1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pihak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kinerja pihak manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan tercermin
dari laba yang disajikan pada laporan keuangan. Laba digunakan untuk mengukur
efektivitas suatu entitas bisnis dan laporan keuangan berfungsi sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan yang
dipercayakan oleh pemilik. Sesuai dengan PSAK No. 1 Revisi 2009 mengenai
penyajian laporan keuangan, laporan keuangan perusahaan dibuat dengan tujuan
memberikan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan, kinerja
keuangan perusahaan, dan arus kas entitas.
Informasi tersebut bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun umumnya pihak-pihak
tersebut hanya berfokus pada informasi laba yang disajikan tanpa memperhatikan
lebih lanjut bagaimana laba tersebut dihasilkan (Fatmawati, 2013). Hal tersebut
menjadi peluang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan
tertentu. Tindakan manajemen laba dapat menyebabkan masalah bagi pemakai
laporan keuangan karena laporan keuangan yang menjadi suatu media penghubung
antara manajamen dengan pemilik perusahaan tidak mampu sepenuhnya
mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya apabila pihak manajemen
perusahaan memainkan angka-angka akuntansi yang disajikan (Amertha, 2013).
Manajemen laba timbul sebagai bentuk konflik kepentingan antara
manajemen dan pemilik perusahaan yang dapat dijelaskan melalui teori keagenan.
1
Menurut teori keagenan, hubungan pemilik perusahaan dan manajemen merupakan
hubungan kontraktual keagenan antara agent dan principal. Manajemen selaku
agent berusaha untuk memenuhi kepentingan pribadinya terlebih dahulu dan
mengorbankan kepentingan pihak lain termasuk principal sebagai pemilik
perusahan. Konflik kepentingan ini merupakan konsekuensi dari hubungan
keagenan yang menimbulkan masalah keagenan sebagai cerminan perilaku
oportunistik manajemen. Adanya ketidakselarasan tujuan dan kepentingan antara
agent dan principal tersebut dapat menimbulkan biaya keagenan dan asimetri
informasi (Jensen, 1986).
Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
oleh agent dan principal dalam pengelolaan perusahaan. Teori keagenan
menyebutkan manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan sering kali lebih
banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan
datang dibandingkan pemegang saham (principal). Adanya asimetri informasi
antara manajemen dengan pemilik perusahaan dapat menimbulkan praktik
manajemen laba, dan semakin tinggi tingkat asimetri informasi maka semakin
sedikit informasi yang dimiliki oleh pemilik dan analis keuangan untuk melihat
kemungkinan laba yang dimanipulasi (El Mehdi dan Sebuoi, 2011).
Manajemen laba dinilai tidak menyalahi aturan dan prinsip-prinsip akuntansi
berterima umum. Akan tetapi, praktik manajemen laba dapat mengikis kepercayaan
investor terhadap kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi keandalan laba
karena laba yang dilaporkan bias dan menyebabkan kesalahan dalam
menggambarkan laba yang sebenarnya (Fatmawati, 2013). Praktik-praktik
2
manajemen laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga ditemui dalam
banyak konteks salah satunya adalah kompleksitas bisnis perusahaan. Menurut
Purnamaningtyas (2010), bukti adanya manajemen laba justru ditemukan pada
perusahaan yang multi segmen. Arus kas perusahaan multi segmen diamati oleh
manajernya yang menguasai informasi perusahaan lebih banyak. Hal tersebut
menyebabkan pihak eksternal cenderung terkelabui karena laporan keuangan
konsolidasi menyampaikan informasi keuangan segmen yang kurang relevan.
Munculnya perusahaan multi segmen dilatarbelakangi oleh persaingan bisnis
yang semakin ketat yang memaksa perusahaan untuk tidak hanya bersaing dalam
lingkup lokal ataupun nasional saja, melainkan bersaing hingga kancah
internasional (Harris, 1998). Menurut Horkisson (1987), salah satu upaya yang
dapat dilakukan perusahaan adalah menerapkan strategi diversifikasi. Diversifikasi
merupakan bentuk pengembangan usaha dengan memperluas jumlah segmen
secara bisnis atau geografis maupun memperluas market share yang ada atau
mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam (Harto, 2005).
Menurut Harto (2005) upaya diversifikasi yang dapat dilakukan adalah
dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas
wilayah pemasaran produk, membuka cabang, melakukan merger dan akuisisi dan
yang lainnya. Perusahaan yang melakukan diversifikasi akan menjadi perusahaan
multi bisnis yang tidak hanya bergerak pada satu lini bisnis saja. Semakin beragam
lini bisnis yang dimiliki perusahaan maka semakin banyak pula sumber pendapatan
yang dimiliki oleh perusahaan (Lupitasari, 2012). Strategi diversifikasi dipilih dan
diterapkan oleh perusahaan ketika perusahaan berada dalam kondisi tertentu, yaitu
3
ketika profit dan pertumbuhan perusahaan dirasa mulai menurun pada industri awal
usahanya, selain itu diversifikasi juga dilakukan dalam rangka memperkuat
keunggulan bersaing dengan kompetitor serta dalam rangka memperkecil risiko
investasi karena apabila perusahaan hanya melakukan bisnis pada sektor tunggal
maka risiko investasinya cukup besar (Damciwar, 1999) dalam Lupitasari dan
Marsono (2012). Penerapan diversifikasi juga bertujuan untuk memaksimumkan
ukuran dan keberagaman usaha, sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi dari beberapa segmen usaha yang dimiliki (Bettis dan
Mahajen, 1985). Lewellen (1971) menyatakan bahwa diversifikasi usaha dapat
memperbaiki kapasitas hutang untuk mengurangi kemungkinan kebangkrutan.
Perusahaan pada umumnya terdiversifikasi secara operasi dan geografis.
Diversifikasi operasi atau yang dalam PSAK No. 5 Revisi 2000 disebut segmen
usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan
produk atau jasa, baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau
jasa terkait, dan komponen tersebut memiliki risiko dan imbalan yang berbeda
dengan segmen lain. Sedangkan diversifikasi geografis atau segmen geografis
merupakan komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan
produk atau jasa pada lingkungan atau wilayah ekonomi tertentu dengan tingkat
risiko dan imbalan yang berbeda di masing-masing lingkungan atau wilayah
ekonomi. Perusahaan yang terdiversifikasi secara operasi maupun geografis
diwajibkan melakukan pengungkapan jika segmen memenuhi kriteria persyaratan
penjualan, aset dan laba usaha yang memenuhi syarat tertentu sesuai dengan PSAK
No. 05 Revisi 2009.
4
Melalui penerapan diversifikasi tersebut, manajer dapat mengajukan reward
yang lebih besar karena semakin banyak jenis usaha yang dikelola, semakin besar
tingkat kompleksitas perusahaan. Namun di sisi lain, penerapan diversifikasi tidak
hanya memberikan dampak positif bagi perusahaan tetapi menimbulkan biaya
tersendiri. Meyer (1992) dalam Satoto (2009) menyebutkan jika pada perusahaan
yang terdiversifikasi terdapat lini bisnis yang tidak memberikan keuntungan maka
menimbulkan kerugian yang lebih besar dibandingkan jika perusahaan bergerak
pada satu lini bisnis saja. Selain itu menurut El Mehdi dan Seboui (2011)
perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi memiliki struktur organisasi yang
lebih kompleks, tingkat transparansi yang lebih rendah dan meningkatkan
kompleksitas informasi yang diproses oleh investor dan analis keuangan. Kondisi
ini menciptakan keadaan yang mendukung bagi manajer untuk melakukan
manajemen laba. Manajemen laba sering dilakukan oleh perusahaan yang
terdiversifikasi (Aryati dan Walansendouw, 2013). Berdasarkan teori keagenan,
diversifikasi yang dilakukan perusahaan menjadi kurang optimal karena manager
yang melakukan diversifikasi cenderung untuk mengarahkan diversifikasi sesuai
dengan kepentingannya (Harto, 2005).
Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat
diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance
(GCG). Praktik manajemen laba oleh manajemen dapat diminimumkan melalui
mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan
pemilik dan manajemen. Sulistyanto (2008:9) menyebutkan GCG merupakan suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar selalu menciptakan nilai
5
tambah untuk semua stockholder dan stakeholder. Konsep GCG menekankan
pentingnya kesetaraan, transparansi, akuntabilitas, kemandirian dan responsibilitas.
Munculnya konsep GCG ini dikarenakan tuntutan pihak eksternal perusahaan agar
perusahaan tidak melakukan suatu penipuan terhadap publik, yakni informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan dapat dipercaya guna pengambilan keputusan
(Shleifer dan Vishny, 1997). GCG dapat mengurangi munculnya masalah asimetri
informasi sehingga dapat mengatasi masalah keagenan dan mencegah manajemen
laba yang berlebihan (Dewantari dan Badera, 2015).
Fenomena hubungan antara diverisifikasi perusahaan dan manajemen laba
semakin menjadi sorotan. Kaitan antara diversifikasi dengan manajemen laba telah
diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti El Mehdi dan Sebuoi (2011) dan
Jirapon et al (2007) serta Verawati (2012). Menurut penelitian yang dilakukan El
Mehdi dan Sebuoi (2011), perusahaan yang terdiversifikasi rata-rata lebih
cenderung melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan dengan
ukuran serupa yang terfokus pada satu bidang bisnisnya. Hal tersebut bisa terjadi
karena semakin tinggi tingkat diversifikasi suatu perusahaan maka tingkat
transparansinya cenderung semakin menurun. Translasi akun-akun dan konsolidasi
merupakan beberapa faktor yang bisa menurunkan transparansi suatu perusahaan
kepada pihak eksternal. Penurunan transparansi inilah yang mengakibatkan
semakin meningkatnya pelaksanaan manajemen laba dalam suatu perusahaan. Hal
tersebut senada dengan hasil penelitian Indraswari (2010), yaitu status internasional
dan diversifikasi operasi perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba yang
dilakukan perusahaan-perusahaan Asia terdaftar di NYSE. Namun, penelitian
6
Jiraporn et al. (2005) menunjukkan bahwa diversifikasi industrial akan mengurangi
kecenderungan terjadinya manajemen laba. Hasil lain juga ditunjukkan oleh
penelitian Aryati dan Walansendouw (2013) yang menyebutkan bahwa tidak
ditemukannya hubungan yang signifikan antara tingkat diversifikasi perusahaan
dengan manajemen laba.
Adanya hubungan GCG pada manajemen laba menyebabkan GCG dapat
memoderasi (memperlemah) hubungan diversifikasi operasi dan diversifikasi
geografis pada manajemen laba. Melalui GCG yang menekankan pentingnya
kesetaraan, transparansi, akuntabilitas, kemandirian, dan responsibilitas diharapkan
dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen pada
perusahaan yang melakukan diversifikasi. Berdasarkan hal tersebut dan adanya
ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini mengangkat
judul “Good Corporate Governance sebagai Pemoderasi Pengaruh Diversifikasi
Operasi dan Diversifikasi Geografis pada Manajemen Laba”. Keistimewaan
penelitian ini terletak pada dugaan bahwa good corporate governance memoderasi
pengaruh diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis pada manajemen laba
yang dilakukan perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dan dengan adanya
perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah diversifikasi operasi berpengaruh positif pada manajemen laba?
1.2.2 Apakah diversifikasi geografis berpengaruh positif pada manajemen laba?
7
1.2.3 Apakah good corporate governance memoderasi (memperlemah) pengaruh
diversifikasi operasi pada manajemen laba?
1.2.4 Apakah good corporate governance memoderasi (memperlemah) pengaruh
diversifikasi geografis pada manajemen laba?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui apakah diversifikasi operasi berpengaruh positif pada
manajemen laba.
1.3.2 Untuk mengetahui apakah diversifikasi geografis berpengaruh positif pada
manajemen laba.
1.3.3 Untuk mengetahui apakah good corporate governance memoderasi
(memperlemah) pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba.
1.3.4 Untuk mengetahui apakah good corporate governance memoderasi
(memperlemah) pengaruh diversifikasi geografis pada manajemen laba.
1.4
Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk menguji teori keagenan yang terjadi di
perusahaan utamanya antara pihak principal dan agent. Bagi akademisi dan dunia
pendidikan, khususnya di bidang akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan konseptual dan bukti empiris mengenai pengaruh
8
diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan good corporate governance pada
manajemen laba.
1.4.2 Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait sebagai
informasi dalam mengambil keputusan, diantaranya bagi manajemen dalam
perumusan strategi pengembangan usaha dan tata kelola perusahaan serta bagi
investor dalam pengambilan keputusan investasi.
1.5
Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab dan setiap babnya terbagi
menjadi beberapa sub bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan dari penelitian ini.
Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini membahas tentang landasan teori yang melandasi penelitian
dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, bahasan
penelitian sebelumnya, dan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas deskripsi tentang bagaimana penelitian akan
dilaksanakan secara operasional, terdiri dari desain penelitian, lokasi
penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian,
9
identifikasi variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan
sumber data yang digunakan, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan deskripsi obyek penelitian, hasil analisis
statistik, serta interpretasi terhadap hasil berdasarkan alat dan
metode analisis yang digunakan dalam penelitian, termasuk di
dalamnya pemberian argumentasi dan pembenarannya yang
didukung oleh hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Bab V Penutup
Bab ini berisi simpulan dari penelitian yang menjawab seluruh
pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran yang
nantinya dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
10
Download