BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Sarden (Sardinella lemuru) Ikan sarden (Sardinella lemuru)merupakan jenis ikan pelagis kecil pemakan plankton. Hidupnya bergerombol, badannya bulat memanjang, bagian perut agak membulat dengan sisik duri yang agak tumpul dan tidak menonjol. Panjang badannya dapat mencapai 23 cm, namun umumnya 17-18 cm. Warna badan biru kehijauan di bagian atas, sedangkan bagian bawah putih keperakan. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris totol-totol hitam atau bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan, sedangkan warna sirip ekor kehitaman (Dwiponggo, 1982). 2.1.1 Klasifikasi Ikan Sarden (Sardinella lemuru) Adapun klasifikasi ikan sarden menurut Whitehead (1985) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Clupeiformes Family : Clupeidae Sub Family : Clupeinae Genus : Sardinella Spesies : Sardinella lemuru (Bleeker, 1853) 5 Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Kandungan Gizi dan Manfaat Ikan Sarden Ikan sarden kaya akan kandungan omega-3 yaitu EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid). EPA dapat memperbaiki sistem sirkulasi dan dapat membantu pencegahan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis) dan penggumpalan keping darah (thrombosis), sedangkan DHA penting bagi perkembangan otak manusia (Rasyid, 2003). Hasil penelitian Faradiba (2013) menunjukkan bahwa kandungan EPA di dalam ikan sarden sebesar 13,31% dan DHA sebesar 11,99%. Selain mengandung omega-3, ikan sarden juga kaya akan vitamin dan mineral. Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ikan Sarden Segar dan Kemasan Kaleng (dengan Saus Tomat) Komposisi Kimia Ikan Sarden Segar Energi 134 Protein 19,8 Lemak 6,1 Karbohidrat 0 Natrium 136 Kalium 387 Kalsium 50 Magnesium 32 Fosfor 257 Besi 1,55 Klorida 200 Mangan 0,03 Sumber : (Roe, et al., 2013). 2.2 Kemasan Kaleng (dengan saus tomat) 175 18,5 10,8 0,9 315 371 455 38 417 2,69 480 0,18 Satuan kkal g/100 g g/100 g g/ 100 g mg/100g mg/100g mg/100g mg/100g mg/100g mg/100g mg/100g mg/100g Pengemasan Ikan Pengemasan ikan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dikonsumsi. Bahan pangan dikemas secara hermetis dalam suatu wadah, 6 Universitas Sumatera Utara baik kaleng, gelas, atau aluminium sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita rasa (Adawyah, 2008). Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pengemas yaitu dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya. Kaleng juga dapat menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan (Akbari, 2015). Menurut Adawyah (2008), pada umumnya proses pengalengan ikan terdiri atas beberapa tahap, antara lain persiapan wadah dan bahan, pengisian bahan baku (filling), pengisian medium, penghampaan udara (exhauting), penutupan wadah, sterilisasi (processing), pendinginan, serta pemberian label dan penyimpanan. 2.3 Mineral Mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup disamping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin serta merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2013). Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Makromineral (yang juga dikenal unsur makro) merupakan mineral yang 7 Universitas Sumatera Utara dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah besar (biasanya lebih dari 100 mg/ hari), seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, dan fosfat. Sedangkan mikromineral atau unsur mikro adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah sangat sedikit (biasanya kurang dari 100 mg/ hari), seperti kromium, tembaga, iodin, besi, mangan, selenium, dan zink (Gröber, 2009). 2.3.1 Magnesium Pada tubuh orang dewasa terkandung 20-25 g magnesium. Separuh dari jumlah tersebut terkandung dalam tulang dan selebihnya terkandung dalam jaringan lemak seperti otot dan hati, serta cairan ekstraseluler (Winarno, 1995). Magnesium memegang peranan penting dalam lebih dari tiga ratus jenis sistem enzim di dalam tubuh yang bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologik termasuk reaksi-reaksi yang berkaitan dengan metabolisme energi, karbohidrat, lipida, protein dan asam nukleat serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA (Almatsier, 2013). Kekurangan magnesium akan menyebabkan hypomagnesema dengan gejala denyut jantung tidak teratur, insomnia, lemah otot, kejang kaki, serta telapak kaki dan tangan gemetar. Kebutuhan magnesium untuk orang dewasa pria 350 mg per hari dan untuk dewasa wanita 300 mg per hari (Winarno, 1995). 2.3.2 Kalium Kalium merupakan kation intraseluler utama di dalam sebagian besar jaringan tubuh. Sekitar 98% kalium total dalam tubuh terdapat secara intraseluler dengan konsentrasi dapat menjadi 30 kali lipat dari konsentrasi ekstraseluler (Gröber, 2009). Kalium berperan dalam membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Selain itu, kalium juga membantu mengaktivasi reaksi 8 Universitas Sumatera Utara enzim, seperti piruvat kinase yang dapat menghasilkan asam piruvat dalam proses metabolisme karbohidrat. Komposisi kalium biasanya tetap, sehingga digunakan sebagai indeks untuk lean body mass (bagian badan tanpa lemak) (Winarno, 1995). Kalium terdapat di dalam semua makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan dan hewan. Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi. Keadaan hipokalemia dapat disebabkan oleh hilangnya cairan ekstrasel yang berlebihan, seperti pada muntah-muntah, diare, diuresis yang berlebihan atau keadaan malnutrisi yang berlarut-larut (Pudjiadi, 2003). Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari (Almatsier, 2013). 2.3.3 Kalsium Kalsium merupakan mineral yang lebih banyak terkandung di dalam tubuh daripada mineral lain. Diperkirakan 2% dari berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari kalsium. Sebagian kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Winarno, 1995). Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu membantu membentuk tulang dan gigi dan mengukur proses biologis dalam tubuh. Kalsium yang berada dalam sirkulasi darah dan jaringan tubuh berperan dalam berbagai kegiatan, diantaranya untuk transmisi impuls syaraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas membran sel, serta keaktifan enzim (Winarno, 1995). Kekurangan kalsium dapat menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi terganggu, tulang mudah patah, pertumbuhan terhenti, rakhitis pada anak-anak, 9 Universitas Sumatera Utara dan osteoporosis pada orang dewasa (Yuniastuti, 2008). Kebutuhan kalsium pada orang dewasa adalah sebanyak 700 mg (Winarno, 1995). 2.4 Destruksi Destruksi merupakan proses pemecahan atau perombakan senyawa dari bentuk organik menjadi bentuk anorganik sehingga dapat dianalisis. Metode destruksi digunakan untuk menghilangkan efek matriks pada sampel. Destruksi terbagi menjadi dua yaitu destruksi kering dan destruksi basah. Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda (Kristianingrum, 2012). 2.4.1 Destruksi Kering Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan, terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam cukup stabil pada suhu pengabuan, maka oksida dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Tetapi jika oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik (Kristianingrum, 2012). 2.4.2 Destruksi Basah Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat 10 Universitas Sumatera Utara oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Semua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawasenyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan dapat disimpan selama beberapa hari (Kristianingrum, 2012). 2.5 Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Metode ini mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2012). Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung dari unsurnya. Cahaya yang diserap akan memiliki cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, maka diperoleh lebih banyak energi sehingga atom yang berada pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Pada umumnya, fraksi atom tereksitasi yang berada pada gas yang menyala kecil sekali (Khopkar, 1985). Cara analisis dengan spektrofotometri serapan atom dapat memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit 11 Universitas Sumatera Utara mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2012). 2.5.1 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom Instrumentasi spektrofotometer serapan atom terdiri dari beberapa bagian, diantaranya yaitu : sumber radiasi, tempat sampel, monokromator, detektor, dan readout (Gandjar dan Rohman, 2012; Khopkar, 1985). Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp) yang terdiri atas anoda dan katoda dalam suatu tabung silinder borosilikat atau kuarsa yang berisi gas mulia bertekanan rendah. Monokromator digunakan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Readout merupakan alat penunjuk atau pencatat hasil (Gandjar dan Rohman, 2012). Gambar 2.1 Rangkaian Alat Spektrofotometer Serapan Atom (Harris, 2007) 2.5.2 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom Gangguan-gangguan (interference) pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang 12 Universitas Sumatera Utara dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2012). Menurut Gandjar dan Rohman (2012), gangguan pada spektrofotometer serapan atom dapat berasal dari matriks sampel yang mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala, gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala, gangguan absorbansi oleh molekul yang tidak terdisosiasi, maupun gangguan oleh penyerapan non-atomik. 2.6 Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut : 2.6.1 Kecermatan (Accuracy) Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya yang dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan yang tinggi dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat (Harmita, 2004). Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu : a. Metode simulasi Metode simulasi (spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu 13 Universitas Sumatera Utara bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), kemudian dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). b. Metode penambahan baku Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, kemudian dianalisis. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004). 2.6.2 Keseksamaan (Precision) Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi yang merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk kadar part per billion (ppb) adalah tidak lebih dari 32% (Harmita, 2004). 2.6.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). 14 Universitas Sumatera Utara