diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap tanggapan pelanggan atas jasa produk tersebut”. Ekuitas merek yang sudah kuat sering dipersepsikan dengan harga yang premium. Konsumen akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk memperoleh produk yang berkualitas dan memiliki brand image yang lebih superior. 5. Perilaku Konsumen a. Definisi Perilaku Konsumen Perilaku Konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008) perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. 39 Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Swastha, (2011) Ada 2 aspek penting dari arti perilaku konsumen, diantaranya: 1) Proses pengambilan keputusan. 2) Kegiatan fisik yang kesemuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa ekonomis. Mempelajari perilaku konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan dan elemen bauran pemasaran lainnya. Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah rangsangan tanggapan. Rangsangan pemasaran dan lingkungan mulai memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian pembeli (Lembang, 2010). Menurut Sunyoto (2012) perilaku konsumen (customer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk 40 didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2008) prilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal : 1) Faktor eksternal Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku konsumen antara lain : a) Kebudayaan Mempelajari prilaku konsumen adalah mempelajari prilaku manusia, sehingga prilaku konsumen juga di tentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu sesuai dengan ke majuan dan perkembangan zaman dan masyarakat itu. Bentuk kebudayaan khusus lainya adalah serikat-serikat keagamaan, persaudaraan, kebangsaan dan lain-lain, yang memberikan identifikasi pada orang orang yang menjadi anggotanya. Kebudayaan khusus ini memainkan peran penting dalam pembentukan sikap konsumen dan merupakan petunjuk penting mengenai nilai-nilai yang akan di anut oleh konsumen. Pengidentifikasi penting bagi strategi pemasaran. Termasuk di dalam segmentasinya, perkembangan produk baru, promosi dan kegiatankegiatan distribusi. 41 b) Kelas Sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relative homogen yang bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara hierarkhi dan yang keanggotaanya mempunyai nilai minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial mempunyai beberapa karakteristik antara lain: 1) Orang-orang dalam kelas sosial cenderung mempunyai prilaku yang serupa di banding orang-orang yang berasal dari kelas sosial yang berbeda. 2) Seseorang di pandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai dengan kelas sosialnya. 3) Kelas sosial sosial seseorang di nyatakan dengan beberapa variabel seperti jabatan, pendapatan, kekayaan, pendidikan, dan orientasi terhadap nilai dari pada hanya berdasarkan sebuah variabel. Dengan memahami prilaku konsumen masing-masing kelas sosial maka perusahaan dapat menyelenggarakan dan melaksanakan program-program pemasaran yang efektif dan efisien. c) Keluarga Keluarga di gunakan untuk mengambarkan berbagai macam bentuk rumah tangga. macam-macam bentuk keluarga tersebut adalah: 1) Keluarga Inti (Nuclear family) Merupakan lingkup keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan anak-anaknya. 2) Keluarga Besar (Extended Family) 42 Yaitu keluarga inti di tambah dengan orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut seperti kakak, paman, bibi dan menantu. Setiap anggota keluarga memiliki keinginan yang berbeda. Kelompok Refrensi dan Kelompok Sosial. 2) Faktor internal Faktor-faktor lingkungan internal yang mempengaruhi prilaku konsumen adalah : Motivasi Menurut Sardiman (2007), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. 6. Keputusan Pembelian a. Definisi Keputusan Pembelian Menurut Alma, (2011) keputuasan pembelian merupakan suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, physical evidence, people dan process, sehingga membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah segala informasi dan 43 mengambil kesimpulan berupa response yang muncul produk apa yang akan dibeli. Menurut Kotler (2009) keputusan pembelian konsumen merupakan keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. sedangkan menurut Tjiptono (2011) keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) Keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan. Dalam model keputusan ada empat pandangan mengenai pengambilan keputusan konsumen : 1) Pandangan Ekonomi Dalam bidang ekonomi teoritis, yang menggambarkan dunia persaingan sempurna, konsumen sering diberi ciri sebagai pengambilan keputusan yang rasional. Model ini, yang disebut teori manusia ekonomi, telah dikeritik oleh para peneliti konsumen karena beberapa alasan. Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, seorang konsumen harus: a) Mengetahui semua alternatif produk yang tersedia b) Mampu memeringkat setiap alternatif secara tepat dari sudut keuntungan dan kerugiannya 44 c) Mampu mengenali suatu alternatif yang terbaik. Tetapi, kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang cukup akurat ataupun tingkat keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk membuat apa yang dinamakan keputusan yang “Sempurna”. 2) Pandangan Pasif Yang sangat berlawanan dengan pandangan ekonomi yang rasional mengenai konsumen adalah pandangan pasif yang meggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan meleyani-diri dan usaha promosi para pemasar. 3) Pandangan Kognitif Pandangan kognitif menggambarkan konsumen sebagai pemecah masalah dengan cara berpikir. Dalam kerangka ini, konsumen sering digambarkan sebagai mau menerima maupun dengan aktif mencari produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka dan memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif memfokuskan kepada proses konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merek dan saluran ritel yang dipilih. 4) Pandangan Emosional Walaupun sudah lama menyadari adanya model pengambilan keputusan yang emosional atau implusif (menurutkan desakan hati), para pemasar sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun model pasif. Tetapi, kenyataannya setiap kita mungkin menghubungkan persaan yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran, rasa sayang, harapan, 45 seksualitas, fantasi, dan bahkan sedikit “keajaiban” dengan berbagai pembelian atau kepemilikan tertentu. b. Dimensi Keputusan Pembelian Dalam Kotler (2009) Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan, dan perilaku pasca pembelian. Menurut Kotler (2009), langkah-langkah dalam proses pembelian ini adalah: 1) Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Jika kebutuhan diketahui maka konsumen akan serta memahami kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi, pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan (Kotler, 2009). 2) Pencarian Informasi Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini. 46 Menurut Kotler (2009), sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok, yaitu: a. Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, pengemasan. c. Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen. d. Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk. 3) Penilaian Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Kotler (2009), evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan (believe) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Yang tak kalah pentingnya dengan keyakinan adalah sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. 4) Keputusan Pembelian Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu 47 pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar - benar membeli produk. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pemgambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Kotler dan Keller (2009), menjelaskan bahwa “Keputusan pembelian konsumen meliputi enam Sub-keputusan yaitu keputusan memilih produk, memilih merek, tempat pembelian, kuantitas, waktu dan metode pembayaran”. Kadang-kadang dalam pengambilan keputusan akhir ini ada pihak lain yang memberi pengaruh terakhir, yang harus dipertimbangkan kembali, sehingga dapat merubah seketika keputusan semula. 5) Perilaku Setelah Membeli Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya. Kotler (2009), menyatakan konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen 48 tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi. Pengenalan masalah Pencarian masalah Pengenalan alternatif Keputusan pembelian Gambar 2.1 Tahap Proses Keputusan Pembelian Perilaku pasca pembelian Sumber: Kotler, (2009). 7. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO 1 Peneliti/Tahun Nela Evelina, Handoyo DW, Sari Listyorini 2012 Judul Penelitian Pengaruh Citra Merek, Kulitas Produk, Harga, dan Promosi terhadap keputusan pembelian kartu perdana TELKOMFLEXI Variabel Variabel Dependen : 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Citra Merek 2. Kualitas Produk 3. Harga 4. Promosi Hasil Penelitian 1. Citra Merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian kartu perdana Telkomflexi 2. Kualitas Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian kartu perdana Telkomflexi 49 3. Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian kartu perdana Telkomflexi 4. Promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian kartu perdana Telkomflexi 2 Bella Gusniar (2014) Pengaruh Citra Merek, Harga dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian produk Hand and Body Lotion merek CITRA Variabel Dependen : 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Citra Merek 2. Harga 3. Kualitas Produk 1. Ada pengaruh positif dan tidak signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian produk hand and body lotion citra 2. Ada pengaruh positif dan signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian produk hand and body lotion citra 3. Ada pengaruh positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian 50 produk hand and body lotion citra 3 Hendra Noky Andrianto, Idris 2013 4 Nurlisa, Fivi Rahmatus Sofiyah 2014 Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Harga dan Promosi terhadap keputusan pembelian mobil jenis MPV merek TOYOTA KIJANG INNOVA di Semarang Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian kecap manis merek BANGO Variabel Dependen : 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Kualitas Produk 2. Harga 3. Iklan Variabel Dependen : 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Harga 2. Kualitas Produk 3. Citra Merek 5 Dimas Aditya Pradana, Radityo Putro Handrito 2014 Pengaruh Iklan, Persepsi Harga, Citra Merek dan Kepercayaan Merek terhadap Keputusan Pembelian smartphone Variabel Dependen : 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Iklan Bahwa kualitas produk, harga dan iklan berpengaruh positif dan signifikan secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha. Secara serentak variable Harga, Kualitas Produk, dan Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Pengaruh iklan, persepsi harga, citra merek, dan kepercayaan merek secara simultan, parsial, dan dominan mempengaruhi 51 6 Sari 2013 Android SONY Xperia 2. Persepsi Harga 3. Citra Merek 4. Kepercaya an Merek keputusan pembelian. Pengaruh Kualitas Produk, Persepsi Harga, dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian Merek Levis di Kota Padang Variabel Dependen : Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa kualitas produk berpengaruh negatif dan tidak signifikan,persep si harga berpengaruh positif dan tidak signifikan, dan untuk gaya hidup berpengaruh positif dan tidak signifikan. 1. Keputusan Pembelian Variabel Independen : 1. Kualitas Produk 2. Persepsi Harga 3. Gaya Hidup 7 Novarida Aristyowati, Maria Magdalena Minarsih, Aziz Fathoni 2015 Effect of Quality Products, Brand Image and Price towards Purchase Decision (Studies in Buyer OBH Combi in Pharmacies in Semarang) Variabel Dependen : 1. Purchase Decision Variabel Independen : 1. Quality Products 2. Brand Image 3. Price (1) there is a positive and significant influence between the quality of products on purchase decisions, (2) there is a positive and significant effect of brand image on purchase decisions, (3) there is a positive and 52 significant effect of price on purchase decisions. Variation from product quality, product image and price in light of the decision of purchasing the remaining 40.2 59.8 amounted described other factors not examined. B. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Kualitas produk adalah hal utama yang harus diperhatikan dalam hal pembuatan produk, kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi : daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya Kotler dan Amstrong dalam Rezki (2014). Hal ini merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan karna kualitas produk menentukan suatu keputusan konsumen dalam hal membeli suatu barang, semakin baik kualitas yang diberikan oleh produk tersebut semakin yakin konsumen untuk membeli produk tersebut. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda-beda telah membuktikan bahwa kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian seperti yang diungkapkan oleh Gusniar (2014) 53 menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Begitu juga dengan Evelina (2012) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh antara kualitas produk terhadap keputusan pembelian kartu perdana Telkomflexi. H1 = Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian produk Smartphone BlackBerry. 2. Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Citra merek adalah suatu persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen (Kotler, 2009), hal ini menggambarkan bahwa pentingnya membangun sebuah citra merek yang baik untuk mendapatkan keputusan konsumen dalam hal membeli suatu barang/produk. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda-beda telah membuktikan bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian seperti yang diungkapkan oleh Nurlisa dan Sofiyah (2014) bahwa terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap keputusan pembelian. Hal ini juga didukung oleh Bella (2012) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara citra merek terhadap keputusan pembelian pada produk hand and body lotion Citra. H2 = Citra Merek berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Smartphone BlackBerry. 54 3. Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Persepsi harga adalah suatu pendapat konsumen terhadap harga yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen. Harga adalah salah satu faktor kunci keberhasilan perusahaan untuk memenangkan persaingan dipasar, menurut Sunyoto (2015) persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka. Maka dari itu suatu persepsi harga sangat lah berpengaruh terhadap keputusan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbedabeda telah membuktikan bahwa persepsi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian seperti yang diungkapkan oleh Sari (2013) bahwa adanya pengaruh positif antara persepsi harga terhadap keputusan pembelian pakaian merek Levis di kota Padang. H3 = Persepsi harga berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian produk Smartphone BlackBerry. 55 Dari paparan diatas maka terbentuk skema konseptual sebagai berikut : KUALITAS PRODUK (X1) H1 CITRA MEREK H2 KEPUTUSAN PEMBELIAN (X2) (Y) H3 PERSEPSI HARGA (X3) Gambar 2.2 Rerangka Konseptual