EKSPERIMENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN ANAK TUNANETRA KELAS VI Hendry Hernowo Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendidikan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI. Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen rancangan subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) desain reversal A-B-A. Subjeknya anak tunanetra kategori buta total berinisial UM. Data skor yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis berbentuk isian dan uraian. Hasil penelitian disajikan dalam grafik dan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Data hasil penelitian dapat dilihat secara keseluruhan kemampuan melakukan operasi hitung, yaitu mean level pada fase baseline 1 (A1) adalah 2,5 (10%). Fase intervensi (B) meningkat menjadi 9,5 (38%), dan pada fase baseline 2 (A2) meningkat menjadi 17 (68%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI. Kata kunci : pendidikan matematika realistik, pecahan, tunanetra PENDAHULUAN Matematika adalah ilmu abstrak dan deduktif. Matematika perlu juga diajarkan kepada anak tunanetra. Untuk itu pembelajaran pada anak tunanetra harus disesuaikan dengan kemampuannya, khususnya pada pelajaran matematika yang bersifat abstrak. Pembelajaran matematika juga harus diajarkan dengan sesuatu yang konkret agar anak tunanetra mengetahui sebenar-benarnya dan tidak terjadi salah persespsi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh beberapa fakta dan informasi. Fakta yang terjadi adalah sangat sulit untuk mengajarkan konsep bilangan pecahan pada anak tunanetra. Siswa mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan yang berbeda penyebut. Siswa juga masih mengalami kesulitan dalam mengubah bentuk pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal dan sebaliknya. Siswa juga masih mengalami kesulitan dalam menaksir nilai pecahan. Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI 47 Kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak tunanetra tersebut memungkinkan diselesaikan dengan penerapan Pendidikan Matematika Realistik. Permasalahan penelitian ini adalah “apakah Pendidikan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI ?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendidikan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI. Freudenthal dalam Wijaya (2012: 20) menyatakan bahwa “matematika adalah aktivitas manusia yang melatarbelakangi RME”. Wijaya (2012: 20) menyatakan “Pendidikan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika di Belanda”. Banyak pihak masih menganggap Pendidikan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang harus menggunakan masalah seharihari. Ini terjadi akibat salah menafsirkan kata realistic. Menurut Van den HauvelPanhuizen dalam Wijaya (2012: 20) penggunaan kata “realistic” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imaginable) oleh siswa. Jadi, Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran khusus untuk matematika yang berfokus pada situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa. Menurut Van den Heuvel-Panhuizen dalam Supinah dan Agus D. W. (2009: 75) prinsip-prinsip RME ada enam yaitu: prinsip aktivitas, realitas, berjenjang, jalinan, interaksi, dan bimbingan. Treffers dalam Wijaya (2012: 21-23) merumuskan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik ada lima yaitu, penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan harus diawali dengan penguasaan mengubah berbagai bentuk pecahan. Hal tersebut digunakan untuk materi prasyarat kemampuan hitung pecahan. Operasi hitung pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. 48 Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI Menurut Sunanto (2005: 185), seseorang dikatakan tunanetra (blind) secara legal jika memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 atau lebih 20/200 tetapi lantang pandangnya kurang dari 20 derajat. Berdasarkan ketajaman penglihatan tersebut tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan antara 20/200 dan 20/70 disebut low vision (kurang lihat). Sedangkan definisi edukasinal menurut Sunanto (2005:185) tunanetra diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu blind (buta) adalah seseorang yang belajar menggunakan materi perabahan dan pendengaran. Low vision (kurang lihat) adalah seseorang yang dalam belajarnya masih dapat menggunakan penglihatannya dengan adaptasi tertentu. Limited vision adalah seseorang yang mengalami gangguan penglihatan dalam belajar pada situasi yang normal. Sunanto (2005:186) mengatakan “untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tunanetra dibutuhkan tiga prinsip yang meliputi (1) pengalaman konkret, (2) penyatuan antar konsep-konsep, dan (3) belajar sambil melakukan”. Penelitian yang dilakukan oleh Lidya Cindi Septika (2013) memperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh positif penerapan pendekatan matematika realistik terhadap hasil pembelajaran penjumlahan pecahan pada anak tunanetra. Penelitian yang relevan berikutnya adalah yang dilakukan oleh Dewi Purnamasari (2013) yang memperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan PMRI lebih baik daripada yang menggunakan metode konvensional berbantukan alat peraga. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SLB Muhammadiyah Purworejo pada bulan April 2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR). Desain SSR yang digunakan adalah Design Reversal dalam bentuk A-B-A. “Desain A-B-A merupakan pengembangan dari desain dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dengan variabel bebas” (Sunanto, dkk, 2005: 59). Prosedur pelaksanaan desain A-B-A terlebih dahulu menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior yang dapat diamati dan diukur secara kontinu pada fase baseline 1 (A1) . Kemudian pada fase intervensi dilakukan perlakuan dan pengukuran. Selanjutnya dilakukan Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI 49 pengukuran pada fase baseline 2 (A2). Subjek penelitian ini seorang siswa tunanetra kategori buta total (totally blind) dengan inisail UM. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas atau intervensi, dan variabel terikat atau target behavior. Intervensi yang diberikan berupa Pendidikan Matematika Realistik. Target behavior yang diukur kemampuan melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan metode tes adalah soal tes. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk isian dan uraian. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Bentuk penyajian data diolah dengan menggunakan grafik. Langkah-langkah analisis data meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Skor Kemampuan Operasi Hitung Pecahan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Baseline 1 Intervensi Baseline 2 Sesi Gambar 1. Keseluruhan Proses A-B-A Jika dibandingkan antara baseline 1 (A1) dan baseline 2 (A2) maka akan tampak perubahan yang signifikan. Secara umum pada baseline 1 (A1) subjek UM baru mampu mengerjakan soal nomor 1, 2, dan 3. Itupun masih mengalami kesalahan dalam langkah menyamakan penyebut. Sedangkan pada baseline 2 (A2) subjek UM sudah dapat mengerjakan soal nomor 1 sampai 6, dengan secara sempurna soal nomor 2, 3, 4, dan 5 sesuai rubrik penskoran yang peneliti tetapkan. Analisis dalam kondisi dan Analisis antar kondisi ditampilkan pada tabel berikut ini. 50 Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI Tabel 1 Hasil Analisis Dalam Kondisi Kondisi A1 B A2 Panjang Kondisi 4 8 3 Estimasi kecenderungan arah Kecenderungan stabilitas (+) (+) (=) Variabel (0%) Variabel (0%) Stabil (100%) Jejak Data (+) (+) (=) Level Stabilitas dan Rentang Variabel (1 ) Variabel (4 ) Stabil (17 ) Level Perubahan 3 1 (+2) 14 4 (+10) Perubahan Kondisi Jumlah Variabel yang Diubah Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya Perubahan Kecenderungan Stabilitas Perubahan Level Persentase Overlap 17 (= 0) Tabel 2 Hasil Analisis Antar Kondisi B/A1 2:1 1 (+) (+) Variabel Ke Variabel 4–3 (+ 1) 0% A2/B 3:2 1 (=) (+) Variabel Ke Stabil 17 – 14 (+ 3) 0% Ditinjau dari sisi mean level pada tiap fase terjadi peningkatan. Mean level pada baseline 1 (A1) adalah 2,5 atau 10%. Kemudian, mean level pada intervensi (B) meningkat menjadi 9,5 atau 38%. Lalu mean level meningkat lagi pada baseline 2 (A2) menjadi 17 atau 68%. Selain itu, secara teori terbukti bahwa ada keselarasan antara prinsip dan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik dengan prinsip pembelajaraan anak tunanetra. Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI 51 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan deskripsi, analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemempuan melakukan operasi hitng yang melibatkan berbagai bentuk pecahan pada anak tunanetra kelas VI. Informasi dalam penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini hanya berlaku pada subjek saat penelitian, sehingga perlu dilakukan penelitian sejenis terhadap subjek dengan karakteristik yang berbeda DAFTAR PUSTAKA Purnamasari, Dewi. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI Operasi Pecahan Kelas IV SD Negeri Se-Gugus Safei. Ekuivalen, Vol. 6, No. 2, 156-162. Septika, Lidya Cindi. 2013. Pendekatan Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Anak Tunanetra. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol. 3, No. 3, 1-9. Diunduh dari www.ejournal.unesa.ac.id pada tanggal 20 Desember 2013. Sunanto, Juang, dkk. 2005. Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. Tsukuba: CRICED University of Tsukuba. Sunanto, Juang. 2005. Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta: Ditjen Dikti. Supinah, Agus D.W. 2009. Srategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. 52 Eksperimentasi : Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Pecahan Anak Tunanetra Kelas VI