BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola hidup menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan penyakit rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif kronik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling tinggi prevalensinya dalam masyarakat umum dan berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas. Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Eropa Timur. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada lansia. Gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF akan meningkat pada lansia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung katup, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, dan lainlain. Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskuler termasuk didalammya Congestive heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. American Heart Association (AHA) tahun 2004 melaporkan 5,2 juta penduduk Amerika menderita gagal jantung, asuransi kesehatan Medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal jantung dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru gagal jantung setiap tahunnya di seluruh dunia. (Cokat, 2008 dalam Necel, 2009).Walaupun angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya. (Sitompul, 2004) Saat ini CHF merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan pengobatan ulang di rumah sakit, meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal. (Miftah, 2004 dalam Scribd 2010) Dari hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit) menunjukkan Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada gagal jantung yaitu sebesar 13,42%. (Riskesdas, 2007). Menurut ahli jantung Lukman Hakim Makmun dari Divisi Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), di Indonesia data prevalensi gagal jantung secara nasional memang belum ada. Namun, sebagai gambaran, di ruang rawat jalan dan inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada 2006 lalu didapati 3,23 % kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien. (RM.Expose, 2006). Sedangkan pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita CHF yang pada umumnya adalah lansia. Sebagian besar lansia yang didiagnosis CHF ini tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun. (Charlie, 2005 dalam Indowebster, 2010). Selain itu di RS. Roemani Semarang, kasus penderita jantung mencapai angka 79 penderita dengan kematian 15 orang pada tahun 2006. Jumlah tersebut menunjukkan kematian pada penderita gagal jantung mencapai 18,9% dari penderita yang dirawat. Kemudian pada awal hingga pertengahan tahun 2007, penderita gagal jantung berjumlah 28 orang, penderita meninggal berjumlah 7 orang, dengan kata lain mencapai angka kematian sebesar 25% pada pertengahan tahun, sehingga menunjukkan angka yang lebih besar jika dibandingkan dengan angka kematian pada tahun 2006. (Indowebster, 2011) Berdasarkan data rekam medis RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo, jumlah pasien baru rawat inap CHF mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir , yaitu sebanyak 238 pasien pada tahun 2008, 248 pasien pada tahun 2009 dan sebanyak 295 pasien pada tahun 2010. Sedangkan di RS. Stella Maris pasien baru rawat inap CHF juga cukup banyak selama tahun 2010 yaitu sebanyak 114 pasien. Penyebab CHF secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya Gagal Jantung. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan menyertai gagal jantung. Berdasarkan penelitian epidemiologis prospektif, misalnya penelitian Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia lebih dari 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan, dan ditemukan mortalitas pada gagal jantung selama lima tahun sebesar 62% pada laki-laki dan 42% pada perempuan. (Sani, 2007 dalam Ihdaniyati , 2008). Faktor risiko jantung koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu faktor kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung. (Mariyono, 2007) Pada Study CARDIA yang dimulai pada tahun 1985-1986, ditemukan 19% kasus dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan menderita gagal jantung. Selain itu ditemukan beberapa variabel yang berhubungan dengan gagal jantung yaitu tekanan diastole yang lebih tinggi, tekanan darah sistolik yang lebih tinggi, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan adanya diabetes. (Giyati, 2009) Adapun penelitian lain mengenai CHF adalah NHANES I Epidemiologic Follow-up Study, yaitu penelitian kohort prospektif yang dilakukan di Amerika selama kurang lebih 19 tahun, dimana pada 1.382 kasus CHF, ditemukan insiden CHF adalah positif dan signifikan terkait dengan seks laki-laki, merokok, kelebihan berat badan, hipertensi , diabetes, dan penyakit jantung koroner. (Jiang, 2001) Seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang lain, CHF tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang bayak dilakukan seiring berubahnya pola hidup, seperti konsumsi lemak tinggi, kurang aktivitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Hasil survei di Amerika menemukan bahwa hampir 40% kebutuhan kalori mereka berasal dari lemak. Kondisi ini sangat beresiko terhadap kejadian penyakit jantung. Terutama bila konsumsi lemak ini tidak diiringi dengan konsumsi serat dari buah-buahan dan sayuran yang cukup. Selain itu, beberapa studi menemukan bahwa alkohol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan juga dapat meningkatkan molekul tertentu yang dapat meningkatkan penyakit jantung. Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut maupun gagal jantung aritmia. Alkohol ditemukan menyebabkan gagal jantung pada 2-3% dari kasus. (Mariyono, 2007) Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang gambaran faktor demografi, penyakit penyerta dan gaya hidup pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF) di Makassar tahun 2011. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran karakteristik demografi pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF)? 2. Bagaimana gambaran riwayat penyakit penyerta pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF)? 3. Bagaimana gambaran gaya hidup pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF)? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran penyakit Congestive Heart Failure (CHF) di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF) b. Untuk mengetahui gambaran riwayat penyakit penyerta pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF) c. Untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF) D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi beberapa Rumah Sakit di Makassar dalam menangani pasien yang menderita penyakit Congestive Heart Failure (CHF), terutama di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Stella Maris Makassar. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijakan dalam mencegah kejadian penyakit CHF, khususnya pada masyarakat sekitar wilayah kerja rumah sakit. 2. Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan dapat menambah wawasan terutama mengenai gambaran faktor demografi, penyakit penyerta dan gaya hidup pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF). 3. Manfaat Bagi Peneliti Diharapkan penulis mampu menerapkan disiplin ilmunya di lapangan, terutama yang menyangkut materi Epidemiologi, khususnya penyakit tidak menular, sehingga penelitian ini dapat menjadi suatu pengalaman berharga.