35 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian PT Astra Daihatsu cabang Solo merupakan dealer resmi Daihatsu yang berada di Jalan Sutan Syahrir No. 128 Widuran Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo ini memiliki otoritas penjualan mobil baru yang Daihatsu seperti Xenia, Grandmax, Terios, Sirion, Ayla dan Luxio. Kendati berdomisili di kota Solo, PT Daihatsu cabang Solo juga melayani pembeliaan wilayah Jawa Tengah pada umumnya dan wilayah wilayah kota Solo, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo dan sekitarnya. Ini berarti bahwa secara khusus PT Astra Daihatsu juga melayani penjualan wilayah karesidenan Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo selain melayani penjualan mobil baru juga melayani produk layanan bengkel perbaikan dan perawatan kendaraan, disamping itu terdapat juga layanan bengkel body and paint. 2. Keadaan Demografis Subjek Penelitian Keadaan demografis subjek dalam penelitian ini menggambarkan usia, pendidikan akhir, lamanya bekerja dan jenis kelamin dari responden yang digunakan sebagai subjek penelitian ini. Data demografis subjek penelitian berupa usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini: 36 Tabel 4.1. Usia Subjek Penelitian No Umur / Tahun Jumlah Prosen 1. < 25 Tahun 3 5,8% 2. 26 – 36 Tahun 18 34,6% 3. > 36 Tahun 31 59,6% Total 52 100% Berdasarkan klasifikasi umur pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits berusia diatas 36 Tahun sedangkan minoritas berusia di bawah 25 Tahun. Data demografis subjek penelitian berupa lamanya bekerja di PT Astra Daihatsu Solo dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2. Lamanya Belerja Subjek Penelitian No Kerja / Tahun Jumlah Prosen 1. < 2 Tahun 13 25,0% 2. 3 – 5 Tahun 18 34,6% 3. > 5 Tahun 21 40,4% 52 100% Total Berdasarkan klasifikasi lamanya bekerja di PT Astra Daihatsu cabang Solo pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits 37 bekerja diatas 5 Tahun sedangkan minoritas bekerja di bawah 2 Tahun. Para karyawan yang bekerja di bawah 2 Tahun, sebelumnya merupakan karyawan yang dulunya pernah bekerja Dealer Resmi di kota Solo. Data demografis subjek penelitian berupa Pendidikan akhir responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini: Tabel 4.3. Pendidikan Akhir Subjek Penelitian No Pendidikan Akhir Jumlah Prosen 1. SMA 5 9,6% 2. D1 10 19,2% 3. D2 29 55,8% 4. S1 5 9,6% 5. S2 3 5,8% 6. SMA 5 9,6% 52 100% Total Berdasarkan klasifikasi pendidikan akhir pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits dengan pendidikan akhir D2 sedangkan minoritas pendidikan akhir S2. Data demografis subjek penelitian berupa jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini: 38 Tabel 4.4. Jenis Kelamin Subjek Penelitian No Umur / Tahun Jumlah Prosen 1. Laki-laki 37 71,2% 2. Perempuan 15 28,8% Total 52 100% Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits dengan jenis kelamin laki-laki. 3. Hasil Deskripsi Data Angket Untuk mengetahui sebaran data angket gaya kepemimpinan transaksional dan stres kerja maka dilakukan analisa frekunsi seperti data di bawah ini. a. Data Gaya Kepemimpinan Transaksional Data analisa frekuensi angket gaya kepemimpinan transaksional dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini: 39 Tabel 4.5. Frekuensi Data Gaya Kepemimpinan Transaksional Statistics Gaya Kepemimpinan Transaksional N Valid 52 Missing 0 Mean 82.83 Median 84.00 Std. Deviation 5.721 Variance 32.734 Range 23 Minimum 71 Maximum 94 Sum 4307 Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan transaksional sebesar 82,83 dengan standar deviasi sebesar 5,721. b. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.5. yakni mean sebesar 82,83 dengan standar deviasi sebesar 5,721 akan digunakan untuk menghitung persepsi gaya kepemimpinan transaksional. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap gaya kepemimpinan transaksional dapat dilakukan dengan mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian sebagai berikut: 1). Kategori Tinggi = X > (Mean + 1SD) 40 = X > (82,83 + 1.5,721) = X > 88,551 2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD) = 82,83 - 1.5,721 < X < (82,83 + 1.5,721) = 77,109 < X < 88,551 3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD) = X < (82,83 - 1.5,721) = X < 77,109 Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi gaya kepemimpinan transaksional selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat persepsi seperti tabel 4.6. di bawah ini: Tabel 4.6. Kategorisasi Tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional Kategori Nilai Jumlah Prosen Tinggi ≥ 88 11 17,31% Sedang 77 – 87 32 61,54% Rendah ≤ 76 9 21,15% 52 100% Total Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52 subjek, terdapat 11 orang pada kategori tinggi atau sebesar 17,31% dan 32 orang pada kategori sedang atau sebesar 61,54%, serta terdapat 9 orang pada kategori rendah atau sebesar 21,15%. Dengan demikian tingkat persepsi gaya kepemimpinan transaksional rata-rata pada tingkat rendah menuju sedang. c. Data Stres Kerja 41 Data analisa frekuensi angket stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini: Tabel 4.7. Frekuensi Data Stres Kerja Statistics Stres Kerja N Valid Missing 52 0 Mean 122.15 Median 121.50 Std. Deviation Variance Range 6.757 45.662 31 Minimum 112 Maximum 143 Sum 6352 Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan transaksional sebesar 122,15 dengan standar deviasi sebesar 6,757. d. Persepsi Stres Kerja Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.7. yakni mean sebesar 122,15 dengan standar deviasi sebesar 6,757 akan digunakan untuk menghitung persepsi stres kerja. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap stres kerja dapat dilakukan dengan mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian sebagai berikut: 42 1). Kategori Tinggi = X > (Mean + 1SD) = X > (122,15 + 1.6,757) = X > 128,907 2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD) = 122,15 - 1.6,757 < X < (122,15 + 1.6,757) = 115,393 < X < 128,907 3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD) = X < (122,15 - 1.6,757) = X < 115,393 Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi stres kerja selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat persepsi seperti tabel 4.8. di bawah ini: Tabel 4.8. Kategorisasi Tingkat Persepsi Stres Kerja Kategori Nilai Jumlah Prosen Tinggi ≥ 128 19 36,46% Sedang 115 – 127 33 63,46% Rendah ≤ 114 0 0% 52 100% Total Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52 subjek, terdapat 19 orang pada kategori tinggi atau sebesar 36,46% dan 33 orang pada kategori sedang atau sebesar 63,46%. Dengan demikian tingkat persepsi stres kerja manajer madya rata-rata pada tingkat sedang menuju tinggi. 4. Hasil Analisa Prasyarat 43 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas 1). Uji Normalitas Gaya Kepemimpinan Transaksional Bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak, Ghozali & Suyana (2006). Dalam uji normalitas berguna untuk menguji penyebaran data apakah variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Hasil analisa data (Lampiran 3) menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar 0,108 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,780 lebih besar dari nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data gaya kepemimpinan transaksional berdistribusi normal. Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas. 2). Uji Normalitas Stres Kerja Bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak, Ghozali & Suyana (2006). Dalam uji normalitas berguna untuk menguji penyebaran data apakah variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Hasil analisa data (Lampiran 3) 44 menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar 0,104 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,751 lebih besar dari nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data stres kerja berdistribusi normal. Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas. 5. Hasil Uji Hipotesa a. Korelasi Pearson Product Moment Berdasarkan hasil uji hipotesa dalam Lampiran 5 penelitian ini didapatkan hasil korelasi positif sebesar 0,579 dengan tanda (**) yang memiliki arti Correlation is significant dengan kategori korelasi agak rendah (0,400-0,599). Atau dapat dilihat melalui nilai signifikansi dalam tabel lampiran 5 juga didapatkan signifikan (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti α < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan dan positif antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres kerja. 45 Tabel 4.9. Tabel Korelasi antara Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan Stres Manajer Madya Correlations Gaya Kepemimpinan Transaksional Gaya Kepemimpinan Pearson Correlation Transaksional Sig. (2-tailed) 1 .579** .000 N Stres Kerja Stres Kerja Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 52 52 .579** 1 .000 N 52 52 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sehingga hipotesa yang berbunyi diduga ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo terbukti kebenarannya. Untuk hipotesa statistik ditolak dan diterima dengan demikian hipotesa statistik yang diterima adalah Ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo. Hasil korelasi positif sebesar 0,579 dengan tanda (**) yang memiliki arti Correlation is significant akan dikonsultasikan dengan 46 tabel koefisien korelasi yang terletak pada koefisien 0,400 – 0,599 dengan tingkat korelasi agak rendah. b. Koefisien Determinan Untuk koefisien determinan atau besarnya sumbangsih variabel X terhadap variabel Y yakni sebesar 33,53% merupakan faktor gaya kepemimpinan transaksional yang mempengaruhi stres kerja sedang 66,47% merupakan faktor diluar dari gaya kepemimpinan transaksional. Faktor diluar gaya kepemimpinan transaksional sebesar 66,47% yang menyebabkan faktor stres kerja yaitu kondisi kerja, ambiguitas peran, faktor interpersonal, perkembangan karir, struktur organisasi, serta hubungan antara pekerjaan dan rumah. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres kerja yang artinya kepemimpinan transaksional memiliki peran terhadap terjadi stres kerja. adanya beberapa kemungkinan terjadi korelasi positif antara kepemimpinan transaksional dengan stres kerja: Pertama, sebagian karyawan menganggap kepemimpinan transaksional dapat memotivasi karyawan bertindak dan berpikir secara dewasa terhadap beban kerja yang dialaminya sebagai wujud transaksional sehingga karyawan menganggap hal ini sebagai stres kerja. Hasil temuan ini didukung oleh penelitian Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), bahwa kepemimpinan transaksional menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada 47 kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Sehingga semakin tinggi nilai standar kerja dan penugasannya maka akan semakin tinggi pula tingkat stres kerja karyawan. Kedua, sebagian karyawan memiliki rata-rata persepsi cukup baik terhadap gaya kepemimpinan transaksional. Persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan transaksional yang cukup baik ini memotivasi karyawan untuk mempertahankan pencapaian standar kerja yang secara otomatis dapat menimbulkan stres kerja pada diri karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Irra Chrisyanti Dewi dan Nuri Herachwati (2010) bahwa gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh positif signifikan terhadap proses pembelajaran organisasi. Hasil ini menggambarkan bahwa semakin tinggi penerapan pendekatan kepemimpinan transaksional oleh individu-individu atasan dalam organisasi maka semakin tinggi proses pembelajaran organisasi di tubuh PT Bangun Satya Wacana (BSW) dilaksanakan. Ini berarti bahwa semakin baik persepsi seorang karyawan terhadap gaya kepemimpinan transaksional dalam memotivasi karyawan untuk mencapai pencapaian standar kerja maka semakin baik pula motivasi kerja karyawan dan hal ini semakin meningkatkan pula stres karyawan. Ketiga, sebagian karyawan belum mampu memahami pendekatan gaya kepemimpinan transaksional sehingga dapat memicu timbulnya stres yang diakibatkan oleh adanya konflik antar karyawan oleh pihak lain di dalam dan di luar pekerjaan. Hal ini didukung oleh temuan penelitian Rice dan Burns (2012) bahwa kondisi dan situasi pekerjaan, kepemimpinan transaksional, faktor interpersonal, perkembangan karier dan struktur organisasi menyebabkan stres kerja. Melalui penelitian tersebut manajer madya seringkali mudah menghadapi stres kerja 48 dikarenakan memiliki persepsi stres kerja sedang menuju tinggi yang disebabkan persepsi manajer terhadap gaya kepemimpinan transaksional. Keempat, sebagian karyawan belum memiliki prasangka negatif dengan pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan transaksional memiliki hubungan yang signifikan dengan stres kerja manajer madya pada PT Astra Daihatsu cabang Solo (signifikan (2tailed) sebesar 0,000 yang berarti α < 0,05). Artinya semakin karyawan berpikiran negatif terhadap pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional maka semakini meningkatkan stres kerja karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Fanni Adhistya Italiani (2013) mengatakan gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan karena indikator-indikator pada variabel gaya kepemimpinan transaksional semuanya berpengaruh terhadap pegawai departemen SDM PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang berarti semakin diterapkan gaya kepemimpinan transaksional maka semakin pegawai mengalami keterbebanan kerja yang dapat mengakibatkan stres. Kelima, sebagian karyawan menganggap dengan diterapkannya kepemimpinan transaksional yang fokus pada proses pertukaran ini semakin memotivasi karyawan meningkatkan pencapaian kinerja sehingga menimbulkan stres pada pribadi karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Maulizar, dkk. (2012) yang mengungkapkan kepemimpinan transaksional memfokuskan perhatiannya pada proses pertukaran atau imbalan yang didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja dan penghargaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. 49 Sehingga karyawan yang berusaha mencapai standar kerja dalam setiap penugasan kerjanya akan mengalami stres kerja.