Tugas Akuntansi Topik Khusus AYU PUSPITA

advertisement
Tugas Akuntansi Topik Khusus
AYU PUSPITA
Kelas Akuntansi E
Kasus Etika Profesi Auditing PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOM)
A.
Ringkasan Kasus
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TELKOM) memiliki reputasi yang baik di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan New York Stock Exchange (NYSE). Dengan demikian TELKOM mempunyai PR tiap akhir tahun
untuk memberikan laporan keuangannya melalui United States Sekurities And Exchange Commission
(SEC). Dengan berjalannya waktu, terjadi masalah pada tahun 2002. Dimana PT TELKOM membuat
mekanisme tender untuk mengaudit keuangannya. Pada saat itu yang memenangkan tender adalah
Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan akan tetapi karena ada sesuatu hal KAP
tersebut mundur dan digantikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto Simon. Dalam
perjalan pengauditan oleh KAP ini juga tak semulus perjalanannya karena ada berbagai masalah.
Sehingga BAPPEPAM LK menjatuhkan sanksi terhadapnya.
Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka pelaksanaan Audit atas
Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002, PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk KAP
Eddy Pianto dan Rekan. Salah satu anak perusahaan yang laporan keuangannya dimasukan adalah
PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) yang pengauditannya dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari
dan Rekan, bahwa kaitannya KAP Haryanto Sahari melanggar undang- undang nomor 5 tahun 1999.
Dimana dengan sengaja memberi interpretasi yang salah terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan
United States Securities and Exchange Commission mengenai ketentuan standar audit Amerika.
Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan meminta kejelasan
sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga auditor kedua tesebut mengalami
kesulitan.
Karena banyak hal-hal yang harus dikaji ulang, dimana KAP Eddy Pianto dapat meneruskan hasil audit
yang sebelumnya telah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari. Hal tersebut menyebabkan KAP Eddy Pianto
terhalangi untuk bersaing dilantai bursa. Karena audit Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika
maka harus mengikuti aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange, dengan
demikian aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya yang harus dijalani adalah
filling 20-F yaitu form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya. Penolakan
KAP Eddy Pianto Oleh Thornton International Sebagai Member Firm Agreement Kantor Akuntan Publik
(KAP) Eddy Pianto adalah suatu kantor akuntan publik yang telah mendapatkan izin usaha
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP-718/KM.17/1998.
Bahwa berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris no. 013/KEP/DK/2002 tanggal 29 November 2002
tentang Penggantian Auditor PT Telkom Tahun Buku 2002 menyetujui dan mengesahkan KAP Eddy
Pianto, sebagai auditor utama PT Telkom tahun buku 2002. Dan KAP EP-pun
Terdaftar di Bapepam berdasarkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal No.
282/PM/STTD-Ap/2000.
Berdasarkan appointment letter tertanggal 6 Juni 2001, ditunjuk oleh PT. Grant Thornton Indonesia
sebagai Member Firm dan berdasarkan Adendum Grant Thornton International Member Firm
Agreement, yang berlaku efektif samapai 10 Mei 2001 dan Kantor Audit Publik Eddy Pianto
berkedudukan sebagai regional firm dari Grent Thornton International. Berdasarkan pasal 2.2 KAP
Eddy Pianto sebagai regional firm, memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan Grant Thornton
Indonesia sebagai member Thornton Internasional. berdasarkan surat dari David McDonnell, Chief
Executive Grant Thornton International, kepada Dirjen Lembaga Keuangan Republik Indonesia, ref.
DMCD/RAL tanggal 8 Oktober 2001, menyatakan :
1.
Grant Thornton Indonesia adalah full member dari Grant Thornton International
2.
KAP Eddy Pianto berasosiasi dengan Grant Thornton Indonesia dan berhak mengaudit atas
nama Grant Thornton
Berdasarkan surat tanggal 4 Desember 2002 kepada Grant Thornton Indonesia, Grant Thornton
International menyatakan KAP Eddy Pianto dapat melakukan pekerjaan audit atas Laporan Keuangan
PT. Telkom tahun Buku 2002 dalam rangka filing Form 20-F ke SEC, tanpa ada kewajiban bagi Grant
Thornton International untuk terasosiasi dengan pekerjaan audit tersebut. Dengan demikian
independensi KAP EP tidak disusupi kepentingan dari afiliasinya secara langsung dan sepenuhnya
menjadi tanggung jawabnya. Pada kuartal pertama tahun 2003 KAP Eddy Pianto tercatat di pasar
modal berwenang mengaudit laporan keuangan terhadap 332 (tiga ratus tiga puluh dua) perusahaan
di Bursa Efek Jakarta. Menurut Withdrawal Agreement tertanggal 13 Februari 2003, Member Firm
Agreement antara Grant Thornton International dengan Grant Thornton Indonesia/ KAP Eddy Pianto
berakhir pada tanggal 31 Maret 2003, namun KAP Eddy Pianto tetap berhak melakukan pekerjaan
audit atas nama Grant Thornton berdasarkan engagement letter yang telah ditandatangani sebelum
tanggal withdrawal agreement tersebut. untuk memahami US GAAS dan GAAP dalam rangka filing
Form 20-F, KAP Eddy Pianto meminta bantuan dari Mark Iwan, Certified Public Accountant
independen yang bukan merupakan partner dari Grant Thornton, LL.P, untuk memberi pelatihan dan
konsultasi.
Pada tanggal 17 Februari 2003 Grant Thornton International menerbitkan iklan di harian Jakarta Post
yang pada pokoknya menyatakan hubungan afiliasi/membership antara Grant Thornton International
dengan PT. Grant Thornton Indonesia dan KAP Eddy Pianto berakhir pada tanggal 31 Maret 2003. Dengan
adanya pemberitaan tersebut PT Telkom meminta jaminan kepada KAP Eddy Pianto akan keabsahan Iwan
Mark tersebut yang bukan partner dari Thornton International. KAP EP berdalih bahwa akan tetap
menjadi Member Firm Thornton sampai akhir Maret 2003, dengan demikian auditnya mendompleng
nama Thornton. KAP Eddy Pianto memberikan keyakinan dan jaminan bahwa SEC reviewer yang
terlibat memiliki kualifikasi dan kompetensi profesional serta memenuhi persyaratan SEC.
Disamping itu sebagai KAP non Amerika Serikat, KAP Eddy Pianto dengan dukungan SEC reviewer
yang mereka kontrak akan memenuhi ketentuan yang berlaku di SEC khususnya regulasi S-X yang
mengatur kualifikasi auditor asing (non-US). Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil
audit yang dahulu pernah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari, akan tetapi KAP HS meminta izin
untuk melihat 20-F seluruhnya terlebih dahulu. Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena
waktunya yang sangat krusial serta tidak ada hubungannya antara PT Telkom dengan KAP HS, juga
untuk segera dilaporkan ke SEC. Oleh karena itu, KAP HS-pun menolak untuk memberi tahu akan
hasil audit yang pernah dilakukannya, serta KAP HS tidak memberi izin kepada KAP Eddy Pianto
untuk mengacu pada hasil audit sebelumnya. PT Telkom berpendapat tidak memerlukan izin dari
KAP HS untuk melampirkan opininya.
Pada tanggal 25 Maret 2003 PwC Amerika Serikat Meminta Thornton International Amerika Serikat
untuk menginformasikan kepada SEC bahwa Thornton AS tidak berafiliasi dengan Grant Thornton
Indonesia /KAP Eddy Pianto. berdasarkan surat SEC kepada PT. Telkom tertanggal 29 April 2003, SEC
menyatakan tidak dapat menerima Form 20-F yang disampaikan oleh PT. Telkom dengan alasanalasan sebagai berikut :
1.
Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 belum mendapatkan quality
control dari Grant Thornton LL,P., selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto
2.
Terlapor tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan Audit Terlapor atas Laporan
Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom
3.
Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 yang dimasukkan dalam Form 20-F
PT. Telkom tidak disertai dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan anak perusahaan PT. Telkom
lainnya yang juga diacu oleh KAP Eddy Pianto
Dengan adanya penolakan tersebut Kantor Audit Publik Eddy Pianto izin usahanya dibekukan oleh
BAPPEPAM LK dan tidak boleh berada dibursa selama waktu tertentu. Karena menjadikan saham PT
Telkom anjlok.
B.
Pihak-pihak Yang Terlibat
Berikut ini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus diatas dan dengan disertai oleh perannya
masing-masing:
1)
KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan sebagai KAP yang dipercaya mengaudit PT. Telkomsel
2)
KAP Eddy Pianto sebagai KAP yang dipercaya melakukan audit konsolidasi atas PT. Telkom.
3)
PT Telkom selaku perusahaan yang di audit.
C.
Pelanggaran Yang Dilakukan
Berikut ini merupakan Pelanggaran-pelanggaran kode etik yang dilakukan pihak KAP yaknisebagai
berikut:
1.
Kepercayaan
KAP Hadi Sutanto dan KAP Eddi Pianto telah melanggar kepercayaan. Karena pasar keuangan tidak
dapat beroperasi tanpa kepercayaan. Kerjasama adalah penting dan kepercayaan adalah prasyarat
kerjasama.
2.
Pelanggaran terhadap Independensi.
Suatu Kantor Akuntan Publik harus menunjukkan integritasnya kepada klien maupun masyarakat.
Suatu KAP dalam tugasnya dituntut untuk bersikap jujur dan mempertahankan objektivitas tanpa
dipengaruhi tekanan dari pihak manapun untuk kepentingan pribadi. KAP Drs. Hadi Sutanto tidak
seharusnya melakukan penilaian kualifikasi terhadap KAP lain melalui penolakan kesediaan
terasosiasi. Walaupun atas dasar alasan menghindari risiko yang dapat merugikan karena keraguan
kelayakan hak berpraktek KAP Eddy Pianto dihadapan US SEC. Seharusnya KAP Drs. Hadi Sutanto &
rekan bersikap adil terhadap KAP Eddy Pianto dan tidak melakukan hal-hal bersifat menjatuhkan,
dikarenakan tidak adanya kewenangan dan tidak diperkenankan anggota KAP melakukan tindakan
dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
3.
Pelanggaran terhadap standar umum, yaitu kepatuhan terhadap standar. Anggota KAP harus
mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang telah dikeluarkan oleh badan
pengatur standar yang ditetapkan IAI. KAP Drs. Hadi Sutanto tidak seharusnya dengan sengaja
memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US SEC
mengenai Standar Audit Amerika khususnya AU 543.
4.
Pelanggaran tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Dengan memberikan interpretasi yang
menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US SEC, KAP Drs. Hadi Sutanto mengakibatkan
rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT.
Telkom tahun Buku 2002 sehingga menghalangi KAP Eddy Pianto untuk bersaing dengan KAP Drs.
Hadi Sutanto sehubungan dengan penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang
tercatat di lantai bursa (BEJ). Seharusnya anggota KAP wajib memelihara citra profesi, dengan tidak
melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
D.
Sanksi
Berikut ini merupakan sanksi-sanksi yang diterima oleh pihak yang terlibat dalam kasus yang
bersangkutan
1.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan.
KAP Haryanto Sahari dan Rekan harus membayar denda sebesar Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh
milyar rupiah) dan di setorkan ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak dan
harus dibayar lunas paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya
pemberitahuan putusan tersebut, dengan denda keterlambatan Rp. 10.000.00,00 (sepulujuta rupiah)
per hari untuk setiap hari keterlambatan atas tidak dilaksanakannya putusan tersebut.
2.
KAP Eddy Pianto
Oleh Bapepam KAP Eddy Pianto diwajibkan untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal
dan serta mendapatkan pembekuan sementara atas izin usaha KAP tersebut.
E.
Dampak
Berikut merupakan dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut, yaitu:
1)
Bagi masyarakat.
Masyarakat, dalam hal ini merupakan para investor yang berinvestasi di perusahaan tersebut
terpaksa mengalami kerugian seiring dengan anjloknya harga saham yang dimiliki oleh PT. Telkom
2)
Bagi pemerintah.
Akibat kasus ini, negara mengalami kerugian yaitu jatuhnya indeks harga saham gabungan di Bursa
Efek yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap penurunan keinginan investor baik
didalam negeri maupun luar negeri yang ingin berinvestasi di Indonesia terkhususnya di PT Telkom.
3)
Bagi Perusahaan
Akibat kasus ini berdampak pada diberhentikan sementaranya perdagangan saham PT. Telkom yang
tercatat di New York Stock Exchange. Kemudian, Harga saham PT. Telkom di Bursa Efek Jakarta turun
secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya.
F.
Solusi
Adapun solusi yang dapat kami tawarkan dalam kasus ini yaitu profesionalitas seorang auditor dalam
menjalankan tugasnya merupakan aset penting yang harus dimiliki. Saling menghargai sesama
profesi dan menjalankan tugas sebaik-baiknya adalah tujuan dari setiap pekerjaan. Minimal tidak
membuat orang susah, dengan bagusnya sikap dan sifat Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia
akan membuat reputasi saham di pasar akan membaik. Dan banyak investor yang akan menanamkan
modalnya di Indonesia. Dengan adanya reputasi baik tersebut, perekonomian Indonesia di mata
dunia akan mendapatkan tempat yang baik pula. Sehingga akan berdampak pada semakin banyak
perseroan-perseroan dari Indonesia mendapatkan perilaku yang baik juga di bursa asing.
Analisis Kasus Menurut Good Coorporate Govenrance
Perkembangan usaha dewasa ini telah sampai pada tahap persaingan global dengan dinamika
perubahan yang demikian cepat. Dalam situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate
Governance (GCG) merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang
tangguh dan berkelanjutan. Penerapan konsep GCG diharapkan dapat menjadi pengelolaan
perusahaan yang lebih transparan bagi semua pihak yang berkepentingan. Pengaturan dan
pengimplementasian good corporate governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran
organisasi dari penetapan kebijakan dasar tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan
penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya.
Prinsip GCG yang dianut oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan
beberapa lembaga lain menempatkan prinsip tanggungjawab (responsibility) sebagai pilar tegaknya
GCG. Salah satu implementasi prinsip responsibility diterapkan dalam bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk
kepentingan para pemegang saham, tapi juga untuk kesejahteraan pihak pemangku kepentingan
dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan
lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people,
planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan
orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini. Dalam perkembangannya, terdapat
terobosan baru mengenai gagasan CSR yang terkenal dengan sebutan The Triple Botton Line.
Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada singgle botton line, yaitu
nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tanggungjawab perusahaan harus
berpijak pada triple botton line, yaitu tidak hanya pada aspek keuangan saja melainkan juga pada
sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (Eklington 2004).
Pelaksanaan CSR telah menjadi strategi jangka panjang manajemen perusahaan dalam menciptakan
nama baik perusahaan. Namun pada kenyataannya tidak semua perusahaan mampu melaksanakan CSR,
karena CSR merupakan salah satu topik yang berkaitan dengan moral dan etika bisnis. Oleh karena itu,
penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat membantu mewujudkan praktek CSR, karena
implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan tidaklah terlepas dari penerapan GCG di dalam
perusahaan tersebut yang akan mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan secara benar
termasuk mengimplementasikan tanggungjawab sosialnya.
Tujuan penelitian ini adalah :
(1). Untuk menjelaskan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) dalam perusahaan
dan penerapannya pada praktik CSR.
(2). Untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan dasar hukum CSR yang diterapkan dalam praktik.
(3). Untuk menjelaskan program-program CSR yang dilaksanakan oleh PT. TELKOM. Kontribusi dalam
penelitian ini sebagai kajian bagi perusahaan untuk mengetahui prinsip-prinsip GCG, sehingga bisa
diimplementasikan ke dalam praktikpraktik terbaik CSR dalam perusahaan BUMN. Sehingga
kedepannya TELKOM bisa menerapkan prinsip GCG lebih baik lagi.
Download