1 PERSONAL COMPETENCE OF CIVIC

advertisement
1
PERSONAL COMPETENCE OF CIVIC EDUCATIONAL
TEACHER AS A ROLE MODEL BASED ON ELEVENTH
GRADERS STUDENTS AT SMA NEGERI 02 BATU
Novika Gerry
State University Of Malang
E-mail: [email protected], [email protected]
ABSTRACT: This study aimed to describe: (1) The students' opinions regarding personal
competence which is owned by the Civics teacher at Public High School 02 Batu. (2) a
personal competence of Civics teacher who exemplified according to the grade XI
students at Public High School 02 Batu. (3) the Implementation of Civics teacher
personality competence who exemplified by a grade XI students at Public High School 02
Batu. Data collection procedures in this study were observation, interview and
documentation. The primary data source which is coming from informants are extracted
with an in-depth interviews with XI grade students at Public High School 02 Batu. The
results are (1) based on the opinions of students, personal competence which is owned by
the Civics teacher at SMAN 02 Batu is a disciplined personality, democratic, patient,
tolerant and broad-minded. (2) personal competence Civics teacher who exemplified by
students are disciplined in a pre-arranged deal with, democratic when the learning in
process, guiding students with patient attitudes, tolerance in the relationship between
teachers and students, as well as broad-minded teachers outside material learning. (3) the
implementation of Civics teacher personality comptentce who exemplified by students
are including a discipline personality expressed through comes in time at the
extracurricular activities, democratic in class forums, patient in working on the test paper,
tolerance among their peers, and a knowledgeable tutor at private tutoring activities
Keywords: personal competence, Civics Teacher
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN YANG MENJADI SURI TELADAN
MENURUT SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BATU
Novika Gerry
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected], [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) pendapat
siswa mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru PKn di SMAN 02 Batu.
(2) kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa kelas XI. (3) penerapan
kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa kelas XI. Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sumber data primer yang dijadikan informan adalah wawancara mendalam dengan siswa
kelas XI di SMAN 02 Batu. Hasil yang diperoleh adalah (1) Berdasarkan pendapat siswa,
kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru PKn di SMAN 02 Batu adalah
kepribadian disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. (2)
Kompetensi kepribadian Guru PKn yang diteladani oleh siswa yaitu disiplin dalam
menjalankan kesepakatan yang telah diatur bersama, demokratis ketika proses belajar
mengajar, sikap penyabar dlam membimbing siswa, tenggang rasa dalam membina
hubungan antara guru dan siswa, serta guru yang wawasan luas diluar materi pelajaran.
(3) Penerapan kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa meliputi
kepribadian disiplin dengan cara datang tepat waktu ketika kegiatan ekstrakurikuler,
demokratis dalam forum dikelas, penyabar dalam mengerjakan soal-soal ulangan,
tenggang rasa dengan sesama teman, dan berwawasan luas dengan cara menjadi tentor
dalam kegiatan les privat.
Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian, Guru Pendidikan Kewarganegaraan.
2
Salah satu tujuan negara Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan
Undang-Undang 1945 adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk bisa
mewujudkan tujuan negara tersebut maka melalui pendidikan di sekolah tentu
sudah pasti menjadi komponen penting demi menghasilkan sumber daya manusia
dan moralitas yang unggul agar bisa bersaing dengan negara lain. Namun yang
terjadi saat ini justru jauh dari yang dicita-citakan, karena dunia pendidikan di
Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat luas karena output dari
perilaku para pelajar yang menunjukkan sikap jauh dari semestinya. Hal itu
dibuktikan dari tayangan media massa baik cetak maupun elektronik pada akhir –
akhir ini selalu menampilkan berita tentang tindakan negatif yang dilakukan oleh
kalangan pelajar seperti tawuran, perkelahian antar geng motor, pencurian,
penyalahgunaan narkoba, bahkan pelecehan seksual.
Fenomena negatif yang dilakukan oleh kalangan pelajar maka yang akan
menjadi sorotan utama masyarakat sudah pasti tertuju pada kondisi lingkungan
yang menjadi latar belakang pelajar, lingkungan tersebut adalah lingkungan
kelurga dan lingkungan sekolah. Ki Hajar Dewantara mengatakan, suasana
kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan
pendidikan individual maupun pendidikan sosial (Depdiknas, 1994:169). Akan
tetapi dengan perkembangan zaman yang semakin cepat maka lingkungan
keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi
muda terhadap IPTEK, sehingga peranan sekolah disini cukuplah signifikan untuk
bisa menyiapkan generasi muda masuk kedalam proses pembangunan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman yang menjadikan kebutuhan
semakin besar, maka orang tua akan semakin sibuk agar kebutuhan keluarganya
dapat terpenuhi secara maksimal. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pada
umumnya para orangtua harus bekerja diluar rumah. Akibatnya, mereka tidak
memiliki waktu dan kesempatan untuk mendidik anaknya. Dalam kondisi seperti
ini, mereka menyerahkan keberhasilan pendidikan anak-anak mereka kepada
tenaga pendidik di sekolah.
Keberhasilan pendidikan tentunya tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor
kegiatan pembelajaran di sekolah. Posisi guru di sekolah menjadi salah satu faktor
penting untuk keberhasilan pendidikan karena tidak hanya memiliki tanggungjawab menjadikan peserta didik pandai dalam bidang ilmu pengetahuan, namun
3
juga sebagai agen perubahan untuk menjadikan anak didiknya memiliki sikap
yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Meskipun saat ini telah terjadi perubahan paradigma bahwa guru hanya
sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar, tidak dapat dipungkiri
juga bahwasanya posisi guru di sekolah adalah sebagai orang tua kedua bagi
siswa. Oleh karena itu ikatan emosional yang menjadikan posisi orang tua dan
anak haruslah selalu dimiliki oleh jiwa seorang guru. Sebagai orang tua di sekolah
maka tugas seorang guru tidak hanya sebagai pendidik, namun juga harus bisa
menjadi sosok yang bisa menjadi suri teladan, dan motivator bagi peserta didik.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Diperjelas pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(2005:21) Pasal 28 ayat 3, menyebutkan bahwa kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Sosok guru yang baik haruslah menempatkan posisinya di depan, di
tengah, dan dibelakang muridnya seperti semboyan Ki Hajar Dewantara “Ing
ngarso sun tuladha, Ing madyo mangun karsa, Tut wuri handayani”. Jika guru
kurang memiliki rasa simpatik terhadap siswa, mudah tersinggung, dan tidak
dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka yang terjadi tidak akan tercipta
proses belajar yang baik. Akan timbul kekecewaan dari dalam diri siswa sehingga
semangat belajar siswa akan pudar, dan yang terjadi adalah perilaku nakal seperti
tidak masuk sekolah tanpa keterangan pada jam pelajaran tertentu, tidak
memperhatikan penjelasan guru, tidur dikelas pada saat pelajaran, dan yang paling
ekstrem siswa akan tertarik pada hal-hal diluar konteks sekolah.
Lebih spesifik sosok sentral yang berperan untuk mewujudkan perubahan
sikap siswa kearah yang lebih baik adalah berada ditangan Guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Seperti yang dikatakan Ali (2007:693), peran utama
Pendidikan Kewarganegaraan adalah memperkuat dasar-dasar kewarganegaraan
Indonesia dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
4
sekaligus menyiapkan warganegaranya untuk menjadi warganegara global yang
siap bersaing dan bekerjasama namun tetap berpijak pada ke-Indonesiaan. Guru
Pendidikan Kewarganegaraan harus banyak berusaha agar para siswa mempunyai
sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermafaat. Oleh
karena itu guru Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat memanfaatkan
fungsinya sebagai penuntun moral, sikap, serta memberi dorongan kearah yang
lebih baik. Agar siswa memiliki sikap yang baik sesuai dengan tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka seorang Guru PKn haruslah
memberikan teladan melalui kompetensi kepribadian yang harus diamalkannnya
dalam mengajar dikelas maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Memiliki
kompetensi kepribadian yang baik bagi seorang guru sangatlah penting karena
guru memiliki andil besar dalam proses pendidikan. Pribadi guru juga memiliki
peranan yang sangat besar dalam membentuk pribadi siswa. Guru yang memiliki
kompetensi kepribadian baik akan banyak berpengaruh baik terhadap
perkembangan siswa, terutama mental dan spiritualnya.
Penelitian tentang kompetensi kepribadian Guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang menjadi suri teladan menurut siswa, belum pernah
dilakukan di Indonesia. Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh peneliti dari
internet, hanya ditemukan penelitian tentang peranan Guru Pendidikan
Kewarganegaraan namun belum mencerminkan sosok yang mampu menjadi suri
teladan bagi siswa. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan
yang menjadi suri teladan menurut siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Batu karena SMA Negeri 2 Batu
merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Batu. Demi mewujudkan SMA
Negeri 2 Batu sebagai lembaga pendidikan yang profesional, maka dalam
aktivitas sehari-hari gerak langkah komponen-komponen pendukung SMA Negeri
2 Batu dibingkai dalam sebuah tata kerja yang harmonis mulai dari pimpinan
sekolah, dewan sekolah, guru, karyawan hingga siswa dengan struktur organisasi.
Di SMA Negeri 2 Batu terdapat empat guru yang mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan, masing-masing guru memiliki latar belakang pendidikan yang
berbeda karena bukan hanya berasal dari latar belakang Pendidikan
5
Kewarganegaraan saja namun juga berasal dari bidang studi lain. Dalam
kesehariannya, ada yang berprofesi lain di luar profesi guru. Ada seorang
wartawan, aktivis Lembaga Swadya Masyarakat dan Lembaga Non Pemerintahan
Kota Batu, dan seorang kepala sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Tujuan penelitian adalah untuk (1) mendeskripsikan pendapat siswa kelas XI
mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu. (2) mendeskripsikan kompetensi
kepribadian guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas
XI di SMA Negeri 2 Batu. (3) mendeskripsikan penerapan kompetensi
kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas
XI di SMA Negeri 2 Batu.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai
dengan konteks (holistik-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan deskriptif kualitatif ini adalah
suatu pendekatan untuk mendeskripsikan pendapat siswa kelas XI mengenai
kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Negeri 02 Batu, mendeskripsikan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang diteladani siswa kelas XI di SMA Negeri 02 Batu, dan
mendeskripsikan penerapan kompetensi kepribadian guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang diteladani siswa kelas XI di SMA Negeri 02 Batu. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka diperlukan data-data yang
valid untuk menunjang hasil penelitian. Pendekatan kualitatif berfungsi
mengumpulkan data deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan yang
diperoleh oleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara mendalam,
dokumentasi, dan catatan lapangan.
Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang ditemukan masih belum
jelas dan pasti, sehingga peneliti dijadikan instrumen sekaligus pengumpul data
utama dalam penelitian. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Lexy J.
Moeloeng (2010:168) , kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
6
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.
Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran peneliti
selain sebagai instrumen juga menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan
penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat
partisipan. Selain menjadi pengamat dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, peneliti juga berperan sebagai partisipan yang berfungsi
sebagai pengumpul data. Agar memperoleh data yang diperlukan serta
memperoleh kepercayaan dari informan maka peneliti memberitahukan identitas
peneliti kepada perangkat sekolah di SMA Negeri 2 Batu.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 2 Batu yang beralamatkan di Jalan
Hassanudin, kecamatan Junrejo, kota Batu yang merupakan salah satu SMA
Negeri unggulan di Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Dalam upaya melayani siswa
dengan sebaik-baiknya, guru-guru di SMA Negeri 2 Batu telah memiliki
kelayakan dan profesionalisme yang cukup memadai sesuai dengan bidang mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. SMA Negeri 2 Batu memiliki empat
Guru Pendidikan Kewarganegaraan, dimana selain berprofesi sebagai guru
sebagian dari mereka juga memiliki profesi lain. Ada yang seorang wartawan,
aktivis LSM dan Lembaga Non Pemerintahan Kota Batu, serta Kepala Sekolah
PAUD. Siswa yang diteliti adalah kelas XI dengan asumsi bahwasanya kelas XI
sudah paham dengan kondisi guru Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di
SMA Negeri 2 Batu.
Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua macam,
yakni sumber data primer dan umber data sekunder. Sumber data primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam
penelitian ini, sumber data primer yang dijadikan informan oleh peneliti adalah
wawancara mendalam dengan siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu (Dyas, Irene,
Ari June, Osi, Freza, Citra, Iklima, Yaris, Dhea, Fajar, Dian, Khalfia, Andriani,
Faizal, Mirza, Vega) dan observasi ketika Guru Pendidikan Kewarganegaraan
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sumber data sekunder adalah sumber
yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber
7
data sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang
berkaitan berupa profil SMA Negeri 2 Batu.
Pengecekan Keabsahan Temuan
Temuan atau data penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi
pada obyek yang diteliti. Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria
tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan,
kebergantungan,dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan
teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan data
pada penelitian ini dilakukan dengan:
Ketekunan/keajegan pengamatan
Teknik ketekunan ini diharapkan agar peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak
Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding dan penguat terhadap data tersebut (Moleong, 2010:330).
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya, demikian halnya dengan penelitian ini yang digunakan adalah
teknik triangulasi dengan pemeriksaan melalui sumber lain yakni melalui
beberapa siswa kelas X dan beberapa alumni SMA Negeri 2 Batu.
Kecukupan bahan referensi
Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu
didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu
perekam data untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan oleh peneliti
dalam penelitian ini meliputi kamera digital dan alat rekam suara.
Member Check
Member check yang terlibat disini meliputi data, kategori analisis,
penafsiran, dan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh
8
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila
data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid,
sehingga semakin dipercaya, akan tetapi jika data yang ditemukan peneliti dengan
berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu
melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam maka
peneliti haruslah merubah temuannya.
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti telah
menggunakan beberapa kriteria pemeriksan keabsahan data dengan menggunakan
teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah tersebut di atas,untuk membuktikan
kepastian data. Yakni dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri,
mencari tema atau penjelasan pembanding, membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara dari beberapa
orang yang berbeda dengan tema yang sama kemudian dilakukan kroscek agar
informasi menjadi lebih kuat hasilnya, dan menyediakan data deskriptif
secukupnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendapat Siswa Mengenai Kompetensi Kepribadian Yang Dimiliki Oleh
Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 02 Kota Batu.
Berdasarkan pendapat para siswa kelas XI di SMAN 02 Batu, guru PKn
yang ada memiliki kompetensi kepribadian meliputi disiplin, demokratis,
penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. Kedisiplinan guru PKn dilihat
oleh siswa dari kedatangan guru yang selalu tepat waktu ketika akan mengajar dan
pada saat mengakhiri pelajaran juga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
konsisten terhadap komitmen, dan disiplin dalam menegakkan aturan.
Jika dikaitkan dengan pendapat Rochman (2011:43-76) tentang salah satu
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru, pada poin (a)
adalah sikap yang disiplin, maka dari itu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada
kesesuaian antara kepribadian disiplin yang dimiliki oleh guru PKn di SMAN 02
Batu dengan pendapat Rochman tentang kompetensi kepribadian yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Kedisiplinan memang penting ditanamkan oleh guru
kepada para siswanya, namun seyogyanya kedisiplinan itu harus diimbangi
9
dengan sikap sportif dari guru agar tidak menimbulkan kekecewaan dalam diri
siswa terhadap sosok yang dijadikan teladan olehnya.
Memberikan penilaian hasil belajar peserta didik secara objektif sangat
dijunjung tinggi oleh guru PKn di SMAN 02 Batu, para siswa diberikan nilai
sesuai dengan kemampuan akademik yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Sikap guru yang demokratis tersebut, menjadi daya tarik tersendiri sehingga
mendorong siswa untuk belajar dengan giat agar mendapatkan nilai yang baik.
Secara keseluruhan, budaya demokratis yang terpancar pada keseharian
guru PKn di SMAN 02 Batu dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sudah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru (2008:6) pada poin (d) yang mengatur indikator mengenai
kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang
demokratis. Sikap demokratis yang ditampilkan oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu memiliki dampak yang sangat positif
karena menjadikan siswa untuk berfikir inovatif dalam segala situasi dan kondisi
yang dihadapi.
Cara yang digunakan oleh guru PKn di SMAN 02 Batu untuk mengatasi
siswa yang berulah negatif pada saat proses pembelajaran adalah dengan
memberikan teguran. Bersikap santai dalam kegiatan belajar mengajar yang
ditunjukkan dengan kestabilan emosional setiap mengajar dikelas merupakan
bentuk sikap penyabar yang dimiliki oleh guru PKn di SMAN 02 Batu.
Kestabilan emosional ketika mengajar yang diperlihatkan oleh guru PKn
di SMAN 02 Batu memiliki kesesuaian dengan pendapat Alma (2010:137)
tentang salah satu kompetensi kepribadian, pada poin (e) adalah sabar dalam
menjalankan profesi keguruannya. Agar kepribadian penyabar yang dimiliki oleh
guru PKn ini tidak dimanfaatkan oleh siswa maka seyogyanya sikap penyabar
harus dibarengi dengan kepribadian arif / bijaksana seperti yang terdapat pada
indikator kompetensi kepribadian dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2008.
Sikap tenggang rasa yang dimiliki oleh guru PKn, menyebabkan antara
guru dan siswa terjalin komunikasi yang harmonis. Figur guru PKn yang mampu
menjadi orangtua kedua di sekolah, dianggap sebagai guru yang memiliki sikap
tenggang rasa terhadap siswa.
10
Secara umum sikap tenggang rasa yang ditunjukkan oleh guru PKn di
SMAN 02 Batu, sudah sesuai dengan pendapat Alma (2010:137) tentang salah
satu kompetensi kepribadian, pada poin (c) adalah tenggang rasa dan toleran.
Menjadi orang tua kedua di sekolah seyogyanya bisa dilakukan tidak hanya oleh
Guru Pendidikan Kewarganegaraan saja namun juga oleh semua guru mata
pelajaran, karena dengan demikian siswa akan merasa nyaman pada saat berada di
lingkungan sekolah.
Wawasan luas yang dimiliki oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Negeri 2 Batu terlihat dari keaktifan mereka dalam mengikuti
perkembangan pengetahuan dan arus teknologi yang sedang menjamur di
masyarakat.
Wawasan luas dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
oleh guru PKn di SMAN 02 Batu, ada relevansinya dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (2008:6) pada poin (m)
yang mengatur indikator mengenai kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang senantiasa mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu
memang memiliki wawasan yang sangat luas, namun seyogyanya Pendidikan
Kewarganegaraan tetap diajarkan oleh guru yang memiliki latar belakang
pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan agar ilmu yang disampaikan dapat
sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang disampaikan pada saat di
Perguruan Tinggi.
Berdasarkan beberapa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu, relevan dengan pendapat
Fakhruddin (2012:49-61) yang menjelaskan peran guru meliputi, a) guru sebagai
sumber belajar, b) guru sebagai fasilitator, c) guru sebagai pengelola, d) guru
sebagai demonstrator, e) guru sebagai pembimbing, f) guru sebagai mediator, g)
guru sebagai evaluator. Akan tetapi untuk memaksimalkan peran tersebut, guru
PKn di SMAN 02 Batu harus mengembangkan kompetensi kepribadian yang
masih belum terpancar dalam kegiatan belajar mengajar.
11
Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan Yang
Diteladani Oleh Siswa Kelas XI di SMAN 02 Batu
Dari beberapa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru PKn, yang
diteladani oleh siswa kelas XI di SMAN 02 Batu adalah berkenaan dengan
kepribadian disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas.
1. Kepribadian Guru yang Disiplin
Kedisiplinan guru PKn yang diteladani oleh siswa-siswa di SMAN 02
Batu meliputi kedisiplinan dalam membagi waktu, kedisiplinan dalam
menjalankan kesepakatan yang telah diatur bersama, serta kedisiplinan dalam
menegakkan aturan yang dibuat oleh sekolah. Dari kebiasaan yang diterapkan
oleh guru PKn tersebut membuat pola pikir siswa menjdi lebih lebih fokus untuk
bisa hidup disiplin karena dengan hidup disiplin dalam kehidupan sehari-harinya
maka pola hidup akan menjadi lebih teratur.
Kepribadian guru yang disiplin tidak hanya menjadi angin lalu bagi para
siswa, namun diteladani oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu karena Guru
Pendidikan Kewarganegaraan disana selalu konsisten dengan komitmen yang
telah dibuatnya. Maka dari situ sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa hal itu
relevan dengan pendapat Azzet (2010:56-61) tentang salah satu hal yang dapat
dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai kepribadian layak ditiru oleh anak
didiknya pada poin (1) adalah Sesuainya kata dan perbuatan, penting bagi
seorang guru untuk menjaga apa yang disampaikannya agar senantiasa sesuai
dengan perbuatannya. Atau sebaliknya, yakni menjaga perbuatannya agar
senantiasa sesuai dengan perkataan yang disampaikannya kepada anak didiknya.
Bila seorang guru telah mampu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan,
tentu ia akan mempunyai kepribadian yang menimbulkan rasa percaya dan
kekaguman dalam diri anak didik.
2. Kepribadian Guru yang Demokratis
Dengan sikap demokratis yang dimiliki Guru Pendidikan
Kewarganegaraan, siswa dengan nyaman menyampaikan pendapatnya ketika
proses belajar mengajar dikelas berlangsung. Sikap demokratis ini pula yang
mendorong siswa untuk selalu berpikir inovatif demi mengasah kemampuannya.
Kepribadian demokratis Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Negeri 2 Batu yang diteladani oleh siswa menjadikan siswa belajar dengan
12
nyaman pada saat proses belajar mengajar, hal ini ada relevansinya dengan
pendapat Fakhruddin (2012:49-61) poin (c) dijelaskan bahwa peran guru adalah
sebagai pengelola yaitu Guru PKn berperan dalam menciptakan suasana belajar
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman karena melalui
pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif.
3. Kepribadian Guru yang Penyabar
Kesabaran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membimbing ketika
proses kegiatan belajar mengajar di kelas membuat ia selalu diteladani oleh para
siswanya. Paradigma berpikir siswa akhirnya tergambarkan bahwa dengan
memiliki sikap penyabar secara tidak langsung dapat menjadikan seseorang akan
disukai banyak orang.
Sebagai sosok yang diteladani oleh peserta didik, Guru Pendidikan
Kewarganegaraan berkepribadian penyabar akan menjadikan peserta didik
terpengaruh untuk bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh gurunya.
Sikap penyabar yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu ini,
relevan dengan teori modeling / belajar sosial menurut Albert Bandura yang
menyatakan, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan
maupun penyajian dan contoh tingkah laku (Winarto, 2011). Perilaku peniruan
manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika meniru
orang lain, dan memperoleh hukuman ketika tidak menirunya.
4. Kepribadian Guru yang Tenggang Rasa
Guru selain tampil di depan sebagai contoh maka sudah sepatutnya juga
tampil ditengah-tengah siswa sebagai teman yang memiliki kepribadian tenggang
rasa. Hal inilah yang juga dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Negeri 2 Batu. Model guru yang mudah bersahabat ini mampu menarik
simpati dari para siswa sehingga mereka secara tidak langsung terinspirasi untuk
bisa berbuat yang sama sesuai dengan kebiasaan gurunya.
Jika dikaitkan dengan pendapat Muaddab (2011) dalam ajaran hidup Ki
Hadjar Dewantara yang disebut “Tringa” yakni meliputi ngerti, ngrasa, dan
nglakoni. Orang tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan,
menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan. Maka dari itu sudah
bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesesuaian antara kepribadian Guru
Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu
13
dengan pendapat Muaddab mengenai ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara. Pada
mulanya siswa memahami apa yang disampaikan / diperbuat oleh Guru
Pendidikan Kewarganegaraannya, dan merasakan bahwa tindakan tersebut patut
untuk diteladani. Oleh karena itulah pada akhirnya siswa mempraktikkan tindakan
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
5. Kepribadian Guru yang Berwawasan Luas
Wawasan luas diluar materi pelajaran yang dimiliki oleh Guru Pendidikan
Kewarganegaraan, secara tidak langsung memberikan sentuhan pada siswa bahwa
untuk mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan tidak cukup dengan belajar di
buku saja akan tetapi juga dengan mengamati fenomena-fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat saat ini. Wawasan luas yang dimiliki oleh guru dapat
menjadikan sebuah motivasi bagi siswa untuk selalu bisa belajar dan terus belajar
untuk menuntut ilmu.
Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan
kepribadian berwawasan luas kepada para siswa di SMA Negeri 2 Batu yang
kemudian diteladani oleh siswa, ada relevansinya dengan tujuan mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:232), adalah
agar peserta didik memiliki kemampuan dalam berpikir kritis, rasional, kreatif
dalam menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara bermutu dan
bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-bangsa
lainnya dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan beberapa kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh
siswa kelas XI di SMAN 02 Batu, jika dikaitkan dengan pendapat Azzet
(2010:56-61) tentang hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar
mempunyai kepribadian layak ditiru oleh anak didiknya, yaitu, 1) sesuainya kata
dan perbuatan, 2) menyadari kedudukannya sebagai seorang guru, 3) terus belajar
dan menambah ilmu pengetahuan. Maka memang ada kesesuaian antara
keduanya, karena apa yang dilakukan dan ditunjukkan oleh guru PKn ketika
14
pembelajaran, sedikit banyak sudah diteladani oleh para siswa. Karena Guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu mampu menjadi model /
teladan oleh anak didiknya maka proses transformasi pendidikan dan pengajaran
dapat berjalan dengan baik.
Penerapan Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan
yang Diteladani Oleh Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Batu
Guru PKn mengemban tugas membentuk perilaku peserta didik agar
dalam kehidupan sehari-hari mampu menjadi warga negara yang baik, untuk itu
kompetensi kepribadian guru harus diimplementasikan dalam kegitan belajar
mengajar karena dengan demikian siswa akan memperoleh teladan yang
didapatnya melalui figur Guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Berikut
dijelaskan mengenai penerapan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu.
1. Disipilin
Penerapan sikap disiplin oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu,
dilakukan dengan cara datang tepat waktu ketika jam sudah menunjukkan
dimulainya kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Batu. Kebiasaan buruk
seperti seringnya siswa datang terlambat di sekolah akan hilang seiring dengan
keteladanan yang diperolehnya dari kebiasaan yang diperlihatkan oleh guru pada
saat mengajar.
Sikap disiplin yang ditanamkan oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan
kepada siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu yang kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari siswa, ada relevansinya dengan pendapat Rochman
(2011:43-76) pada poin (a) yang menjelaskan salah satu kompetensi kepribadian
yang harus dimiliki oleh seorang guru yang menjadi ciri khas sehingga
membedakan dengan profesi lain yaitu: pribadi yang disiplin. Disiplin adalah
kunci kesuksesan seseorang, termasuk guru. Seorang guru yang menghendaki
kesuksesan dalam melaksanakan tugas profesinya, ia harus memiliki pribadi
disiplin. Sikap hidup disiplin adalah hal yang sangat utama ditanamkan sejak dini.
Perilaku disiplin akan sangat efektif ditanamkan kepada siswa jika terlebih dahulu
dilakukan oleh guru itu sendiri. Perilaku disiplin ini penting dimiliki oleh guru
karena ia akan menanamkan hal tersebut kepada peserta didiknya. Dengan sikap
disiplin yang diperlihatkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
15
Negeri 2 Batu, para siswa berusaha menerapkan sikap tersebut dalam kehidupan
sehari-harinya karena dalam paradigma berfikir siswa yang tergambarkan adalah
dengan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya maka ia akan mendapatkan
penghargaan dari sekitarnya.
2. Demokratis
Berawal dari kebiasaan diskusi, siswa dapat melatih keterampilan
berbicara dan mengemukakan pendapat di depan umum. Dengan demikian, sikap
demokratis dalam diri siswa secara tidak langsung diterapkan ketika dia bisa
menghargai pendapat siswa lain dalam forum diskusi.
Penerapan kepribadian demokratis oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2
Batu ini, relevan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (2003:3) yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dikatakan
relevan karena sikap demokratis yang ditanamkan oleh Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu terhadap siswa, telah membentuk
karakter siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional.
3. Penyabar
Sikap penyabar dari seorang guru PKn diterapkan oleh siswa ketika
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler catur. Dalam bermain catur, pemain harus
selalu berhati-hati dan tidak boleh gegabah dalam menentukan pilihan agar dapat
mengalahkan lawan mainnya. Penerapan sikap penyabar juga dapat dilihat pada
saat siswa mengerjakan soal-soal ketika UAS. Peserta didik yang tergolong
pribadi penyabar tentu akan mengerjakan soal-soal dengan seksama dan ketika
sudah selesai mengerjakan maka dia akan meneliti kembali jawabannya sambil
menunggu berakhirnya waktu yang disediakan.
Usaha siswa menerapkan kepribadian penyabar dalam kehidupan sehariharinya untuk mencapai kesuksesannya, relevan jika dikaitkan dengan pendapat
Fakhruddin (2012:98-126) poin (a) mengenai bahan refleksi untuk mengubah diri
16
menjadi guru yang lebih baik adalah sabar karena sabar merupakan fondasi dalam
kehidupan manusia. Dengan sabar, kita akan mampu melanjutkan perjalanan
menjalani kehidupan yang kian hari kian menunjukkan betapa pentingnya sebuah
dasar yang kuat sebagai pijakan. Oleh karena itu, tatkala kita menjadikan sabar
sebagai sifat dan sikap, kita akan sukses dan bahagia dalam hidup ini. Dikatakan
relevan karena sikap sabar yang ditampakkan oleh Guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu, sudah banyak diimplementasikan oleh
siswa dalam kehidupan sehari-harinya meskipun belum seluruh siswa yang
mampu menerapkannya.
4. Tenggang Rasa
Dengan komunikasi yang dibangun secara baik dilingkungan sekolah akan
diperoleh hasil positif, siswa dapat terhindar dari perkelahian dengan sesama
siswa karena diantara mereka terdapat sikap tenggang rasa yang kuat dalam
menjunjung tinggi persahabatan. Tidak berhenti sampai disitu, penerapan
kepribadian tenggang rasa oleh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu juga dilakukan
dengan cara menjenguk teman yang sedang sakit.
Sikap tenggang rasa Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang kemudian
dicontoh oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu, memiliki kesesuaian jika dikaitkan
dengan pendapat Muaddab (2011) dalam ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara yang
disebut “Tringa” dimana terdapat tiga aspek yang meliputi ngerti, ngrasa, dan
nglakoni. Orang tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan,
menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan.
Dikatakan sesuai dengan teori tersbut karena guru Pendidikan Kewarganegaraan
di SMA Negeri 2 Batu mampu menjadi contoh yang membawa peserta didik
kearah yang lebih baik. secara umum peserta didik di SMA Negeri 2 Batu sudah
banyak yang menerapkan kepribadian tenggang rasa baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat.
5. Berwawasan Luas
Penerapan wawasan luas dapat dilakukan melalui jalur yang
mengharuskan siswa untuk senantiasa menambah pengetahuannya secara kontinu
karena pengetahuan memang tidak ada ujungnya. Contohnya adalah dengan
menjadi tentor dalam kegiatan les privat. Melalui penyampaian materi yang
membahas isu-isu kewarganegaraan menyebabkan siswa menjadi tergerak untuk
17
mencari tahu lebih dalam mengenai kebenarannya dengan cara mencari informasi
dari beberapa media.
Penerapan wawasan luas oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu,
memiliki relevansi jika dikaitkan dengan pendapat Azzet (2010:56-61) poin (c)
mangenai salah satu hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai
kepribadian layak ditiru oleh anak didiknya adalah terus belajar dan menambah
ilmu pengetahuan, guru yang terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan akan
bisa menampilkan dan membahas pelajaran dengan menarik serta akan
berwawasan luas berkaitan dengan hal di luar pelajaran sekolah. Dikatakan
relevan karena pada umumnya para siswa di SMA Negeri 2 Batu memiliki
pengetahuan yang cukup luas sehingga memiliki nilai diatas rata-rata.
PENUTUP
Kesimpulan
Bertolak dari hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut (1) Berdasarkan pendapat siswa kelas XI, kompetensi
kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Negeri 2 Batu meliputi kepribadian disiplin yang tercermin dari ketepatan waktu
baik ketika akan memulai maupun mengakhiri pelajaran, demokratis dalam
memberikan penilaian hasil belajar peserta didik, penyabar dalam menghadapi
siswa yang membuat ulah negatif ketika proses belajar mengajar, tenggang rasa
yang tercermin dari keseharian dikelas yang mampu menjadi orangtua kedua bagi
siswa, dan berwawasan luas yang terlihat dari keaktifannya mengikuti
perkembangan pengetahuan dan teknologi. (2) Kompetensi kepribadian Guru
Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri
2 Batu yaitu kepribadian guru yang disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa,
dan berwawasan luas. Kepribadian disiplin dalam menjalankan aturan diteladani
oleh siswa karena menjadikan pola hidup siswa lebih teratur. Sikap demokratis
ketika proses belajar mengajar diteladani siswa karena mampu mendorong siswa
untuk selalu berfikir inovatif dalam mengasah kemampuan. Sikap sabar dalam
membimbing siswa dalam keseharian mengajar diteladani oleh siswa karena
paradigma berpikir siswa tergambarkan bahwa sikap sabar akan menjadikannya
memiliki banyak teman. Kepribadian tenggang rasa dalam membina hubungan
antara guru dan siswa, diteladani oleh siswa karena dengan bersikap demikian
18
siswa beranggapan bahwa dia akan mudah bersahabat. Kepribadian berwawasan
luas diluar materi pelajaran, diteladani oleh siswa karena menjadi sebuah motivasi
untuk mempelajari banyak hal dalam menuntut ilmu. (3) Penerapan kompetensi
kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas
XI di SMA Negeri 2 Batu meliputi kepribadian disiplin dengan cara datang tepat
waktu ketika kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, bersikap demokratis
dalam forum di kelas dengan cara menghargai pendapat siswa lain,
mengutamakan sikap penyabar dalam kegiatan ekstrakurikuler catur dan dalam
mengerjakan soal-soal ulangan, tenggang rasa dengan sesama teman yakni
menjenguk teman yang sedang sakit, dan mengasah wawasan dengan jalan
menjadi tentor dalam kegiatan les privat.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti maka ada beberapa
rekomendasi yang berhubungan dengan kompetensi kepribadian Guru Penidikan
Kewarganegaraan yang menjadi suri teladan bagi siswa. (1) Dalam kegiatan
belajar mengajar dikelas, Guru Pendidikan Kewarganegaraan seyogyanya
mengimplementasikan beberapa indikator kompetensi kepribadian guru yang
masih belum terlihat oleh siswa dalam pengelihatannya. Indikator tersebut
meliputi beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, mantap,
berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi masyarakat, secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri. (2) Guru Pendidikan Kewarganegaraan di
SMA Negeri 2 Batu seyogyanya mempertahankan kompetensi kepribadiannya
yang terdapat pada indikator kompetensi kepribadian yakni kepribadian disiplin,
kepribadian demokratis, kepribadian penyabar, kepribadian tenggang rasa dan
kepribadian berwawasan luas, yang telah diteladani oleh siswa. (3) Guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu seyogyanya senantiasa
berusaha meningkatkan kompetensi kepribadiannya yang telah diteladani oleh
siswa, kearah indikator kompetensi kepribadian yang belum diteladani oleh siswa.
Sehingga dengan demikian seorang Guru Pendidikan Kewarganegaraan akan
memiliki ciri khas yang membedakan dengan guru mata pelajaran lain bahkan
akan membedakannya dengan profesi lain diluar guru.
19
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Muhammad., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., Rasyidin, W.
2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.
Alma, Buchari., Mulyadi, M., Razati, G., Nuryati, L. 2010. Guru Profesional
Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Azzet, Akhmad, M. 2010. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. (Online), (http://www.google.com/Badan Standar
Nasional Pendidikan), diakses 1 Februari 2013.
Depdiknas. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Sistem Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Fakhruddin, Asef Umar. 2012. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press.
Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muaddab. 2011. Konsep Pendidikan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara.
(Online), (http://hafismuaddab.wordpress.com), diakses 29 April 2013.
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. (Online), (http://www.google.com/Peraturan
Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan), diakses 1 Februari
2013.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
(Online), (http://www.google.com/Peraturan Pemerintah tentang Guru),
diakses 1 Februari 2013.
Rochman, Chaerul. 2011. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru.
Bandung: Nuansa Cendekia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang – Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. (Online), (http://www.google.com/UU Guru dan dosen), diakses
pada 15 Januari 2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (Online), (http://www.google.com/sisdiknas),
diakses 1 Februari 2013.
Widodo, Rachmat. 2009. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Ilmu.
Winarto, Joko. 2011. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. (Online),
(http://edukasi.kompasiana.com), diakses 29 April 2013.
Download