Bab 5 Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan di bab-bab penulis dapat mengetahui bahawa pendapatan sewa di PT. Perwita Margasakti diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: pendapatan sewa developer dan pendapatan sewa commercial area. Pendapatan sewa developer diperoleh dari kegiatan menyewakan ruang kios dan perkantoran. Sedangkan pendapatan sewa commercial area yaitu pendapatan yang diperoleh dari menyewakan common area untuk pameran, media promosi, dan ruang ATM. Pencatatan transaksi menunjukkan bahwa sewa aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan tergolong dalam sewa operasi, hal ini karena berdasarkan syarat yang terdapat dalam perjanjian sewa yang dilakukan perusahaan sesuai dengan PSAK No. 30 Paragraf 12 yaitu: 1. Objek penelitian yaitu PT. Perwita Margasakti dalam kegiatan sewanya tidak terjadi pengalihan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa melainkan tetap menjadi milik perusahaan. 2. Masa sewa dalam kegiatan sewa PT. Perwita Margasakti dengan pihak penyewa bukan untuk sebagaian besar umur ekonomik bangunan karena umur ekonomik bangunan dapat dikatakan memiliki umur yang panjang sedangkan pihak penyewa hanya menyawanya dalam masa sewa yang maksimal hanya selama 3 tahun. 3. Pada PT. Perwita Margasakti jumlah pembayaran yang dibayarkan oleh penyewa tidak akan menutupi harga perolehan dari bangunan. Dalam hal pengakuan sewa, menurut penulis terdapat ketidak-konsistensian dalam penerapan metode pengakuan sewa atas transaksi sewa yang ada di PT. Perwita Margasakti dimana pendapatan sewa developer diakui dengan metode accrual basis sedangkan pendapatan commercial area menggunakan metode cash basis. Pengakuan pendapatan sewa dengan menggunkan metode cash basis tidak sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 30 yang menjelaskan bahwa pendapatan sewa operasi harus diakui dengan menggunakan metode accrual basis yaitu pendapatan sewa diamortisasi secara garis lurus selama masa sewanya. 73 74 Dalam hal pengukuran, menurut penulis pengukuran pendapatan yang dilakukan oleh PT. Perwita Margasakti sudah secara konsisten diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima tidak termasuk diskon, rabat dan Pajak Pertambahan Nilai. Dalam contoh-contoh transaksi yang sudah dibahaw di bab sebelumnya, pendapatan yang diakui oleh PT. Perwita Margasakti adalah sebesar harga sewa diluar PPN dan PPh 4(2) Sewa. Setoran Jaminan yang diterima tidak diakui sebagai pendapatan, karena akan dikembalikan kepada pihak lessee pada akhir masa sewanya. Untuk pajak, PT. Perwita Margasakti langsung memisahkan jumlah untuk pajak dalam nama perkiraan tersendiri, sehingga pendapatan sewa yang diterima PT. Perwita Margasakti tidak termasuk dengan pajak yang nantinya akan dibayarkan kepada negara. Hal ini sesuai dengan prinsip akuntansi mengenai pengukuran pendapatan dalam PSAK 23 paragraf 10. Dalam hal penyajian, laporan posisi keuangan PT. Perwita Margasakti telah disusun dan disajikan dengan menggunakan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, meliputi pernyataan dan interpretasi yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia. Informasi keuangan yang disajikan berdasarkan konsep biaya historis (historical cost) dimana informasi keuangan menggunakan nilai kas (atau setara kas) yang diterima atau dibayarkan pada saat transaksi. Kecuali untuk akun Setoran Jaminan yang disajikan dengan konsep nilai sekarang dari aliran kas masa datang (present value of future cash flows) dimana informasi keuangan menggunakan nilai sekarang dari penerimaan/pembayaran kas di masa datang dengan mendasarkan diri pada time value of money. Pada perhitungan laba rugi, pendapatan dilaporkan dalam kelompok terpisah dari kelompok biaya (single step) dan pendapatan sewa dilaporkan sebagai komponen utama dalam kelompok pendapatan usaha. Dalam hal pengungkapan, PT. Perwita Margasakti dalam catatan atas laporan keuangannya pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting sudah menyebutkan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui dan mengukur pendapatan sewanya. Selain itu, PT. Perwita Margasakti juga telah menyajikan pengungkapan-pengungkapan seperti yang disyaratkan secara khusus dalam paragraf 56 PSAK 30 tentang pengungkapan yang harus disajikan dalam laporan keuangan lessor untuk sewa operasi yaitu: 75 1. PT. Perwita Margasakti telah mengungkapkan jumlah pembayaran sewa minimum di masa depan yang tidak dapat dibatalkan dan diklasifikasikan berdasarkan umur piutangnya. 2. Jumlah rental kontijen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan. Dalam hal ini, tidak terdapat rental kontijen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan, yaitu dalam laporan keuangan tahun fiskal 2013 oleh PT. Perwita Margasakti, maka pengungkapan ini tidak dicantumkan dalam laporan keuangan PT. Perwita Margasakti. 3. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material. Menurut manajemen PT. Perwita Margasakti tidak terdapat isi perjanjian sewa yang material yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Sebagian besar perusahaan pengelola pusat perbelanjaan memiliki properti investasi, demikian pula dengan PT. Perwita Margasakti. Properti investasi yang dimiliki oleh PT. Perwita Margaskti saat ini disewakan kepada PT. Trans Retail (Carrefour) untuk periode sewa selama 20 tahun, pendapatan atas sewa ini diklasifikasikan ke dalam sewa developer – Pendapatan Sewa Jangka Panjang. PT. Perwita Margasakti mengklasifikasikan sewa properti investasi ini sebagai sewa operasi karena menurut manajemen sewa ini memenuhi kriteria sewa operasi sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 30 (Revisi 2011). 5.2 Saran PT. Perwita Margasakti seharusnya menerapkan secara konsisten metode pengakuan yang sama atas semua pendapatan sewanya yaitu metode accrual basis dimana pendapatan sewa diamortisasi secara garis lurus selama masa sewanya. Terkait dengan kasus pembatalan sewa, menurut penulis, seharusnya PT. Perwita Margasakti mengakui sisa uang muka ke dalam akun pendapatan sewa (pendapatan usaha) bukan pendapatan lain-lain karena jika diakui di pendapatan lain-lain maka pada saat perhitungan SPT Badan Tahunan, PT. Perwita Margasakti akan dikenakan pajak lagi atas sisa uang muka yang diakui sebagai pendapatan lain-lain tersebut, padahal pendapatan tersebut merupakan pendapatan final bukan non final. 76 Terkait dengan pengungkapan piutang usaha dalam tabel aging putang usaha, menurut penulis PT. Perwita Margasakti seharusnya membedakan antara piutang yang timbul dari transaksi sewa dengan kegiatan usaha jasa lainnya. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan ada kemungkinannya untuk diklasifikasikan ke dalam sewa pembiayaan (finance lease) karena mengacu pada kriteria yang diatur dalam PSAK 30 (Revisi 2011), sewa properti investasi milik PT. Perwita Margasakti ini telah memenuhi 3 dari 6 kriteria sewa pembiayaan (finance lease) yang disyaratkan dalam PSAK 30 (Revisi 2011). Penulis juga ingin memberikan saran untuk penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian selanjutnya dapat membahas perlakuan akuntansi untuk pendapatan sewa dari dua sisi yaitu sisi pembukuan lessor dan sisi pembukuan lessee, selain itu dapat juga membandingkan antara perlakuan akuntansi untuk sewa operasi (operating lease) dengan sewa pembiayaan (finance lease).