Document

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini, menuntut
perusahaan untuk dapat memberikan produk yang memenuhi kebutuhan dan
keinginan
masyarakat
sebagai
konsumen
guna
untuk
meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Hal tersebut juga dilakukan oleh PT Pegadaian
(Persero). PT Pegadaian (Persero) adalah Perusahaan BUMN dan juga
lembaga keuangan non bank yang merupakan satu-satunya badan usaha di
Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan
lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke
masyarakat atas dasar hukum gadai.
Menurut Pasal 1150 KHUPerdata, pengertian gadai adalah sebagai
berikut:
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditor atas suatu
barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan
kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya untuk menjami
suatu hutang, dan memberikan kewenangan kepada kreditor untuk
mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada
kreditor-kreditor lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu,
biaya-biaya man harus didahulukan.”
Selain itu, perusahaan ini juga memberikan aneka jasa lainnya seperti
jasa titipan, jasa penaksiran barang, multi online prabayar, serta penyewaan
gedung.
Dengan begitu banyak produk yang ditawarkan perusahaan ini,
maka produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting
dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap tumbuh dan berkembang, serta
menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang. Oleh karena itu,
banyak produk yang ditawarkan oleh PT Pegadaian (Persero) kepada
masyarakat, salah satunya adalah pembiayaan mulia (murabahah logam
mulia untuk investasi abadi), yakni menawarkan produk MULIA dengan
menggunakan prinsip syariah yang pemahaman akan pembiayaan ini masih
2
tabu bagi masyarakat awam, mereka banyak tidak mengerti apa dan
bagaimana pembiayaan mulia berdasarkan prinsip syariah itu. Oleh
karenanya, pembelajaran mengenai pembiayaan mulia dianggap penting serta
dukung oleh PP No. 103 tahun 2000 pasal 8, dikeluarkannya produk Mulia
(Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) diharapakan mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat, yang menjembatani kepemilikan
logam mulia dengan menanamkan tindakan gemar menabung dalam bentuk
logam mulia. Pembiayaan mulia juga dapat menjadi alternatif pilihan
investasi yang aman untuk mewujudkan kebutuhan masa mendatang seperti
menunaikan ibadah haji, mempersiapkan biaya pendidikan anak, memiliki
rumah idaman serta kendaraan pribadi. Menurut KBBI, “Logam adalah jenis
barang tambang yang keras seperti emas, perak, tembaga, dan sebagainya.
Mulia adalah bermutu tinggi atau berharga.” Jadi logam mulia adalah logam
yang berharga dan bermutu tinggi. Atau yang dikenal oleh masyarakat awam
sebagai emas batangan.
Pembiayaan mulia ini ditawarkan baik secara kredit maupun tunai,
dalam hal ini penulis memfokuskan pembiayaan logam mulia (LM) secara
kredit. Pembiayaan Mulia ini tentu bertujuan untuk memenuhi keinginan
konsumen yang tidak mempunyai dana yang cukup untuk berinvestasi dalam
wujud emas atau logam mulia (LM). Konsumen dapat memiliki logam mulia
(LM) dengan berat 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram,
dan 1 kilogram dengan melakukan akad mulia terlebih dahulu.
Menurut Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan,
pengertian pembiayaan adalah sebagai berikut:
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
3
Tabel 1.1
Data Pembiayaan Mulia ( Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi
Kantor Pegadaian Cabang Sekip Palembang
Periode 2011-2013
Tahun
2011
Jumlah (Gram)
765
2012
1.055
2013
1.120
(Sumber: PT Pegadaian Cabang Sekip Palembang 2014)
Dari Tabel 1.1 dapat diketahui Apabila dilihat dari persentasinya terjadi
peningkatan pembiayaan mulia tersebut yakni pada tahun 2011 ke tahun 2012
terjadi peningkatan sebesar 37,9% dan pada tahun 2011 ke tahun 2012
peningkatannya sebesar 6,16%. Namun, jika dilihat dari jumlah presentasi maka
terjadi penurunan jumlah presentasi pembiayaan mulia pada PT Pegadaian
Cabang Sekip Palembang. Dalam Pelaksanaan pembiayaan mulia ini, tentunya
tidak
terlepas
dari
permasalahan-permasalahan
seperti
terjadinya
kredit
bermasalah ataupun kurangnya pemahaman konsumen terhadap pelaksanaan
pembiayaan mulia itu sendiri sehingga konsumen tidak memenuhi syarat
administrasi yang pada akhirnya akan menghambat pelaksanaan pembiayaan
mulia tersebut.
Tabel 1.2
Data Kredit Bermasalah Pada Pembiayaan Mulia
PT Pegadaian Cabang Sekip Palembang
Tahun 2011-2013
Tahun
2011
2012
2013
Kredit
Bermasalah
0
0
24,56%
Jumlah
(Rupiah)
0
0
8.937.600
(Sumber: PT Pegadaian Cabang Sekip Palembang 2014)
4
Dapat diketahui pada tabel 1.2 tersebut di tahun 2011 dan 2012 tidak
terdapat kredit macet/ bermasalah pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Sekip
Palembang, akan tetapi pada tahun 2013 terdapat sekitar 24,56% kredit yang
bermasalah atau sebesar Rp 8.937.600,- dengan jumlah debitur sebanyak satu
orang. Debitur tersebut melakukan pembiayaan mulia dengan jumlah yang cukup
besar sehingga menambah kesulitan nasabah dalam memenuhi jumlah angsuran
perbulannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
dan mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan pembiayaan mulia pada PT
Pegadaian (Persero) Cabang Sekip Palembang, mempelajari kendala apa yang
dapat menyebabkan kredit macet tersebut, dan menyajikannya kedalam Laporan
Akhir dengan memilih judul “ PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MULIA
( MURABAHAH LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) PADA PT
PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SEKIP PALEMBANG”.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam laporan ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana dalam prosedur pelaksanaan pembiayaan mulia pada PT
Pegadaian (Persero) Cabang Sekip Palembang?
b. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembiayaan mulia
tersebut?
c. Bagaimana
upaya
untuk
mengatasi
hambatan-hambatan
dalam
pelaksanaan pembiayaan tersebut?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar penulisan penelitian tidak menyimpang dari permasalahan pokok
yang dibahas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yakni
membahas mengenai pembiayaan mulia (murabahah logam mulia untuk
investasi abadi) PT Pegadaian (Persero) Cabang Sekip Palembang.
5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan
laporan ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pembiayaan mulia pada
PT Pegadaian (Persero) Cabang Sekip Palembang.
b.
Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi dalam pelaksanaan
pembiayaan tersebut.
c.
Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pembiayaan mulia tersebut.
1.4.2
Manfaat
a. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk melatih keterampilan menulis dan
menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman untuk
membuat penelitian selanjutnya.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan atau pertimbangan dalam membuat
kebijakan yang tepat terkait permasalahan yang menghambat
pelaksanaan pembiayaan mulia.
c. Bagi Pihak Lain
Diharapkan dapat memberikan informasi serta menambah
pengetahuan kepada pihak lain terkait pembiayaan mulia pada
PT Pegadaian (Persero) Cabang Sekip Palembang.
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penulis melakukuan penelitian pada PT Pegadaian Cabang Sekip
Palembang yang terletak di Jalan Mayor Salim Batubara No. 298 F
Palembang 30127.
6
1.5.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti langsung dari sumber data. Data primer diperoleh dari
wawancara dan observasi secara langsung.
Adapun data primer yang penulis gunakan dalam laporan ini
adalah:
1) Data mengenai kredit bermasalah/ macet pada pembiayaan
mulia yang terjadi di PT Pegadaian Cabang Sekip Palembang
2) Solusi terhadap kredit bermasalah/macet pembiayaan mulia.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung, sumber datanya dari buku-buku dan jurnal yang terkait
dengan permasalahan yang penulis bahas.
1) Sejarah Singkat perusahaan
2) Budaya , visi dan misi Perusahaan
3) Struktur Organisasi
4) Job deskripsi
5) Produk/Layanan.
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, literatur,
dan penelitian-penelitian yang berkorelasi dengan masalahmasalah yang dibahas dan dapat dijadikan landasan teori untuk
pembahasan selanjutnya.
b.
Studi Lapangan (Field Research)
Hadi dalam Sugiono (2008:203) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologi dan piskologi. Dua
7
diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah:
1) Teknik Observasi
Observasi yang dilakukan adalah mengamati kegiatan
pembiayaan mulia pada PT Pegadaian Cabang Sekip
Palembang.
2) Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan tanya
jawab dengan narasumber guna memperoleh data-data
sebagai penyusunan laporan akhir.
1.5.4 Analisis Data
Menurut Sugiono (2009:12) analisis data dapat dibagi menjadi
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif, yaitu sebagai berikut:
a.
Analisa Kuantitatif yaitu analisa data yang diwujudkan dengan
angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran, kemudian
diambil kesimpulan yang menggambarkan objek tersebut.
b.
Analisa Kualitatif yaitu analisa data yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori serta
gambar untuk memperoleh kesimpulan. Jadi, teknik analisa
deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan data secara
deskriptif yaitu menjelaskan pelaksanaan pembiayaan mulia
(murabahah logam mulia untuk investasi abadi) pada PT
Pegadaian Cabang Sekip Palembang.
Download