Dauliyah Journal of Islamic and International Studies Ejournal.Unida.Gontor.ac.id International Relations Unida Gontor|Vol.1|No.2 August 2016 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP., M.A. Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya [email protected] Abstract Since its inception in 1919 from “the womb” of Western civilization, International Relations could not escape from the domination of Western empirical experiences, logics, cultures, and worldviews. Islamic perspective as an alternative thought as well as analytical lens in contemporary International Relations appeared on the surface at the end of twentieth century. However, the study of Islamic perspective in International Relations was actually started as early as the middle of the second century of Hijrah within the discipline of Siyar. Islamic perspective in International Relations contained unique principles and way of thinking differed from Western tradition. This article showed how actually Islamic perspective had been applied in the study of relations among nations since Prophet Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam until contemporary Islamic scholars and Islamic law jurists’ era. In Indonesia, the wave of Islamic high learning institutions transformation status at the end of President Susilo Bambang Yudhoyono’s government also opened the gate for awakening of Islamic perspective application in the field of International Relations. This was no wonder as the study of Islamic perspective in International Relations already had its own history, tradition, and basic philosophy. Keywords: International Relations; Siyar; Western Perspectives; Islamic Perspective berada di urutan teratas di bawah ranah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional sebagai ilmu politik dengan kode 5901 (“4-digit sebuah disiplin ilmu pengetahuan dalam UNESCO,” 2015). Pengkategorian ini ranah sosial-politik terbilang masih muda tentu tidak sepi dari perdebatan lantaran usia jika dibanding dengan disiplin ilmu disiplin pengetahuan lain semisal Sosiologi atau sendiri memang terlahir dengan berbagai Antropologi. perspektif Badan Pendidikan, Ilmu Ilmu Hubungan filosofis Internasional dan kekhasan Pengetahuan dan Kebudayaan PBB atau pendekatan yang multi-disipliner. Namun United Nations Educational, Scientific and paling tidak, masyarakat internasional telah Cultural Organization mengakui eksistensi disiplin ilmu ini dan mencatat bahwa Internasional Ilmu (International (UNESCO), Hubungan mengkategorikannya Relations) pertama dari disiplin ilmu politik. sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan sebagai “cabang” 190 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal Lahirnya disiplin Ilmu Hubungan ilmu ini. Pembahasan mengenai asal Internasional tidak dapat dipisahkan dari muasal hadirnya Politics program di kodifikasi studi International Internasional Universitas Aberystwyth, dengan Ilmu senantiasa tulisan Hubungan dihubungkan sejarawan Wales, United Kingdom pada tahun 1919 Thucydides, (BA International Politics, 2015). Program Peloponnesian War yang dibuat sekitar studi ini menjadi cikal bakal dilakukannya abad keempat sebelum masehi (History of kodifikasi Ilmu Hubungan Internasional the Peloponnesian War, 2015). Bahkan seperti yang kita temui saat ini. Pada awal hampir seluruh disiplin ilmu pengetahuan pendiriannya, modern kajian Hubungan dalam Romawi, selalu History of dikait-kaitkan the dengan Internasional di Universitas Aberystwyth kebudayaan Yunani-Romawi sebagai akar didominasi seputar dari peradaban Barat. Padahal jika kita perdamaian dan keamanan internasional. mau jujur, banyak peradaban lain telah ada Sejarah kehadiran sebelum peradaban Yunani-Romawi yang Politics tak kalah hebat dan bahkan lebih canggih program oleh pembicaraan melukiskan studi bahwa International tersebut bertujuan untuk mempelajari dan dari mereka. menjaga perdamaian internasional pasca Tulisan-tulisan mengenai hubungan terjadinya Perang Dunia Pertama dimana antar bangsa sebenarnya tidak benar-benar episentrum konfliknya berada di wilayah diawali Eropa. Burchil Linklater (2005) terlanjur dinobatkan sebagai peletak dasar mengungkapkan, “The purpose of theory in Ilmu Hubungan Internasional itu. Sebelum the early years of the discipline was to Thucydides change the world for the better by History of the Peloponnesian War, Sun removing the blight of war” (hlm. 9). Tsu, seorang Jendral militer, ahli strategi Sebagai dan sebuah disiplin dari karya Thucydides menuliskan idenya yang dalam ilmu sekaligus filosuf Cina, pada abad kelima pengetahuan yang terlahir dari “rahim” sebelum masehi telah menulis sebuah buku peradaban Barat, analisa dan teori-teori mengenai strategi militer yang terdiri dari yang berkembang dalam disiplin Ilmu tiga belas bab dan kemudian dikenal Hubungan Internasional tentu sarat dengan sebagai the Art of War (Sūnzĭ Bīngfǎ) (The pengalaman empiris, logika, kebudayaan, Art of War, 2015). Di belahan bumi dan pandangan hidup masyarakat Barat. Hindustan, pada masa Raja Chandragupta Hal ini dapat dibuktikan misalnya dari sekitar abad ketiga pembahasan tentang genealogi disiplin Kautilya (dikenal sebelum masehi, juga sebagai 191 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Vishnugupta atau Chanakya), seorang guru internasional seringkali hanya dianalisa dan penasehat kerajaan, telah mengarang menggunakan teori-teori, metodologi, dan sebuah buku yang berisi mengenai seni asumsi perundingan antar bangsa, permasalahan- Hegemoni Barat permasalahan Hubungan Internasional ekonomi-politik serta ontologis perspektif dalam Barat. teori-teori kontemporer strategi militer dengan judul Arthasasthra tampak kasat mata dan sangat sulit (Arthasasthra, 2015). Jauh sebelum tulisan- dihindari. Kegelisahan ini banyak disadari tulisan di atas, pada sekitar tahun 2.250 oleh Sebelum Masehi, Raja Hammurabi dari Internasional, baik yang berasal dari Barat Babilonia telah merekam situasi hukum maupun non-Barat, intelektual Muslim dan politik kerajaannya dalam sebuah maupun non-Muslim. Sebut saja Acharya kumpulan aturan hukum (codex) (Harper, dan Buzan (2010) yang telah melakukan 1904). Bahkan, analisa dari tulisan-tulisan riset, mengumpulkan tulisan-tulisan di hieroglyph di dinding-dinding piramida jurnal, Mesir yang dapat dilacak hingga masa mengenai dominasi perspektif Barat dalam Naqada III pada sekitar tahun 3.200 teorisasi Ilmu Hubungan Internasional, sebelum telah hingga akhirnya semua itu direkam dengan terjadinya kompetisi antara raja-raja yang baik dalam sebuah buku berjudul Non- hidup di daerah Mesir pada zaman itu Western International Relations Theory: (Naqada III, 2015). Oleh karena itu, klaim Perspective on and beyond Asia. bahwa masehi Ilmu mengungkap Hubungan Internasional para serta Dengan penstudi Ilmu mengadakan meminjam Hubungan konferensi logika Martin Buzan (2010) pertama kali terkodifikasi oleh masyarakat Wight, Barat yang diawali dari karya Thucydides mengungkapkan bahwa sebenarnya teori- adalah klaim yang dipaksakan, ahistoris, teori hubungan internasional non-Barat dan adanya bukan tidak ada sama sekali. Namun, teori- hegemoni dan kepentingan Barat dalam teori itu masih “tersebar, tidak sistematis, disiplin ilmu ini. dan sebagian besar tidak dapat diakses” cenderung menunjukkan Acharya dan Tradisi berpikir, pendekatan dan teori (hlm. 1). Melalui buku Non-Western yang berasal dari pengalaman empiris atau International Relations Theory, Acharya perspektif dan masyarakat mendominasi dalam Barat perbincangan disiplin Ilmu tampak Buzan (2010) dengan lantang akademis menyuarakan keinginan mereka untuk Hubungan “memperkenalkan tradisi Ilmu Hubungan Internasional saat ini. Fenomena hubungan Internasional non-Barat kepada para 192 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal pembaca di menantang tauhidnya telah berhasil menunjukkan akademisi Ilmu Hubungan Internasional tidak adanya kontradiksi antara kebenaran non-Barat untuk melawan dominasi teori- wahyu yang berasal langsung dari Tuhan teori Barat” (hlm. 2). Keinginan untuk dengan kebenaran empiris yang diperoleh memperkenalkan non-Barat melalui pengalaman inderawi dan akal yang selama ini sulit diakses tersebut manusia. Ummat Islam telah berhasil benar-benar terwujud melalui kontribusi mengembangkan para sarjana Ilmu Hubungan Internasional pengetahuan non-Barat dalam buku tersebut yang menafikan wahyu Tuhan. Tak heran, mampu memaparkan perspektif-perspektif pandangan alam Islam yang demikian non-Barat sesuai tempat dimana mereka lantas melahirkan perspektif tersendiri berasal. Dengan standar akademik yang ketika tinggi penerbit berpikir (disiplin ilmu pengetahuan) yang internasional- dihasilkan oleh suatu kebudayaan manusia. Routledge-, buku tersebut minimal telah Sementara itu dalam ranah disiplin berhasil memperkenalkan teori-teori Ilmu Ilmu Hubungan Internasional kontemporer, Hubungan non-Barat, tawaran perspektif Islam sebagai kacamata terutama yang berasal dari Cina, Jepang, analisis dan tradisi berpikir yang telah Korea, India, Asia Tenggara, Indonesia, terususun runtut atau terkodifikasi dengan dan perspektif pandangan alam Islam cukup memadai mulai marak mengemuka (Islamic worldview). di akhir abad keduapuluh. Pada tahun dan ternama Barat dan perspektif diterbitkan bereputasi Internasional oleh suatu yang budaya ilmu berkembang tanpa bersinggungan dengan tradisi Memang jika kita cermati dalam 1987, ‘Abdul Hamid A. Abu Sulayman episode sejarah ilmu pengetahuan, ternyata menerbitkan sebuah buku berjudul the terlihat bahwa tradisi berpikir ummat Islam Islamic Theory of International Relations: yang sangat rasionalis dan khas berbasis New Directions for Islamic Methodology tauhid and Thought. Karya yang pada mulanya (monoteisme) membawa kejayaan terbukti peradaban mampu Islam merupakan disertasi doktoral Abu selama berabad-abad lamanya. Sementara Sulayman di Univeristas Pennsylvania peradaban Barat berada dalam kungkungan tersebut mengundang antusiasme yang luar doktrinasi biasa gereja yang membelenggu dari para pembaca sehingga aktivitas akademis yang bertumpu pada diterbitkan lebih luas oleh the International rasionalitas dan empirisitas, peradaban Institute of Islamic Thought (IIIT) Virginia Islam dengan pandangan alam berbasis bekerjasama dengan International Islamic 193 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Publishing House (IIPH) Riyadh dan diberi Muslim judul baru Towards an Islamic Theory of memperbincangkan International Relations: New Directions internasional for mengkodifikasi hukum internasional dalam Methodology and Thought (Abu Sulayman, 1993). Seolah yang tercatat secara pertamakali hubungan sistematis dan perspektif Islam melalui dua bukunya yang memahami perkembangan sangat fenomenal, Kitab Siyarul Kabir dan jaman yang sedang terjadi, para penerbit Kitab Siyarus Saghir. dari dunia Islam lantas mencoba menggali Pembahasan mengenai Ilmu dan mencetak ulang buku-buku dengan Hubungan Internasional dalam perspektif tema hubungan internasional yang telah Islam jelas bukan barang baru “kemarin dikarang oleh para sarjana atau ulama- sore”. Meski perbincangan mengenai teori ulama Islam baik di masa lampau maupun dan kontemporer. Pada tahun 1995, penerbit Internasional dalam perspektif Islam baru Darul Fikr al-‘Arabi Mesir menerbitkan hangat tulisan ulama Al Azhar terkemuka abad epistemis pada akhir abad keduapuluh, keduapuluh, namun Muhammad Abu Zahrah metodologi Ilmu Hubungan diperbincangkan Ilmu Hubungan masyarakat Internasional (1995), dengan judul Al-‘Alaqah Ad- dalam perspektif Islam sejatinya telah Dauliyyah Fil Islam atau “Hubungan terkodifikasi Internasional dalam Islam.” Selanjutnya memperkenalkan pada Islamic Internasional sebagai suatu disiplin ilmu International tersendiri pada tahun 1919. Dalam tradisi Islamic University Islamabad Pakistan ilmu pengetahuan di dunia Islam, kajian menerbitkan buku berjudul The Shorter mengenai hubungan internasional telah Book on Muslim International Law yang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri yang merupakan terjemahan dari karya ulama disebut oleh para ulama fikih sebagai klasik Muhammad Ibn Hasan As-Syaibani Siyar. berjudul (Al- menyatakan bahwa Siyar telah menjadi yang disiplin ilmu pengetahuan resmi di dunia Hukum Islam pada awal pertengahan abad kedua tahun Research 1998, Institute Kitab peneribit dari Siyarus Shaybani, 1998). dijuluki sebagai Saghir As-Syaibani, Bapak jauh Mahmood Ilmu Barat Hubungan Ahmad Ghazi Internasional Muslim, adalah murid dari Hijriah, Imam International Law or Siyar which was Abu Madzhab Hanifah, Hanafi peletak (“Muhammad dasar al- Shaybani,” 2015). Ia adalah intelektual “... sebelum the field of developed by Muslim jurist Muslim as an independent legal discipline as early as the 194 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal middle of the second century of Hijrah” Landasan Berpikir Ilmu Hubungan (Al-Shaybani, 1998, hlm. xv). Internasional Perspektif Islam Artikel ini kemungkinan Ilmu dilakukannya Hubungan perspektif Islam di jauh mengkodifikasi Ilmu Hubungan Internasional saat ini pengkajian berkembang dengan berbagai perspektif dalam atau paradigma sesuai dengan argumentasi tengah dominasi filosofisnya. Hal ini menjadikan Ilmu Barat. Karena Hubungan Internasional sebagai suatu Internasional perspektif-perspektif bagaimanapun, melihat hendak sebelum Ilmu Barat Hubungan disiplin keilmuan yang unik karena berbagai asumsi paradigmatik dapat hadir telah secara bersamaan untuk saling bersaing, melahirkan disiplin ilmu Siyar dengan para berdebat, dan bertarung satu sama lain ulama, pemikir, sekaligus cendekiawan demi yang masing-masing. Internasional, ahli peradaban di bidang Islam ini, semisal membuktikan kebenaran Tidak ada ilmiah asumsi As-Syaibani, ontologis dan metodologi pasti yang Muhammad Ibn Idris As-Syafi’i, Abul menjadi rujukan serta disepakati semua Hasan Al-Mawardi, Abu Hamid Al- pakar Ghazali, tunggal Muhammad Ibn dan Hasan Ibnu Taimiyyah (Abu atau sarjana. dapat Suatu dianalisa fenomena menggunakan Sulayman, 1993, hlm. 17). Lantas, apa berbagai macam paradigma dan seluruh yang menjadi landasan berpikir (asumsi analisa tersebut absah dilakukan. Para ontologis, epistemologis, dan aksiologis) pakar dan ahli melukiskan Ilmu Hubungan perspektif Internasional saat ini sebagai suatu disiplin Islam tersebut? Apa yang menjadi kekhasan dan membedakannya dengan perspektif Barat dalam kajian Ilmu keilmuan yang berakhir dengan ketidaksepakatan. Mohtar Mas’oed (1994) ini? menegaskan, “Tema umum teorisasi dalam Bagaimana penerapan perspektif Islam Ilmu Hubungan Internasional dewasa ini secara metodologis dalam kajian Ilmu adalah Hubungan Internasional saat Hubungan Internasional saat ini? Dan bagaimana kemungkinan penerapannya dalam program studi ilmu ini di perguruan keanekaragaman dan ketidaksepakatan” (hlm. 12). Pendek kata, para penstudi disiplin ilmu ini bersepakat untuk tidak bersepakat. tinggi di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan Perdebatan paradigmatik dalam Ilmu tersebut akan dijawab secara ringkas dalam Hubungan Internasional dapat dijelaskan pemaparan selanjutnya. dengan apik menggunakan argumentasi Thomas S. Kuhn dalam karya 195 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer fenomenalnya, the Structure of Scientific Dalam Ilmu Hubungan Internasional, Revolution. Kuhn (1996) menjelaskan aneka bahwa ilmu pengetahuan berkembang dan intelektual mirip seperti yang dijelaskan bergerak oleh Kuhn. Adakalanya suatu perspektif dalam suatu rute menuju perspektif lahir mendapat pengetahuan yang sudah matang atau penstudi Ilmu Hubungan Internasional dan dewasa mencapai suatu kondisi dimana menjadi tren analisa pada masanya. Namun tidak berkompetisi tatkala perspektif tersebut mendapatkan terhadap model aktivitas ilmiah yang sudah tantangan intelektual serius yang tidak diyakini. Ilmu pengetahuan tersebut dalam mampu dijawab dengan memuaskan, maka kondisi seluruh terlahirlah perspektif baru yang berbeda permasalahan yang dapat didefinisikan dari perspektif sebelumnya. Perspektif- ulang dan diselesaikan oleh komunitas perspektif tersebut pada akhirnya secara ilmiahnya. bersamaan berkembang, saling mengkritisi, dengan telah dapat meninggalkan Tahap dua pencapaian karakteristik ilmiah seperti ini menghasilkan apa yang disebut sebagai ‘paradigma’, sebuah istilah yang sangat luar proses kedewasaannya (matured sciences). Ilmu seorangpun sambutan dari biasa dari dan berebut untuk mendapatkan pengikut atau group of adherents. Jika dilihat di permukaan saja, terkait dengan ‘normal sciences’ (hlm. 10). kontestasi paradigmatik dalam Bagi Kuhn, ilmu pengetahuan merupakan Hubungan Internasional dewasa hasil dari kesepakatan komunitas epistemis ternyata masih tetap didominasi oleh yang ia sebut sebagai normal sciences. perspektif-perspektif Barat. Idealisme atau Manakala liberalisme normal sciences tersebut klasik adalah Ilmu ini perspektif mendapat kritikan dan mengalami anomaly dominan yang muncul bersamaan dengan atau tidak mampu memberikan penjelasan kelahiran Ilmu Hubungan Internasional dengan pada memuaskan, maka terjadilah akhir Perang Dunia Pertama. kegoncangan dan revolusi intelektual yang Idealisme menghasilkan ilmu pengetahuan dengan tantangan dari realisme. Realisme sendiri paradigma baru yang berbeda dari ilmu lantas berdebat seru dengan neo-realisme. pengetahuan paradigma Dari kawasan Britania Raya, English sebelumnya. Ilmu pengetahuan dengan school muncul sebagai tradisi berpikir baru paradigma baru tersebut terus yang mencoba keluar dari perdebatan bergerak menuju rute normal sciences dan klasik antara idealisme versus realisme bersiap sembari untuk dengan lantas menghadapi selanjutnya, demikian seterusnya. kritik kemudian memfokuskan mendapatkan analisa pada 196 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal perilaku masyarakat internasional secara Islam meyakini bahwa realitas dapat kolektif. Sementara itu, neo-liberalisme berwujud fisik (‘alam as-syahadah) dan hadir dan mampu menjelaskan fenomena metafisik (‘alam al-ghaib). Sementara internasional massif di pertengahan abad perspektif-perspektif Barat terbangun dari keduapuluh, tradisi regionalisme. berjuang yakni Namun dengan menghadapi globalisasi neo-liberalisme sangat kritik dan keras dari rasionalisme-empirisisme yang sekali-kali tidak akan meyakini realitas untuk metafisik marxisme. keilmuan sebagai mereka. basis argumentasi Dalam konteks Perdebatan bahkan berlangsung lebih seru hubungan internasional misalnya, Islam dengan kehadiran tradisi post-positivis meyakini bahwa musuh abadi bagi seluruh yang mampu menjungkir-balikkan asumsi- bangsa dan peradaban ummat manusia di asumsi perspektif-perspektif dunia ini adalah iblis dan bala tentaranya sebelumnya yang sangat positivis. Lahirlah dari kalangan jin dan manusia (Al-Qur’an, teori-teori kritis, feminisme, green politics, 7: 22, 114:1-6). Pasukan kaum Muslimin hingga perspektif post-modernisme yang yang berperang di atas jalan kebenaran, berakar dari tradisi ontologis skeptisisme. bahkan diyakini akan dibantu oleh para Ada pula perspektif konstruktivisme yang malaikat yang langsung turun dari langit mencoba mendamaikan perdebatan antara (Al-Qur’an, 3:124). Iblis, jin, malaikat dan positivisme dengan post-positivisme dan bahkan Allah Subhanahu Wata’ala adalah berdiri di antara keduanya. Perlu dicatat di realitas sini, bahwa seluruh perspektif yang saling eksistensinya berhadap-hadapan berkontestasi Namun bagi perspektif Barat, bahasan tersebut lahir dari pengalaman empiris dan metafisik semacam itu sudah sejak lama cara pandang masyarakat Barat. diceraikan filosofis dan metafisik dalam yang diyakini perspektif pengkajiannya dari Islam. dunia Sementara itu perspektif Islam yang akademik mereka. Proyek sekularisasi di mulai marak diperbincangkan di akhir abad dunia pendidikan Barat yang sudah terjadi keduapuluh, berada di luar perspektif- sejak perspektif Barat yang menjadi mainstream rennaissance, telah menghasilkan ilmu dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional pengetahuan dengan corak ontologis yang kontemporer tadi. Perspektif Islam berasal bertumpu dari cara pandang (worldview) ajaran Islam empirisisme semata. abad pada pertengahan-masa rasionalisme dan yang khas dan berbeda dari cara pandang Dari sisi epistemologis, perspektif Barat. Dalam kajian ontologis, perspektif Islam meyakini bahwa wahyu merupakan 197 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer sumber ilmu pengetahuan yang sangat berbasis wahyu yang langsung diturunkan penting. otoritas Allah melalui para nabi dan rasul-Nya. wahyu sebagai sumber ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam mendapatkan posisi sentral dan menjadi terdiri dari dua macam: ilmu pengetahuan kunci pembeda antara perspektif Islam yang diperoleh melalui wahyu (revealed dengan perspektif Barat. Namun demikian, knowledge) serta ilmu pengetahuan yang bukan berarti perspektif Islam menafikan diperoleh melalui penelitian berbasis rasio- sumber-sumber ilmu pengetahuan lainnya. empiris Perspektif Islam mendapatkan pengetahuan macam ilmu pengetahuan tersebut adalah dari sumber-sumber Al-Qur’an, Hadits, benar, tidak mungkin bertentangan, dan akal (‘aql) dan kalbu (qalb), serta indera semuanya berasal dari Allah (Theory: (Kania, 2013, hlm. 92-109). Perspektif Secular and Religious Knowledge, 2014, Islam menggabungkan antara epistemologi waktu 0:07:35). Pengakuan rasionalis-empiris terhadap dengan (acquired knowledge). Kedua epistemologi Gambar 1. Jenis Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam Sumber: Bilal Philips. (14 November 2014). “Theory: Secular and Religious Knowledge.” [YouTube]. Lesson Plan Islamization Session 1. Diakses dari https://www.youtube.com/ 198 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal Ilmu Hubungan Internasional dalam perspektif Islam tentu dijalankan dengan menggunakan metodologi atau derajat keilmiahan Ilmu Hubungan Internasional itu sendiri. berbasis Dalam kajian aksiologis, perspektif epistemologi ilmu pengetahuan Islam. Barat pada umumnya memahami ilmu Analisa ilmiah dalam perspektif Islam pengetahuan sebagai sesuatu yang bebas senantiasa berdasarkan nilai (value neutral), yakni tidak ada argumentasi wahyu (dalil syar’i) dan hubungannya sama sekali dengan nilai dilakukan argumentasi rasio-empiris (dalil ‘aqli). kemanusiaan dan peradaban yang Dengan perspektif Islam, teori-teori yang menghasilkannya. didapatkan lebih pengetahuan bersifat obyektif dan berlaku namun universal. Perspektif yang demikian biasa dalam beberapa hal teori-teori tersebut disebut sebagai positivisme. Namun, pada bahkan abad bukan komprehensif hanya dan akan berkualitas, mampu mencapai derajat Kebenaran keduapuluh lahirlah ilmu gagasan kebenaran mutlak atau aksiomatis yang mengenai sosiologi ilmu (sociology of tidak akan bisa disangkal oleh siapapun. knowledge). Jika ilmu pengetahuan tersebut diperoleh dikenal dari wahyu yang bersifat pasti (qath’i dibawa oleh tokoh-tokoh seperti Max tsubut qath’i dalalah) maka kebenaran Scheler, Karl Mannheim, Thomas Kuhn yang didapatkan akan pula bersifat pasti, dan Paul Feyerebend. Mereka meyakini misalnya setiap bahwa sifat ilmu pengetahuan adalah nisbi manusia yang pasti akan mengalami atau relatif, bukan universal. Kebenaran kematian (Al-Qur’an, 4:78), adanya usia ilmiah di suatu waktu dan tempat, tidak bagi suatu bangsa atau generasi (Al- lantas menjadi benar di waktu dan tempat aksioma mengenai Qur’an, 6:6), kemenangan bangsa Romawi Gagasan sebagai yang kemudian post-positivisme ini yang lain (Wan Daud, 2007, hlm. 67). atas bangsa Persia (Al-Qur’an, 30:1-4), Dalam hingga masa depan dunia yang akan Internasional mengalami kehancuran atau kiamat (Al- perspektif untuk memahami kaitan antara Qur’an, 16:1, 18:21). Kebenaran- nilai disiplin dan saat ilmu Ilmu ini, Hubungan kedua pengetahuan, macam baik kebenaran yang bersifat pasti merupakan positivisme derajat keilmiahan tertinggi yang didamba absah diyakini dan semua mendapatkan oleh setiap disiplin ilmu pengetahuan. tempat di atas mimbar akademik. maupun post-positivisme, Dengan demikian, aplikasi perspektif Islam dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional akan meningkatkan kualitas Sementara menurut perspektif Islam, ilmu pengetahuan itu meski tidak bebas 199 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer nilai namun bukan pula bersifat nisbi atau gamblang, yakni untuk beribadah kepada relatif. Para pemikir dan ilmuwan Islam Allah, selalu berusaha mengintegrasikan gagasangagasan besar dari peradaban lain dengan ajaran Islam. Para filosof Muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan berusaha memasukkan ajaran Islam, seperti manusia konsep malaikat, nabi, dan pembalasan di mengabdi kepada-Ku” (Al-Qur’an, 51:56). akherat, dalam filsafat mereka melainkan supaya mereka yang Dengan demikian, segala aktivitas banyak diperoleh dari filsafat Yunani (Wan manusia, termasuk kegiatan olah pikir atau Daud, 2007, hlm. 67). Jadi, perspektif intelektual, semuanya haruslah bernilai Islam mengakui bahwa ilmu pengetahuan ibadah, yakni dalam rangka mengabdi tidaklah bebas nilai. Oleh karena itu, ilmu kepada Allah. pengetahuan harus dimanfaatkan sesuai dengan tujuan hakiki keberadaan manusia di dunia ini dan ajaran Islam hadir di dunia untuk membimbing manusia meniti jalan menuju tujuan hakiki dalam kehidupannya itu. Dalam perspektif Islam, seluruh aktivitas pengkajian ilmu pengetahuan atau menuntut ilmu adalah untuk menghasilkan, membina dan membentuk manusia yang sempurna (Al-Attas, 2001, hlm. 41). Manusia sempurna adalah sosok manusia Kebudayaan Barat menggunakan ilmu pengetahuan menguasai dengan alam demi tujuan maslahat untuk atau yang memahami hakekat keberadaannya di muka bumi ini, yakni untuk beribadah kepada Allah. Semakin bertambah kemanfaatan bagi manusia. Padahal nilai ilmunya, semakin ia mengenal Tuhan yang kemanfaatan yang ia sembah, maka akan semakin bertambah menentukan adalah diri manusia berdasar pula perasaan takjub dan takut kepadaNya. pada tujuan hidupnya. Berbeda dengan Oleh karena itu, indikator konkret dari perspektif Barat yang nihil membicarakan kemanfaataan suatu ilmu pengetahuan perihal tujuan hidup, perspektif Islam dalam perspektif Islam adalah tatkala ilmu menetapkan tujuan hidup manusia sesuai pengetahuan tersebut semakin menambah dengan akhlak dan budipekerti rasa takut manusia kepada Tuhan yang ia tersebut tentu yang diajarkan olehnya (Al-Attas, 2001, hlm. 42). Islam menentukan tujuan hidup manusia di dunia ini dengan sangat sembah, 200 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal ‘Alaihi Wasallam. Sebagai seorang manusia biasa (Al-Qur’an, 18:110, 6:50), Nabi pernah beberapa kali melakukan analisa terkait peristiwa-peristiwa hubungan internasional yang terjadi pada “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di masa beliau demi kemaslahatan kaum antara Muslimin. hamba-hamba-Nya, hanyalah Berdasar wahyu yang turun kepada ulama” (Al-Qur’an, 35:28). Jadi, kemanfaatan suatu kajian ilmiah bukan sebatas dilihat secara akademik dan praktis, namun juga kemanfaatannya harus diperoleh secara religius. Kemanfaatan akademik adalah bagaimana kajian yang dilakukan dapat menambah pemahaman teoritis permasalahan. Sedangkan akan suatu kemanfaatan praktis adalah bagaimana kajian yang dilakukan dapat memberi dampak konkret dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kemanfaatan religius berarti bagaimana kajian tersebut dapat menambah pemahaman akan kebesaran, keluasan ilmu, serta kemahakuasaan Allah yang akan menambah rasa takut (khasyah) seorang hamba kepada Tuhan yang ia sembah. beliau, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan hijrah (eksodus) ke negeri Habasyah (Ethiopia). Rasul meyakini betul bahwa raja negeri Habasyah, Najasyi, adalah seorang yang adil dan karenanya akan melindungi orangorang terzalimi yang meminta suaka politik kepadanya. Rasul bersabda, “Sesungguhnya di negeri Habasyah ada seorang raja yang tak seorangpun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian” (Al-Umuri, 2010, hlm. 173). Lantas, eksodus beberapa kaum Muslimin dari Mekkah menuju negeri Habasyah terjadi dalam dua gelombang. Orang-orang Muslim yang mengalami diskriminasi dan kekerasan karena Aplikasi Perspektif Islam dalam Kajian menjalankan ajaran agamanya di Mekkah Ilmu Hubungan Internasional akhirnya menerima suaka politik dari Kajian Ilmu Hubungan Internasional berdasar perspektif Islam sebenarnya telah kerajaan Habasyah. Pada kesempatan lain, tersiar kabar dilakukan oleh pembawa risalah Islam kekalahan sendiri, (Bizantium) dari kerajaan Persia pada Nabi Muhammad Shallallahu kerajaan Romawi Timur 201 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer peperangan sekitar tahun 615 Masehi. Ayat tersebut secara gamblang Orang-orang kafir Qurays di Mekkah memberi pengetahuan mengenai situasi menyambut politik internasional gembira karena berpihak pada waktu itu. kepada bangsa Persia yang sama-sama Berdasar ilmu pengetahuan yang berasal menyembah berhala. Sebaliknya, kaum dari wahyu Allah tersebut, Rasulullah Muslimin berduka cita karena berpihak Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada bangsa Romawi yang beragama beserta Nasrani dan memiliki kitab suci dari Allah, berkeyakinan sama seperti kaum penuh Muslimin bahwa bangsa Pada situasi Romawi yang kalah dalam pertempuran wahyu yang pada tahun 615 masehi, kelak akan mengenai mendapatkan kemenangan atas bangsa kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Kajian berdasar wahyu tersebut Persia dalam waktu dekat, akhirnya Beberapa tahun kemudian, tepatnya tujuh 1. Alif laam Miim, 2. Telah dikalahkan metodologi yang khas dengan senantiasa bangsa Romawi, 3. Di negeri yang menggabungkan argumentasi wahyu (dalil terdekat (Syria dan Palestina) dan mereka syar’i/ sesudah dikalahkan itu akan menang, 4. argumentasi rasio-empiris (dalil ‘aqli/ Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah- acquired knowledge). Metodologi yang lah urusan sebelum dan sesudah (mereka demikian sangat anggun diaplikasikan menang). Dan di hari (kemenangan dalam kajian yang dilakukan oleh Ibnu bangsa bergembiralah Khaldun pada abad pertengahan. Salah orang-orang yang beriman (Al-Qur’an, satu hasil kajiannya yang sangat fenomenal 30:1-4). adalah teori mengenai ‘ashabiyyah atau demikian, mereka. segenap turunlah memberikan informasi Romawi) itu tahun terbukti setelah tepat dan kekalahannya, akurat. kerajaan Romawi berhasil mengalahkan Persia pada tahun 622 Masehi dan merebut kembali Syam dan Palestina dari tangan Persia. Analisa Rasul berdasar wahyu atas kondisi politik internasional pada waktu itu terbukti sangat akurat dan pada akhirnya semuanya benar-benar terjadi. Perspektif Islam dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional revealed memiliki knowledge) dan 202 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal solidaritas kelompok. melakukan Ibnu Khaldun kegiatan manusia dengan kenabian, membangun teorisasi mengintegrasikan argumentasi rasio- empiris dan dalil-dalil wahyu. Ibnu Khaldun lainnya, kerajaan seperti atau dakwah” (Muhammad bin Khaldun, 2011, hlm. 190-191). mendasarkan Ketika menjelaskan bahwa argumentasinya dengan mengambil data ‘ashabiyyah tidak hanya bisa diperoleh yang berasal dari ayat Al-Qur’an, yakni melalui garis keturunan, Ibnu Khaldun kisah berargumentasi mengenai saudara-saudara Nabi dengan Yusuf ketika mengatakan kepada ayah pendekatan mereka, Khaldun (2011), seseorang dari suatu garis empiris. menggunakan Menurut Ibnu keturunan akan menjadi bagian dari garis keturunan yang lain disebabkan oleh kedekatan dengan orang-orang pada garis keturunan yang lain itu. Bisa juga karena “Mereka berkata, ‘Jika dia dimakan dia loyal, melakukan koalisi, dan meminta serigala segolongan suaka kepada mereka. Karenanya, dia tidak (‘ushbah), sungguh kami orang-orang segan-segan mengklaim sebagai bagian yang merugi’” (Al-Qur’an, 12:14). dari garis keturunan dan merasa menjadi Dari padahal ayat kami ini, Ibnu Khaldun bagian dari mereka sehingga ikut menganalisa secara rasional bahwa dengan merasakan kebanggaan, kepemimpinan, adanya segolongan dan memperoleh hak serta kewajiban yang (‘ashabiyyah), tidak mungkin terbersit sama dengan mereka (hlm. 197). Bukti dalam diri seseorang untuk memusuhi empiris dari teori tersebut adalah peristiwa sesamanya. Orang-orang yang segolongan Arjafah bin Hartsamah yang hendak cenderung diangkat menjadi gubernur di daerah Bani perasaan berkelompok, bertahan dan Bajilah oleh Khalifah Umar Ibn Khattab. mencurahkan kasih sayang di antara Kaum Bani Bajilah meminta Khalifah mereka. Umar bersama, saling Ibnu melindungi, Khaldun lantas mencopot Arjafah karena berkesimpulan, “Jika hal ini benar dan sebenarnya ia bukan berasal dari kalangan berlaku untuk tempat dimana seseorang Bani Bajilah. Mereka berkata, ‘Dia berada hidup, yang memerlukan pertahanan dan di antara kami karena menyusup’. Ibnu perlindungan, maka tentu hal itu akan Khaldun berkata, “Perhatikan kisah ini, benar pula dan berlaku untuk setiap bagaimana garis keturunan Arjafah bin Hartsamah bercampur dengan bani Bajilah. 203 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Dia sempat mengenakan baju kebesaran kedua mereka Masehi. Bahkan, Rasulullah Muhammad dan dipanggil dengan nasab Hijriah atau kesembilan mereka, hingga menjadi kandidat gubernur Shallallahu atas mereka” (hlm. 198). pembawa ajaran Islam ke muka bumi ini Pendekatan dalil ‘aqli atau rasio- telah ‘Alaihi abad melakukan Wasallam kajian hubungan empiris kerap digunakan Ibnu Khaldun internasional dalam pertimbangan-pertimbangan rasio-empiris Muqaddimah-nya. Dengan menggunakan argumentasi empiris, Ibnu Khaldun (2011) membagi kawasan di berdasar sebagai wahyu dan sesuai situasi pada zaman beliau. Terkodifikasinya disiplin Ilmu dunia ke dalam tujuh iklim, kemudian Hubungan Internasional oleh Barat hingga merinci geografisnya, tersaji seperti sekarang ini jelas memberi hingga menyimpulkan bahwa belahan dampak pada dominasi perspektif Barat bumi bagian utara lebih makmur daripada dalam kajiannya. Oleh karena itu, para selatan (hlm. 81-123). Sebuah teori yang ilmuwan Muslim dituntut dan ditantang pada untuk kondisi-kondisi abad ke-21 terbukti dengan menghadirkan perspektif Islam terpolarisasinya konstelasi ekonomi-politik sebagai perspektif alternatif ke dalam global disiplin ilmu ini. Para ilmuwan di negara- berdasar adanya kerjasama kewilayahan kerjasama seperti Utara-Utara Selatan-Selatan. dan Dengan negara Muslim (Islamic World), tak terkecuali di Indonesia, ditantang untuk demikian, aplikasi perspektif Islam dalam melakukan kajian Ilmu Hubungan teorisasi Ilmu Hubungan Internasional Internasional berdasar perspektif Islam seperti yang dikaji oleh Ibnu Khaldun tidak yang selama ini belum banyak mewarnai hanya mampu menghasilkan teori dan wacana intelektual disiplin ilmu ini. penjelasan yang memuaskan, namun juga Kajian Ilmu Hubungan Internasional memiliki relevansi yang bahkan dapat dalam perspektif Islam sudah selayaknya melampaui zamannya. mendapat tempat di atas mimbar akademik di Indonesia. Selain karena ajaran Islam Kajian Ilmu Hubungan Internasional telah Perspektif Islam di Indonesia Indonesia dan dipeluk oleh mayoritas Pembahasan sebelumnya telah melekat dengan kebudayaan penduduknya, harus diakui pula bahwa memberikan pengetahuan, pemahaman dan kemerdekaan Indonesia terlahir dari bukti bahwa disiplin Ilmu Hubungan pemaknaan yang tepat akan konsep jihad- Internasional telah ada dalam tradisi suatu istilah yang berasal dari kajian Siyar intelektual peradaban Islam sejak abad atau disiplin Ilmu Hubungan Internasional 204 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal dalam Islam-. Persitiwa bersejarah peperangan akbar pada 10 November 1945 “Ekasila,” yaitu gotong-royong (“Rumusan-rumusan Pancasila,” 2015). di Surabaya yang lantas dikenal sebagai Sukarno dengan Hari Pahlawan, dimotori oleh fatwa dan menawarkan gagasan resolusi jihad yang dikeluarkan oleh para sebagai representasi tunggal semangat ulama waktu itu (Niam, 2015). Dengan kebangsaan di Indonesia. Kamus Besar demikian, tampak bahwa kajian Ilmu Bahasa Indonesia Hubungan Internasional dalam perspektif definisi gotong-royong sebagai bekerja Islam bersama-sama, telah signifikan berkontribusi dalam nyata berdirinya dan negara Indonesia di dunia ini. Pengaruh sangat gotong-royong (2015) memberikan tolong-menolong, bantu-membantu. jeli Jadi, dan gotong-royong adalah semangat saling membantu karena kajian Hubungan merasa berada dalam satu kelompok. Internasional dalam perspektif Islam tidak Gagasan ini jelas bertalian erat dengan hanya tampak lewat aplikasi konsep jihad. konsep ‘ashabiyyah yang berintikan pada Sukarno, sebagai pendiri bangsa (founding semangat ikatan darah (kebangsaan) dan father), solidaritas kelompok (in-group feeling) disinyalir Ilmu kuat mendapatkan inspirasi dari konsep ‘ashabiyyah ketika yang merumuskan dasar memberikan komentar terhadap sabda negara. Pada tanggal 1 Juni 1945, di Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi hadapan Wasallam yang berbunyi, Pancasila sidang Penyelidik sebagai BPUPKI Usaha Kemerdekaan), dalam (Badan Persiapan sebuah pidato kuat. Ibnu Khaldun (2011) ِ َتَعلَّموا ِمن أَنْسابِ ُكم ما ت صلُو َن بِ ِه أ َْْ ََ َام ُك ْم َْ َ ْ َُ spontan tanpa teks, Sukarno menawarkan “Kenalilah dari nasab-nasab kalian apa nama “Pancasila” sebagai dasar negara yang Indonesia. Kelima sila tersebut adalah: menyambung tali kekeluargaan kalian.” Ia kebangsaan, internasionalisme, mufakat, berkata, kesejahteraan, dan ketuhanan (“Pancasila,” sesungguhnya manfaat nasab itu adalah 2015). dapat kalian “Hadits ini gunakan berarti untuk bahwa Dalam kesempatan tersebut, kedekatan yang mengharuskan adanya juga menawarkan “Trisila” ikatan kekeluargaan sehingga timbullah sebagai alternatif sekaligus saripati dari sikap tolong-menolong dan kelompok yang “Pancasila,” kuat” Sukarno yakni: sosio-nasionalisme, (hlm. 193). Ibnu Khaldun sosio-demokratis, dan ketuhanan. Trisila menyimpulkan bahwa yang paling penting tadi selanjutnya bisa diperas lagi menjadi dan harus dimiliki oleh suatu negara adalah ‘ashabiyyah (solidaritas kelompok), bukan 205 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer solidaritas berdasar ikatan keagamaan. di Indonesia. Disiplin Ilmu Hubungan Sebaliknya, dakwah keagamaan hanya Internasional dapat berdiri kokoh dengan ditopang oleh Indonesia sejak berdirnya Jurusan Ilmu pilar ‘ashabiyyah. Bahkan, setiap utusan Hubungan Tuhan membutuhkan ‘ashabiyyah untuk Hukum, Sosial dan Politik Universitas menjalankan misinya, sebagaimana dalam Gadjah Mada pada tahun 1950. Pada awal sebuah hadits shahih disebutkan, ‘Allah pendirian tidak mengutus seorang Nabi pun kecuali diketahui mengenai kurikulum dan agenda mendapat perlindungan dari kaumnya’ risetnya, kecuali didirikan sekedar untuk (Muhammad bin Khaldun, 2011, hlm. 266 memenuhi kebutuhan birokrat dan staf - 270). Jadi, sila ketuhanan bukanlah administratif pemerintah Indonesia yang saripati pokok dari Pancasila, melainkan baru lahir pada saat itu, terutama dalam gotong-royong, yakni perasaan senasib dan bidang hubungan internasional (Acharya, sepenanggungan yang melahirkan sikap 2010, hlm. 163). Sejak tahun 1950 hingga tolong-menolong sekarang, antar sesama anak mulai diperkenalkan Internasional jurusan sangat ini, di di Fakultas tidak jarang banyak ditemukan bangsa. Di sini terlihat jelas bahwa konsep pembahasan mengenai perspektif Islam ‘ashabiyyah dalam memandang hubungan antar bangsa. gotong-royong merupakan yang telah diterjemahkan dalam konteks Masih Indonesia oleh Sukarno. Hal ini tidaklah perkuliahan pada program studi Ilmu mengherankan, karena Sukarno adalah Hubungan Internasional di Indonesia yang santri sekaligus menantu dari H.O.S. menyajikan Islam sebagai sebuah agama Cokroaminoto yang memiliki cara pandang (worldview) yang merupakan tokoh politik, seorang ulama kenamaan, dan jarang ditemukan teks-teks khas terhadap hubungan antar bangsa. pendiri organisasi sosial politik pertama di Kajian mengenai perspektif Islam Indonesia, Syarikat Islam (“Oemar Said dalam Ilmu Hubungan Internasional di Tjokroaminoto,” 2015). Indonesia Beberapa konsep dalam kajian Siyar atau Ilmu momentum kebangkitan tatkala pada akhir masa Internasional pemerintahan Presiden Susilo Bambang perspektif Islam telah meninggalkan jejak Yudhoyono terjadi gelombang alih status nyata dan kemanfaatan yang sangat besar perguruan tinggi keagamaan Islam. Banyak bagi bangsa Indonesia. Namun saat ini Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri jarang pembahasan (STAIN) berubah status menjadi Institut mengenai perspektif Islam dalam disiplin Agama Islam Negeri (IAIN) dan banyak Ilmu Hubungan Internasional kontemporer pula sekali Hubungan memiliki ditemukan IAIN berubah status menjadi 206 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal Universitas Islam Negeri (UIN). Konsekuensi dari alih status tersebut adalah perguruan tinggi berbasis studi umum, tapi dengan perspektif Islam” (Wamenag, 2016). Pengembangan ilmu-ilmu umum keagamaan Islam harus membuka fakultas- dengan perspektif Islam secara luas di fakultas baru dengan menawarkan program perguruan tinggi keagamaan Islam tentu studi ilmu-ilmu umum. membuka peluang yang cukup luas bagi Peningkatan status perguruan tinggi berkembangnya pengkajian Ilmu keagamaan Islam tersebut dimaksudkan Hubungan Internasional dalam perspektif supaya bisa menghidupkan kembali tradisi Islam di Indonesia. Saat ini terdapat pendidikan di Indonesia yang tak lepas dari delapan perguruan tinggi keagamaan Islam ilmu ketauhidan, yakni ilmu ketuhanan. di Indonesia yang telah mendapatkan Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar, akreditasi dalam pengelolaan program menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus studi Ilmu Hubungan Internasional, yakni: bisa bercermin kepada ilmuwan-ilmuwan Universitas Islam Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta; zaman mengembangkan terdahulu ilmu dalam Abdurrab, pengetahuan. Universitas Mereka adalah para ahli di bidangnya, Universitas namun tetap kembali kepada Sang Pencipta Universitas (Wamenag, 2016). Tampak jelas maksud Hidayatullah dari pemerintah di sini bahwa ilmu Muhammadiyah pengetahuan Muhammadiyah sudah selayaknya Pekanbaru; Al-Ghifari, Darul Bandung; `Ulum, Islam Jombang; Negeri Jakarta; Syarif Universitas Malang; Universitas Yogyakarta; dan dikembangkan sesuai jati diri bangsa Universitas Wahid Hasyim, Semarang Indonesia yang berketuhanan. Dengan (Hasil Pencarian Akreditasi, 2016). Jumlah demikian, pengembangan ilmu-ilmu umum tersebut diperkirakan masih akan terus yang ada di perguruan tinggi keagamaan bertambah Islam harus mengikuti perspektif Islam. gelombang alih status perguruan tinggi Hal ini secara gamblang disampaikan oleh keagamaan Islam menjadi insitut dan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, saat universitas yang memungkinkan dibukanya peresmian alih status IAIN Ar-Raniry program studi ilmu-ilmu umum. seiring dengan pasangnya Aceh menjadi UIN, “Kalau dulu, IAIN Peluang pengkajian Ilmu Hubungan cenderung menghasilkan alumni untuk Internasional berdasar perspektif Islam menjadi pegawai negeri atau menjadi tidak ulama, kini kampus UIN ini akan bisa menjamurnya pembukaan program studi menghasilkan para sarjana dalam bidang tersebut, namun juga ditopang dengan hanya terbuka lebar lantaran 207 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer semakin mengemukanya paradigma perspektif Islam dalam ilmu pengetahuan akademik berbasis perspektif Islam dalam modern. Diawali dari penyelenggaraan pengkajian ilmu-ilmu umum (acquired konferensi di Saudi Arabia pada tahun sciences) di perguruan tinggi keagamaan 1977, kemudian di Bangladesh pada tahun Islam. Paradigma akademik tersebut 1981, di Indonesia pada tahun 1982, di semangat untuk Mesir pada tahun 1987, dan di Afrika mendialogkan ilmu-ilmu keislaman dengan Selatan pada tahun 1996 (Dangor, 2005, ilmu-ilmu umum yang selama ini telah hlm. tersekularkan tradisi tersebut, upaya untuk meracik formula intelektual Barat. Paradigma akademik terbaik dalam mendialogkan ilmu-ilmu tersebut dengan umum dengan ilmu-ilmu keislaman tetap berbagai terminologi, seperti: integrasi terus dilakukan oleh berbagai kalangan. keilmuan, keislaman dan keindonesiaan Peristiwa penting yang cukup baru dalam (UIN hal ini terjadi pada tanggal 23 hingga 25 berintikan pada akibat lantas Syarif pengaruh diterjemahkan Hidayatullah Jakarta); 526). Selepas Agustus Ibrahim Malang); pengintegrasian ilmu diselenggarakannya keislaman, sains, teknologi dan seni (UIN Pertama Perihal Integrasi dan Islamisasi Ar-Raniry Aceh); integrated twin-towers Ilmu Pengetahuan Umum (1st World (UIN Sunan Ampel Surabaya); paradigma Congress islamisasi Islamicisation pengetahuan (UNIDA Ponorogo); hingga pada pengembangan Knowledge) ilmu pengetahuan berbasis nilai Islam yang Antarbangsa lebih spesifik, yakni Islam ahlussunnah (Noon, 2013). waljamaah (Universitas Wahid Hasyim Semarang). yang konferensi paradigma integrasi (UIN Maulana Malik ilmu 2013 enam On Of di Kuala lalu dengan Kongres Dunia Integration Acquired Universitas Lumpur And Human Islam Malaysia Kajian Ilmu Hubungan Internasional dalam perspektif Islam di Indonesia Tren aplikasi paradigma akademik dengan demikian memiliki peluang dan yang berupaya menyatukan ilmu-ilmu momentum kebangkitan pada saat ini, keislaman dengan ilmu-ilmu umum seperti yakni ketika terjadi gelombang alih status itu bukanlah sebatas fenomena lokal perguruan tinggi keagamaan Islam dan Indonesia. Tren paradigmatik tersebut meningkatnya tren paradigma penyatuan bahkan sudah menjadi malaise global di ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu dunia pendidikan Islam saat ini. Enam umum. Tawaran perspektif Islam dalam konferensi bertaraf internasional telah pengkajian ilmu-ilmu umum juga bukan diselenggarakan untuk membahas aplikasi merupakan hal yang baru atau fenomena 208 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal lokal Indonesia. ilmu-ilmu Upaya umum mendialogkan ilmu-ilmu namun juga harus dapat ditinjau secara keislaman adalah fenomena global dalam religius, yakni kemanfaatan untuk semakin dunia mendekatkan diri seorang manusia kepada pendidikan dengan hanya dilihat secara akademik dan praktis, Islam kontemporer sehingga sudah selayaknya upaya tersebut juga dilakukan terhadap disiplin Ilmu Hubungan Internasional. Sang Pencipta. Artikel ini menunjukkan bagaimana perspektif Islam telah diaplikasikan dalam kajian hubungan antar bangsa semenjak masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Kesimpulan Kajian mengenai para cendekiawan antar Muslim dan ulama ahli fikih masa kini. bangsa bukanlah suatu hal yang baru Dalam konteks Indonesia, aplikasi kajian dalam tradisi akademik peradaban Islam. hubungan internasional Pada menggunakan perspektif kenyataannya, hubungan hingga kajian mengenai dengan Islam telah hubungan antar bangsa telah menjadi memberi manfaat yang sangat signifikan disiplin ilmu pengetahuan resmi di dunia dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa Islam pada awal pertengahan abad kedua melalui konkretisasi konsep jihad melawan Hijriah dengan nama Siyar. penjajah. Bahkan pasca berkecambahnya Perspektif Islam dalam kajian Ilmu alih status perguruan tinggi keagamaan Hubungan Internasional memiliki landasan Islam pada akhir periode kepemerintahan dan cara berpikir khas yang berbeda dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tradisi berpikir perspektif Barat. Secara pintu ontologis, meyakini perspektif Islam bahwa realitas dapat berwujud fisik dan Hubungan Internasional metafisik. Secara epistemologis, perspektif seolah terbuka lebar. Hal ini tidaklah Islam meyakini bahwa wahyu merupakan terlampau sumber ilmu pengetahuan yang sangat perspektif Islam dalam kajian hubungan penting disamping akal, kalbu serta indera. antar bangsa telah memiliki sejarah, tradisi, Adapun secara aksiologis, perspektif Islam dan landasan filosofis tersendiri. Dengan menganggap bahwa ilmu pengetahuan demikian, perspektif Islam bukan saja exist tidaklah bebas nilai. Ilmu pengetahuan dan relevan untuk diaplikasikan dalam harus dimanfaatkan sesuai dengan tujuan studi hakiki keberadaan manusia di dunia ini. kontemporer, namun yang lebih urgen Kemanfaatan suatu kajian ilmiah bukan untuk dimengerti adalah kajian Ilmu perspektif Islam bagi Ilmu kebangkitan dalam mengherankan Hubungan penerapan kajian di Ilmu Indonesia mengingat Internasional 209 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Hubungan Internasional sejatinya telah Muslimin. Kuala Lumpur: Institut menjadi bagian dari tradisi intelektual Antarabangsa Pemikiran dan peradaban Islam dan saat ini sedang Tamadun Islam (ISTAC). menemukan momentum kebangkitannya. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Terj. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an. (2001). Madinah: Mujamma’ alMalik Fahd li Thiba’at Mush-haf. Al-Shaybani, Muhammad ibn al-Hasan, Daftar Referensi terj. Mahmood Ahmad Ghazi. Buku dan Jurnal (1998). The Shorter Book on Abdurrahman bin Muhammad bin Muslim International Law. Khaldun, terj. Masturi Irham. Islamabad: Interntional Research (2011). Mukaddimah Ibnu Institute International Islamic Khaldun. Jakarta: Pustaka Al- University Pakistan. Kautsar. Abu Sulayman, ‘Abdul Hamid A. (1993). Al-Umuri, Akram Dhiya’, terj. Farid Qurusy et. al. (2010). Shahih Sirah Towards an Islamic Theory of Nabawiyah. Jakarta: Pustaka As- International Relations: New Sunnah. Directions for Methodology and Burchill, Scott, et. al. (2005). Theories of Thought. Virginia: the International Relations. New York: International Institute of Islamic Palgrave Macmillan. Thought. Abu Zahrah, Muhammad. (1995). Al- Kania, Dinar Dewi. (2013) “Objek Ilmu dan Sumber-sumber Ilmu.” Dalam ‘Alaqah Ad-Dauliyyah Fil Islam. Adian Husaini et. al., Filsafat Ilmu: Madinah An-Nasr: Darul Fikr al- Perspektif Barat dan Islam. Jakarta: ‘Arabi. Gema Insani. Acharya, Amitav dan Barry Buzan (ed.). Kuhn, Thomas S. (1996). The Structure of (2010). Non-Western International Scientific Revolutions. Chicago: Relations Theory: Perspective on The University of Chicago. and beyond Asia. New York: Routledge. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. (2001). Risalah untuk Kaum Noon, Hazizan Md. (2013). Conference Reports: the 1st World Congress on Integration and Islamicisation of Acquired Human Knowledge 210 Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif | DAULIYAH Journal (FWCII 2013). Intellectual http://en.wikipedia.org/wiki/History Discourse, 21:2, 263-266. _of_the_Peloponnesian_War Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Versi Online. (31 Desember 2015). Arthashastra. (16 Desember 2015). Gotong Royong. Diakses dari Diambil dari http://kbbi.web.id/gotong%20royon https://en.wikipedia.org/wiki/Arthas g hastra BA International Politics. (16 Desember Muhammad al-Shaybani. (20 Desember 2015). Diakses dari 2015). Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Muha http://courses.aber.ac.uk/undergra mmad_al-Shaybani duate/international-politics-degree Egypt. (16 Desember 2015). Diakses dari http://www.worldatlas.com/webima ge/countrys/africa/egypt/egtimeln.h tm Hammurabi, The Code of Hammurabi Naqada III. (16 Desember 2015). Diakses darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Na qada_III Niam, Mukafi. (31 Desember 2015). Detik-detik Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama dan Pertempuran King of Babylon about 2250 B.C. 10 November 1945. Diakses dari Autographed Text Transliteration http://www.nu.or.id/a,public- Translation Glossary Index of m,dinamic-s,detail-ids,44-id,62913- Subjects Lists of Proper Names lang,id-c,nasional- Signs Numerals Corrections and t,Detik+detik+Resolusi+Jihad+Na Erasures with Map Fronticepiece hdlatul+Ulama+dan+Pertempuran and Photograph of Text, oleh +10+November+1945-.phpx Robert Francis Harper (Chicago: Oemar Said Tjokroaminoto. (31 Desember University of Chicago Press, 1904). 2015). Diakses dari Diakses 12/16/2015 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Oemar http://oll.libertyfund.org/titles/1276 _Said_Tjokroaminoto Hasil Pencarian Akreditasi Program Studi. Pancasila. (31 Desember 2015). Diakses (19 Januari 2016). Diakses dari dari http://ban-pt.kemdiknas.go.id/hasil- https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila pencarian.php #Sejarah_Perumusan History of the Peloponnesian War. (16 Desember 2015). Diakses dari Philips, Bilal. (14 November 2014). “Theory: Secular and Religious 211 Kebangkitan Perspektif Islam dalam Studi Hubungan Internasional Kontemporer Knowledge.” [YouTube]. Lesson Wamenag: Ilmuwan Muslim Jangan Cuma Plan Islamization - Session 1. Duduk di Masjid Sambil Pelihara Diakses dari Jenggot. (8 Januari 2016). Diakses https://www.youtube.com/watch?v= dari 0_oehna6rKQ http://regional.kompas.com/read/20 Rumusan-rumusan Pancasila. (31 14/09/17/15443531/Wamenag.Ilmu Desember 2015). Diakses dari wan.Muslim.Jangan.Cuma.Duduk.d https://id.wikipedia.org/wiki/Rumus i.Masjid.Sambil.Pelihara.Jenggot an-rumusan_Pancasila#cite_note-7 The Art of War. (16 Desember 2015). 4-digit UNESCO Nomenclature. (16 Desember 2015). Diakses dari Diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/4- http://en.wikipedia.org/wiki/The_Ar digit_UNESCO_Nomenclature t_of_War