BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan senyawa yang disusun oleh unsur Hidrogen dan Oksigen dengan rumus molekulnya H2O, di dalam kondisi suhu sekitar (250C) dan tekanan 1 atmosfir yang berupa fluida cair. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta 𝑘𝑚3 (Angel dan Wolseley, 1992 dalam Effendi, 2001). 2.1.1. Pengertian Air Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit. 2.1.2. Perbedaan Air Bersih dengan Air Minum Berdasarkan Permenkes RI no.416/Menkes/IX/1990, air bersih adalah adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air Universitas Sumatera Utara yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum tanpa dilakukan pengolahan. 2.1.3. Jenis – jenis Sumber Air Bersih Pemilihan sumber air bersih dan pemanfaatannya tergantung dari jumlah anggota keluarga, sistem perpipaan, musim, jarak ke sumber air bersih, biaya, pendidikan, tipe rumah, ukuran tempat pengangkut air, tenaga yang dibutuhkan, penggunaan, tempat mencuci pakaian, agama/adat-istiadat. Menurut Sanropie (1986) Jenis sarana sumber air bersih ada beberapa macam yaitu mata air, sumur gali dan bor dan air permukaan (sungai). 2.1.3.1. Perusahaan Air Minum (PAM) PAM adalah perusahaan yang menangani air bersih dengan sistim perpipaan. Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di Indonesia terdiri dari: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang merupakan prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan lebih dari 60 liter/orang/hari yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air dari PAM dianggap memenuhi syarat sebagai sumber air bersih. 2.1.3.2. Sumur Gali dan Bor Menurut Depkes RI tahun 1990, sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup, dan lantai serta Saluran Penbuangan Air Limbah (SPAL). Sedangkan sumur bor adalah sarana air bersih yang sama seperti sumur gali, letak perbedaannya Universitas Sumatera Utara adalah terletak dari cara menggali lubang, sumur bor menggali lubang dengan menggunakan bor, keuntungan yang di dapat adalah sumur bor dapat mencapai kedalaman 40 meter, untuk mendapatkan air, sumur bor dilengkapi dengan alat penghisap air. 2.1.3.3. Sungai (Air Permukaan) Berdasarkan PP RI No.35 Tahun 1991 tentang Sungai, sungai adalah tempattempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengaliranya oleh garis sempadan. Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sunga dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai ( Gayo, 1994). Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak mengalir misalnya danau, telaga, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya pada musim penghujan, rawa dan lain- lain. Adapun yang termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah tanah dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 2.2. Morfologi Sungai Faktor dominan yang berpengaruh terhadap pembentukan permukaan bumi adalah aliran air, termasuk di dalamnya sungai permukaan. Aliran air ini melintasi permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi sungai tertentu. Morfologi sungai tersebut menggambarkan keterpaduan antara karakteristik abiotik (fisik-hidrologi, hidraulika, sedimen, dan lain-lain) dan karakteristik biotik (biologi atau ekologi-flora dan fauna) daerah yang dilaluinya. Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya faktor abiotik dan biotik namun juga campur tangan manusia dalam aktivitasnya mengadakan pembangunan-pembangunan di wilayah sungai. Pengaruh campur tangan manusia ini dapat mengakibatkan perubahan morfologi sungai yang jauh lebih cepat dari pada pengaruh alamiah biotik dan abiotik saja. 2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi (Suripin, 2002). Menurut UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa DAS. Areal DAS meliputi seluruh alur sungai ditambah areal dimana setiap hujan yang akan jatuh di areal tersebut mengalir ke Universitas Sumatera Utara sungai yang bersangkutan. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu daerah tadahan (catchment area) yang membentuk daerah hulu atau daerah kepala sungai, dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadahan. Daerah penyaluran air dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah tengah dan daerah hilir. Daerah tadahan merupakan daerah sumber air bagi DAS yang bersangkutan, sedang daerah penyaluran air berfungsi untuk menyalurkan air turah (excess water) dari sumber air ke daerah penampungan air, yang berada di sebelah bawah DAS. Daerah penampungan air dapat berupa danau atau laut. 2.4. Kualitas Air Bersih Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). 2.4.1. Kualitas Fisik Menurut Kusnaedi (2004), kualitas fisik sumber air bersih adalah: 1. Kekeruhan Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti jernih atau tidak keruh. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Universitas Sumatera Utara 2. Tidak berwarna Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna dapat juga berasal dari buangan industri. 3. Rasanya tawar Secara fisik air biasa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kulitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun anorganik. 4. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air. 5. Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. Universitas Sumatera Utara Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES /PER/ IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut: Tabel 2.1. Parameter Kualitas Fisik Air Bersih No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1. Bau Mg/l 1500 2. TDS NTU 25 3 Kekeruhan 4. Rasa 0 Suhu C Suhu udara ±30C 5. TCU 50 6. Warna Keterangan Tidak berbau Tidak berasa - Sumber : Depkes RI, 1990 2.4.2. Kualitas Kimia Berdasarkan Permenkes RI Nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Parameter Kualitas Kimia Air Bersih No. Parameter Satuan Air Raksa mg/L 1 Arsen mg/L 2 Besi mg/L 3 Flourida mg/L 4 Kadmium mg/L 5 Kesadahan (CaCO3) mg/L 6 Khlorida mg/L 7 Kromium, val.6 mg/L 8 Mangan mg/L 9 mg/L 10 Nitrat, sebagai N mg/L 11 Nitrit, seagai N pH 12 mg/L 13 Selenium mg/L 14 Seng mg/L 15 Sianida mg/L 16 Sulfat mg/L 17 Timbal Sumber : Depkes RI, 1990 Kadar Maksimum 0,001 0,05 1,0 1,5 0,005 500 600 0,05 0,5 10 1,0 6,5-9,0 0,01 15 0,1 400 0,05 Universitas Sumatera Utara 2.4.3. Parameter Radioaktifitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 2.4.4. Kualitas Biologi Air tidak boleh mengandung bakteri Coliform. Air yang mengandung bakteri golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES/PER/IX /1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari koliform tinja per 100 mil sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50. 2.5. Pencemaran Air Pencemaran air didefenisikan sebagai pembuangan substansi dengan karakteristik dan jumlah yang dapat menyebabkan estetika, bau, dan rasa terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin, 2002). Penyebab pencemaran badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau hujan, yaitu seperti residu pupuk, Universitas Sumatera Utara residu pestisida, atau hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari rumah tangga, dan pertanian (Surawiria, 1996). 2.5.1. Indikator Pencemaran Limbah dalam Air 2.5.1.1.Suhu Temperatur yang diinginkan adalah 30ºC suhu udara di sekitar. Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Setelah digunakan air pendingin tersebut mendapat panas dari bahan yang didinginkan pada saat dikembalikan ke sungai suhunya lebih tinggi dari semula. Kenaikan suhu akan berakibat pada : 1. Jumlah oksigen terlarut pada air menurun sehingga ikan-ikan terancam mati. Suhu air sungai atau air buangan yang relatif tinggi akan dapat ditandai dengan munculnya ikan atau hewan air ke permukaan untuk mencari oksigen bila lama kelamaan ikan atau hewan air bisa mati. 2. Kecepatan reaksi kimia meningkat. 2.5.1.2. Nitrat Kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan perairan), yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/l. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L. Universitas Sumatera Utara Kadar nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L. (Effendi, 2003). Kandangan nitrat yang tinggi dalam air akan menyebabkan gangguan ginjal, diare bercampur darah. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental (Darmono, 2001). 2.5.1.3.Selenium Selenium adalah trace mineral yang sangat penting dalam tubuh sebagai anti oksidan dan radikal bebas dalam metabolisme oksigen dalam jumlah kecil yang memiliki nomor atom 34. Sumber Selenium berasal dari pemurnian kembali logam anoda dan proses elektrosis tembaga. Selenium terjadi secara alami dalam beberapa bentuk norganik termasuk selenide, selenate, dan selenite. Dalam tanah selenium paling sering terjadi dalam bentuk larut seperti selenate (analog dengan sulfat) yang sangat mudah oleh limpasan tercuci ke sungai. Selenium ini paling sering dihasilkan dari bijih Sulfida selenide dibanyak seperti tembaga, perak atau timah. Hal ini diperoleh sebagai hasil kesampingan dari pengolahan bijih ini, lumpur dari ruang utama tanaman asam sulfat. Bahaya Selenium menyebabkan gejala Gastrointestinal, gangguan dermatologi, disfungsi hati, disfungsi ginjal, trombositopenia. 2.5.2. Indikator Pencemaran Tinja dalam Air 2.5.2.1. Essecheria coli Berdasarkan aspek parameter bologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba. Universitas Sumatera Utara Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah Salmonella thypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A, Poliomylitis, dan virus trachoma. Essecheria coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong coliform dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Esceria coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas ( Fardiaz, 1992). Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (Soemirat,2001). 2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat (Chandra, 2006), yaitu: 1. Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau sistem percernaan. Contoh Universitas Sumatera Utara penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis. 2. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu: a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare. b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma. c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis. 3. Water-based mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagian intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis. 4. Water-related insect vector mechanism Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. 2.7. Fasilitas Sanitasi Dasar dan Upaya Sanitasi Rumah Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995). Universitas Sumatera Utara Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan fasilitas dapur. Sedangkan upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah (Notoadmodjo, 2008). 2.7.1. Sarana Air Bersih Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi syarat apabila: 1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank, tempat pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal 11 meter. 2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70 cm, dan lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir. 3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI. 1999). 2.7.2. Sarana Jamban keluarga Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto, 1997). Sementara itu menurut Soemardi (1999) pengertian jamban Universitas Sumatera Utara adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik, yaitu tinja atau feces dan air seni atau urine (Notoatmodjo, 2003). Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. 2.7.2.1. Syarat Jamban yang sehat Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004) : 1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran berjarak 1015 meter dari sumber air bersih. 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya. 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya. 5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan. 7. Lantai kedap air. 8. Ventilasi cukup baik. Universitas Sumatera Utara 9. Tersedia air dan alat pembersih. 2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari tinja. Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut M. Soeparman dan Suparmin (2002), terjadinya proses penularan penyakit . 2.7.3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995). Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban. (Depkes RI, 1999). 2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Limbah (SPAL) Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan lancar (Depkes RI, 1993). 2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi Universitas Sumatera Utara dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2007). 2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan Syarat-syarat tempat sampah antara lain : 1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah. 2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan. 3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang. 2.8. Diare Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 (tiga) kali atau lebih dari 1 (satu) hari (Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek, dengan / tanpa darah dan / atau lendir (Suraatmaja, Universitas Sumatera Utara 2010). Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi (Zein, 2011). 2.8.1. Klasifikasi Diare Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik a. Diare Akut Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari . b. Diare Kronik Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14 hari ), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut. Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain 1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. 2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (> 14 hari) dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari. 3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat (misalnya 1-3 bulan) dapat timbul berulang kali. 4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari. Universitas Sumatera Utara 5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tandatanda infeksi maupun malabsorpsi. Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating (Zein, 2011). 1. Inflamatory diarrhea akibat invasi dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (sering disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mual sampai nyeri, mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi. Mikroorganisme penyebab diare ini seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC), C.difficile, dan C.jejuni. 2. Non Inlamatory diarrhea adalah kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal, proses diare addalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi ceppat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Mikroorganisme penyebab adalah V.cholerae, Enterotoxigenic.coli, salmonella. Universitas Sumatera Utara 3. Penetrating diarrhea, lokasi pada bagian usus distal usus halus. Penyakit ini desebut juga Enteric fever, Chronic septicemia, dengan gejala klinis diare disertai demam. Mikroorganisme penyebab adalah S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteriditis dan C.fetus. Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala klinik, yaitu : 1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu penting dalam penatalaksanaan 2. Diare berdarah (disentri) disebabkan oleh mikroorganisme seperti shigella, E.coli dan beberapa mikroorganisme tertentu. 3. Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari 4. Diare berat, seperti pada cholera 5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus gastroenterides, diare karena toksin, seperti yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan 6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi tanpa demam atau fekal lekositosis 2.8.2. Gejala dan Tanda Diare Menurut Zein (2011), penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. a. Diare akibat infeksi Diare infeksi dapat disebabkan oleh : Universitas Sumatera Utara 1. Virus Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak ( 70 – 80% ). Beberapa virus penyebab diare adalah a) Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada hewan. b) Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat foodborne atau waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari orang ke orang. c) Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa d) Adenovirus (tipe 40, 41) e) Small bowel structured virus f) Cytomegalovirus 2. Bakteri Beberapa bakteri penyebab diare adalah : a) Enterotoxigenic E.coli (ETEC) Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau menginvasi mukosa. Universitas Sumatera Utara b) Enterophatogenic E.coli (EPEC) Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase. c) Enteroaggregative E.coli (EAggEC) Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan. d) Enteroinvasisve E.coli (EIEC) Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di dalam sel epitel kolon. e) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) EHEC mampu memroduksi verocytoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome. f) Shigella spp. Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin Universitas Sumatera Utara (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea. g) Campylobacter jajuni (helicobacter jejuni) Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui kontak makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkannya, yiatu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis. h) Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139 Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V. cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus. Universitas Sumatera Utara i) Salmonella ( non thypoi ) Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea. 3. Protozoa Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu : a) Gradia lamblia Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya belum jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan gembung. b) Entamoeba histolytica Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur ,dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 % infeksi asimtomatik yang disebabkan E.histolytica non patogenik (E.dispar). Universitas Sumatera Utara Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten samapai disentri yang fulminant. c) Cryptosporidium Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada anakyang lebih besar serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya self-llimited. Pada penderita dengan gangguan system kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotic. d) Microsporidium spp e) Isospora belli f) Cyclospora cayatanensis Universitas Sumatera Utara 2.9.Kerangka Konsep Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai : Keluhan Kesehatan Diare 1. Sarana Air Bersih 2. Jamban keluarga 3. Pembuangan sampah 4. Saluran Pembuangan air (S A ) Kualitas Air Sungai (PP 82 tahun 2001) Fisik a. Suhu Kimia a. Se b. Biologi a. E. Coli Universitas Sumatera Utara 2.10. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi sumber air bersih dengan keluhan kesehatan diare. 2. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi jamban keluarga dengan keluhan kesehatan diare. 3. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan air limbah dengan keluhan kesehatan diare. 4. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan keluhan kesehatan diare. Universitas Sumatera Utara