MATERI UJIAN NEGARA KEPELAUTAN ( ANT-II ) KOMPAS & SISTEM KEMUDI Jelaskan bagaimana kapal mulai memperoleh medan magnet yang permanen ! Jelaskan bagaimana kapal memperoleh medan magnet yang permanen ! Jawab : Pada waktu pembangunan kapal, terjadi berbagai kegiatan seperti pengelasan, pukulan-pukulan keras pada masa besi. Getaran-getaran , pemindahan dan penempatan berbagai macam massa besi yang masing -masing memiliki kekerasan yang berbeda, pengaruh yang bersifat tetap yang disebut magnet permanent. Jelaskan mengapa koef. A dan E tidak ditimbal, pada kapal niaga umumnya! Sebutkan sebab-sebab yang non magnetik dari koef.A ?J Jawab : Karena 1. Nilai A tidak terikat dengan ( Z ) dan tidak tergantung lintang nilai A merupakan nilai kesalahan tetap yang sering disebut sebagai salah kolimasi. 2. Nilai A tidak tergantung H & I sehingga tidak berubah pada perubahan lintang. Sebab-sebab yang non magnetic dari koefisien A, antara lain: 1. A = ( d – b ) zλ 2. A tidak terikat dengan “ Z “ 3. Tidak tergantung lintang. 4. Nilai A merupakan nilai kesalahan tetap yang sering disebut dengan salah kolimasi. Jelaskan tentang urutan pemasangan korektor-korektor pada proses penimbalan kompas ( swinging ship ), menurut Hm yang dikemudikan. Mengapa kita harus bertindak demikian ? Jawab : Pemasangan korektor-korektor pada proses penimbalan kompas menurut haluan magnetis ( HM ) yang dikemudikan : 1. Bola-bola ( Korektor D ) dan batang flinder atau kolektor magnetis yang transint dipasang lebih dahulu. 2. Batang flinder dipasang sedemikian rupa sehingga setengah kali panjang batang flinders diatas mawar pedoman. 3. Haluan kapal dikemudikan pada HM = timur 090˚, Pertama dimasukan korektor P pada umumnya deviasi ( +) 4. Haluan maknetisnya ke selatan 180˚ dimasukan korektor Q didepan pada umumnya deviasi ( - ) 5. Haluan maknetis ke barat 270˚ Korektor P harus digeser deviasi umumnya ( - ) 6. Haluan maknetis ke utara 000˚ Korektor Q harus digeser pada umumnya deviasi ( + ) 7. Haluan maknetis ke TL 045˚ Korektor D harus digeser pada umumnya deviasi ( + ) 8. Haluan maknetis Tenggara 135˚ Korektor D digeser lebih jauh sehingga deviasi ( + ) ½ α atau ( - ) ½ α 9. Haluan maknetis barat daya 225˚ Korektor D digeser sehingga menjadi parimpit / 0˚ 10. Haluan maknetis barat laut 315˚ Korektor D digeser lebih jauh sehingga deviasi ( + ) ½ atau ( - ) ½. Mengapa kita harus bertindak demikian yaitu : 1. Membuat deviasi sekecil mungkin. 2. Perubahan deviasi pada perubahan haluan agar terjadi secara berangsur-angsur dan merata. 3. Sebanyak mungkin memperkuat gaya pengarah dan disamakan pada semua haluan. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi sifat peka pada piringan pedoman ? Bagaimanakah syarat-syarat ketel pedoman yang baik itu ? Jawab : a. Sifat peka tergantung dari : 9 Moment magnet yang besar yaitu panjang ( a ) magnet batang dan kekuatan kutub-kutub magnetnya cm . k = m x a. 9 Intensitas horizontalnya H = T x cos I Created by : Nur Choiri, S.Sos, Website : www.m4znoer.yolasite.com, Email : [email protected] MATERI UJIAN NEGARA KEPELAUTAN ( ANT-II ) 9 Lebih ringan lebih peka. 9 Ujumg semat makin tajam makin peka. b. Syarat-syarat ketel pedoman yang baik : 9 Tidak boleh mengandung magnet. 9 Pada saat kapal dalam keadaan diam, tutup kaca bagian atas bening dan datar. 9 Posisi ketel pedoman tidak boleh menyentuh bagian pedoman lain dalam setiap keadaan apapun, agar setiap saat dpt mengayun dengan bebas. 9 Semat / pasak pedoman harus benar-benar terpasang vertical ditengah ketel pedoman. 9 Tuas / paku pada kaca bening untuk menempatkan pesawat baring harus tetap di titik pusat piringan / mawar pedoman. 9 Garis layar tepat pada bidang lunas linggi Kapal. Apakah yang dimaksud dengan istilah – istilah : a. Inertia b. Precession c. Tilting d. Drifting Jawab : a. Inertia adalah suatu gaya yang dimiliki oleh suatu / sebuah gasing yang berputar untuk mempertahankan kedudukannya terhadap angkasa. b. Precession adalah penyimpangan atau perubahan kedudukan poros gyro scope yang disebabkan oleh pengaruh gaya ( kopel ) dari luar, dimana arah penyimpangan tersebut tegak lurus terhadap gaya kopel yang mempengaruhinya. c. Tilting adalah perubahan sudut yang terjadi / terbentuk antara permukaan bumi dengan poros gyros cope dalam arah vertical, yang disebabkan oleh adanya komponen Horizontal dari permukaan bumi. d. Driffing adalah perubahan sudut yang terbentuk / terjadi antara garis meredian bumi dengan poros gyro scope dalam arah horizontal yang disebabkan oleh adanya komponen vertical dari permukaan bumi. Ditinjau dari konstruksinya, proses manakah yang ditempuh sebuah gyroscope, sehingga akhirnya dapat dipakai menjadi kompas / Gyro ? ( ingatlah : perubahan bentuk edaran ujung poros gasing di angkasa ) Jawab : Cara Gyro scope dapat digunakan sebagai pedoman dikapal adalah yaitu dengan cara menggabungkan ( mengkombinasikan ) sifat – sifat Gyro scope dengan sifat – sifat bumi yaitu dengan menggunakan prinsip prinsip tersebut dipasanglah bejana air raksa pada sumbu putar dengan arah tegak lurus mendatar terhadap roda Gyro scope oleh karena pengaruh senget pada waktu bumi berotasi maka pembagian air raksa pada tiap bejana menjadi tidak merata sehingga menimbulkan procasi vertical, gaya procesi inilah yang mengarahkan Gyro scope menunjukan ke arah meredian bumi. a. Jelaskan secara singkat prinsip / teori yang dikembangkan dalam sistim kemudi kapal secara otomatis ( auto pilot ) b. Mengapa pada laut yang berombak tidak diperkenankan menggunakan kemudi otomatis ? Jawab : a. Prinsip / teori yang dikembangkan dalam system kemudi kapal secara auto pilot ( otomatis ) adalah dengan memanfaatkan teori jembatan “ wheatstone ( Wheatstone’s Bridges ) pada rangkaiannya, dimana pada dasarnya adalah berawal pada “ Hukum Kinchhoff “ tentang arus listrik yang datang dari beberapa sumber dan melalui satu titik. b. Pada laut berombak tidak diperkenankan menggunakan kemudi otomatis : karena pada rangkaian system auto pilot rangkaiannya sangat peka terhadap temperatur ( kemampuan / ketahanan ) dan menggunakan potensiometer artinya bola bekerja secara simultan, gesekan yang terjadi akan menimbulkan panas dan memudahkan aus dari komponen tersebut. Disamping hal tersebut diatas pengemudian secara otomatis gerakannya sangat lamban untuk kembali ke kedudukannya semula bila pengaruh gaya-gaya dari luar, bila mana pengaruh dari luar sangat besar secara beruntun akan sangat membahayakan kondisi / stabilitas kapal. Created by : Nur Choiri, S.Sos, Website : www.m4znoer.yolasite.com, Email : [email protected]