BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Hotel dan Jenis Hotel Pada saat ini kebutuhan jasa perhotelan sangat banyak peminatnya sehingga pihak pengusaha perhotelan memandang hotel bukan saja sebagai suatu tempat untuk menginap tetapi lebih dari itu. Hotel dapat digunakan sebagai tempat transaksi bisnis, tempat jamuan makan untuk tamu dan relasi-relasi bisnis, atau juga sebagai tempat diadakannya acara-acara khusus. Pada intinya hotel bertujuan menyediakan tempat untuk sementara waktu dengan memberikan pelayanan kepada konsumennya dengan harapan para tamu menjadi puas (Yoeti, 2004) Hotel adalah “suatu perusahaan yang menyediakan jasa-jasa dalam bentuk akomodasi (penginapan) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhinya syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial” (Damardjati, 2002). Sedangkan menurut Menparpostel dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. 37/PW.304/MPPT-86 (7 Juni 1986), hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Jenis hotel menurut Darsono (1992), dapat dikategorikan menurut tempat didirikan sesuai fasilitas yang dimiliki hotel tersebut. Jenis hotel dapat dibedakan sebagai berikut : a. Business Hotel Adalah hotel yang dirancang untuk orang-orang yang mempunyai kepentingan usaha atau dagang. Hotel ini terletak dipusat kota atau pusat perdagangan dan lama tamu yang tinggal hanya satu atau dua hari saja. 22 Universitas Sumatera Utara b. Resident Hotel Adalah hotel yang dirancang untuk tamu-tamu yang akan tinggal lama. Hotel ini berada ditengah kehidupan masyarakat dengan tarif khusus sesuai dengan lama tinggal. c. Resort Hotel Adalah hotel yang dirancang untuk tamu yang mempunyai tujuan khusus yaitu untuk istirahat atau rekreasi. Letak hotel biasanya berada dikawasan wisata seperti pegunungan, pantai dan pedalaman dengan tarif kamar yang umumnya mahal. 2.2. Manajemen Pemasaran Jasa 2.2.1. Pengertian Pemasaran Jasa Pemasaran tidak lagi dipandang sebagai proses penjualan suatu produk, namun bertujuan untuk memuaskan pelanggan dan menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai yang tepat dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memenuhi harapannya. Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Yazid (2005), pemasaran jasa adalah perencanaan yang bergerak dari fokus pada transaksi menjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Sedangkan menurut Lovelock (2004), pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa keseluruhan dimana perusahaan tersebut memiliki semua bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai dari periklanan hingga penagihan yang dilakukan pada saat penyerahan jasa. 23 Universitas Sumatera Utara Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada pelanggan dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2.2.2. Bauran Pemasaran Jasa Bauran pemasaran sebagai suatu cara untuk mempengaruhi konsumen agar mau bertindak membeli suatu produk dan jasa, termasuk produk industri jasa. Neil Wearne dan Alison Morrison (Lupiyoadi, 2008) mengatakan bahwa ada tujuh unsur yang diperlukan dalam marketing mix, yaitu : a. Product Produk dan servis dapat diperoleh konsumen dengan uang . Oleh karena itu strategi akan menentukan manfaat apa yang akan diperoleh konsumen kalau konsumen membeli produk yang ditawarkan. b. Price Harga yang ditetapkan untuk suatu produk yang dihasilkan akan dijadikan dasar penawaran untuk target pasar tertentu. Penetapan pasar akan dipengaruhi oleh tujuan perusahaan, kadar persaingan dipasar, biaya operasional, dan faktor ekstern seperti kondisi perekonomian c. Promotion Promotion strategy adalah suatu cara penyampaian informasi kepada calon konsumen yang diharapkan akan membeli produk yang ditawarkan. Pada dasarnya penyampaian informasi itu dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Personal contact (hotel sales representative) 2. Pemasangan iklan di media cetak atau elektronik yang sesuai 3. Melakukan kegiatan sales promotion 24 Universitas Sumatera Utara 4. Mengadakan publikasi dengan bekerjasama dengan media masa yang ada 5. Mengadakan display dan pemasangan outdoor advertising 6. Melakukan direct mail d. Place Yang terpenting dalam strategi ini adalah menetapkan lokasi, distributor atau outlet dimana konsumen dapat melihat dan membeli barang yang ditawarkan. Untuk menjual produk yang ditawarkan oleh industri jasa (hospitality) biasanya digunakan perantara seperti agen perjalanan, tour operator, wholesaler atau hotel reservation representative yang ditunjuk. e. People Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa maka ‘orang’ yang berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam ‘orang’ ini berarti berhubungan dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen sumber daya manusia. f. Process Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. g. Customer service Layanan konsumen (customer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai hasil dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi dan pasca transaksi. 25 Universitas Sumatera Utara 2.3. Kualitas Pelayanan 2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas menurut ISO 9000 (Lupoyoadi, 2008) adalah degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements (derajat yang dicapai oleh karakteristik yang bersatupadu dalam memenuhi persyaratan). Jadi, kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan ISO 9000 merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. pelanggan yang menentukan dan menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Kotler (2002) menyatakan bahwa kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived services) dengan tingkat layanan yang diharapkan (expected service). Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen, dimana persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan. Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para konsumen untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik konsumen. 2.3.2. Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan Parasuraman, Zeithaml dan Berry (Lupiyoadi, 2008) telah mengidentifikasi lima dimensi pokok kualitas pelayanan jasa yaitu : a. Tangible (bentuk fisik), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, personilnya dan sarana komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik adalah penampilan karyawan, peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam memberi layanan, kondisi ruangan (lobby, kamar, kamar mandi, restauran, café), kebersihan, AC, tempat parkir. Fasilitas 26 Universitas Sumatera Utara fisik merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa karena akan memberikan sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan perusahaan. b. Reliability (kehandalan), meliputi dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja (performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal (right the first time). Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang tinggi. c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu para konsumen dan memberikan layanan dengan tanggap. Hal ini tercermin pada kecepatan, ketepatan layanan yang diberikan kepada konsumen, keinginan karyawan untuk membantu para konsumen (misal: Information service atau receptionist memberikan informasi seperti yang diperlukan konsumen dan kecepatan menghubungi kembali konsumen) d. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan para karyawan untuk menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap perusahaan, berupa : 1. Competence (kompetensi), yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan, pengetahuan dan keterampilan personil dalam pengoperasionalan. 2. Courtesy (kesopanan), meliputi sikap santun, respek, perhatian dan keramahan para karyawan (seperti resepsionist, bell boy, waitress, security dan lain-lain) 3. Credibility (kredibilitas), sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan dan interaksi dengan pelanggan (hard selling versus soft selling approach) 27 Universitas Sumatera Utara e. Emphaty (empati), yaitu perhatian tulus yang diberikan kepada para konsumen, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan-hubungan dengan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen, berupa : 1. Access (akses), meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability) dan kemudahan dalam menghubungi. Hal ini berarti lokasi hotel mudah dijangkau dan kemudahan konsumen untuk mendapatkan informasi dan mereservasi kamar hotel atau fasilitas hotel lainnya (contohnya membuat outlet penjualan atau reservasi di bandara, masuk dalam agen perjalanan) 2. Communication (komunikasi), artinya menyampaikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan konsumen. Termasuk didalamnya adalah penjelasan mengenai jasa yang ditawarkan, biaya jasa, serta proses penanganan masalah potensial yang mungkin timbul. 3. Understanding the customer (kemampuan memahami konsumen), yaitu berupaya memahami konsumen dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian individual dan mengenal pelanggan regular. 2.4. Kepuasan Konsumen 2.4.1. Pengertian Kepuasan Konsumen Menurut Shing (2012) kepuasan adalah suatu respon fisiologis, perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya sebelum dan setelah mengkonsumsi produk/jasa tersebut. Tse dan Wilton dalam Lupioadi (2008) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi 28 Universitas Sumatera Utara ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Selanjutnya Engel, et al. dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan. Maka, dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Penilaian pelanggan terhadap kinerja perusahaan didapat setelah pelanggan merasakan pelayanan yang ditawarkan perusahaan. Jika harapan pelanggan lebih tinggi daripada kinerja perusahaan yang dirasakan, maka konsumen merasa tidak puas. Jika harapan konsumen sama dengan kinerja perusahaan, maka konsumen merasa puas. Jika harapan konsumen lebih rendah dari pada kinerja perusahaan maka konsumen merasa sangat puas. Menurut Brierley & MacDougall yang dikutip oleh Tjiptono (2007) tingkat kepuasan memiliki keterkaitan dengan loyalitas pelanggan. Jika pelanggan sudah berada pada tingkat kepuasan tertinggi maka pelanggan akan loyal kepada produk/jasa tersebut 2.4.2. Cara Mengukur Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (Tjiptono, 2007) ada beberapa metode pengukuran dan pemantauan kepuasan pelanggan yakni : a. Complaint and Suggestion (sistem keluhan dan saran) Banyak perusahaan membuka kotak saran dan menerima keluhan yang dialami oleh pelanggan. Saran tersebut disampaikan melalui kartu komentar, customer hot line, telepon bebas pulsa. Informasi ini dapat memberikan ide dan masukan kepada 29 Universitas Sumatera Utara perusahaan yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan cepat tanggap terhadap kritik dan saran tersebut. b. Customer Satisfaction Surveys (survei kepuasan pelanggan) Dalam hal ini perusahaan melakukan survei untuk mendeteksi komentar pelanggan. Survei dapat dilakukan melalui pos, telepon atau wawancara pribadi atau pelanggan dimintai untuk mengisi angket. c. Ghost Shopping (pembeli bayangan) Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang tertentu sebagai pembeli kepada perusahaan lain atau perusahaannya sendiri. Pembeli misteri ini melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayan yang melayaninya. Juga melaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan pengambilan keputusan oleh manajemen. d. Lost Customer Analysis (analisa pelanggan lari) Langganan yang hilang dicoba untuk dihubungi. Mereka diminta untuk mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah ke perusahaan lain. Adakah sesuatu masalah yang terjadi yang tidak bisa diatasi atau terlambat diatasi. Dari kontak semacam ini akan diperoleh informasi dan akan memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi langganan yang lari, dengan cara meningkatkan kepuasan mereka. 2.5. Loyalitas Konsumen 2.5.1 Pengertian Loyalitas Konsumen Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa loyalitas konsumen adalah komitmen konsumen terhadap suatu merek, jasa atau pemasok (perusahaan), berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Sementara itu, loyalitas pelanggan dalam konteks pemasaran jasa didefinisikan oleh 30 Universitas Sumatera Utara Bendapudi dan Berry sebagai respon yang terkait erat dengan ikrar atau janji untuk memegang teguh komitmen yang mendasari kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin dalam pembelian berkelanjutan dan penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi. Kastler dalam Shahi (2011) menyatakan bahwa loyalitas merupakan komitmen konstan terhadap produk atau jasa yang diinginkan. Loyalitas menggambarkan keinginan konsumen untuk terus berlangganan dalam jangka waktu yang panjang, melakukan pembelian dan menggunakan produk atau jasa secara berulang dan merekomendasikan perusahaan terhadap kolega atau orang lain. 2.5.2. Faktor-Faktor Loyalitas Menurut Kotler (2002) terdapat 3 (tiga) faktor sebagai indikator pengukuran loyalitas yaitu : a. Repeat Purchase Apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa akan membeli produk tersebut pada perusahaan tersebut b. Retention Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan dan konsumen tidak terpengaruh kepada pelayanan yang ditawarkan oleh pihak lain c. Referalls Merefrensikan/merekomendasikan secara total eksistensi perusahaan kepada orang lain 2.5.3. Keuntungan Loyalitas Konsumen Setiap perusahaan tentu menginginkan konsumen yang loyal, karena konsumen yang loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu konsumen 31 Universitas Sumatera Utara yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Kotler (2002) mengatakan bahwa setiap kenaikan 5% dari peringkat keberhasilan mempertahankan pelanggan menghasilkan kenaikan laba 25% hingga 125%. Griffin (2003) mengemukakan keuntungan keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain : a. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal) b. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll) c. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit) d. Meningkatkan penjualan silang yang memperbesar pangsa pasar perusahaan e. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang lebih loyal juga berarti mereka yang merasa puas f. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll) 2.5.4. Jenis-Jenis Loyalitas Griffin (2003) membagi loyalitas dalam empat jenis, yaitu : a. Tanpa Loyalitas Yaitu beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu karena beranggapan tidak ada perbedaan tempat penyedia barang atau jasa tertentu 32 Universitas Sumatera Utara b. Loyalitas lemah Yaitu keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Konsumen ini membeli karena kebiasaan. c. Loyalitas tersembunyi Loyalitas tersembunyi (latent loyalty) yaitu tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah. d. Loyalitas Premium Yaitu terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi 2.5.5. Tahap Loyalitas Konsumen Grifin (2003) membagi tahapan membangun loyalitas sebagai berikut : a. Suspect Suspect (tersangka) adalah orang yang mungkin membeli jasa atau produk. Disebut suspect karena penjual percaya, atau “menyangka”, mereka akan membeli, tetapi belum mengetahui mengenai produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan b. Prospect Prospect (prospek) adalah orang yang membutuhkan produk/jasa, dan memiliki kemampuan untuk membeli. Pada tahap ini konsumen belum melakukan pembelian, tetapi lebih mengetahui keberadaan produk/jasa perusahaan yang ditawarkan, karena rekomendasi dari seseorang c. First Time Customer First Time Customer (pembeli pertama kali) adalah konsumen yang telah membeli satu kali. Konsumen tersebut bias jadi merupakan konsumen sendiri dan sekaligus 33 Universitas Sumatera Utara konsumen pesaing. Untuk itulah perusahaan fokus pada konsumen pertama kali dengan memenuhi atau melampaui harapan konsumen. d. Repeat Customer Repeat Customer (konsumen berulang) adalah konsumen yang telah membeli dua kali atau lebih. Fokus utama pada konsumen ini adalah dengan memberikan manfaat nilai tambah atas masing-masing pembelian ulang e. Client Client (klien) adalah konsumen yang membeli apapun yang dijual dan dapat digunakan serta membelinya secara teratur, memiliki hubungan yang kuat dan berkelanjutan, yang menjadikan kebal terhadap tarikan pesaing. Fokus utama pada konsumen ini adalah menyesuaikan jasa dengan kebutuhan klien tertentu. f. Advocatis Advocatis (penganjur) yaitu pendukung yang membeli produk serta membelinya secara teratur, tetapi advocatis juga mendorong orang lain untuk membeli, melakukan pemasaran dan membawa konsumen kepada produsen. Fokus utama yaitu membuat banyak klien untuk melakukan penjualan untuk produsen. g. Partners Partners merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara konsumen dengan perusahaan dan berlangsung secara terus-menerus karena kedua pihak melihatnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan. 2.5.6. Mempertahankan Loyalitan Konsumen Menurut Griffin (2003) perusahaan harus dapat mempertahankan agar pelanggan tidak beralih kepada pesaing, yaitu dengan cara sebagai berikut : 34 Universitas Sumatera Utara a. Meriset pelanggan yang tujuannya untuk memahami apa yang menjadi keinginan pelanggan b. Membuat pelanggan agar tidak berpindah kepada perusahaan pesaing, yaitu : Ø Hambatan fisik, yaitu dengan menyediakan pelayan fisik yang dapat memberikan nilai tambah kepada pelanggan Ø Hambatan psikologis, yaitu dengan menciptakan persepsi dalam fikiran pelanggan supaya ia tergantung terhadap produk atau jasa perusahaan Ø Hambatan ekonomis, yaitu dengan memberikan insentif bagi pelanggan yang menguntungkan secara ekonomis misalkan dengan memberi diskon atau potongan harga c. Melatih staf untuk loyal, dan memberikan pelatihan, dukungan dan imbalan agar mereka mau melakukan hal tersebut d. Membuat program yang memberikan nilai tambah pada perusahaan dimata konsumen. Program tersebut antara lain : Ø Customer relationship marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan Ø Frequency marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan untuk membangun komunikasi dengan pelanggan. perusahaan secara berkala membuat pertanyaanpertanyaan seputar produk dan jasa yang digunakan konsumen Ø Membership marketing, yaitu mengorganisir pelanggan kedalam kelompok keanggotaan atau kelompok yang mendorong mereka melakuakan pembelian ulang dan meningkatkan loyalitas mereka. 35 Universitas Sumatera Utara 2.6. Penelitian Terdahulu Wijaya (2005), melakukan penelitian dengan judul ” Analisis Pengaruh Kepercayaan, Komitmen, dan Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen di Hotel JW Marriott Surabaya”. Teknik analisis data yang dilakukan adalah Regresi Linear berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor kepercayaan, komitmen, dan bauran pemasaran jasa berpengaruh signifikan secara serempak dan parsial terhadap faktor loyalitas pelanggan di Hotel JW Marriott Surabaya. Berikut rangkuman penelitiannya : Nama Peneliti Tahun dan Judul Jurnal Tabel 2.1 Penelitian Wijaya (2005) Lukas Krisna Wijaya (2005), ” Analisis Pengaruh Kepercayaan, Komitmen, dan Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen di Hotel JW Marriott Surabaya” Jumlah sampel Teknik Analisis Data Permodelan 120 responden Regresi linear berganda Kepercayaan (X1) Komitmen (X2) H1 H2 Loyalitas (Y) H3 Bauran Pemasaran (X3) Hipotesis H1 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas H2 : Komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas H3 : Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas Kesimpulan Ada pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan, komitmen dan bauran pemasaran terhadap loyalitas di hotel JW Marriott Surabaya Sumber : Pengolahan Data, 2012 Dr. Yu-Jia Hu (2011), melakukan penelitian yang dengan judul “How Brand Equity, Marketing Mix Strategy And Service Quality Affect Customer Loyalty”. Teknik analisis data yang dilakukan adalah Regresi Linear berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 36 Universitas Sumatera Utara adanya hubungan positif dan signifikan antara brand equity, bauran pemasaran dan kualitas pelayanan. Berikut rangkuman penelitiannya : Nama Peneliti Tahun dan Judul Jurnal Jumlah sampel Teknik Analisis Data Permodelan Tabel 2.2 Penelitian Yu-Jia Hu (2011) Yu-Jia Hu (2011), “How Brand Equity, Marketing Mix Strategy And Service Quality Affect Customer Loyalty” (The International Journal of Organizational Innovation, Volume 4. Number 1. Summer 2011) 200 responden Regresi linear berganda Brand equity (X1) Bauran pemasaran (X2) H1 H2 Loyalitas (Y) H3 Kualitas Pelayanan (X3) Hipotesis H1 : Brand equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas H2 : Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas H3 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas Kesimpulan Adanya pengaruh positif dan signifikan antara brand equity, bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas Sumber : Pengolahan Data, 2012 Schofield, dkk. (2011), melakukan penelitian yang dengan judul “Swedish Hotel Service Quality and Loyalty Dimension”. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis faktor dengan skala likert level 7 poin. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen. Berikut rangkuman penelitiannya : 37 Universitas Sumatera Utara Nama Peneliti Tahun dan Judul Jurnal Jumlah sampel Teknik Analisis Data Tabel 2.3 Penelitian Yu-Jia Hu (2011) Peter Peter Schofield and Nicole Katics and Nicole Katics (2006), Swedish Hotel Service Quality and Loyalty Dimension (Advances in Hospitality and Leisure, Volume 2, 123–157, 2006) 189 responden Analisis faktor dengan skala likert level 7 poin Permodelan Kualitas pelayanan H1 Loyalty Hipotesis H1 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi loyalitas Kesimpulan Adanya pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen Sumber : Pengolahan Data, 2012 2.7. Hipotesis Menurut Sekaran (Sukaria, 2011), hipotesis dapat didefenisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantutatif sehingga dapat diuji kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen pada hotel Polonia Medan 2. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen pada hotel Polonia Medan 3. Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada hotel Polonia Medan 38 Universitas Sumatera Utara