pendekatan pendidikan matematika realistik

advertisement
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
BERBANTUAN MEDIA GRAFIS BERPENGARUH
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS V SD GUGUS 1 MENGWI
Ni Luh Rinayanti1, I Wayan Rinda Suardika2, I Nengah Suadnyana3
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan
matematika realistik berbantuan media grafis
dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Penelitian ini tergolong eksperimen semu, dengan desain
Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
V SD Gugus 1 Mengwi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random
sampling. Sampel dari penelitian ini adalah SD No. 4 Cemagi dan SD No. 2 Cemagi.
Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh dari hasil pengundian,
dengan hasil SD No. 2 Cemagi sebagai kelompok eksperimen dan SD No.4 cemagi
sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data hasil belajar matematika siswa
mengunakan tes uraian. Data dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan uji-t. Hasil
penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan pendidikan matematika realistik
berbantuan media grafis dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal
tersebut dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen 81,53 dan nilai rata-rata
kelompok kontrol 74,79. Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada hasil analisis data
yakni,
sebesar 5,15 sedangkan
sebesar 2,00. Karena
dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pendidikan matematika realistik berbantuan media grafis
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Mengwi.
Kata Kunci: pendekatan pendidikan matematika realistik, media grafis, hasil belajar
matematika.
Abstract
The objective of this study is to determine the significant differences between students’
learning outcomes of match subject with use match education learning approach which
assist by graphic media with students who use the conventional learning. This study is a
quasi experiment with the design of the study is Non-Equivalent Control Group
Design.The population of this study is conducted to all of the fifth grade students of SD
Gugus 1 Mengwi. The sample was taken by using purposive random sampling technique.
The samples of this study are SD No. 4 Cemagi and SD No. 2 Cemagi. To determining
the experiment group and the control group is obtain from the result of raffle, and the
result is SD No.2 Cemagi as the experiment group and SD No.4 Cemagi as the control
group. The result data of learning match subject was collected by essay test. Data was
analyzed by t-test after all of data are collected. The result showed there were significant
differences in learning outcomes of students who learned match subject with using match
education learning approach which assist by graphic media with students who learned
with using Conventional Learning. It shown from the average of experiment group is
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
81.53 and the average of control group is 74.79. The significant differences is also can be
seen from the result of the test, tvalue is 5.15 on the other hand, ttable is 2.00. Because tvalue
> ttable so, it can be concluded match education learning approach which assists by
graphic media influence learning outcomes of match subject of the fifth grade students at
SD Gugus 1 Mengwi.
Keywords:
match education learning approach, graphic media, the results of learning
match.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Sehingga memiliki kemampuan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mewujudkan mutu pendidikan yang mampu
menciptakan sumberdaya manusia yang
berkualitas.
Seperti penyempurnaan
kurikulum secara berkala, perbaikan sarana
dan
prasarana
pendidikan
serta
memberikan
pelatihan-pelatihan
untuk
meningkatkan
kualitas
guru
dalam
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar
guru dapat mengembangkan pendekatanpendekatan pembelajaran yang mampu
mengoptimalkan proses belajar siswa.
Sesuai dengan paradigma pembelajaran
saat ini yakni pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Menurut (Suryanto 2009:7)
paradigma baru pembelajaran ditandai
dengan
inovasi
dalam
proses
pembelajaran, inovasi pembelajaran berarti
perubahan atau pembaharuan dalam
proses
pembelajaran.
Guru
dapat
merancang pembelajaran inovatif, sehingga
siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran,
seperti halnya
dalam
pembelajaran matematika. Menurut Tarigan
(2012:13) matematika merupakan cabang
ilmu pengetahuan yang menuntut siswa
untuk
memiliki
kemampuan
berpikir
matematis. Berpikir matematis adalah
berpikir yang logis, rasional, kritis, cermat,
jujur, dan efektif. Sejalan dengan pendapat
tersebut Japa, dkk
(2011:2) juga
mengemukakan
bahwa
pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja
dirancang
dengan
tujuan
untuk
menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan
siswa
melaksanakan
kegiatan belajar matematika. Sehingga
siswa memiliki kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta
kemampuan kerjasama. Hal ini berarti
bahwa
proses
pembelajaran
matematematika lebih menekankan pada
aktivitas siswa. Interaksi siswa dengan
sumber belajar seperti buku-buku, teman,
serta guru.
Matematika perlu diberikan kepada
siswa mulai dari sekolah dasar, untuk
membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analisis, sistematis, kritis,
kreatif, serta kemampuan kerjasama
(Aisyah 2007:1-3). Tujuan pembelajaran
matematika di sekolah dasar
menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) (2006:417) adalah. (1)Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan
antara
konsep
dan
mengaplisipikasi konsep secara luwes,
akurat,
episien,
dan
tepat
dalam
pemecahan masalah. (2) Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika atau menggunakan
model atau cara sendiri dalam membuat
generalisasi atau hubungan/keterkaitan,
dalam menyusun/menjelaskan gagasan
dan
menyatakan
matematika.
(3)
Memecahkan masalah, yang meiputi
kemampuan
memahami
masalah
merancang
model
matematika,
menyelesaikan model, serta menafsirkan
soslusi
yang
diperoleh.
(4)
Mengkomunikasikan
gagasan
melalui
simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, memiliki
sikap atau rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta
memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Dari hasil observasi di sekolah dasar
Gugus 1 Mengwi masih banyak siswa yang
beranggapan bahwa matematika itu sulit,
membosankan,
dan
menakutkan,
disamping itu aktivitas guru masih sangat
dominan dalam proses pembelajaran.
Siswa bertugas menerima imformasi yang
disampaikan
oleh
guru,
sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik,
padahal
matematika
merupakan
pembelajaran yang sangat erat kaitannya
dengan
kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran yang biasa dilaksanakan
oleh guru diistilahkan dengan pembelajaran
konvensional. Seperti yang dikemukakan
oleh
Sanjaya
(2006:22)
bahwa
pembelajaran konvensional merupakan
suatu pembelajaran yang secara umum dan
biasa dilaksanakan atau diterapkan oleh
guru pada masa kini. Proses pembelajaran
lebih sering diarahkan pada aliran informasi
dari guru kepada siswa. Pada umumnya
pembelajaran
konvensional
adalah
pembelajaran yang lebih terpusat pada
guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan Rusmono (2012: 66)
yang mengemukakan bahwa pembelajaran
yang berpusat pada guru adalah proses
pembelajaran dimana guru menyampaikan
imformasi secara verbal (ceramah) kepada
siswa. Sementara itu siswa hanya
menerima
dan
mengikuti
proses
pembelajaran dari materi yang telah
disajikan atau disampaikan guru.
Berdasarkan
uraian
pendapat
diatas pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilaksanakan
dalam proses pembelajaran selama ini,
yang cendrung berpusat pada guru. Dalam
proses
pembelajaran
guru
yang
menyampaikan imformasi baik secara
verbal, atau melalui demonstrasi. Siswa
hanya bertugas menerima dan mengikuti
proses
pembelajaran
tersebut.
Pembelajaran
konvensional mempunyai
beberapa kelemahan,
seperti yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2009) sebagai
berikut.(1) Sering terjadi kesulitan untuk
menjaga agar siswa tetap tertarik dengan
materi yang dipelajari, karena tidak semua
siswa memiliki cara belajar terbaik dengan
mendengarkan. (2) Pembelajaran tersebut
mengasumsikan bahwa cara belajar siswa
itu sama dan tidak bersifat pribadi. (3)
Kurang menekankan pada pemberian
keterampilan proses (hands-on activities).
(4) Siswa tidak mengetahui apa tujuan
mereka belajar pada hari itu. (5) Penekanan
sering hanya pada penyelesaian tugas. (6)
Daya serapnya rendah dan cepat hilang
karena materi yang diperoleh bersifat
menghafal.
Berdasarkan hal tersebut perlu
dirancang suatu pembelajaran yang
inovatif. Pembelajaran yang mampu
mengaktifkan siswa dalam proses mencari,
serta menemukan materi yang sedang
dipelajari serta berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Pendekatan pendidikan
matematika realistik berbantuan media
grafis merupakan salah satu inovasi dalam
proses
pembelajaran.
Pendekatan
pendidikan matematika realistik merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
dikembangkan
berdasarkan
pemikiran
Hans Freudenthal dari Belanda. Menurut
Dolk (dalam Aisyah, 2007: 7-3) dasar
pemikiran dari pendekatan ini bahwa
matematika bukanlah materi yang dapat
dipindahkan dari guru kepada siswa, tetapi
matematika merupakan suatu kegiatan
siswa yang bermula dari pemecahan
masalah.
Winataputra
(2007:1.38)
mengemukakan
bahwa
untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, guru hendaknya
mengajukan permasalahan yang menarik.
Dan berada dalam jangkauan siswa yakni
sesuai
dengan
pengetahuan
dan
ketrampilan yang telah siswa miliki.
Menurut Wijaya
(2012:21) pendidikan
matematika realistik adalah pembelajaran
yang menggunakan permasalahan realistik,
yakni
permasalahan
yang
dapat
dibayangkan (imaginable), atau nyata
dalam
pikiran
siswa.
Permasalahan
tersebut dapat berupa cerita rekaan atau
karangan, dan permainan. Sejalan dengan
pendapat tersebut Tarigan (2006: 4) juga
mengemukakan
bahwa
pembelajaran
matematika
realistik
merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengacu
pada penalaran siswa yang bersifat
realistik.
Sehingga mengacu pada
pengembangan pola pikir logis, kritis, jujur,
dengan
berorientasi pada penalaran
matematika dalam menyelesaikan masalah.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Jadi dari beberapa pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pendekatan pendidikan matematika realistik
merupakan pendekatan dalam proses
pembelajaran yang berorientasi pada
permasalahan nyata, yang dekat dengan
kehidupan
sehari-hari
siswa
atau
permasalah yang dapat dibayangkan oleh
siswa. Sehingga siswa berperan
aktif
dalam proses pembelajaran serta memiliki
pola pikir logis, kritis, dan jujur.
Prinsip
pendekatan
pendidikan
matematika realistik menurut Gravemeijer
(dalam Japa, dkk 2011: 44) ada tiga yaitu.
(1) Guided re-invention atau menemukan
kembali secara seimbang. Siswa memiliki
kesempatan untuk mencari menemukan
materi yang dipelajari seperti pakar atau
orang-orang yang sudah ahli. (2) Didacdical
Phenomenology atau penomena digdaktik.
Topik-topik matematika yang diberikan
berasal dari
fenomena sehari-hari
(masalah kontekstual yang terjadi). Topiktopik
ini
dipilih
berdasarkan
pada
pertimbangan: aplikasi dan, kontribusinya,
untuk perkembangan matematika lanjut. (3)
Self-developed model atau model dibangun
sendiri oleh siswa. Siswa mengembangkan
model
sendiri
dalam
memecahkan
permasalah-permasalahan
kontekstual
yang
diberikan.
Pertama
siswa
menggunakan
penyelesaian
informal.
Setelah terjadi interaksi serta melakukan
diskusi, salah satu penyelesaian atau
pemecahan masalah yang digunakan siswa
akan berkembang menjadi model formal.
Sejalan
dengan
pendapat
yang
dikemukakan oleh Pribadi (2009: 31) bahwa
pembelajaran harus menjadi sebuah
aktivitas yang berfokus pada siswa, karena
siswa merupakan subyek dari proses dan
aktivitas pembelajaran. Siswa harus aktif
dalam pencarian dan pengembangan
pengetahuan. Guru harus mengubah
perannya dari pemegang otoritas dalam
pembelajaran menjadi fasilitator agar siswa
mampu
membangun
pengetahuannya
sendiri, dengan cara berinteraksi dengan
berbagai sumber belajar yang ada.
Karakteristik pendekatan pendidikan
matematika realistik adalah pendekatan
dalam pembelajaran yang dimulai dengan
permasalahan-permasalahan nyata atau
permasalahan yang kontekstual, yang
dapat dibayangkan oleh
siswa.
Penyajian materi saling terkait dimulai dari
permasalah nyata selanjutnya mengarah
kepada konsep-konsep yang lebih bersifat
abstrak. Siswa memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan hasil kerja mereka dalam
menyelesaikan masalah nyata yang
diberikan oleh guru, dan guru berperan
sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga
terjalin interaksi yang interaktif dalam
proses pembelajaran.
Suwarsono (2001:5) menyatakan
keunggulan dari pendekatan pendidikan
patematika realistik adalah sebagai berikut.
(1) Pendekatan pendidikan matematika
realistik memberikan pengertian yang jelas
dan operasional kepada siswa tentang
keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia
nyata) dan kegunaan matematika pada
umumnya bagi manusia. (2) Pendekatan
pendidikan
matematika
realistik
memberikan pengertian yang jelas dan
operasional
kepada
siswa
bahwa
matematika adalah suatu bidang kajian
yang dikonstruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka
yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
(3) Pendekatan pendidikan matematika
realistik memberikan pengertian yang jelas
dan operasional kepada siswa bahwa cara
penyelesaian suatu soal atau masalah tidak
harus tunggal dan tidak harus sama antara
siswa yang satu dengan yang lain. Setiap
siswa bisa menemukan atau menggunakan
cara sendiri, asalkan siswa tersebut
bersungguh sungguh dalam mengerjakan
soal atau masalah tersebut. Selanjutnya
dengan membandingkan cara penyelesaian
yang satu dengan cara penyelesaian yang
lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian
yang paling tepat, sesuai dengan proses
penyelesaian soal atau masalah tersebut.
(4) Pendekatan pendidikan matematika
realistik memberikan pengertian yang jelas
dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses
pembelajaran merupakan sesuatu yang
utama dan untuk mempelajari matematika
siswa harus menjalani proses itu dan
berusaha untuk menemukan sendiri
konsep-konsep
matematika,
dengan
bantuan
pihak
lain
yang
dapat
mengarahkan
pembelajaran
(misalnya
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
guru). Tanpa kemauan untuk menjalani
sendiri proses tersebut, pembelajaran yang
bermakna tidak akan terjadi.
Permasalahan-permasalah
kontekstual yang
disampaikan akan
tergambar jelas dalam pikiran siswa melalui
media grafis. Menurut Daryanto (2010: 19)
bahwa media grafis merupakan suatu
penyajian
secara
visual,
yang
menggunakan titik-titik, garis-garis, gambargambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual
yang
lain
dengan
maksud
untuk
menghtiarkan,
menggambarkan,
dan
merangkum suatu ide, data, atau kejadian.
Menurut Sukirman (2012: 86) yang
mengemukakan bahwa media grafis
merupakan media visual yang berfungi
menyalurkan
pesan
dari
sumber
kepenerima pesan melalui perpaduan
antara kata-kata serta gambar-gambar.
Berdasarkan
pendapat
tersebut
media grafis merupakan media yang
disajikan secara visual berupa gambargambar, tulisan-tulisan, serta perpaduan
dari
keduanya
yang
berfungsi
menghantarkan pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Dalam proses
pembelajaran media grafis dapat menarik
perhatian siswa.
Menjelaskan ide,
mengihtiarkan fakta yang mungkin akan
cepat dilupakan atau diabaikan jika hanya
menggunakan bahasa verbal saja tanpa
divisualkan.
Kelebihan
media
grafis
menurut Daryanto (2010: 19) adalah
bentuknya sederhana, bahannya mudah
diperoleh,
dapat
menyampaikan
rangkuman,
mampu
mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu, dapat
divariasikan (dipadukan) dengan media
yang lainnya. Tetapi dalam pembuatan
media grafis memelukan kreativitas guru,
agar pesan yang ingin disampaikan melalui
media ini dapat diterima dengan baik oleh
siswa. Lebih lanjut Daryanto (2010: 119),
mengemukakan media grafis terdiri atas
enam jenis, diantaranya : ganbar, bagan,
grafik, poster, kartun, dan komik. Jenis-jenis
media grafis dapat disesuaikan dengan
materi yang dibelajarkan.
Berdasarkan prinsip, karakteristik,
kelebihan
pendekatan
pendidikan
matematika realistik serta peran media
grafis tersebut siswa dapat memaksimalkan
proses pembelajaran sehingga memperoleh
hasil belajar matematika yang optimal.
Sudjana (2010:3)
mengemukakan
bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sejalan dengan pendapat
tersebut
Rusmono
(2012:10)
juga
mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan prilaku individu yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Perubahan prilaku tersebut
diperoleh setelah siswa melaksanakan
proses pembelajaran melalui interaksinya
dengan berbagai sumber belajar. Dan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36)
hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan
dari suatu interaksi tindak belajar dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan guru.
Dari uraian pendapat tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah hasil yang diperoleh
oleh siswa setelah melaksanakan proses
pembelajaran matematika dengan berbagai
sumber belajar. Dan mengacu pada
berubahan tingkah laku yang mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
kearah yang lebih baik. Selain perubahan
pada sikap atau prilaku hasil belajar siswa
akan tercermin secara jelas dalam hasil
yang diperoleh setelah melaksanakan tes
hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil
belajar yang dianalisis adalah hasil belajar
pada ranah kognitif. Berikut ini adalah
langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan pendidikan matematika realistik
berbantuan media grafis. Langkah-langkah
pembelajaran ini diadaptasi dari langkahlangkah
pembelajaran
pendekatan
pendidikan matematika realistik dari Aisyah.
(1)
Kegiatan
pendahuluan:
guru
menyiapkan peserta didik baik fisik maupun
psikis
sebelum
mengikuti
proses
pembelajaran, guru melakukan absensi,
guru menyampaikan apersepsi, guru
menyampaikan lingkup materi yang akan di
pelajari, guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran. (2) Kegiatan inti sebagai
berikut.
Guru
menyampaikan
permasalahan yang kontekstual, serta
menampilkan media pembelajaran berupa
gambar
visual
agar
siswa
dapat
membayangkan
secara
nyata
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
permasalahan
yang
di
sampaikan.
Meberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan
pendapat,
terhadap
permasalahan yang disampaikan. Menggali
pengetahuan siswa lebih dalam melalui
latihan soal-soal kontektual baik secara
berkelompok maupun individu. Siswa atau
kelompok menyampaikan pendapatnya
terhadap latihan yang diberikan. Siswa
bersama guru memberikan konfirmasi
terhadap pendapat yang disampaikan siswa
baik secara individu maupun kelompok.
Guru membantu siswa untuk menemukan
pemecahan masalah yang lebih baik. Guru
memberikan penguatan ,motivasi serta
pengarahan untuk penyelesaian terbaik
kepada siswa. (3) Kegiatan penutup adalah.
Siswa bersama guru guru membuat
rangkuman kesimpulan mengenai materi
yang telah di pelajari. Guru memberikan tes
secara individual. Guru memberikan umpan
balik terhadap hasil pekerjaan siswa. Guru
menyampaikan kegiatan tindak lanjut
berupa pekerjaan rumah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
belajar matematika antara siswa yang
mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan matematika realistik berbantuan
media grafis dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen, dan jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu (quasi eksperiment),
karena
tidak semua variabel dapat
dikontrol
secara
ketat.
Rancangan
eksperimen yang digunakan adalah Non
Equivalent Control Group Design. Data
hasil belajar matematika siswa dalam
penelitian ini diambil dari skor post test
yang diberikan pada akhir penelitian. Post
test
digunakan
untuk
mengetahui
perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan
matematika
realistik berbantuan media
grafis dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Pre test dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kesetaraan dari kedua kelompok dalam
penelitian. Seperti yang dikemukakan
(Dantes (2012: 34) Pemberian Pra tes
biasanya digunakan untuk mengukur
ekuivalensi atau menyetarakan kelompok.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD gugus 1 Mengwi.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
mengkombinasikan
teknik
probability
sampling dan non probability sampling
yakni teknik purposive simple random
sampling. Seperti yang dikemukakan oleh
Dantes (2012:47) bahwa “Sebagai suatu
catatan, dalam penelitian-penelitian dimana
terjadi
penarikan
sampel,
sangat
memungkinkan kombinasi penggunaan
teknik sampling, baik pada sampling
probabilitas, nonprobabilitas, atau bahkan
kombinasi antara teknik probabilitas dengan
nonprobabilitas. Dengan kata lain, satu
tahap didasarkan atas prinsip probalitas,
dan selebihnya dilakukan atas prinsip
sampling
non
probalitas”.
Menurut
Sugiyono (2011: 96) Sampling purposive
adalah pengambilan sampel berdasarkan
kriteria tertentu.
Dan simple random
sampling adalah penarikan sampel secara
sederhana dengan cara random (acak).
Kriteria sampel yang dipilih dalam penelitian
ini adalah sampel besar, yakni sampel yang
kelasnya berjumlah tiga puluh atau lebih
dari tiga puluh siswa. Di SD Gugus 1
Mengwi terdapat tiga sekolah dasar yang
memiliki jumlah siswa kelas V yang lebih
dari tiga puluh. sekolah tersebut adalah SD
No. 1 Munggu, SD No. 2 Cemagi dan SD
No. 4 Cemagi. Berdasarkan keterangan
dari kepala gugus inti yang menyatakan
bahwa seluruh SD di Gugus 1 Mengwi telah
setara, selanjutnya ketiga sekolah yang
memenuhi kriteria diundi untuk menentukan
sampel dalam penelitian. Dari hasil
pengundian diperoleh dua kelompok kelas
sebagai sampel. Kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol ditentukan dengan cara
diundi kembali, dengan hasil SD No.2
Cemagi sebagai kelompok eksperimen dan
SD No.4 Cemagi sebagai kelompok kontrol.
Data hasil belajar matematika siswa
dikumpulkan dengan menggunakan tes
hasil belajar. Tes hasil belajar yang
digunakan adalah tes esai/uraian. Menurut
Azwar (1999:108) soal bentuk esai (uraian)
merupakan
teknik
terbaik
untuk
mengungkapkan
kemampuan
mengorganisasikan
pikiran
dan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
menyatakan pengetahuan secara lengkap.
Dalam menjawab tes esai siswa dituntut
untuk menjawab secara rinci, teliti, dan
berpikir sistematik. Menurut Sudjana (1989:
36) tes esai memiliki kelebihan diantaranya:
1) Dapat mengukur proses mental atau
aspek kognitif lebih tinggi. 2) Dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa,
baik lisan, maupun tulisan, dengan baik dan
benar. 3) dapat melatih kemampuan pola
berpikir logis, analitis, dan sistemati. 4)
Mengembangkan ketrampilan pemecahan
masalah. 5) Pembuatan soal lebih cepat
serta dapat melihat proses berpikir siswa.
Menurut Sudijono (1996: 302) pensekoran
tes uraian umumnya berdasarkan bobot
yang diberikan pada setiap butir soal
tingkat kesukarannya, banyak sedikitnya
pendapat serta tepat atau tidak pendapat
yang dikemukakan. Dalam penelitian ini,
penilaian hasil belajar menggunakan
rentangan penilaian 0-4.
Sebelum digunakan tes hasil belajar
matematika
diuji
cobakan
untuk
menentukan validitas dan reliabilitas dari
instrument
yang
digunakan
dalam
penelitian. Sebuah tes dikatakan valid atau
sahih jika tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Menurut Arikunto (2002 :
144) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan kevalidan atau kesahihan
suatu instumen. Untuk mengukur validitas
tes digunakan rumus korelasi product
moment. Nilai yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh
dari r tabel, jika r hitung > r tabel maka soal
di kategorikan valid. Berdasarkan hasil
analisis dari 20 soal yang diuji cobakan
terdapat 19 butir soal yang valid.
Butir-butir soal yang valid kemudian
diuji reliabilitas. Untuk mencari reliabilitas
tes soal esai keseluruhan digunakan rumus
Alpha Cronbach, karena tes essay bersifat
palitomi. Berdasarkan derajat reliabilitas
tes, yang dikemukakan oleh Guilfird (dalam
Koyan, 2011:136) 19 butir soal tersebut
dalam katagori reliabilitas sangat tinggi.
Teknik analisis data pada penelitian
ini menggunakan uji-t (t-test). Sebelum
dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat yakni uji normalitas dan uji
homogenitas varians. Uji normalitas
sebaran data menggunakan rumus chi
kuadrat
Kriteria pengujian pada taraf
signifikansi 5% adalah 11,07. Jika x2
hitung < x2tabel dengan dk = k-1 maka
data berdistribusi normal. Uji homogenitas
varian antar kelompok menggunakan rumus
Uji-F. “Uji homogenitas dilakukan untuk
membuktikan bahwa perbedaan yang
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi
akibat adanya perbedaan antar kedua
kelompok” (Winarsunu 2010: 100). Kriteria
pengujian untuk mengetahui data yang
mempunyai varians yang homogen yaitu,
Fhit < Ftabel (n1 – 1, n2 - 1) maka sampel
homogen. Pengujian dilakukan pada taraf
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan
untuk pembilang n1 – 1 dan derajat
kebebasan untuk penyebut n2 – 1.
Jika dari hasil uji normalitas dan
homogenitas varians, diketahui bahwa
sampel berdistribusi normal dan homogen
maka dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Analisis statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian ini adalah uji t
separated varians dengan taraf signifikansi
5% (  =0,05) atau taraf kepercayaan 95%
dengan dk = n1+n2- 2. Kriteria pengujian
hipotesis dalam penelitian ini, jika thitung
ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan
Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ttabel mak,
Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data hasil penelitian ini
memaparkan nilai rata-rata, nilai tertinggi,
dan nilai terendah dari data hasil belajar
matematika
baik
pada
kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol.
Berdasarkan analisis nilai post tes hasil
belajar matematika, nilai rata-rata kelompok
eksperimen lebih dari nilai rata-rata
kelompok kontrol. Nilai rata-rata dari
kelompok eksperimen 81,53 dan nilai ratarata kelompok kontrol 74,79.
Nilai tertinggi yang diperoleh oleh
siswa pada kelompok eksperimen sebesar
93, dan nilai tertinggi siswa pada kelompok
kontrol sebesar 85. Nilai terendah yang
diperoleh siswa pada kelompok eksperimen
63, dan nilai terendah yang diperoleh oleh
siswa pada kelompok kontrol 58.
Berdasarkan hasil analisis nilai post
tes hasil belajar matematika terdapat
perbedaan nilai rata-rata yang diperoleh
oleh siswa yang mengikuti pembelajaran
pendekatan pendidikan matematika realistik
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Perbedaan yang signifikan
juga terlihat dari hasil uj-t terhadap nilai
post tes hasil belajar kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Analisis uji-t hasil
belajar kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dilakukan setelah melaksanakan uji
prasyarat yakniuji normalitas dan uji
homogenitas.
Uji normalitas data dilakukan pada
kedua kelompok yaitu pada kelompok
eksperimen yang dibelajarkan dengan
pendekatan pendidikan matematika reastik
berbantuan media grafis, dan pada
kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional. Berdasarkan
hasil analisis nilai post tes hasil belajar
matematika pada kelompok eksperiment
diperoleh
= 2,84. Dengan dk = k-1
pada taraf signifikansi 5% diperoleh
= 11,07. Karena
<
maka
data hasil belajar matematika pada
kelompok eksperimen
dikategorikan
berdistribusi normal. Sedangkan analisis
nilai post tes hasil belajar matematika pada
kontol diperoleh
= 2,77. Dengan dk
= k-1 pada taraf signifikansi 5% diperoleh
= 11,07. Karena
<
maka data hasil belajar matematika pada
kelompok kontrol dikategorikan berdistribusi
normal.
Setelah
data
hasil
belajar
matematika kedua kelompok dinyatakan
berdistribusi
normal
dilakukan
uji
homogenitas varian antar kelompok.
Uji homogenitas varian antar kelompok
menggunakan Uji-F. Berdasarkan analisis
uji homogenitas varian diperoleh
sebesar 1,07, nilai ini kemudian
dibandingkan dengan nilai
. Derajat
kebebasan pembilang 38-1 = 37 dan
derajat kebebasan penyebut 38-1 = 37
dengan taraf signifikansi 5%, maka
diperoleh
sebesar 1,76. Karena
<
, ini berarti nilai post test
hasil belajar matematika pada kolompok
eksperimen
serta
kelompok
kontrol
homogen.
Hasil
uji
normalitas
dan
homogenitas varians yang dilakukan pada
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, menunjukan bahwa sebaran data
pada kedua kelompok berdistribusi normal
dan homogen, selanjutnya data hasil
belajar matematika dianalis dengan uji-t.
Kriteria pengujian hipotesis adalah jika
thitung < ttabel, maka ho diterima (gagal ditolak)
dan ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel,
maka ho ditolak dan ha diterima. Pengujian
dilakukan pada taraf signifikan 5% (α =
0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan
dk = n1+ n2–2. Hasil perhitungan uji-t
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Penelitian antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Penelitian
Hasil Belajar
Matematika
thitung
5,15
Berdasarkan tabel sebeumnnya,
diperoleh nilai t hitung sebesar 5, 15 dan
nilai t tabel pada tarap signifikansi 5%,
dengan dk=74 sebesar 2,00. Karena nilai
thitung lebih dari nilai ttabel (5,15 > 2,00), maka
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti,
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar matematika antara siswa yang
mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan matematika realistik berbantuan
media grafis dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
ttabel
2,00
Status
Ho ditolak
Berdasarkan pernyataan dari ketua
Gugus 1 Mengwi serta hasil uji kesetaraan
data tes sumatif matematika siswa kelas IV
semester 2 kedua sampel penelitian ini
dinyatakan
setara.
Hal
tersebut
menunjukan bahwa sebelum diberikan
perlakuan kedua kelompok mempunyai
kemampuan awal yang sama. Kedua
sampel yang telah terpilih diundi untuk
menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Keompok eksperimen
dibelajarkan
dengan
pendekatan
pendidikan matematika relistik sedangkan
kelompok kontrol dibelajarkan dengan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran konvensional. Perlakuan
tersebut diterapkan selama 8 kali baik pada
kelas
eksperimen
maupun
kontrol,
selanjutnya kedua kelompok dikenakan
pengkuran ( post test).
Berdasarkan analisis nilai post
test hasil belajar matematika kedua
kelompok
maka
diketahui
terdapat
perbedaan nilai rata-rata antara kedua
kelompok. Nilai rata-rata siswa pada
kelompok eksperimen yang mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan
matematika realistik berbantuan media
grafis lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata siswa pada kelompok kontrol yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Nilai
rata-rata pada kelompok eksperimen
sebesar 81,53 sedangkan nilai rata-rata
pada kelompok kontrol sebesar 74,79.
Selain nilai rata-rata hasil belajar siswa,
perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari
keseluruhan nilai post test hasil belajar
matematika siswa yang dianalisis melalui uji
hipotesis menggunakan uji-t. Sebelum
dilakukan uji hipotesis mengunakan uji-t,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Dari hasil anasilis uji prasyarat diketahui
bahwa sebaran data nilai post test hasil
belajar matematika kedua kelompok
berdistribusi normal dan homogen. Karena
data pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol telah memenuhi uji
prasyarat maka dilanjutkan dengan uji
hipotesis menggunakan uji-t. Dari hasil
analisis diperoleh
= 5,15 dan
=
2,00 dalam taraf signifikansi 5% dan derajat
kebebasan = 74. Berdasarkan hasil analisis
tersebut dapat disimpulkan bahwa
>
maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Sehingga
terdapat
perbedaan
yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika
antara siswa yang mengikuti pembelajaran
pendekatan pendidikan matematika realistik
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
Perbedaan hasil belajar yang
ditimbul dikarenakan adanya perbedaan
proses dalam pembelajaran. Pendekatan
pendidikan matematika realistik merupakan
pendekatan dalam pembelajaran yang
beorientasi
pada
permasalahanpermasalahan kontekstual. Permasalahan
yang
dekat
dengan
siswa
atau
permasalahan yang mampu dibayangkan
oleh
siswa.
Hal
tersebut
dapat
menumbuhkan minat belajar siswa karena
materi yang dibelajari dirasakan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
bantuan media grafis sebagai media
pembelajaran seperti gambar semakin
menumbuhkan
minat
belajar
siswa.
Permasalahan
kontektual
yang
disampaikan dapat dipertegas melalui
media grafis seperti gambar. Karena media
grafis berfungsi menyampaikan pesan atau
imformasi dari pengirm ke penerima pesan,
dari guru ke murid ataupun sebaliknya.
Selain itu media grafis juga dapat menarik
perhatian siswa dengan gambar serta
warna
yang
menarik.
Dengan
menggunakan pendekatan matematika
realistik berbantuan media grafis siswa
dapat berperan secara aktif sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal
tersebut juga bermuara pada hasil belajar
yang diperoleh siswa, seperti yang telah
diunggkapkan diatas berdasarkan hasil
analisis uji-t menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika antara siswa yang
dibelajarkan
dengan
pendekatan
pendidikan matematika realistik dengan
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara pendekatan pembelajaran
matematika realistik dengan pembelajaran
konvensional juga dikemukakan oleh Ari
Sutariani. Rata-rata skor hasil belajar pada
kelompok eksperimen = 19,57 sedangkan
pada
kelompok
kontrol=
10,61.
Derdasarkan hasil uji hipotesi terhadap
hasil belajar matematika diperoleh thitung =
6,179. Penelitian yang dilakukan oleh
Wiwik Arimiarti di Desa Angseri (2012) juga
mengemukakan
bahwa
pendekatan
pendidikan matematika realstik berbantuan
lembar kerja siswa berpengaruh terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV di
Desa Angseri. Dengan hasil rata-rata
kelompok eksperimen lebih besar dari
kelompok kontrol yakni XE = 53
XK =
41,7.
Berdasarkan teori yang melandasi,
penelitian lain yang mendukung, serta hasil
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
analisis post tes hasil belajar matematika
siswa, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan
matematika realistik berbantuan media
grafis dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensionaal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar matematika antara siswa yang
mengikuti
pembelajaran
pendekatan
pendidikan matematika realistik berbantuan
media grafis dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil analisis uji hipotesis
yang menggunakan uji-t dengan hasil thitung
lebih dari ttabel yaitu 5,15 > 2,00 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Selain itu nilai
rata-rata hasil belajar matematika kelompok
eksperimen lebih besar daripada kelompok
kontrol yaitu 81,53 > 74,79.
Dengan
demikian
pendekatan
pendidikan
matematika realistik berbantuan media
grafis berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Gugus 1
Mengwi.
DAFTAR RUJUKAN
Aisyah Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan
Pembelajaran
Matemtika
SD.
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Deprtemen
Pendidikan
Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Japa I Gusti Ngurah, dkk. 2011. Pendidikan
Matematika I. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha
Koyan. 2011. Assesmen dalam Pendidikan.
Singaraja: UNDIKSHA
Pribadi A Beny. 2009. Model Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning. Bogor:
Ghalia Indonesia
Sanjaya .2009.”Metode Pembeajaran
Ceramah di Kelas”.Tersedia pada
http://stkipselong.blogspot.com/2010
/01/blog-post.html. (diakses tanggal
18 Februari 2013)
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
------------------. 1989. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sudijono Anas. 1996. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono.
2011.
Metode
Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta
Arikunto,
Suharsini.
2002.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Sukirman. 2012. Pengembangan Media
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani
Azwar, Saifuddin. 1999. Tes Prestasi.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Suryanto. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Jawa Timur: Masmedia
Buana Pustaka.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Jakarta: Badan Standar
Pendidikan
Dantes.
2012.
Metode
Penelitian.
Yogyakarta:CV Andi Offset
Daryanto. 2010. Media Pembeljaran.
Yogyakarta: Gava Media
Suwarsono.2001.”Pembelajaran Pendidikan
Matematia Realistik “. Tersedia pada
http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/j
ournals/2/articles/4/public/JURNALWARLI-4.pdf (diakses tanggal 12
Februari 2013)
Tarigan
Daitin.
2006.
Pembelajaran
Matematika Realistik. Departemen
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pendidikan
Nasional
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Direktorat Ketenagaan
Wijaya
Ariyadi.
2012.
Pendidikan
Matematika Realistik. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Winarsunu. 2010. Statistik Dalam Penelitian
Psikologi Dan Pendidikan.Malang:
Universitas
Negeri
Malang
Download