BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi
Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi
bukan merupakan suatu proses yang bersifat harmonis atau gradual, tetapi
merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus.Pembangunan
ekonomi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada
perekonomian terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan
ekonomi memiliki kaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah
sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi atas barang dan jasa
yang dihasilkan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun (Suryana,
2000:55).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses. Proses yang dimaksud
merupakan proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru,
pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar baru, alih ilmu
pengetahuan, dan pengembangan perusahaan baru (Arsyad, 2010:374). Menurut
Michael P. Todaro (1993) pembangunan di setiap negara mempunyai 3 tujuan
yang ingin dicapai, yaitu:
15
1) Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan
bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan,
perumahan, kesehatan dan perlindungan.
2) Meningkatkan taraf hidup, termasuk menambah dan mempertinggi
pendapatan, penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang
lebih baik dan memperhatikan nilai budaya dan kemanusiaan, keseluruhan
hal tersebut bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi semata, tetapi
juga untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri, baik individu ataupun
bangsa.
3) Memperluas jangkuan pilihan ekonomi dan social bagi seluruh individu
dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari sikap budak dan
ketergantungan, tidak hanya hubungannya dengan orang lain dan negara
lain, tetapi juga sumber kebodohan dan penderitaan manusia.
2.1.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana kegiatan perekonomian
negara dapat memberikan tambahan pendapatan untuk masyarakat pada periode
tertentu. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat
aktivitas ekonomi yang dicapai lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi menurut Simon Kuznets (dalam Jhingan,
2000:57), adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu daerah untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian
kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki 3 (tiga)
16
komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari
meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan beraneka ragam barang kepada
penduduk; ketiga, pemakaian teknologi secara luas serta efisien membutuhkan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan dari ilmu pengetahuan umat manusia dapat digunakan secara tepat.
Boediono (1999:8) menyebutkan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek,
yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud
„mengguruiβ€Ÿ, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran
ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono (1999:1-2) menyebutkan secara lebih
lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan “output
perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk, sebab hanya
apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita
bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang
tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu (Arsyad,
2010:270):
17
a. Akumulasi Modal
Akumulasi Modal adalah seluruh investasi baru yang masuk berwujud
tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia, akan terjadi bila
ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan selanjutnya
dinvestasikan yang bertujuan untuk memperbesar output pada masa yang
akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya baru dan
meningkatkan sumber daya yang telah ada.
b. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan seluruh hal yang berkaitan dengan
peningkatan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor positif dalam
memacu pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan tersebut tergantung
pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan
memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.
c. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi adalah faktor
yang paling penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi dipengaruhi oleh cara-cara baru dan cara-cara lama
yang dibenahi dalam melakukan pekerjaan tradisional.
2.1.3 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Menurut Blakely (1994:50) pembangunan ekonomi daerah merupakan
kondisi yang berorientasi pada proses pembangunan institusi baru, pengembangan
kapasitas tenaga kerja, pembangunan industri alternatif, identifikasi pasar, alih
teknologi serta membangun perusahaan lainnya. Pembangunan ekonomi daerah
18
merupakan proses yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu, potensi
pertumbuhan ekonomi berbeda di setiap daerah tergantung pada kondisi ekonomi
regional (Jeffrey, 2007). Karakteristik dari pembagunan ekonomi daerah lebih
ditekankan pada pembangunan yang bersifat endogen yang artinya memakai
sumber daya manusia dan sumber daya alam daerah untuk membuat kesempatan
kerja baru dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam Pembangunan ekonomi daerah, pengertian daerah (region) itu
sendiri berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi oleh
Syafrizal (2008:10) daerah memiliki tiga pengertian yaitu:
1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan
di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.
Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapita,
sosial budaya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti
ini disebut daerah homogen.
2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh
satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini
disebut daerah modal.
3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu
administrasi tertentu seperti satu Provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan
sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi
suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah
administrasi.
19
Pembangunan
ekonomi
daerah
merupakan
suatu
proses
dimana
pemerintah daerah beserta masyarakatnya mengelola sumber daya yang tersedia
dan membuat suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta dalam usaha untuk menciptakan lapangan kerja baru dan memacu kegiatan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:298).
Sjafrizal (1997) menyatakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah,
kebijakan utama yang harus dilakukan adalah mengusahakan semaksimal
mungkin agar prioritas pembangunan daerah dapat sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Kondisi ini penting diusahakan karena potensi pembangunan yang
dimiliki oleh masing-masing daerah sangat bervariasi atau memiliki karakteristik
yang berbeda. Karena itu, bila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumber daya
yang dimiliki kurang dapat digunakan atau dimanfaatkan secara maksimal. Secara
makro, potensi ekonomi daerah juga merupakan salah satu indikator daya saing
suatu daerah. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah akan membantu dalam
pembentukan kompleksitas daya saing dari daerah (Anthoni Mayes, 2010).
Potensi ekonomi yang dimiliki oleh setiap sektor ekonomi di daerah sangat
berkaitan dengan kegiatan ekonomi daerah. Pertumbuhan atau penurunan yang
terjadi pada sektor ekonomi sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
(Janaranjana et al, 2010)
Pertumbuhan ekonomi daerah (wilayah) adalah pertambahan pendapatan
masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
(added value) yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49). Pertumbuhan
20
ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu
(PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRBt-1) sebagai berikut:
Laju Pertumbuhan Ekonomi=
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 −𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 −1
𝑃𝐷𝑅𝐡𝑑 −1
×100%
Pendapatan daerah menunjukan balas jasa untuk faktor-faktor produksi
yang beroperasi atau digunakan di daerah tersebut ( modal, tanah, tenaga kerja
dan tekonologi ), yang berarti dapat menunjukan kemakmuran daerah tersebut.
Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang
terjadi di daerah yang bersangkutan ditentukan juga oleh seberapa besar transfer
payment, yaitu bagian pendapatan yang keluar daerah atau mendapat aliran dari
luar daerah (Dini, 2007).
a. Teori Whilt Whitman Rostow
Menurut Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economics
Growth (1965) proses pertumbuhan ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam lima
tahapyaitu: pertama, masyarakat tradisional dimana dalam tahapan inimasyarakat
memakai metode produksi yang masih kuno atau tradisional dengan kebiasaan
turun-temurun. Kedua, tahapan
prasyarat tinggal
landasdimana terjadi
transformasi diseluruh sektor kehidupan sepertitransformasi dari sektor pertanian
kearah sektor perkotaan. Ketiga,tahapan tinggal landas dimana terjadinya
perubahan secara drastisbaik dari revolusi politik, terciptanya berbagai inovasi
sertamunculnya pasar-pasar baru. Keempat, tahap menuju kedewasaan dimana
industri telah berkembang secara pesat, penggunaaan teknologi yang semakin
21
canggih dan efektif disemua sektor produksi, peningkatan kualitas tenaga kerja
dan terjadi perubahan-perubahan sosial. Kelima, tahap konsumsi tinggi dimana
segala sesuatu terpusat pada konsumsi bukan produksi (Zakaria, 2009:113-116).
b. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Regional
Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan sir
Roy.F.Harrod. Teori ini merupakan pengembangan dari teori makro Keynes yang
dianggap memiliki kekurangan yaitu tidak mengungkapkan masalah ekonomi
yang akan terjadi untuk jangka panjang (Solow, 1956). Menurut teori HarrodDomar, pembentukan modal merupakan faktor yang utama dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat dicapai melalui proses
akumulasi tabungan (Arsyad, 2010:84). Teori Harrod-Domar mempunyai
beberapa asumsi yaitu:
1) Perekonomian berada dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment)
serta barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara
maksimal.
2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan, ini menunjukan pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak
termasuk.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dari titik nol.
4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save ) besarnya
tetap, demikian juga dengan rasio antara modal-output (Capital Output
22
Ratio) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output
Ratio).
c. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Samuelson pada tahun 1955 dalam Tarigan (2007:55) memperkenalkan
teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike). Teori ini menjelaskan setiap wilayah
perlu untuk mengetahui sektor atau komoditi apa yang mempunyai potensi serta
mampu dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam ataupun karena
sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif untuk dikembangkan. Kondisi
tersebut memiliki arti bahwa dengan kebutuhan modal yang sama, sektor tersebut
mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar, mampu berproduksi dengan
waktu yang singkat
dengan kontribusi sumbangan yang
besar
untuk
perekonomian.
Perkembangan sektor tersebut akan memacu sektor lain untuk ikut
berkembang sehingga akan mempengaruhi naiknya pertumbuhan ekonomi.
Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor sektor saling mempengaruhi
dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu akan mendorong
pertumbuhan sektor yang lain, begitu pula sebaliknya. Menggabungkan kebijakan
jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan membuat
perekonomian tumbuh cepat.
2.1.4 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
penting yang digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu daerah
dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
23
harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan
keseluruhan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi dalam suatu daerah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, selanjutnya PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah atas barang dan jasa yang
kemudian dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku memliki fungsi untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi
pada suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi
yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Selain itu, PDRB juga dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB
(perubahan indeks implisit). Indeks harga implisit adalah rasio antara PDRB
menurut harga berlaku dan PDRB menurut harga konstan.
Perhitungan untuk metode langsung dapat dikerjakan melalui tiga
pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan serta pendekatan
pengeluaran. Meskipun memiliki tiga pendekatan yang berbeda namun akan
memberikan hasil perhitungan yang sama (BPS, 2002:5).
1. Pendekatan Produksi
Pendekatan
produksi
(Production
Approach)
dilakukan
dengan
menghitung nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit
24
produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun).
Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dikatakan juga sebagai penghitungan
melalui nilai tambah (value added). Pendekatan produksi merupakan perhitungan
nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor atau sub
sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai
biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai
input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang yang termasuk input
antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali
proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun,
sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan
termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung
neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2007).
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diperoleh dari faktor-faktor
produksi yang turut serta di dalam proses produksi di suatu wilayah atau region
dalam jangka waktu tertentu (umumnya setahun). Balas jasa faktor produksi
tersebut berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.
Termasuk sebagai Komponen penyusun PDRB adalah penyusutan barang modal
tetap dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per
sektor disebut sebagai surplus bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah dari nilai
tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
25
3. Pendekatan Pengeluaran
PDRB merupakan jumlah keseluruhan pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto di
suatu wilayah/region pada suatu periode (biasanya setahun), yang dimaksud
dengan ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.
Selama ini, data PDRB yang dipublikasikan oleh BPS menggunakan
pendekatan produksi (lapangan usaha) dan pendekatan pengeluaran (penggunaan).
Pengumpulan data PDRB dilakukan sebagai berikut:
a. Untuk PDRB sektoral, data dikumpulkan dari departemen/intansi terkait.
Data yang dikumpulkan dari setiap sektor antara lain berupa data produksi,
data harga di tingkat produsen, dan biaya yang dikeluarkan untuk
berproduksi, serta data pengeluaran, yang diperoleh baik melalui survei
maupun estimasi.
b. Untuk PDRB pengeluaran, data dikumpulkan departemen/intansi terkait
yang secara resmi mengeluarkan data (seperti ekspor-impor, pengeluaran
dan investasi pemerintah, serta investasi swasta) dan melalui survei-survei
khusus (seperti survei khusus pengeluaran rumah tangga).
Sejak tahun 2004, data PDRB yang disajikan menggunakan tahun dasar
2000 yang mencakup periode data sejak tahun 2000. Perubahan tahun dasar dari
1993 menjadi 2000 dilakukan karena struktur perekonomian Indonesia dalam
kurun waktu tersebut telah mengalami perubahan yang signifikan, meliputi
26
perkembangan harga, cakupan komoditas produksi dan konsumsi serta jenis dan
kualitas barang maupun jasa yang dihasilkan.
2.1.5 Sektor Potensial
Potensi ekonomi suatu daerah merupakan suatu kemampuan ekonomi
yang dimiliki oleh daerah yang mampu dan layak untuk dikembangkan, sehingga
dalam jangka panjang akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan
rakyat setempat, bahkan mampu membantu serta menopang perekonomian daerah
secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkelanjutan
(Soeparmoko, 2002). Potensi ekonomi ini mencakup semua kekayaan atau sember
daya fisik maupun non fisik pada area atau wilayah tertentu sehingga dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan daerah.
Sektor potensial atau unggulan adalah sektor yang salah satunya
dipengaruhi oleh faktor anugrah (endowment factor), selanjutnya sektor ini akan
berkembang dengan didukung adanya investasi sehingga bisa menjadi tumpuan di
masa yang akan datang (Nurlatifa, 2006). Sektor potensial/unggulan harus
memiliki kelebihan, yaitu unggul secara komparatif dan unggul secara kompetitif.
Menurut Arsyad (2010:367), terdapat beberapa ukuran pertumbuhan ekonomi
yang pada dasarnya dapat menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah
dengan lingkungan sekitarnya sebagai sektor yang mendukung pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan, yaitu : 1) Location Quotients (LQ), 2) Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), 3) Overlay
27
2.1.6 Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi yaitu membedakan kegiatan perekonomian regional
kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non-basis. Sektor basis adalah
sektor yang kinerjanya utamanya bergantung pada pengaruh kondisi ekonomi
eksternal terhadap perekonomian lokal untuk pembangunan ekonomi, sementara
sektor non-basis adalah sektor yang kinerja utamanya bergantung pada kondisi
ekonomi internal regional itu sendiri dan terfokus pada persediaan untuk
konsumsi lokal (Thomas et al, 1998). Teori basis ekonomi yang dikemukakan
oleh Harry W. Richardson (1978:14) menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Dalam teori basis ekonomi
bahwa semua wilayah merupakan sebuah sistem sosio ekonomi yang terpadu.
Bertambah banyaknya kegiatan basis suatu daerah akan berpengaruh terhadap
bertambahnya arus pendapatan daerah tersebut, yang selanjutnya akan menambah
permintaan barang dan jasa di daerah tersebut, kemudian akan menumbuhkan
kegiatan non-basis. Sebaliknya jika kegiatan basis berkurang akan berdampak
pada berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu daerah, sehingga
akan mengakibatkan turunnya permintaan produk dari kegiatan non-basis.
Pertumbuhan industri yang memakai sumber daya lokal, termasuk tenaga
kerja dan bahan baku untuk diekspor akan mampu menghasilkan kekayaan daerah
dan menciptakan peluang kerja (job creation). Daerah memiliki kesempatan untuk
mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan cara memanfaatkan tenaga
kerja yang ada termasuk yang berasal dari luar daerah dalam rangkameningkatkan
28
peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori basis ekonomi umumnya
menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan menentukan sektor
potensial. Apabila sektor potensial tersebut dapat dikembangkan dengan baik akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,
yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan daerah secara maksimal
(Arsyad, 1999:116). Untuk menganalisis basis ekonomi suatu daerah atau wilayah
teknik yang dapat digunakan yaitu Location Quotient (LQ) ini berfungsi untuk
mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan.
2.1.7Model Pertumbuhan Interregional
Model pertumbuhan interregional adalah perluasan dari teori basis ekspor,
yaitu dengan menambah faktor-faktor yang memiliki sifat eksogen. Model basis
ekspor hanya membahas daerah yang bersangkutan tanpa memperhitungkan
pengaruh dari daerah tetangga. Sedangkan Model interregional ini memasukan
dampak dari daerah tetangga. Dalam hipotesis model interregional perdagangan
dan investasi daerah harus mengarah pada pemerataan upah di daerah dan
permerataan pendapatan per kapita di daerah dengan tingkat tenaga kerja,
keterampilan dan investasi yang sama (Casey, 2003).
Terdapat beberapa alat analisis yang bisa digunakan dalam menentukan
potensi relatif perekonomian suatu wilayah atau daerah, sebagai berikut:
a. Analisis Shift Share
Analisis ini merupakan teknik yang berfungsi untuk menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dengan membandingkan data ekonomi
nasional dengan ekonomi daerah (Wali I. Mondal, 2009). Tujuan dari
29
analisis shift share yaitu untuk mengukur efisiensi relaitf dan produktivitas
kerja
dalam
pertumbuhan
ekonomi
daerah
dengan
cara
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (Wei Chen and
Jiuping Xu, 2007). Analisis shift share juga memberikan data tentang
kinerja perekonomian yang digolongkan ke dalam 3 bidang dan memiliki
hubungan satu sama lainnya yaitu (James Brox and Carvalho, 2008):
1) Komponen pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan
jalan menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan
dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang
menjadi acuan.
2) Komponen bauran industri adalah perbedaan antara pertumbuhan
daerah dengan menggunakan pertumbuhan kabupaten/kota sektoral
serta
pertumbuhan
daerah
dengan
pertumbuhan
provinsi.
Komponen bauran industri ini mengukur apakah perekonomian
daerah yang terkonsentrasi pada industri regional atau daerah dapat
tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang menjadi acuan.
3) Komponen keunggulan kompetitif, berfungsi untuk mengukur
seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan
perekonomian yang menjadi acuan.
b. Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ)berfungsi untuk mengetahui seberapa besar
tingkat keunggulan komparatif sektor basis atau unggulan atau LQ
digunakan juga untuk menganalisis sumber pertumbuhan regional (Deddy
30
dan Sony, 2013). Menurut Kimbugwe et al (2010) dalam analisis LQ
aktivitas ekonomi suatu daerah atau wilayah dibagi ke dalam 2 kategori,
yaitu:
1) Sektor basis merupakan sektor ekonomi lokal yang melayani pasar
di daerah bersangkutan ataupun luar daerah dan memiliki
ketergantungan pada faktor eksternal.
2) Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang melayani pasar
di daerah itu sendiri dan memiliki ketergantungan dengan kondisi
perekonomian lokal.
Untuk mengidentifikasi sektor basis dan non basis perekonomian adalah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Zheng, 2013):
LQ =
𝑋𝑖𝑗 /𝑋𝑖 ∗
𝑋∗𝑗 /π‘₯∗
Keterangan:
LQ = Nilai Location Quotient
Xij = Jumlah pendapatan sektor i pada tingkat kabupaten (wilayah)
Xi* = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian ditingkat Kabupaten
X*j = Jumlah pendapatan sektor i pada tingkat Provinsi
X* = Jumlah total pendapatan sektor perekonomian ditingkat Provinsi
Teknik LQ merupakan salah suatu pendekatan yang umum digunakan
dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor
kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Dasar pemikiran dari teori basis
ekonomi ini adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa untuk
pasar di daerah ataupun untuk luar daerah, sehingga penjualan keluar daerah akan
31
menghasilkan pendapatan untuk daerah yang bersangkutan. Arus pendapatan dari
luar daerah ini berpengaruh terhadap meningkatnya konsumsi dan investasi di
daerah tersebut, dan akan meningkatkan pendapatan dan menciptakan kesempatan
kerja baru bagi masyarakat ( Tarigan, 2005:60 ).
2.1.8 Konsep Tenaga Kerja
Sonny Sumarsono (2003) mengungkapkan tenaga kerja sebagai semua
orang yang bersedia dan sanggup untuk bekerja. Pengertian tenaga kerja ini
mencakup mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang
tidak mendapat bayaran berupa upah atau mereka yang sebenarnya bersedia dan
mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena
tidak tersedianya kesempatan kerja.
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih memiliki peran yang sangat
penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah air, dan
sebagainya. Karena manusialah yang menggerakan semua sumber-sumber
tersebut sehingga menghasilkan barang (Bakir dan Manning, 1984). Pada
dasarnya tenaga kerja dapat dibagi dalam kedua kelompok, yaitu:
1) Angkatan kerja adalah tenaga kerja berusia 15 tahun yang selama
seminggu yang lalu memiliki pekerjaan, baik yang bekerja ataupun yang
sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu, mereka yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap sedang mencari pekerjaan atau
mengharapkan pekerjaan.
32
2) Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja yang berusia 15 tahun ke atas
yang selama seminggu lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga,
dan sebagainya dan tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan
bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja, golongan ini sering
dinamakan potential labor force.
2.1.9 Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja memiliki pengertian besarnya kesediaan usaha produksi
untuk mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi, yang
memiliki arti bahwa lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk
bekerja dari suatu kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja akan tercipta apabila
adanya permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain
kesempatan kerja juga menunjukan permintaan terhadap tenaga kerja (Sudarsono,
1998).Perluasan kesempatan kerja adalah suatu upaya untuk mengembangkan
sektor-sektor penampung kesempatan kerja dengan produktivitas rendah. Usaha
perluasan kesempatan kerja tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor seperti,
pertumbuhan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi,
tingkat produktivitas tenaga kerja, atau kebijakan mengenai perluasan kesempatan
kerja itu sendiri.
Kesempatan kerja berubah dari waktu ke waktu, perubahan tersebut terjadi
akibat adanya perubahan dalam perekonomian. Hal ini sejalan dengan konsep
dalam ekonomi bahwa permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan
dari permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dalam perekonomian.
Apabila perekonomian berkembang akan berpengaruh terhadap meningkatnya
33
penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi mampu membawa pengaruh
positif untuk kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja (Payaman
Simanjuntak, 1985).
34
Download