BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Transformasional 1

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan Transformasional
1. Definisi Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan menurut Robbins dalam Marwan Subekti (2013),
adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
pencapaian tujuan. Kepemimpinan menurut Hersey adalah proses untuk
mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
berorientasi pada tugas (tasks) dan hubungan antar manusia (human
relationship). Berdasarkan definisi kepemimpinan menurut Robbins dan
Hersey maka kepemimpinan adalah suatu proses interaksi antara atasan
dan bawahan, dimana adanya hal mempengaruhi dari atasan pada
bawahan.
Kepemimpinan transformasional ini berpusat pada asumsi bahwa
para pemimpin dapat mengubah keyakinan, asumsi dan perilaku karyawan
dengan menarik pentingnya kolektif atau hasil organisasi. Menurut Bass
dan Rigio dalam
Wahyu Hamdani (2012), secara konseptual,
kepemimpinan transformasional pada awalnya dibedakan dari model
kepemimpinan transaksional yang mengandalkan kepentingan pribadi
sebagai dasar memotivasi para karyawan.
8
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
9
Awalnya, konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan
oleh Burns pada tahun 1978 yang menyatakan bahwa pemimpin yang
transformasional meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan dan
mempromosikan perubahan dramatis dalam individual, grup, dan
organisasi.
Bass mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah
seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual maupun grup,
membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi,
dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian
dan pengembangan eksistensi.
Awalnya kepemimpinan transformasional ditunjukkan melalui tiga
perilaku, yaitu karisma, konsiderasi individual, dan stimulasi intelektual.
Namun pada perkembangannya, perilaku karisma kemudian dibagi
menjadi dua, yaitu karisma atau idealisasi pengaruh dan motivasi
inspirasional.
Memang pada dasarnya karismatik dan motivasi inspirasional tidak
dapat dibedakan secara empiris tetapi perbedaan konsep antara kedua
perilaku tersebut membuat kedua faktor di atas dapat dipandang sebagai
dua hal yang berbeda. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya,
kepemimpinan transformasional diuraikan dalam empat ciri utama, yaitu:
idealisasi pengaruh, motivasi inspirasional, konsiderasi individual, dan
stimulasi intelektual.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
10
2. Teori Kepemimpinan Transformasional
Dalam pengembangan teori kepemimpinan terdapat tiga haluan
besar, yaitu:
a. Teori kepemimpinan berdasarkan sifat (traits theory)
b. Teori kepemimpinan berdasarkan perilaku (behavior theory)
c. Teori kepemimpinan berdasarkan situasi (situational theory)
Menurut Luthans dalam Marwan Subekti (2013), salah satu teori
kepemimpinan yang menggunakan pendekatan situasionaln adalah teori
kepemimpinan kontingensi yang dikembangkan oleh Fiedler pada tahun
1967. Teori kepemimpinan kontingensi menyatakan bahwa kinerja
pegawai yang efektif hanya dapat tercapai apabila terjadi kesamaan visi
antara tipe kepemimpinan seorang pemimpin dengan bawahannya serta
sejauh mana pemimpin mampu mengendalikan situasi. Tiga dimensi
penting yang muncul pada model kepemimpinan kontingensi, yaitu:
a. Leader-member
relations
(hubungan
pemimpin-anggota),
yaitu
hubungan pemimpin dengan anggota, besaran kadar kepercayaan serta
respek dari bawahan terhadap pemimpin.
b. Task structure (tingkat strukur tugas), yaitu kadar formalisasi dan
prosedur operasional standar pada struktur tugas yang diberikan oleh
pemimpin.
c. Position power (kekuasaan posisi pemimpin), yaitu otoritas pada suatu
situasi seperti penerimaan dan pemberhentian pegawai, disiplin,
promosi serta peningkatan upah.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
11
Teori kepemimpinan situasional lainnya dikemukakan oleh Vroom
dan Yetton pada tahun 1973 (Wahyu Hamdani, 2012). Teori yang
dinamakan teori normative Vroom-Yetton ini menjelaskan bagaimana
seorang pemimpin harus memimpin bawahan dalam berbagai situasi.
Model ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun tipe kepemimpinan yang
dapat efektif diterapkan dalam berbagai situasi.
Pilihan mengenai tipe kepemimpinan yang akan dianut hanya efektif
jika sesuai dengan situasi yang dihadapi. Selanjutnya House dan Mitchel l
pada tahun 1974 mengemukakan teori situasional dengan berbasis pada
hasil penelitian dari Universitas Ohio (Wahyu Hamdani, 2012).
Teori yang dinamakan sebagai teori path-goal ini mengungkapkan
bahwa seorang pemimpin mempunyai tugas untuk membantu bawahan
dalam mencapai tujuan-tujuan (goal) mereka dan menyediakan petunjuk
(path) atau dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan
tersebut sejalan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Pada intinya,
teori path-goal menjelaskan empat perilaku pemimpin, yaitu (Wahjono,
2010) :
a. Pemimpin direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan
bagaimana caranya, menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar
kinerja, dan memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok.
b. Pemimpin suportif, melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi
lebih
menyenangkan,
memperlakukan
pengikut
dengan
adil,
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
12
bersahabat, dan mudah bergaul serta memperhatikan kesejahteraan
bawahannya.
c. Pemimpin partisipatif, melibatkan bawahan, meminta saran bawahan
dan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
d. Pemimpin yang berorientasi pada kinerja, menentukan tujuan-tujuan
yang menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan
pentingnya kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi
standar-standar yang tinggi.
Intinya, teori path goal mengasumsikan bahwa pemimpin harus
fleksibel
sehingga
apabila
situasi
membutuhkan
perubahan
tipe
kepemimpinan, maka pemimpin mampu mengganti tipe kepemimpinannya
secara cepat. Namun Horner (Wahyu Hamdani, 2012) mengungkapkan
bahwa dari sekian banyak peneliti yang meneliti tentang teori situasional,
ternyata diketahui bahwa teori situasional sangat ambigu karena teori ini
lebih menjelaskan konsep-konsep manajerial, dengan kata lain teori
tersebut seharusnya ditujukan untuk manajer. Selain itu, teori situasional
tidak mampu menjelaskan mengenai konsep kepemimpinan itu sendiri.
Kelemahan lain dari teori ini adalah tidak menjelaskan perlu atau tidaknya
pekerja mengubah perilaku, seperti yang dilakukan pemimpin, sesuai
dengan perubahan situasi pekerjaan.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional
Adapun yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional adalah:
a. Idealisasi Pengaruh (Idealized Influence)
Idealisasi pengaruh adalah perilaku yang menghasilkan standar
perilaku yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan visi,
menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat, bangga dan
percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk kerja melebihi ekspektasi,
dan menegakkan perilaku moral yang etis. Pemimpin yang memiliki
idealisasi
pengaruh
akan
menunjukkan
perilaku
antara
lain:
mengembangkan kepercayaan bawahan kepada atasan, membuat
bawahan berusaha meniru perilaku dan mengidentifikasi diri dengan
pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk menerima nilai-nilai,
norma-norma, dan prinsip-prinsip bersama, mengembangkan visi
bersama, menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar
perilaku secara konsisten, mengembangkan budaya dan ideology
organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya, dan
menunjukkan rasa tanggung jawab social dan jiwa melayani yang sejati.
b. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Motivasi
inspirasional
adalah
sikap
yang
senantiasa
menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi yang tinggi,
mampu membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta
mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain. Pemimpin mampu
membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
14
optimisme. Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk
memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting
dengan cara yang sederhana. Pemimpin yang memiliki motivasi
inspirasional mampu meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan,
membangun
menyelesaikan
kepercayaan
tugas
dan
diri
terhadap
mencapai
kemampuan
sasaran
kelompok.
untuk
Bass
menyatakan bahwa pemimpin yang memiliki motivasi inspirasional
akan menunjukkan perilaku membangkitkan gairah bawahan untuk
mencapai prestasi terbaik dalam performasi dan dalam pengembangan
dirinya, menginspirasikan bawahan untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, membimbing bawahan untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, membimbing bawahan mencapai sasaran melalui usaha,
pengembangan diri, dan unjuk kerja maksimal, menginspirasikan
bawahan untuk mengerahkan potensinya secara total, dan mendorong
bawahan untuk bekerja lebih dari biasanya.
c. Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)
Konsiderasi individual adalah perilaku yang selalu mendengarkan
dengan penuh kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan,
semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan
anggotanya. Pemimpin transformasional memiliki perhatian khusus
terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan
yang mereka harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor.
Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara suksesif dalam
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
15
meningkatkan potensi yang mereka miliki. Konsiderasi ini sangat
mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan dapat
meningkatkan produktivitas bawahan. Konsiderasi ini memunculkan
antara lain dalam bentuk memperlakukan bawahan secara individu dan
mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang baik.
d. Stimulasi Intelektual (Intelectual Stimulation)
Stimulasi intelektual adalah proses meningkatkan pemahaman
dan merangsang timbulnya cara pandang baru dalam melihat
permasalahan, berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilainilai kepercayaan. Dalam melakukan kontribusi intelektual melalui
logika, analisa, dan rasionalitas, pemimpin menggunakan simbol
sebagai media sederhana yang dapat diterima oleh pengikutnya. Melalui
stimulasi intelektual pemimpin dapat merangsang tumbuhnya inovasi
dan cara-cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui proses
stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam
memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga
perubahan dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Perubahan ini
bukan saja dapat dilihat secara langsung, tetapi juga perubahan jangka
panjang
yang
merupakan
lompatan
kemampuan
konseptual,
pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan memecahkan masalah.
Bahkan Metcalfe pada tahun 2006 dalam Rahyuda (2008)
menambahkan bahwa seringnya teori kepemimpinan transformasional
digunakan pada penelitian di sektor publik juga disebabkan oleh
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
16
banyaknya kelemahan yang terdapat pada tiga haluan besar teori
kepemimpinan dan teori kepemimpinan transaksional sebelumnya
sehingga teori-teori tersebut sudah dianggap sebagai paradigm usang
(old paradigm) dalam penelitian pada sektor publik.
4. Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja
Dampak dari diterapkannya kepemimpinan transformasional
adalah
pemimpin
mampu
mempengaruhi
kinerja
bawahannya.
Pemimpin transformasional mengarahkan dan mengilhami upaya
karyawan dengan meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya
nilai-nilai organisasi dan hasil. Proses ini menuntut para pemimpin
untuk menciptakan visi, misi dan tujuan antara karyawan, memberikan
keyakinan dan arah tentang masa depan organisasi. Daya tarik untuk
tujuan yang lebih luas mengaktifkan tingkat kebutuhan karyawan yang
tinggi, mendorong mereka untuk mengatasi kepentingan pribadi mereka
sendiri
demi
organisasi
dan
pelanggannya.
Kepemimpinan
transformasional lebih baik dibandingkan kepemimpinan transaktional
dalam hal menekan turn-over karyawan, meningkatkan produktivitas
dan menjadikan kepuasan pegawai lebih besar.
Jadi, kepemimpinan transformasional akan memberikan pengaruh
positif pada hubungan antara atasan dan bawahan. Dengan konsep
kepemimpinan transformasional, bawahan akan merasa percaya,
kagum, bangga, loyal, dan hormat kepada atasannya serta termotivasi
untuk mengerjakan pekerjaan dengan hasil yang melebihi target yang
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
17
telah ditentukan bersama. Tipe kepemimpinan ini mendorong para
pengikutnya
(individu-individu
dalam
satu
organisasi)
untuk
menghabiskan upaya ekstra dan mencapai apa yang mereka anggap
mungkin. Kepemimpinan transformasional meningkatkan kesadaran
para pengikutnya dengan menarik cita-cita dan nilai-nilai seperti
keadilan (justice), kedamaian (peace) dan persamaan (equality).
Sementara itu, Humphreys (2005) menyatakan bahwa pemimpin yang
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional dengan karakteristik
yang diungkapkan oleh Bass akan menyebabkan terjadinya perubahan
yang konstan menuju ke arah perbaikan bagi organisasinya. Dengan
perubahan-perubahan positif tersebut, pegawai siap untuk menerima
tugas yang diberikan pemimpin tanpa beban, senang dan puas dalam
melakukan pekerjaannya serta akan meningkatkan produktivitas dan
kinerja pegawai yang bersangkutan.
B. Kompetensi
1. Definisi Kompetensi
Kompetensi menurut Grote dalam Pramudyo (2010) merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku yang harus dimiliki
seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi
dapat digunakan untuk memprediksi kinerja, yaitu siapa yang berkinerja
baik dan kurang baik tergantung pada kompetensi yang dimilikinya, diukur
dari kriteria atau standar yang digunakan.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
18
Selanjutnya kompetensi menurut Spence Jr. dalam Ruky (2006)
adalah “un under lying characteristic of an individual that is casually
realated to cretarion-referenced effective and/or superior performance in
a job or situation” atau karakteristik dasar seseorang (individu) yang
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak membuat generalisasi terhadap
segala situasi yang dihadapi serta bertahan cukup aman dalam diri
manusia.
Menurut
Mangkunegara
dalam
Nenny
Anggraeni
(2010)
mengemukakan bahwa kompetensi merupakan faktor mendasar yang
dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan lebih, yang membuatnya
berbeda dengan seseorang yang mempunyai kemampuan rata-rata atau
biasa saja.
Kompetensi menurut oleh Nick Boreham dalam Sahwan (2014:5)
sebagai berikut :
Contempory work related education and training policy represent
occupational competence as the outcome of individual performance
at work. This paper present a critique of this neo liberal assumption,
arguing that in many cases competence should be regreded as an atribure
of groups, teams and communities. It proposes a theory of collective
competence in terms of (1) making collective sense of event in the
workplace, (2) developing and using a collective knowledge base and (3)
developing a sense of interdependency.
Menurut Malthis dan Jackson dalam Christilia (2013) menjelaskan
bahwa kompetensi adalah karakteristik-karakteristik dasar yang dapat
dihubungkan dengan kinerja yang meningkat dari individu-individu atau
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
19
tim. Ada semakin banyak organisasi yang menggunakan beberapa segi
analisis kompetensi.
Kesimpulan dari definisi para ahli adalah kompetensi sebagai
kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang memuaskan
di tempat kerja, termasuk di antaranya kemampuan seseorang untuk
mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan tersebut
dalam situasi yang baru dan meningkatkan manfaat yang disepakati.
2. Teori Kompetensi
Konsep kompetensi berawal dari artikel David McClelland yang
mengegerkan, “Testing for competence rather than intelligence”. Artikel
tersebut meluncurkan gerakan kompetensi dalam psikologi industrial.
David McClelland menyimpulkan, berdasarkan hasil penelitian,
bahwa tes kecakapan akademis tradisional dan pengetahuan isi, serta nilai
dan ijazah sekolah; (1) tidak dapat memprediksi keberhasilan di
pekerjaan/kehidupan, (2) biasanya bias terhadap masyarakat yang sosial
ekonomi rendah.
Spencer dan Spencer (dalam Palan, 2008:6), mengemukakan bahwa
kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari perilaku yang
menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilainilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja
unggul (superior performer) di tempat kerja.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
20
Selanjutnya,
Spencer
dan
Spencer
(dalam
Palan,
2008:6),
menguraikan lima karakteristik yang membentuk kompetensi, sebagai
berikut:
a. Pengetahuan; merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran.
b. Keterampilan; merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan.
c. Konsep diri dan nilai-nilai; merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri
seseorang, seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam
suatu situasi.
d. Karakteristik pribadi; merujuk pada karakteristik fisik dan konsistensi
tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan
kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan.
e. Motif; merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongandorongan lain yang memicu tindakan.
Karakteristik kompetensi dibedakan berdasarkan pada tingkat mana
kompetensi tersebut dapat diajarkan. Keahlian dan pengetahuan biasanya
dikelompokkan sebagai kompetisi di permukaan sehingga mudah tampak.
Kompetisi ini biasanya mudah untuk dikembangkan dan tidak memerlukan
biaya pelatihan yang besar untuk menguasainya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Faktor yang mempengaruhi organisasi menggunakan pendekatan
kompetensi adalah untuk mengomunikasikan perilaku yang dihargai di
seluruh organisasi, untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
21
tersebut, dan untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan
keunggulan kompetitif organisasional.
Memiliki sumber daya manusia yang kompeten adalah keharusan
bagi
perusahaan.
Mengelola
sumber
daya
manusia
berdasarkan
kompetensi diyakini bisa lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan.
Sebagian besar perusahaan memakai kompetensi sebagai dasar dalam
memilih orang, mengelola kinerja, pelatihan dan pengembangan serta
pemberian kompensasi.
Proses rekrutmen dan seleksi diarahkan untuk mencari orang yang
mendekati kompetensinya, demikian pula halnya untuk pengembangan
kinerja dan karir karyawan. Setiap kali diadakan uji kompetensi
(assessment) untuk mencocokkan apakah karyawan bisa memenuhi model
kompetensinya atau tidak. Bila terjadi kekurangan maka karyawan tersebut
harus dilatih dan dibina lebih lanjut. Kelalaian atau mengabaikan pelatihan
bisa berakibat karyawan menjadi tidak kompeten sehingga kinerja tidak
maksimal.
Kompetensi dalam manajemen sumber daya manusia memainkan
peran kritikal dan esensial karena di satu sisi merupakan Human capital
dan Active agent bagi pengembangan suatu organisasi, di sisi lain
merupakan faktor determinan kapabilitas yang merupakan sekumpulan
keahlian
dan
keterampilan
dalam
mengkoordinasikan
dan
mengintegrasikan serangkaian sumber daya yang ada dalam suatu sistem
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
22
organisasi sehingga menghasilkan serangkaian kompetensi yang akan
membentuk kompetensi inti (core competency).
Kompetensi memberikan beberapa manfaat kepada karyawan,
organisasi sebagai berikut :
a. Karyawan
1) Kejelasan relevansi pembelajaran sebelumnya, kemampuan untuk
mentransfer keterampilan, nilai, dari kualifikasi yang diakui, dan
potensi pengembangan karir.
2) Adanya kesempatan bagi pegawai untuk mendapatkan pendidikan
dan pelatihan melalui akses sertifikasi nasional berbasis standar yang
ada.
3) Penempatan sasaran sebagai sarana pengembangan karier
4) Kompetensi yang ada sekarang dan manfaatnya akan dapat
memberikan nilai tambah pada pembelajaran dan pertumbuhan.
5) Pilihan perubahan karir yang lebih jelas untuk berubah pada jabatan
baru, seseorang dapat membandingkan kompetensi mereka sekarang
dengan kompetensi yang diperlukan untuk jabatan baru. Kompetensi
baru yang dibutuhkan mungkin hanya berbeda 10% dari yang telah
dimiliki.
6) Penilaian kinerja yang lebih obyektif dan umpan balik berbasis
standar kompetensi yang ditentukan dengan jelas.
7) Meningkatnya ketrampilan dan ‘marketability’ sebagai karyawan.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
23
b. Organisasi
1) Pemetaan yang akurat mengenai kompetensi angkatan kerja yang
ada yang dibutuhkan.
2) Meningkatnya efektifitas rekrutmen dengan cara menyesuaikan
kompetensi yang diperlukan dalam pekerjaan dengan yang dimiliki
pelamar.
3) Pendidikan dan pelatihan difokuskan pada kesenjangan keterampilan
dan persyaratan keterampilan perusahaan yang lebih khusus.
4) Akses pada pendidikan dan pelatihan yang lebih efektif dari segi
biaya berbasis kebutuhan industri dan identifikasi penyedia
pendidikan dan pelatihan internal dan eksternal berbasis kompetensi
yang diketahui.
5) Pengambil keputusan dalam organisasi akan lebih percaya diri
karena karyawan telah memiliki keterampilan yang akan diperoleh
dalam pendidikan dan pelatihan.
6) Penilaian pada pembelajaran sebelumnya dan penilaian hasil
pendidikan dan pelatihan akan lebih reliable dan konsisten.
7) Mempermudah terjadinya perubahan melalui identifikasi kompetensi
yang diperlukan untuk mengelola perubahan. .
Memiliki SDM adalah keharusan bagi perusahaan. Mengelola SDM
berdasarkan kompetensi diyakini bisa lebih menjamin keberhasilan
mencapai tujuan. Sebagian besar perusahaan memakai kompetensi sebagai
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
24
dasar
dalam
memilih
orang,
mengelola
kinerja,
pelatihan
dan
pengembangan serta pemberian kompensasi.
Komponen utama kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang saling terkait mempengaruhi sebagian besar
jabatan (peranan atau tanggung jawab), berkorelasi dengan kinerja pada
jabatan tersebut, dan dapat diukur dengan standar-standar yang dapat
diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya pelatihan dan
pengembangan.
Kemudian
Hutapea
dan
Thoha
dalam
Christina
(2013)
mengungkapkan bahwa ada empat komponen utama pembentukan
kompetensi yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang, kemampuan,
pengalaman, dan perilaku individu. Keempat komponen utama dalam
kompetensi dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang.
Pengetahuan adalah komponen utama kompetensi yang mudah
diperoleh dan mudah diidentifikasi.
Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya, karyawan yang
mempunyai pengetahuan yang cukup akan meningkatkan efisiensi
perusahaan.
Namun
bagi
karyawan
yang
belum
mempunyai
pengetahuan cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat. Pemborosan
bahan, waktu dan tenaga serta faktor produksi yang lain akan diperbuat
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
25
oleh
karyawan
berpengetahuan
kurang.
Pemborosan
ini
akan
mempertinggi biaya dalam pencapaian tujuan organisasi. Atau dapat
disimpulkan bahwa karyawan yang berpengetahuan kurang, akan
mengurangi efisiensi. Maka dari itu, karyawan yang berpengetahuan
kurang harus diperbaiki dan dikembangkan melalui pelatihan SDM,
agar tidak merugikan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi yang
sudah ditentukan sebelumnya. Pengetahuan dikategorikan sebagai
berikut :
1) Informasi yang didapatkan dan diletakkan dalam ingatan kita
(Deklaratif).
2) Bagaimana informasi dikumpulkan dan digunakan ke sesuatu hal
yang sudah kita ketahui (Procedural).
3) Mengerti tentang how, when dan why informasi tersebut berguna dan
dapat digunakan (Strategic).
b. Keterampilan
Faktor yang juga ikut mensukseskan pencapaian tujuan organisasi
adalah faktor keterampilan karyawan. Bagi karyawan yang mempunyai
keterampilan kerja yang baik, maka akan mempercepat pencapaian
tujuan organisasi, sebaliknya karyawan yang tidak terampil akan
memperlambat tujuan organisasi. Untuk karyawan-karyawan baru atau
karyawan dengan tugas baru diperlukan tambahan keterampilan guna
pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keterampilan
merupakan kemampuan seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
26
atau pekerjaan. Lebih lanjut tentang keterampilan adalah sebagai
kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu rangkaian tugas
yang berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman. Keahlian
seseorang
tercermin
dengan
seberapa
baik
seeorang
dalam
melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik, seperti mengoperasikan
suatu peralatan, berkomunikasi efektif atau mengimplementasikan suatu
strategi bisnis.
c. Perilaku
Disamping pengetahuan dan ketrampilan karyawan, hal yang
perlu diperhatikan adalah sikap perilaku kerja karyawan. Apabila
karyawan
mempunyai sifat yang mendukung pencapaian tujuan
organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan
kepadanya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Menurut
Gitosudarmo
dan
Sudita
dalam
Fahmi
(2012)
mengemukakan bahwa : ”Perilaku kerja adalah sikap keteraturan
perasaan dan pikiran seseorang dan kecenderungan bertindak terhadap
aspek lingkungannya.”
d. Pengalaman kerja
Banyak perusahaan atau organisasi yang kerapkali menganggap
bahwa pengalaman sebagai indikator yang tepat dari kemampuan dan
sikap yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh
seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
27
hidup. Pengalaman yang dapat membentuk kompetensi seseorang
misalnya pengalaman yang diperoleh dari bekerja dan berorganisasi.
Baik pengalaman manis maupun pahit berperan penting dalam
pembentukan kompetensi dari individu. Mengingat pengalaman
seseorang memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan
kompetensi, maka sudah sewajarnya seorang pemimpin mengetahui
latar belakang sumber daya manusianya.
Menurut
Manullang
dalam
Christilia
(2013)
bahwa
:
”Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau
keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan
karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Pengalaman
kerja
sebagai
suatu
proses
pembelajaran
dan
pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Komponen-komponen kompetensi terdiri dari motive (dorongan), traits
(ciri, sifat, karakter pembawaan), self image (citra diri), social role
(peran sosial), dan skills (keterampilan).
Untuk lebih jelasnya komponen-komponen kompetensi tersebut
akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :
1) Motive (Dorongan)
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
28
berbuat. Jadi motif tersebut merupakan studi driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam
perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang
dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat).
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula
diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut
Mitchell dalam Christilia (2013) motivasi mewakili proses
persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke
tujuan tertentu. Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah :
keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah
laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan
tujuan dari pada tingkah laku tersebut, (Goals or ends of such
behavior).
Lebih lanjut motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang
ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan.
Karena kelakukan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat
menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan
bagi tingkah laku lmencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri
seseorang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan
pada diri seseorang yang nampak pada gejala/kejiwaan, perasaan,
dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
29
melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau
keinginan yang harus terpuaskan.
2) Traits (Ciri, sifat, karakter pembawaan)
Traits adalah elemen dasar dari kepribadian yang berperan
vital dalam usaha meramalkan tingkah laku. Hal ini tampak definisi
kepribadian menurut Cattell. Menurutnya, kepribadian adalah
struktur kompleks yang tersusun dalam berbagai kategori yang
memungkinkan prediksi tingkah laku seseorang dalam situasi
tertentu, mencakup seluruh tingkah laku baik yang konkrit atau yang
abstrak.
3) Self image (Citra diri)
Menurut Brisset dalam Christilia (2013) self image merupakan
suatu gambaran dan keadaan diri yang dimiliki oleh individu yang
bersangkutan. Self image berkenaan dengan karakteristik fisik dan
mentalnya. Proses perkembangan self image merupakan gambaran
diri yang dimiliki individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Individu mendapat umpan balik dan persetujuan
mengenai
perilakunya dari orang-orang di sekitar individu tersebut.
4) Social role (Peran sosial)
Social role merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas
status sosial. Peran sosial merupakan tingkah laku individu yang
mementaskan
suatu
kedudukan
tertentu.
Dalam
peranan
yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
30
menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan
peranan yang dipegangnya.
C. Kompensasi
1. Definisi Kompensasi
Kompensasi merupakan sejumlah uang yang di terima sebagai balas
jasa dari prestasi kerja termasuk juga berbagai macam layanan dan
tunjangan dari perusahaan kepada pegawainya. Pendapat lain yang
dikemukakan oleh Rivai (2010) Kompensasi merupakan sesuatu yang
diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada
perusahaan. Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memperoleh uang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kompensasi merupakan apa yang
diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada
organisasi (Simamora, 2004).
Kompensasi (compensation) meliputi kompensasi finansial dan non
finansial. Dimana pada kompensasi finansial terdapat kompensasi finansial
langsung (direct financial compentation) yaitu berbentuk gaji atau upah
dan kompensasi finansial tidak langsung (indirect financial compensation)
atau disebut juga dengan tunjangan. Sedangkan untuk kompensasi non
financial meliputi insentif, tunjangan dan fasilitas. Untuk sistem
kompensasi dibedakan oleh waktu, hasil (output) dan borongan.
Kompensasi merupakan salah satu faktor penting dan menjadi
perhatian pada banyak organisasi dalam mempertahankan dan menarik
sumber daya manusia yang berkualitas. Berbagai organisasi berkompetisi
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
31
untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, karena kualitas
hasil pekerjaan ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki sumber daya
manusianya. Alasan ini membuat banyak organisasi mengeluarkan
sejumlah dana yang relatif besar untuk mengembangkan sumber daya
manusianya agar memiliki kompetensi sesuai kebutuhannya.
Kompensasi adalah imbalan yang dibayarkan kepada karyawan atas
jasa yang mereka sumbangkan pada pekerjannya (Bangun, 2012).
Kompensasi dapat diterima dalam bentuk finansial (kompensasi langsung
dan kompensasi tidak langsung) dan kompensasi bukan finansial.
Kompensasi finansial adalah bentuk kompensasi yang dibayarkan
kepada karyawan dalam bentuk uang atas jasa yang mereka sumbangkan
pada pekerjaannya (Bangun, 2012). Kompensasi dalam bentuk finansial
dapat dibayarkan secara langsung dan tidak langsung. Kompensasi
langsung adalah kompensasi yang dibayarkan secara langsung baik dalam
bentuk gaji pokok (base payment) maupun berdasarkan kinerja (bonus dan
insentif). Kompensasi langsung dapat berupa :
a. Perlindungan umum (jaminan sosial, pengangguran dan cacat)
b. Perlindungan pribadi (pensiun, tabungan, pesangon tambahan, dan
asuransi)
c. Bayaran tidak masuk kantor (pelatihan, cuti kerja, sakit, liburan, acara
pribadi, masa istirahat, hari libur nasional)
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
32
d. Tunjangan siklus hidup (bantuan hukum, perawatan orang tua,
perawatan anak, program kesehatan, konseling, penghasilan dan biaya
pindah).
Kompensasi tidak langsung adalah kompensasi yang dibayarkan
dalam bentuk uang tetapi sistem pembayarannya dilakukan setelah jatuh
tempo, atau pada peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa akan datang
yang telah disepakati sebelumnya. Kompensasi tidak langsung dapat
dibayarkan dalam bentuk tunjangan seperti asuransi, liburan atas biaya
perusahaan dan dana pensiun. Pembayaran tidak langsung akan diberikan
kepada seluruh karyawan.
Kompensasi non finansial adalah imbalan yang diberikan kepada
karyawan bukan dalam bentuk uang, tetapi lebih mengarah pada pekerjaan
yang menantang, imbalan karir, jaminan sosial atau bentuk-bentuk lain
yang dapat menimbulkan kepuasan kerja (Bangun, 2012). Imbalan non
finansial dapat berupa imbalan karir (berupa rasa aman, pengembangan
diri, fleksibilitas karir, dan peluang kenaikan penghasilan), dan imbalan
sosial (berupa simbol status, pujian dan pengakuan, kenyamanan tugas,
dan persahabatan).
2. Teori Kompensasi
Kompensasi merupakan cara perusahaan untuk meningkatkan
kualitas karyawannya untuk pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan
memiliki suatu sistem kompensasi yang berbeda-beda sesuai dengan visi,
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
33
misi, dan tujuannya. Menurut Gugup Kismono (2011) kompensasi dapat
dibedakan dalam dua kategori, yaitu:
a. Kompensasi Finansial (Uang)
Kompensasi langsung berupa pembayaran upah (pembayaran atas
dasar jam kerja), gaji (pembayaran secara tetap/bulanan), dan insentif
atau bonus. Pemberian gaji tetap setiap bulannya umumnya didasarkan
pada nilai pekerjaan yang diembannya. Semain tinggi nilai pekerjaan
atau jabatannya akan semakin tinggi pula gaji yang diterimanya tanpa
memeprtimbangkan kinerja yang dihasilkannya. Penentuan nilai sebuah
pekerjaan dilakukan melalui evaluasi pekerjaan. Sebaliknya, besarkecilnya gaji insentif atau bonus dikaitkan dengan kinerja seseorang
atau kinerja organisasi. Jika seseorang menunjukkan kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan rekan kerjanya, maka dia berhak mendapatkan
insentif lebih besar walaupun mereka menduduki jabatan yang sama.
Kompensasi pelengkap atau tidak langsung (benefits), pemberian
pelayanan dan fasilitas kepada karyawan seperti program beasiswa
pendidikan, perumahan, program rekreasi, libur dan cuti, konseling
financial, dan lain-lain.
b. Kompensasi Non finansial (Non uang)
Kepuasan dari pekerjaan itu sendiri, yaitu yaitu tugas-tugas yang
menarik, tantangan, tanggung jawab, pengakuan, dan rasa pencapaian.
Kepuasan yang diperoleh dari lingkungan kerja karyawan, yaitu
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
34
kebijakan yang sehat, supervisi yang kompeten, kerabat kerja yang
menyenangkan, dan lingkungan kerja yang nyaman.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Berbagai faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya. Dikemukakan oleh Hasibuan
(2009) sebagai berikut :
a. Penawaran dan Permintaan
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan
pekerja (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika
pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan maka
komoensasi relatif semakin besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar
semakin baik, maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi
sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk
membayar kurang, maka tingkat kompensasi relatif kecil.
c. Serikat buruh / organisasi karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat
kompensasi semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan
kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
35
d. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka
kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas
kerjanya buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.
e. Pemerintah dan Undang-undang dan keppres
Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan
besarnya batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemrintah ini
sangat penting supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan
besarnya balas
jasa bagi
karyawan. Pemerintah berkewajiban
melindungi masyarakat dan tindakan sewenang-wenang.
f. Biaya Hidup
Apabila
biaya
hidup
didaerah
itu
tinggi
maka
tingkat
kompensasi/ upah semakin besa. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup
didaerah itu rendah maka tingkat kompensai / upah relatif kecil. Seperti
tingkat upah di jakarta lebih besar dari pada di Bandung.
g. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan Lebih tinggi akan menerima
gaji/ kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki
jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/ kompensasi yang
kecil. Hal ini wajar karena seseorang ang mendapat kewenangan dan
tanggung jawab yang besar harus mendapat gaji/ kompensasi yang lebih
besar pula.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
36
h. Pendidikan dan pengalaman kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama
maka gaji / balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta
keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan
rendah
dan
pengalaman
kerja
yang
kurang
maka
tingkat
gaji kompensasinya kecil.
4. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja
Kompensasi karyawan merupakan elemen hubungan kerja yang
sering menimbulkan masalah dalam hubungan industrial. Masalah
kompensasi, khususnya upah, selalu menjadi perhatian manajemen
organisasi, karyawan, dan pemerintah. Manajemen memperhitungkan upah
karena merupakan bagian utama dari biaya produksi dan operasi,
melukiskan kinerja karyawan yang harus dibayar, dan mempengaruhi
kemampuannya untuk merekrut tenaga kerja dengan kualitas tertentu.
Kompensasi karyawan menentukan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan, terutama di perusahaan yang padat karya. Oleh
karena itu, jika memungkinkan, manajemen berupaya mengefisiensikan
upah karyawan dengan pembayaran minimal, tetapi karyawan harus
berkinerja secara maksimal. Ketika merekrut seorang karyawan,
manajemen organisasi mengharapkan karyawan melakukan pekerjaan atau
tugas tertentu dengan cara tertentu dan menghasilkan kinerja tertentu
untuk mencapai tujuan organisasi. Harapan organisasi dikemukakan dalam
bentuk deskripsi tugas (job description).
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
37
Jika seorang karyawan menghasilkan kinerja yang diharapkan
manajemen, ia akan mendapatkan kompensasi tertentu. Dalam waktu
tertentu, ia akan mendapatkan kenaikan kompensasi jika memenuhi
kriteria kinerja yang ditetapkan manajemen organisasi. Bagi karyawan,
upah menentukan standard dan kualitas hidupnya. Upah ukuran tenaga,
pikiran, waktu, risiko kerja, dan kinerja yang ia berikan kepada majikan.
Upah juga mencerminkan kualitas dan kebahagiaan hidupnya di hari tua.
Oleh karena itu, upah menentukan hubungan karyawan dengan
majikannya, terjadinya pemogokan, kepuasan kerja, dan komitmen
terhadap tempat kerja.
Sebagian besar pemogokan buruh di Indonesia disebabkan oleh
tuntutan buruh atas kenaikan upah minimum dan perbaikan jaminan sosial
mereka. Bagi pemerintah, kompensasi mempengaruhi kestabilan ekonomi
makro, yaitu tingkat pengangguran, inflasi, daya beli dan perkembangan
ekonomi, serta poltik dan sosial negara. Upah menentukan jumlah pajak
yang diterima pemerintah dan kemampuannya untuk memberikan layanan
publik bagi warga negaranya. Jumlah pajak penghasilan yang dipungut
pemerintah menentukan kemampuan pemerintah untuk memberikan
jaminan sosial kepada karyawan ketika sedang bekerja dan di hari tuanya.
Kompensasi
memberikan
kontribusi
kepada
kemakmuran
masyarakat. Di negara-negara maju, tingkat upah merupakan pencipta
kemakmuran negara-negara tersebut. Sebagian anggota masyarakat adalah
pekerja, baik pada sektor publik maupun pada sektor swasta. Upah
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
38
mempengaruhi daya beli mereka untuk membeli produk yang mereka
butuhkan. Selain itu, upah juga menentukan jumlah jenis, kuantitas dan
kualitas produk yang diproduksi oleh pekerja dan dibutuhkan oleh para
anggota masyarakat.
Upah merupakan tolak ukur kinerja karyawan. Upah diberikan
setelah karyawan menghasilkan kinerja tertentu. Tujuan mengaitkan upah
dengan kinerja antara lain sebagai berkut:
a. Upah merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan secra efisien. Skema upah disusun berdasarkan tujuan
kinerja., seperti tingkat produktivitas dan keuntungan perusahaan.
b. Untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya organisasi
dengan merekrut dan mempertahankan retensi karyawan dengan
kompetensi tinggi.
c. Menciptakan sistem manajemen SDM denga sistem imbalan intrinsik
dan ekstrinsik yang meningkatkan motivasi kerja karyawan.
d. Upah juga berkaitan dengan manajemen kinerja yang mengontrol,
mengembangkan, dan mempertahankan kinerja tinggi karyawan.
D. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas
pada suatu organisasi (Pramudyo, 2010). Terdapat hubungan yang erat
antara kinerja perseorangan dengan kinerja perusahaan. Pernyataan
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
39
tersebut menunjukkan bahwa apabila kinerja karyawan baik, maka kinerja
perusahaan juga akan menjadi baik.
Faktor–faktor situasi juga berpengaruh terhadap tingkat kinerja yang
dicapai seseorang, situasi yang mendukung misalnya adanya kondisi
sarana usaha yang baik, ruang yang tenang, pengakuan atas pendapat
rekan kerja yang lain, pemimpin yang mengerti kebutuhan karyawan dan
tidak otoriter tetapi demokratis. Sistem kerja yang mendukung tentunya
akan mendorong pencapaian kinerja yang tinggi daripada kondisi kerja
yang tidak mendukung dimana terdapat pemimpin yang otoriter, pelayanan
yang kurang memuaskan, tekanan terhadap peranan, tentu akan
menimbulkan kinerja karyawan yang rendah.
2. Teori Kinerja
Menurut Pramudyo (2010) terdapat kurang lebih dua syarat utama
yang diperlukan guna melakukan penilaian kinerja yang efektif, yaitu :
a. Adanya kriteria kinerja yang dapat diukur secara objektif; dan
b. Adanya objektivitas dalam proses evaluasi
Sedangkan dari sudut pandang kegunaan kinerja itu sendiri, Sondang
Siagian (2008) menjelaskan bahwa bagi individu penilaian kinerja
berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat
untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
40
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen,
seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta
berbagai aspek lain dalam proses manajemen sumber daya manusia.
Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang baik harus dilakukan
secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara
rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara
sistematik.
Dengan demikian, dalam melalukan penilaian atas prestasi kerja para
pegawai harus terdapat interaksi positif dan kontinu antara para pejabat
pimpinan dan bagian kepegawaian
Terdapat beberapa metode dalam mengukur prestasi kerja,
sebagaimana diungkapkan oleh Gomes (2008), yaitu :
a. Metode Tradisional. Metode ini merupakan metode tertua dan paling
sederhana untuk menilai prestasi kerja dan diterapkan secara tidak
sistematis maupun sistematis. Yang termasuk kedalam metode
tradisional adalah :rating scale, employee comparation, check list, free
form essay, dan critical incident.
1) Rating scale. Metode ini merupakan metode penilaian yang paling
tua dan banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh
atasan atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya
mengenai inisitaif, ketergantungan, kematangan, dan kontribusinya
terhadap tujuan kerjanya.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
41
2) Employee comparation. Metode ini merupakan metode penilaian
yang dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang
pegawai dengan pegawai lainnya. Metode ini terdiri dari :
a) Alternation ranking : yaitu metode penilaian dengan cara
mengurutkan peringkat (ranking) pegawai dimulai dari yang
terendah sampai yang tertinggi berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
b) Paired comparation : yaitu metode penilaian dengan cara seorang
pegawai dibandingkan dengan seluruh pegawai lainnya, sehingga
terdapat berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode
ini dapat digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif sedikit.
3) Porced comparation (grading) : metode ini sama dengan paired
comparation, tetapi digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif
banyak.
4) Check list. Metode ini hanya memberikan masukan/informasi bagi
penilaian yang dilakukan oleh bagian personalia.
5) Freeform essay. Dengan metode ini seorang penilai diharuskan
membuat karangan yang berkenaan dengan orang/ karyawan/
pegawai yang sedang dinilainya.
6) Critical incident. Dengan metode ini penilai harus mencatat semua
kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang
kemudian dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri dari
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
42
berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya
mengenai inisiatif, kerjasama, dan keselamatan.
b. Metode Modern. Metode ini merupakan perkembangan dari metode
tradisional dalam menilai prestasi kerja. Yang termasuk kedalam
metode modern ini adalah : assesment centre, Management By
Objective (MBO=MBS) dan human asset accounting.
1) Assessment centre. Metode ini biasanya dilakukan dengan
pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari
luar, dari dalam, maupun kombinasi dari luar dan dari dalam.
2) Management by objective (MBO = MBS). Dalam metode ini
pegawai langsung diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan
persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam
menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada
pencapaian sasaran perusahaan.
3) Human asset accounting. Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai
sebagai individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga
kerja dinilai dengan cara membandingkan terhadap variabel-variabel
yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut
Mathis dan Jackson dalam Fahmi (2015) faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu :
a. Sikap kerja, seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift
work) dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
43
b. Tingkat keterampilan yang ditentukan oleh pendidikan latihan dalam
manajemen supervisi serta keterampilan dalam teknik industri.
c. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam
usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas melalui lingkara pengawasan mutu.
d. Manajemen poduktiviatas, yaitu manajemen yang efisien mengenai
sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
e. Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan
tugas.
f. Kewiraswastaan, dalam pengambilan resiko, kreatifititas.
Disamping
hal
diatas
terdapat
pula
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi kinerja kerja, diantaranya adalah:
a. Sikap mental, berupa:
1) Motivasi kerja
2) Disiplin kerja
3) Etika kerja
b. Pendidikan
Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti
pentingnya kinerja dapat mendorong pegawai yang bersangkutan
melakukan tindakan yang produktif.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
44
c. Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan
lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik.
Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai kecakapan (ability)
dan pengalaman yang cukup.
d. Manajemen
Manajemen di sini berkaitan dengan sistem yang dikaitkan oleh
pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan
staf/ bawahannya. Apabila manajemennya tepat akan menimbulkan
semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong pegawai untuk
melakukan tindakan yang produktif.
e. Tingkat Penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai makan dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kinerja.
f. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada
pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan
semangat kerja. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan
dapat
menimbulkan
pemanfaatan
kesenangan
kemampuan
yang
bekerja.
Sehingga
dimiliki
untuk
mendorong
meningkatkan
kinerjanya.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
45
g. Lingkungan dan Iklim Kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai
lebih senang bekerja dan meningkatkan tanggung jawab untuk
melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan
kinerja.
h. Sarana Produksi
Mutu sarana produksi sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik kadangkadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
i. Teknologi
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya
maka akan memungkinkan:
1) Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi
2) Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu
3) Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa
j. Kesempatan Berprestasi
Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau
pengembangan potensi yang pribadi yang nantinya akan bermanfaat
baik bagi dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka untuk
berprestasi, maka akan menimbulkan psikologis untuk meningkatkan
dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
kinerja.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
46
4. Teknik-teknik Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson dalam Fahmi (2015) teknik-teknik
untuk meningkatkan kinerja karyawan sebagai berikut:
a. Quantity of work : jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
yang ditentukan.
b. Quanlity of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syaratsyaratkesesuaian dan kesiapannya.
c. Job knowledge : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaaan dan
ketrampilannya
d. Creatineness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
timbul.
e. Cooperation : Kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau
sesame organisasi.
f. Dependability : kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran
dan penyelesaian kerja.
g. Initiative : semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
h. Personal qualities : menyangkut kepribadian, kepemimpinann,
keramahtamahan dan integritas pribadi.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
47
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Selain
sebagai bahan kopparasi dan referensi, penelitian terdahulu juga bertujuan
untuk memetakan posisi peneliti yang akan dilakukan dengan menelusuri
hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan sasaran penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Fadli Dan Inneke tentang Pengaruh
Perencanaa Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indonesia
Asahan Alumunium Kuala Tanjung diperoleh hasil bahwa kompetensi
karyawan yang terdiri dari kompetensi teknis, kompetensi non teknis
berpengaruh secara bersama-sama dan sangat nyata (highly significant)
terhadap kinerja karyawan pada PT. INALUM Kuala Tanjung.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyatmini dan luqman tentang
Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja
Pada Karyawan Pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok menunjukan hasil
bahwa Kepemimpinan, kompensasi, dan kompetensi ditemukan mempunyai
hubungan dengan kinerja pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok Semakin
tinggi kompetensi pegawai, semakin tinggi kinerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Tati (2009) tentang Pengaruh
Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Dosen pada FPTK UPI menunjukan
hasil bahwa kompetensi memiliki korelasi positif dengan kinerjas, selain itu
kompetensi memberikanpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Subekti (2013), menyimpulkan
bahwa variabel kepemimpinan transformasional dan motivasi dapat
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
48
mempengaruhi variabel kinerja karyawan pada PT KAI DAOP IV Semarang.
Penelitian Astarini (2014), menghasilkan pengaruh positif pengalaman kerja,
kompetensi sosial dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2014), menyimpulkan bahwa
kompensasi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan.
Kemudian penelitian ini mengkombinasikan variabel penelitian dari
Subekti (2013), Aristarini (2014) dan Prasetyo (2014) yaitu kepemimpinan,
kompetensi dan kompensasi yang telah terbukti signifikan terhadap kinerja
dan diharapkan mampu menghasilkan tingkat determinasi (R2) yang tinggi.
Penelitian mengambil objek di PT KAI Daop V Purwokerto karena penelitian
mengenai kinerja belum pernah diteliti sebelumnya.
F. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sesuai dengan teori yang dijelaskan pada tinjauan pustaka sebelumnya,
maka model kerangka penelitian adalah seperti gambar di atas. Bass dan
Rigio dalam Wahyu Hamdani (2012) mengemukakan, kepemimpinan
transformasional pada awalnya dibedakan dari model kepemimpinan
transaksional yang mengandalkan kepentingan pribadi sebagai dasar
memotivasi
para
karyawan.
Organisasi
menerapkan
kepemimpinan
transformasional pemimpin mampu mempengaruhi kinerja bawahannya.
Pemimpin transformasional mengarahkan dan mengilhami upaya karyawan
dengan meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya nilai-nilai
organisasi dan hasil. Dengan konsep kepemimpinan transformasional,
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
49
bawahan akan merasa percaya, kagum, bangga, loyal, dan hormat kepada
atasannya serta termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan dengan hasil yang
melebihi target yang telah ditentukan bersama.
Menurut Grote dalam Pramudyo (2010), kompetensi merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku yang harus dimiliki
seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Organisasi dapat
menggunakan kompetensi untuk memprediksi kinerja, yaitu siapa yang
berkinerja baik dan kurang baik tergantung pada kompetensi yang
dimilikinya, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.
Simamora (2004) mengatakan kompensasi merupakan apa yang
diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada
organisasi. Masalah kompensasi, khususnya upah, selalu menjadi perhatian
manajemen
organisasi,
karyawan,
dan
pemerintah.
Manajemen
memperhitungkan upah karena merupakan bagian utama dari biaya produksi
dan operasi dan melukiskan kinerja karyawan yang harus dibayar. Upah
merupakan tolak ukur kinerja karyawan. Upah diberikan setelah karyawan
menghasilkan kinerja tertentu.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
50
Kepemimpinan
Transformasional
(X1)
H1
Kompetensi
H2
Kinerja karyawan
(X2)
H4
(Y)
H3
Kompensasi
(X3)
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
H1 : Kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan.
H2 : Kompetensi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
H3 : Kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
H4 :Peran kepemimpinan transformasional, kompetensi dan kompensasi
secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional… , Hendra Kurniawan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMP, 2016
Download