BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan senyawa yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air merupakan senyawa yang disusun oleh unsur Hidrogen dan Oksigen dengan
rumus molekulnya H2O, di dalam kondisi suhu sekitar (250C) dan tekanan 1 atmosfir
yang berupa fluida cair. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah
sekitar 1.368 juta 𝑘𝑚3 (Angel dan Wolseley, 1992 dalam Effendi, 2001).
2.1.1. Pengertian Air
Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air
yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air
adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai
kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan
minuman tidak menyebabkan penyakit maka pengolahan air baik berasal dari sumber,
jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit.
2.1.2. Perbedaan Air Bersih dengan Air Minum
Berdasarkan Permenkes RI no.416/Menkes/IX/1990, air bersih adalah adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air
Universitas Sumatera Utara
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum tanpa
dilakukan pengolahan.
2.1.3. Jenis – jenis Sumber Air Bersih
Pemilihan sumber air bersih dan pemanfaatannya tergantung dari jumlah
anggota keluarga, sistem perpipaan, musim, jarak ke sumber air bersih, biaya,
pendidikan, tipe rumah, ukuran tempat pengangkut air, tenaga yang dibutuhkan,
penggunaan, tempat mencuci pakaian, agama/adat-istiadat. Menurut Sanropie (1986)
Jenis sarana sumber air bersih ada beberapa macam yaitu mata air, sumur gali dan bor
dan air permukaan (sungai).
2.1.3.1. Perusahaan Air Minum (PAM)
PAM adalah perusahaan yang menangani air bersih dengan sistim perpipaan.
Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di Indonesia terdiri
dari: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang merupakan
prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan lebih dari 60 liter/orang/hari yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air dari PAM dianggap memenuhi syarat
sebagai sumber air bersih.
2.1.3.2. Sumur Gali dan Bor
Menurut Depkes RI tahun 1990, sumur gali adalah sarana air bersih yang
mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang di tanah dengan
menggunakan tangan sampai mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding,
bibir, tutup, dan lantai serta Saluran Penbuangan Air Limbah (SPAL). Sedangkan
sumur bor adalah sarana air bersih yang sama seperti sumur gali, letak perbedaannya
Universitas Sumatera Utara
adalah terletak dari cara menggali lubang, sumur bor menggali lubang dengan
menggunakan bor, keuntungan yang di dapat adalah sumur bor dapat mencapai
kedalaman 40 meter, untuk mendapatkan air, sumur bor dilengkapi dengan alat
penghisap air.
2.1.3.3. Sungai (Air Permukaan)
Berdasarkan PP RI No.35 Tahun 1991 tentang Sungai, sungai adalah tempattempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai
muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengaliranya oleh garis
sempadan.
Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang
turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah
mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke
danau atau laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya
air yang berasal dari hujan disebut alur sunga dan perpaduan antara alur sungai dan
aliran air di dalamnya disebut sungai ( Gayo, 1994).
Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak
mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak mengalir
misalnya danau, telaga, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya pada musim
penghujan, rawa dan lain- lain. Adapun yang termasuk wilayah keairan yang dinamis
atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah tanah dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Morfologi Sungai
Faktor dominan yang berpengaruh terhadap pembentukan permukaan bumi
adalah aliran air, termasuk di dalamnya sungai permukaan. Aliran air ini melintasi
permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi sungai tertentu.
Morfologi sungai tersebut menggambarkan keterpaduan antara karakteristik abiotik
(fisik-hidrologi, hidraulika, sedimen, dan lain-lain) dan karakteristik biotik (biologi
atau ekologi-flora dan fauna) daerah yang dilaluinya. Faktor yang berpengaruh
terhadap morfologi sungai tidak hanya faktor abiotik dan biotik namun juga campur
tangan manusia dalam aktivitasnya mengadakan pembangunan-pembangunan di
wilayah sungai. Pengaruh campur tangan manusia ini dapat mengakibatkan
perubahan morfologi sungai yang jauh lebih cepat dari pada pengaruh alamiah biotik
dan abiotik saja.
2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu
hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit)
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau
danau. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik
serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan
inflow dan outflow dari material dan energi (Suripin, 2002).
Menurut UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, wilayah sungai
merupakan gabungan dari beberapa DAS. Areal DAS meliputi seluruh alur sungai
ditambah areal dimana setiap hujan yang akan jatuh di areal tersebut mengalir ke
Universitas Sumatera Utara
sungai yang bersangkutan. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu daerah
tadahan (catchment area) yang membentuk daerah hulu atau daerah kepala sungai,
dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadahan. Daerah penyaluran
air dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah tengah dan daerah hilir. Daerah
tadahan merupakan daerah sumber air bagi DAS yang bersangkutan, sedang daerah
penyaluran air berfungsi untuk menyalurkan air turah (excess water) dari sumber air
ke daerah penampungan air, yang berada di sebelah bawah DAS. Daerah
penampungan air dapat berupa danau atau laut.
2.4. Kualitas Air Bersih
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air
yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
2.4.1. Kualitas Fisik
Menurut Kusnaedi (2004), kualitas fisik sumber air bersih adalah:
1. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti jernih atau tidak
keruh. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan
dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan.
Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak berwarna
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang
tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat
membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna dapat juga berasal
dari buangan industri.
3. Rasanya tawar
Secara fisik air biasa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukkan bahwa kulitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun anorganik.
4. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
penguraian oleh mikroorganisme air.
5. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan
zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan,
menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen
tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES /PER/ IX/1990,
persyaratan fisik air adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Parameter Kualitas Fisik Air Bersih
No.
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
1. Bau
Mg/l
1500
2. TDS
NTU
25
3 Kekeruhan
4. Rasa
0
Suhu
C
Suhu udara ±30C
5.
TCU
50
6. Warna
Keterangan
Tidak berbau
Tidak berasa
-
Sumber : Depkes RI, 1990
2.4.2. Kualitas Kimia
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990, persyaratan
kimia air adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Parameter Kualitas Kimia Air Bersih
No.
Parameter
Satuan
Air Raksa
mg/L
1
Arsen
mg/L
2
Besi
mg/L
3
Flourida
mg/L
4
Kadmium
mg/L
5
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
6
Khlorida
mg/L
7
Kromium, val.6
mg/L
8
Mangan
mg/L
9
mg/L
10 Nitrat, sebagai N
mg/L
11 Nitrit, seagai N
pH
12
mg/L
13 Selenium
mg/L
14 Seng
mg/L
15 Sianida
mg/L
16 Sulfat
mg/L
17 Timbal
Sumber : Depkes RI, 1990
Kadar Maksimum
0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
500
600
0,05
0,5
10
1,0
6,5-9,0
0,01
15
0,1
400
0,05
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat
berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti
kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan
genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
2.4.4. Kualitas Biologi
Air tidak boleh mengandung bakteri Coliform. Air yang mengandung bakteri
golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno,
2004). Berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES/PER/IX /1990, persyaratan
bakteriologi air bersih adalah dilihat dari koliform tinja per 100 mil sampel air dengan
kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.
2.5. Pencemaran Air
Pencemaran air didefenisikan sebagai pembuangan substansi dengan
karakteristik dan jumlah yang dapat menyebabkan estetika, bau, dan rasa terganggu
dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin, 2002). Penyebab pencemaran
badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber
kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan
yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau hujan, yaitu seperti residu pupuk,
Universitas Sumatera Utara
residu pestisida, atau hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga digolongkan
berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah
yang berasal dari rumah tangga, dan pertanian (Surawiria, 1996).
2.5.1. Indikator Pencemaran Limbah dalam Air
2.5.1.1.Suhu
Temperatur yang diinginkan adalah 30ºC suhu udara di sekitar. Air sering
digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Setelah
digunakan air pendingin tersebut mendapat panas dari bahan yang didinginkan pada
saat dikembalikan ke sungai suhunya lebih tinggi dari semula.
Kenaikan suhu akan berakibat pada :
1. Jumlah oksigen terlarut pada air menurun sehingga ikan-ikan terancam mati. Suhu
air sungai atau air buangan yang relatif tinggi akan dapat ditandai dengan
munculnya ikan atau hewan air ke permukaan untuk mencari oksigen bila lama
kelamaan ikan atau hewan air bisa mati.
2. Kecepatan reaksi kimia meningkat.
2.5.1.2. Nitrat
Kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar
nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang
berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l
dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan perairan), yang selanjutnya
menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat dalam air
tanah dapat mencapai 100 mg/l. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L.
Universitas Sumatera Utara
Kadar nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L. (Effendi,
2003).
Kandangan nitrat yang tinggi dalam air akan menyebabkan gangguan ginjal,
diare bercampur darah. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala
dan gangguan mental (Darmono, 2001).
2.5.1.3.Selenium
Selenium adalah trace mineral yang sangat penting dalam tubuh sebagai anti
oksidan dan radikal bebas dalam metabolisme oksigen dalam jumlah kecil yang
memiliki nomor atom 34. Sumber Selenium berasal dari pemurnian kembali logam
anoda dan proses elektrosis tembaga. Selenium terjadi secara alami dalam beberapa
bentuk norganik termasuk selenide, selenate, dan selenite. Dalam tanah selenium
paling sering terjadi dalam bentuk larut seperti selenate (analog dengan sulfat) yang
sangat mudah oleh limpasan tercuci ke sungai.
Selenium ini paling sering dihasilkan dari bijih Sulfida selenide dibanyak
seperti tembaga, perak atau timah. Hal ini diperoleh sebagai hasil kesampingan dari
pengolahan bijih ini, lumpur dari ruang utama tanaman asam sulfat.
Bahaya Selenium menyebabkan gejala Gastrointestinal, gangguan
dermatologi, disfungsi hati, disfungsi ginjal, trombositopenia.
2.5.2. Indikator Pencemaran Tinja dalam Air
2.5.2.1. Essecheria coli
Berdasarkan aspek parameter bologis, diketahui parameter yang mempunyai
dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba.
Universitas Sumatera Utara
Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah Salmonella thypi, shigella, dan vibrio
cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A,
Poliomylitis, dan virus trachoma.
Essecheria coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong coliform
dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Esceria
coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran
hewan berdarah panas ( Fardiaz, 1992).
Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk
menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air
ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik
seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (Soemirat,2001).
2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan
Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang
menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan
penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.
Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat (Chandra, 2006), yaitu:
1. Waterborne mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau sistem percernaan. Contoh
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis
viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang
menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagian intermediate
host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat
Dracunculus medinensis.
4. Water-related insect vector mechanism
Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2.7. Fasilitas Sanitasi Dasar dan Upaya Sanitasi Rumah
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia (Azwar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air bersih,
jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan fasilitas
dapur.
Sedangkan upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah (Notoadmodjo,
2008).
2.7.1. Sarana Air Bersih
Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi
pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi syarat
apabila:
1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank, tempat
pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal 11 meter.
2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3 meter dari
permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70 cm, dan lantai
diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir.
3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang
memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI. 1999).
2.7.2. Sarana Jamban keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan
(Kusnoputranto, 1997). Sementara itu menurut Soemardi (1999) pengertian jamban
Universitas Sumatera Utara
adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan
bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.
Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari
kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai
penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak
dikelola dengan baik, yaitu tinja atau feces dan air seni atau urine (Notoatmodjo,
2003).
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu
tempat tertentu atau jamban yang sehat.
2.7.2.1. Syarat Jamban yang sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut (Depkes RI, 2004) :
1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran berjarak 1015 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.
8. Ventilasi cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
9. Tersedia air dan alat pembersih.
2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari tinja.
Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan
lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban
atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut M. Soeparman
dan Suparmin (2002), terjadinya proses penularan penyakit .
2.7.3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar,
1995). Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban.
(Depkes RI, 1999).
2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Limbah (SPAL)
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan
kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air
yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan
pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan
lancar (Depkes RI, 1993).
2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
Universitas Sumatera Utara
dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah erat kaitanya dengan kesehatan
masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme
penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit
(vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin,
tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Syarat-syarat tempat sampah antara lain :
1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah.
2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.
2.8. Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari 3 (tiga) kali atau lebih dari 1 (satu) hari (Pusat
Informasi Penyakit Infeksi 2007).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang
air besar lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi
tinja menjadi cair atau lembek, dengan / tanpa darah dan / atau lendir (Suraatmaja,
Universitas Sumatera Utara
2010). Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat berupa
mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi (Zein,
2011).
2.8.1. Klasifikasi Diare
Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2
jenis, yaitu diare akut dan diare kronik
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari .
b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14 hari ),
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut.
Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain
1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.
2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (> 14
hari) dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari.
3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat (misalnya 1-3
bulan) dapat timbul berulang kali.
4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
Universitas Sumatera Utara
5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3
minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tandatanda infeksi maupun malabsorpsi.
Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi
obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah
adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu
membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating
(Zein, 2011).
1. Inflamatory diarrhea akibat invasi dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindrom disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (sering disebut
juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan
abdominal seperti mual sampai nyeri, mual, muntah, demam, serta gejala dan
tanda dehidrasi. Mikroorganisme penyebab diare ini seperti, E.histolytica,
Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC), C.difficile, dan C.jejuni.
2. Non Inlamatory diarrhea adalah kelainan yang ditemukan di usus halus
bagian proksimal, proses diare addalah akibat adanya enterotoksin yang
mengakibatkan diare dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang
disebut watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi ceppat timbul, terutama pada
kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Mikroorganisme
penyebab adalah V.cholerae, Enterotoxigenic.coli, salmonella.
Universitas Sumatera Utara
3. Penetrating diarrhea, lokasi pada bagian usus distal usus halus. Penyakit ini
desebut juga Enteric fever, Chronic septicemia, dengan gejala klinis diare
disertai demam. Mikroorganisme penyebab adalah S.thypi, S.parathypi A,B,
S.enteriditis dan C.fetus.
Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala klinik,
yaitu :
1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari
air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu penting dalam
penatalaksanaan
2. Diare berdarah (disentri) disebabkan oleh mikroorganisme seperti shigella,
E.coli dan beberapa mikroorganisme tertentu.
3. Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari
4. Diare berat, seperti pada cholera
5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus
gastroenterides,
diare
karena
toksin,
seperti
yang
disebabkan
oleh
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan
6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi tanpa
demam atau fekal lekositosis
2.8.2. Gejala dan Tanda Diare
Menurut Zein (2011), penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non
infeksi.
a. Diare akibat infeksi
Diare infeksi dapat disebabkan oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Virus
Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak ( 70 – 80% ).
Beberapa virus penyebab diare adalah
a) Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat
pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada
hewan.
b) Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat
foodborne atau waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari
orang ke orang.
c) Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa
d) Adenovirus (tipe 40, 41)
e) Small bowel structured virus
f) Cytomegalovirus
2. Bakteri
Beberapa bakteri penyebab diare adalah :
a) Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor
kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada
usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang
menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan watery
diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau
menginvasi mukosa.
Universitas Sumatera Utara
b) Enterophatogenic E.coli (EPEC)
Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan
kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan
absorbs dan aktifitas disakaridase.
c) Enteroaggregative E.coli (EAggEC)
Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan
perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri
ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.
d) Enteroinvasisve E.coli (EIEC)
Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti
shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di
dalam sel epitel kolon.
e) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)
EHEC mampu memroduksi verocytoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga
Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse
di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome.
f) Shigella spp.
Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel
epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya
ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor
virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang
mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin
Universitas Sumatera Utara
(Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik
dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.
g) Campylobacter jajuni (helicobacter jejuni)
Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas,
anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui kontak
makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang
infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person.
C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus
halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkannya, yiatu
cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi
mirip dengan proses ulcerative colitis.
h) Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139
Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat
menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V.
cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini
sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir
ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai
karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan
zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi
cairan kedalam lumen usus.
Universitas Sumatera Utara
i) Salmonella ( non thypoi )
Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang
dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa
yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.
3. Protozoa
Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu :
a) Gradia lamblia
Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya
belum jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam
empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit
dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di
daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi. Di daerah
dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari
setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri
epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan
fatty stools, nyeri perut dan gembung.
b) Entamoeba histolytica
Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat
terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya
umur ,dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 % infeksi
asimtomatik yang disebabkan E.histolytica non patogenik (E.dispar).
Universitas Sumatera Utara
Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten
samapai disentri yang fulminant.
c) Cryptosporidium
Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada
anakyang lebih besar serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala
klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya
self-llimited. Pada penderita dengan gangguan system kekebalan tubuh
seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan
reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap
beberapa jenis antibiotic.
d) Microsporidium spp
e) Isospora belli
f) Cyclospora cayatanensis
Universitas Sumatera Utara
2.9.Kerangka Konsep
Kondisi Sanitasi Dasar
Pengguna Air Sungai :
Keluhan
Kesehatan
Diare
1. Sarana Air Bersih
2. Jamban keluarga
3. Pembuangan sampah
4. Saluran Pembuangan air
(S A )
Kualitas Air Sungai
(PP 82 tahun 2001)
Fisik
a. Suhu
Kimia
a. Se
b.
Biologi
a. E. Coli
Universitas Sumatera Utara
2.10. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi sumber air bersih dengan keluhan
kesehatan diare.
2. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi jamban keluarga dengan keluhan
kesehatan diare.
3. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan air limbah dengan
keluhan kesehatan diare.
4. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan keluhan
kesehatan diare.
Universitas Sumatera Utara
Download