BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori Berikut adalah kajian teoritik mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini menurut beberapa ahli yang terdapat pada literatur yang berhubungan dengan penelitian ini, yakni Kualitas Produk, Persepsi Harga, Promosi, Kualitas Pelayanan dan Keputusan Pembelian yang semuanya termasuk kedalam bauran pemasaran. 3.1.1. Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan dalam memasarkan suatu produk yang diperjual belikan oleh perusahaan dan ditujukan kepada para konsumen. Namun jika dilihat makna sebenarnya pemasaran bukan hanya sekedar menjual produk saja, akan tetapi pemasaran juga memiliki aktvitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala kebutuhan dan keinginan para konsumen. Pemasaran juga meliputi segala aktivitas di dalam perusahaan. Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:28) berpendapat bahwa pemasaran/atau Marketing adalah “The process by which companies create value for customer and build strong relationship with customers in order to capture value from customers in return”. Artinya Pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 38 kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. “Marketing is the activity,set of institutions and processes for creating, communicating, delivering and exchanging offering that have value for customers, clients, partners and society at large” (Elliot&Rundle&Waller, 2012:3). Artinya, pemasaran adalah aktivitas, kumpulan dari lembaga-lembaga dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, memberikan dan menukar penawaran yang memiliki nilai untuk pelanggan, klien, mitra dan masyarakat pada umumnya. Dari definisi-definisi tersebut pada dasarnya memiliki tujuan dan persepsi yang sama dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dimana perusahaan menganalisis struktur pasar serta memposisikan perusahaan agar mendapatkan suatu penilaian yang baik dalam benak konsumen untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan. 3.1.2. Bauran Pemasaran Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk dapat memuaskan para konsumen. Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:92) berpendapat bahwa “Marketing mix is good marketing tool is a set of products, pricing, promotion, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 39 distribution, combined to produce the desired response of the target market”. Artinya bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendaliproduk, harga, tempat, dan promosi-yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Menurut Elliot,Rundle-Theile,Waller (2012:21) dalam buku Marketing bahwa Marketing Mix adalah “A set of variables that a marketer can exercise control over in creating an offering for exchange”. Artinya, Bauran Pemasaran adalah seperangkat variabel dimana seorang pemasar dapat mengontrol dalam penciptaan penawaran untuk pertukaran. Pengertian bauran pemasaran menurut Buchari Alma (2007:130) merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan pemasaran, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan”. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan alat pemasaran yang baik yang berada dalam suatu perusahaan, dimana perusahaan mampu mengendalikannya agar dapat mempengaruhi respon pasar sasaran. Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam istilah 4P, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi), dan promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga dikenal dengan istilah 7P maka dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu product, price, place, promotion, people, physical evidence, and process. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 40 Mengacu pada Elliot Rundle-Thiele Waller dalam buku Marketing (Elliot&Rundle&Waller,2012:23), Marketing Mix/atau bauran pemasaran meliputi 7P yaitu: 1) Product (Produk) “Product is a good, service or idea offered to the market for exchange.” Artinya, produk merupakan barang, jasa atau ide yang ditawarkan untuk pasar sebagai pertukaran. 2) Price (Harga) “Price is the amount of money a business demands in exchange for its offerings.” Artinya, harga (price) merupakan sejumlah uang sebagai permintaan pelaku bisnis sebagai pertukaran untuk penawarannya. 3) Promotion (Promosi) “Promotion is the marketing activities that make potential customers, partners and society aware of and attracted to the business’ offerings.”Artinya, promosi yaitu aktivitas pemasaran yang membuat konsumen potensial, partner dan masyarakat sadar dan tertarik pada penawaran bisnis. 4) Place or Distribution (Tempat) “Place (distribution) refers to the means of making the offering available to the customer at the right time and place.” Artinya, tempat (distribusi) merupakan suatu cara yang membuat penawaran dapat tersampaikan kepada konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 41 5) People (Orang) “People include the employees and other customers. People refers to any person coming into contact with customers who can affect value for customers.” Artinya, people termasuk karyawan dan konsumen lainnya. People termasuk orang yang melakukan kontak langsung dengan konsumen yang dapat memberikan efek nilai bagi konsumen. 6) Process (Proses) “Process is the systems used to create, communicate, deliver and exchange an offering.” Artinya, proses merupakan sistem yang digunakan untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan dan menukar penawaran. 7) Physical evidence “Physical evidence refers to the tangible cues, including the physical environment, that customers use to evaluate products, particularly services (service quality) prior to purchase.” Artinya, physical evidence mengacu pada isyarat nyata, termasuk lingkungan fisik, dimana konsumen menggunakannya untuk mengevaluasi produk, terutama jasa (kualitas pelayanan) sebelum membeli. Berdasarkan penjelasan mengenai bauran pemasaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran memiliki elemen-elemen yang sangat berpengaruh dalam penjualan karena elemen tersebut dapat mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 42 3.1.3. Produk Berikut ini definisi atas produk, kualitas produk dan dimensi produk yang memberikan manfaat (benefit) bagi pelanggan. 3.1.3.1. Produk Secara sempit produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud dan dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa dan telah dikenal. Secara luas produk diartikan sekelompok sifat-sifat yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) di dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan yang diberikan produsen dan pengecer yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang dapat ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan-kebutuhan konsumen. Kotler dan Armstrong (2011:236) mendefinisikan produk (product) sebagai ”Segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.” Kemudian William J. Stanton dalam Buchari Alma (2008:139) mendefinisikan produk sebagai berikut : “Seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud termasuk di dalamnya warna, harga, nama baik produk, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan kebutuhan dan keinginannya”. Berdasarkan definisi di atas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari semua bisnis. Produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Bagi konsumen, produk identik dengan perusahaan. Bagi pesaing, produk adalah sasaran yang harus dikerahkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 43 Sedangkan Fandy Tjiptono (2008:88) mendefinisikan sebagai berikut “Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar yang bersangkutan”. Pengertian produk dapat diperjelas pada Gambar berikut ini. Gambar 3.1. Pengertian Produk Sumber : Fandy Tjiptono (2008:88) Suatu perusahaan akan menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen termasuk kepuasannya, sehingga barang yang dihasilkan seharusnya dapat memuaskan konsumen. Oleh karena itu, produk dapat diartikan sebagai kepuasan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut perusahaan dapat memfokuskan diri pada pengembangan keunggulan bersaing melalui strategi bisnis, diantaranya pembedaan (deferensiasi), biaya rendah, respon cepat (rapid respon) atau kombinasi ketiganya (Deitiana, 2011:211). Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya yaitu: http://digilib.mercubuana.ac.id/z 44 1) Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. 2) Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali. 3) Jasa (service) produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudah habis (Kotler, 2005:289). Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut (Tjiptono, 2008) : 1) Produk Inti (Core Product) Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. 2) Produk Aktual (Actual Product) Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product) di sekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti (Kotler dan Armstrong, 2008). 3) Produk Tambahan Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya menanggapi dengan baik keluhan dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan (Kotler dan Armstrong, 2009). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 45 Suatu produk yang diciptakan baik berupa barang atau jasa pada umumnya mengalami beberapa tahapan kehidupan produk,. Kehidupan produk terbagi menjadi 4 (empat) fase, yaitu : 1) Fase introduction (Perkenalan), dimana fase baru pertama kali diperkenalkan di pasar. Fase ini memerlukan penelitian (research dan development), pengembangan produk, modifikasi dan perbaikan proses dan pengembangan pemasok. 2) Fase Growth (Pertumbuhan), dimana desain produk telah mulai stabil, dan diperlukan peramalan kebutuhan kapasitas yang efektif dan perlu peningkatan kapasitas agar dapat memenuhi permintaan. 3) Fase Maturity (Kematangan) dimana pesaing mulai bermunculan. 4) Fase Decline (Penurunan) dimana produk yang hampir mati karena produk yang buruk bagi investasi sumber daya dan kemampuan manajerial (Kotler, 2009). 3.1.3.2. Kualitas Produk Kualitas produk merupakan salah satu andalan pemasaran suatu perusahaan. Kualitas mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja produk dan jasa, yang dapat mendekatkan pada nilai kepuasan. Kualitas produk adalah “the ability of a product to perform, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 46 ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk laimya (Kotler and Amstrong, 20l2:283). Pengertian kualitas akan lebih lengkap jika ada jaminan terbaik untuk loyalitas pelanggan, hal ini dinyatakan oleh John F. Welch Jr yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2009:143) berpendapat bahwa kualitas adalah “Jaminan terbaiknya atas loyalitas pelanggan, pertahanan terkuatnya dalam menghadapi persaingan luar negeri, dan satu-satunya jalan untuk mempertahankan pertumbuhan dan penghasilan.” Dalam ISO 9000 (Quality vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai : Totalitas dari suatu produk yang menunjang kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau diterapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformasi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement). Menurut Aleksandar Maric, et.al (2009:1) bahwa kualitas adalah “Kesesuaian suatu produk dengan spesifikasi pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya.” Suatu produk dikatakan berkualitas jika produk tersebut sesuai dengan spesifikasi pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya. Definisi-definisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas mengandung keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Oleh sebab itu setiap perusahaan harus mendefinisikan kualitas berdasarkan tujuan, harapan, budaya, dan pelanggannya masing-masing. Pada kenyataannya tidak jarang sebuah perusahaan mengkombinasikan aspek-aspek terbaik dari definisi yang ada dan kemudian merumuskan definisinya sendiri. Kombinasi itu terutama didasarkan pada tiga faktor : http://digilib.mercubuana.ac.id/z 47 1) Karakteristik kualitas, yaitu menurut pemahaman dan suatu proses yang penting bagi pelanggan. Karakteristik kualitas menuntut pemahaman mengenai pelanggan dalam segala hal. 2) Karakteristik kunci dari kualitas (key quality characteristics) yaitu karakteristik kualitas yang paling penting. Hal ini harus didefinisikan secara operasional dengan jalan mengkombinasikan antara pemahaman mengenai pelanggan dengan pemahaman melalui proses. 3) Variabel kunci dari proses (key process variables), yaitu komponenkomponen yang memiliki hubungan sebab akibat yang cukup besar dengan karakteristik dari kualitas. Perspektif terhadap kualitas adalah perspektif yang bisa menjelaskan mengapa kualitas dapat diartikan beraneka ragam dan oleh orang yang berbeda dalam situasi yang berlainan. Menurut Garvin (dalam Fandy Tjiptono, 2005:113), ada 5 (lima) macam perspektif kualitas yang berkembang terdiri atas : 1) Transcendental Approach Dalam pendekatan ini kualitas dipandang sebagai innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui,tetapi sulit didefinisikan dan diopersionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musik, seni rupa, seni tari dan sebagainya. 2) Product Based Approach Pendekatan ini mengangap kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dikualifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/z 48 mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk, karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan selera, kebutuhan dan preferensi individu. 3) Used Based Approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya sehingga produk yang berkualitas yang paling memuaskan seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand oriented ini menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan. 4) Manufacturing Based Approach Perspektif ini bersifat supply based dan terutama memperlihatkan praktekpraktek perkayaan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuain yang sama dengan persyaratan (conformance to requitments). 5) Value Based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segala nilai dan harga, dengan mempertimbangkan trade of antara kinerja dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehungga produk yang memiliki kualitas yang tinggi belum tentu produk yang bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (best buy). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 49 Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman, ukuran produk, dan lain-lain (Zeithalm, 1988 dalam Kotler, 2009). Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Kualitas juga dapat mengurangi biaya sesuai dengan ungkapan Crosby (1979) yang dikutip Fandy Tjiptono (2006:116), secara ringkas manfaat kualitas adalah loyalitas pelanggan akan berkembang, pangsa pasar yang semakin meningkat, harga saham dan harga jual produk lebih tinggi dan produktivitas yang tinggi. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 50 Manfaat tingkat kualitas bagi pimpinan bisnis atau manajemen menurut Fandy Tjiptono (2005:3) adalah : 1) Mengetahui dengan baik bagaimana atau bekerjanya proses bisnis. 2) Mengetahui dimana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terus menerus untuk memuaskan pelanggan, terutama untuk hal-hal yang dianggap penting oleh para pelanggan. 3) Menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah keperbaikan (improvment). Menurut M. Dudek Burlikowsa dan D. Szewieczek dalam jurnal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, volume 24 issue 2 Oktober 2007 mengemukakan bahwa, “The correct quality control, wich makes it possible to create satisfying products for cutomers, has take into account many factors.” Artinya bahwa kualitas kontrol yang benar, memungkinkan untuk menciptakan produk yang memuaskan bagi pelanggan, yang telah mempertimbangkan banyak faktor. Faktor-faktor yang membentuk produk berkualitas menurut M. Dudek Burlikowsa dan D. Szewieczek (2007:204) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3.2. The Factors Forming Quality Products Requirement Sumber : M. Dudek Burlikowsa dan D.Szewiczek (2007:204) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 51 Pemenuhan kebutuhan pelanggan berhubungan dengan kualitas produk yang terbaik. Sinergis pengaruh faktor di atas membentuk tingkat akhir kualitas produk. Namun pengaruh ini tidak sama pada setiap tahap siklus hidup produk. Pada tahap siklus hidup produk yang berbeda memiliki faktor-faktor dominan pada kualitas pembentukan produk, organisasi dapat mengambil fungsi utama dalam proses ini. Selain itu menurut Aleksandar Maric, Slavko Arsovski dan Jasna Mastilovic dalam International Journal for Quality research, Vol. 3, No. 3 (2009:5) mengemukakan bahwa, “Key factor for the quality (attributes influence the quality) of products, according to the attitudes of consumers, are : 1. Raw Materials Quality, 2. Technology, 3. Sanitation, 4. Knowledge and experience”. Artinya bahwa faktor kunci untuk kualitas (atribut yang mempengaruhi kualitas) suatu produk, sesuai dengan sikap konsumen, adalah: 1) Bahan baku kualitas 2) Teknologi, 3) Sanitasi, serta 4) Pengetahuan dan Pengalaman. Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya. Seringkali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk pcrusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 52 konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. 3.1.3.3. Dimensi Produk Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualilas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pcmbelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Fandy Tjiptono (2005:130), kualitas produk mencerminkan dan ditentukan oleh semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefit) bagi pelanggan. Dimensi kualitas produk menurut Fandy Tjiptono (2005:130) terdiri dari : 1) Performance (kinerja) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu yang merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen ketika ingin membeli suatu produk. 2) Durability (daya tahan) Berapa lama umur produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. 3) Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 53 Yaitu sejauh mana karakteristik dan operasi produk dapat memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya 4) Features (ciri-ciri atau keistimewaan tambahan) Adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau ketertarikan konsumen terhadap produk dapat dikatakan sebagai karakteristik sekunder atau pelengkap 5) Reliabilty (reliabilitas) Adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu atau kemungkinan kecil akan mengalami kegagalan pada waktu konsumen mengkonsumsi. 6) Aesthetics (estetika) Berhubungan dengan bagaimana penampilan produk atau daya tarik produk terhadap panca indera. 7) Perceived quality (kesan kualitas) Merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya. 8) Serviceability Meliputi kecepatan, kompetensi, kemudahan, penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang http://digilib.mercubuana.ac.id/z 54 mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 6 (enam) dimensi yang akan dipilih yaitu kinerja, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi, realibilitas, estetika, dan kesan kualitas sesuai dengan jenis usaha PT Pertamina (Persero) dalam sektor migas. 3.1.4. Harga Berikut definisi atas harga, persepsi harga dan dimensi harga yang memberikan manfaat (benefit) bagi pelanggan yang akan digunakan sebagai acuan penulis dalam penelitian ini. 3.1.4.1. Pengertian Harga Harga merupakan jumlah uang yang dibebankan untuk produk atau jasa, atau lebih jelas adalah jumlah dari semua nilai sebagai indikator yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan sebuah manfaat dengan memiliki atau menggunakan sebuah produk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2012:314). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya (Tjiptono, 2005:385). Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Swastha, 2006:465). Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/z 55 diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang dimiliki arti berbeda bagi setiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (Mowen dan Minor, 2006-340). Sedangkan yang dimaksud dengan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau konsumen atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan (Mulyadi, 2006:129). Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu : 1) Peranan alokasi Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki (Tjiptono, 2008:152). 2) Peranan informasi. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/z 56 yang tinggi (Tjiptono, 2006:213). Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas. Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Gregorius, 2006:320). “Keputusan penetapan harga juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan layanan jasa dinilai oleh konsumen, dan juga dalam proses membangun citra”. Kegiatan penetapan harga memiliki peranan penting dalam proses bauran pemasaran, karena penetapan harga terkait langsung dengan revenue yang diterima oleh perusahaan (Lupiyoadi, 2006:328). Dalam menetapkan harga harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam membuat kebijakan atas penetapan harga jual. Dalam memutuskan penetapan harga sebuah perusahaan dipengaruhi oleh yaitu: 1) Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi penetapan harga meliputi tujuan pemasaran perusahaan yaitu perusahaan menentukan strategi terhadap produknya sebelum menetapkan harga, strategi buaran pemasaran yaitu menempatkan produk perusahaan melalui harga dengan mendasarkan keputusan bauran pemasaran lainnya lewat harga yang mereka bebankan, dan pertimbangan organisasi yaitu memutuskan orang yang menetapkan harga dalam organisasi tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 57 2) Faktor Eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga meliputi sifat penawaran dan permintaan yaitu ketika biaya menjadi dasar penetapan batas bawah harga, pasar dan permintaan menjadi dasar penetapan batas atasnya, baik konsumen maupun pembeli industrinya menyamakan harga suatu produk atau jasa dengan manfaat dari memilikinya kemudian biaya, harga dan penawaran pesaing serta faktor eksternal lainnya seperti keadaan ekonomi, booming atau resesi. Harga merupakan satu-satunya elemen marketing mix yang menghasilkan pendapatan. Menurut Kotler dan Keller (2012). Dalam menentukan kebijakan penetapan harga suatu perusahaan mengikuti prosedur enam langkah, yaitu : 1) Memilih tujuan penetapan harga Berbagai macam tujuan harga adalah bertahan hidup, maksimalisasi laba jangka pendek, memaksimumkan pendapatan jangka pendek, pertumbuhan penjualan maksimum, menyaring pasar secara maksimum dan unggul dalam mutu produk dan lain-lain. Adapun lima tujuan utama penetapan harga adalah : a) Kemampuan bertahan b) Laba saat ini maksimum c) Pangsa pasar maksimum d) Pemerahan pasar maksimum e) Kepemimpinan kualitas produk dan tujuan lain 2) Menentukan permintaan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 58 Setiap harga akan mengarah ke tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu akan memiliki berbagai dampak pada tujuan pemasaran perusahaan. Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan adalah: a) Keunikan b) Kesadaran akan pengganti c) Sulitnya membandingkan d) Jumlah total pengeluaran e) Manfaat akhir f) Biaya bersama g) Investasi tergabung h) Mutu harga i) Pengaruh persediaan, dll. 3) Memperkirakan biaya Permintaan menetapkan batas harga yang dapat dikenakan perusahaan untuk produknya. Biaya menetapkan batas bawah. Perusahaan ingin mengenakan harga yang dapat menutupi biaya produksi, distribusi, dan penjualan produk, termasuk tingkat pengembalian yang wajar untuk usaha dan resikonya. Tetapi, ketika perusahaan menetapkan harga produk yang dapat menutupi biaya penuh mereka, maka profitabilitas tidak selalu menjadi hasil akhirnya. 4) Menganalisis biaya, harga dan penawaran pesaing. Dalam perkiraan kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 59 harga, dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Mula-mula perusahaan harus mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika penawaran pesaing mengandung beberapa fitur yang tidak ditawarkan oleh perusahaan, perusahaan harus mengurangkan nilai mereka dari harga perusahaan. Sekarang perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan dapat mengenakan lebih banyak, sama, atau kurang dari pesaing. 5) Memilih metode penetapan harga. Ada enam metode penetapa harga yaitu penetapan harga yaitu : a) Mark up b) Penetapan harga tingkat pengembalian atau keuntungan sasaran c) Penetapan harga menurut persepsi nilai anggapan d) Penetapan harga menurut persepsi nilai e) Penetapan harga going-rate. Penetapan harga mengikuti pasar yang ada. f) penetapan harga jenis lelang. 6) Memilih harga akhir Metode penetapan harga mempersempit kisaran dari mana perusahaan harus memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga itu, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor tambahan, faktor psikologis, pengaruh unsur-unsur bauran pemasaran lainnya terhadap harga, kebijakan perusahaan dalam harga jual termasuk dampak kegiatan pemasaran lain (Kotler, 2007:121). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 60 Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga tertentu atau produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah. Dari fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar. Perusahaan dalam menetapkan harga mencerminkan keragaman permintaan, geografis dan biaya, tuntutan-tuntutan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat pemesanan, dan faktor-faktor lain. Menurut Kotler (2005:312) terdapat beberapa strategi penyesuaian harga, yaitu : 1) Penetapan harga geografis (geographical pricing) 2) Diskon dan potongan harga (price discount and allowances) 3) Penetapan harga promosi (promotional pricing) 4) Penetapan harga diskriminatif (discriminatory pricing) 5) Penetapan harga bauran produk (product-mix pricing) yang meliputi penetapan harga untuk : a) Lini produk (product-line) b) Ciri pilihan (optimal-feature) c) Produk pelengkap (capital-product) d) Barang dua bagian (two-part) e) Produk sampingan (by-product) f) Penggabungan produk (product-bundling) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 61 Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk yang diberikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk. 3.1.4.2. Persepsi Harga Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:186), “how a consumer perceives a price (as high, as low, as fair) has a strong influence on both purchase intentions and purchase satisfaction”, yang berarti persepsi harga adalah pandangan atau persepsi mengenai harga bagaimana pelanggan memandang harga tertentu (tinggi, rendah, wajar) mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan membeli. Monroe (2005) mendefinisikan "Sacrifices of customer economical to get products or services" yaitu pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Menurut Kotler dan Amstrong (2006) persepsi harga adalah “a nominal value charged to customer to acquire product and benefit from the ownership os use the product". Artinya persepsi harga merupakan nilai nominal yang diberikan kepada konsumen untuk mendapatkan produk dan manfaat produk dari produk yang dibeli. Menurut J. Paul Peter dan Jerry C.Olson (2008:406) “Price perception (persepsi harga) berkaitan dengan bagaimana informasi harga http://digilib.mercubuana.ac.id/z 62 dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka”. Sedangkan menurut Malik (2012:487) mendefinisikan persepsi harga adalah “the process which consumer interpret and attribute value to a good or services process”. Artinya persepsi harga adalah dimana konsumen menginterpertasikan dan memberi nilai terhadap suatu produk dan layanan. Dari berbagai kecenderungan definisi konsumen diatas, untuk maka persepsi menggunakan harga harga dalam merupakan memberi penilaian tentang kesesuaian manfaat produk. Pada dasarnya konsumen dalam menilai harga suatu produk tidak tergantung hanya dari nilai nominal secara absolute tetapi dari persepsi mereka pada harga (Nagle & Holden, 1995) dalam Isman Pepadri (2002). Perusahaan harus menetapkan harga secara tepat agar dapat sukses dalam memasarkan barang atau jasa. Harga merupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi perusahaan. Secara umum persepsi konsumen terhadap harga tergantung perception of price differences (persepsi mengenai perbedaan harga) dan references prices (referensi harga). Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen dapat membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan sebuah harga atau rentang harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut. Harga dalam benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini disebut internal reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal pada dasarnya bertindak http://digilib.mercubuana.ac.id/z 63 sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat diterima konsumen atau tidak. 3.1.4.3. Dimensi Persepsi Harga Persepsi harga sering diidentikan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produk. (Monroe : 2005). Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini : Gambar 3.3. Persepsi Harga Sumber : Monroe (2005) Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa informasi harga aktual yang diperoleh akan dibandingkan dengan persepsi harga yang ada dibenak konsumen. Hal ini mengindikasikan persepsi nilai terhadap produk atau jasa tersebut yang selanjutnya konsumen akan memutuskan, apakah akan membeli produk atau jasa tersebut. Persepsi harga dibentuk oleh 2 (dua) dimensi utama yaitu : 1) Perceived Quality (Persepsi Kualitas) Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya harga produknya. Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/z 64 nama merek, nama toko, garansi yang diberikan (after sale services) dan negara yang menghasilkan produk tersebut. a) Persepsi Nama Merek Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu produk. Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap sebuah produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen. b) Persepsi Nama Toko Dealer Reputasi nama toko/atau dealer akan menciptakan persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas maupun harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas pelayanan yang diterima konsumen akan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap reputasi toko/atau dealer tersebut. c) Persepsi Garansi (Afler Sale Service) Produk yang menawarkan garansi bagi para konsumennya sering diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi. Konsumen akan merasa lebih tenang dalam menggunakan produk tersebut, karena pihak perusahaan menjamin kualitasnya. d) Persepsi Negara yang menghasilkan produk Kualitas sebuah produk sering dikaitkan dengan negara pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung memiliki persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari negara mana produk tersebut berasal. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 65 2) Perceived Monetary Sacrifice (Persepsi biaya yang dikeluarkan) Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal ini terdapat 3 (tiga) kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap biaya yang dikeluarkan, yaitu: a) Persepsi terhadap Pajak Konsumen memiliki penilaian yang berbeda terhadap biaya pajak yang harus dibayarkan. Untuk 2 (dua) produk yang berbeda konsumen memiliki penilaian yang berbeda meskipun biaya atau harga yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut nilainya sama. b) Persepsi terhadap Kewajaran Harga Maksud kewajaran harga disini adalah kesadaran konsumen akan pentingnya harga yang rendah dalam membeli produk. Semakin rendah harga semakin dipilih sesuai dengan preferensi terhadap harga rendah. Hal ini dapat melihat sejauh mana pertimbangan konsumen terhadap pentingnya pertimbangan harga yang rendah diatas pertimbangan-pertimbangan lainnya. Donald R. Lichtenstein, Nancy M. Ridgway, dan Richard G. Netemeyer (1993). Terdapat 2 (dua) tipe transaksi yang dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap wajar atau tidaknya harga suatu produk, yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/z 66 b.1) Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila penjual menaikkan harga produk untuk memperoleh keuntungan dari permintaan yang terus meningkat, penjual menaikkan harga produk karena alasan kelangkaan barang, penjual menaikan harga produk untuk menutupi biaya produksi yang meningkat. b.2) Konsumen akan menganggap harga yang diterapkan tidak wajar, apabila pada saat transaksi terjadi, ada pembeli lain yang dapat memperoleh harga yang lebih rendah dan kualitas produk yang lebih baik, sedangkan dia sendiri tidak. c) Efek Ekuitas Merek Menurut Kotler dan Armstrong (2006), ekuitas merek adalah : “Efek diferensial positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan nama merek terhadap tanggapan pelanggan atas jasa produk tersebut”. Ekuitas merek yang sudah kuat sering dipersepsikan dengan harga yang premium. Konsumen akan bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk memperoleh produk yang berkualitas dan memiliki image merek yang lebih superior. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 (dua) dimensi yang akan dipilih yaitu persepsi kualitas dengan persepsi nama toko dealer (dalam hal ini nama perusahaan), persepsi garansi dan persepsi biaya negara penghasil produk sebagai indikatornya dan persepsi biaya yang dikeluarkan dengan indikatornya berupa persepsi pajak dan persepsi kewajaran harga, dan harga terjangkau. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 67 3.1.5. Promosi 3.1.5.1. Definisi Promosi Menurut Henry Simamora (2007: 614), promosi adalah usaha perusahaan untuk mempengaruhi dengan merayu (persuasive communication) calon pembeli melalui segala unsur acuan atau bauran pemasaran, dan sedangkan menurut Didi Suryadi (2011:8), promosi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengkomunikasikan, memberi pengetahuan dan menyakinkan orang tentang suatu produk agar ia mengakui kehebatan produk tersebut, membeli dan memakai produk tersebut, juga mengikat pikiran dan perasaannya dalam suatu wujud loyalitas terhadap produk. Promosi menurut Kotler (2010:426) promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan antar perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya. Promosi merupakan semua kegiatan yang ditujukan untuk memacu tingkat permintaan terhadap produk yang dipasarkan dengan komunikasi antara produsen dan konsumen. Komunikasi pemasaran perlu dilakukan guna memberitahukan produk yang akan dipasarkan. 3.1.5.2. Dimensi Promosi Dalam meningkatkan keyakinan nilai komunikasi dan membangun hubungan dengan konsumen maka diperlukan alat-alat promosi yang dapat saling berintegrasi yang dikenal dengan bauran promosi. Bauran promosi (marketing mix) menurut Kotler, Armstrong (2010:426) adalah “Promotion mix/marketing http://digilib.mercubuana.ac.id/z 68 communication mix is the specific blend of promotion tools that the company uses to persuasively communicate customer value and build customer relationship” yang berarti bauran promos atau bauran komunikasi pemasaran merupakan perpaduan khusus dari alat promosi yang digunakan perusahaan untuk meyakinkan nilai komunikasi dan membangun hubungan dengan konsumen. Perpaduan tersebut digunakan perusahaan untuk meraih tujuan iklan dan pemasaran yang disampaikan. Dimensi dalam penelitian ini, penulis mengambil semua unsur (alat promosi) dalam bauran promosi. Bauran Promosi diklarifikasikan oleh Kotler (2012:13) sebagai berikut : 1) Periklanan (advertising) “Any paid form of nonpersonal presentation and promotion of ideas, goods, or services by an indentified sponsor”. Artinya iklan merupakan suatu bentuk presentasi yang tidak hanya dilakukan oleh orang dan gagasan promosi, barang, atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Menurut Kotler (2005:278) upaya periklanan mempunyai beberapa tujuan antara lain menginformasikan adanya merk produk di pasaran, membujuk konsumen untuk membeli produk, dan mengingatkan konsumen terhadap produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 69 Menurut Kotler (2012:15), tipe periklanan terbagi kedalam : a) Price Advertising, yaitu perikalan yang menonjolkan harga yang menarik. b) Brand Advertising, yaitu periklanan yang menekankan pada merek dari produk tersebut kepada pembaca atau pendengarnya. c) Quality Advertising, mencoba menciptakan impresi bahwa produk yang diiklankan tersebut kualitas yang tinggi d) Product Advertising, berusaha mempengaruhi konsumen dengan manfaat dari pemakaian suatu produk. e) Institutional Advertising, menonjolkan nama perusahaan dengan harapan agar konsumen mempunyai kesan mendalam tentang nama perusahaan tersebut hingga kini. f) Prestige Advertising, yang berusaha memberikan citra pada suatu produk atau mendorong masyarakat mengasosiasikan produk tersebut dengan kekayaan, kedudukan ataupun status sosial. 2) Penjualan perorangan (personal selling) “Personal presentation by the firm’s sales force for the purpose of making sales and building customer relationship”. Artinya penjualan perorangan merupakan bentuk presentasi perorangan dari bagian penjualan perusahaan dengan tujuan membuat penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. Bentuk presentasi dilakukan dengan interaksi tatap muka terhadap calon pembeli dengan tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan memperoleh pemesanan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 70 Aktivitas penjualan perorangan menurut Kotler (2012:24) memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut : a) Penemuan prospek. Penemuan prospek yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka. b) Sasaran. Sasaran yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli. c) Menjual. Menjual yaitu mendekati, mempresentasikan, dan mendemonstrasikan, mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan. d) Komunikasi. Komunikasi yaitu memberikan informasi mengenai produk perusahaan kepada pelanggan. e) Melayani. Melayani yaitu memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan. f) Informasi pasar. Informasi pasar yaitu melakukan riset dan intelejen pasar. g) Alokasi. Alokasi yaitu menentukan pelanggan/pasar yang akan dituju. Menurut pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi umum dari mempermudah penjualan perusahaan perorangan dalam pemasaran adalah untuk produknya dengan memperkenal produk secara langsung kepada konsumen dengan tatap muka dan mempresentasikan kualifikasi dari produk yang ditawarkan. Bentuk-bentuk personal selling menurut Kotler (2012:25) secara garis besar adalah sebagai berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/z 71 a) Di toko. b) Di rumah-rumah. c) Penjual yang ditugaskan oleh pedagang besar untuk mendatangi pedagang eceran. d) Penjualan yang ditugaskan oleh produsen untuk menghubungi pedagang besar atau pedagang eceran. e) Pimpinan perusahaan berkunjung kepada langganan. f) Penjual yang terlatih secara teknis mengunjungi para konsumen industri untuk memberikan nasehat dan bantuan. 3) Promosi penjualan (sales promotion) “Short-term incentives to encourage the purchase or sale of a product or service”. Artinya promosi penjualan merupakan intensif jangka pendek untuk mendorong penjualan barang atau jasa yang akan diberikan kepada pasar sasaran. Perusahaan melakukan ini guna meningkatkan tingkat penjualan barang yang kurang diminati di pasar. Adapun kegiatan promosi penjualan diantaranya pemberian contoh produk melalui website, ataupun memberikan sesuatu yang gratis di awal launching produk baru, diskon yang memiliki batas waktu, serta kuis atau undian berhadiah yang dapat merangsang ataupun memancing pelanggan untuk membeli produk tersebut. Semua dari kegiatan promosi penjualan tersebut, semuanya memberikan dorongan kepada pelanggan atau pembeli untuk membeli produk, juga memberikan nilai tambah kepada konsumen sehingga konsumen menyukai produk tersebut dan setia untuk terus http://digilib.mercubuana.ac.id/z 72 menggunakan produk tersebut. Semua dari kegiatan promosi penjualan diatas juga menarik perhatian masyarakat. 4) Publisitas (public relation) “Building good relations with the company’s various publics by obtaining favorable publicity, building up a good corporate image, and handling or heading off unfavorable rumors, stories, and events”. Artinya publisitas merupakan cara membangun hubungan baik dengan publik untuk menghindari hal negatif dan membawa perusahaan akan citra yang baik. Berbagai program telah dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya. Selain itu definisi hubungan masyarakat berdasarkan sudut pandang manajemen adalah sebagai menilai sikap publik, menentukan organisasi demi fungsi manajemen kebijaksanaan kepentingan publik, serta yang seseorang atau merencanakan dan melakukan program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik. Berdasarkan definisi ini ada tiga sifat dari hubungan masyarakat yang utama, yaitu : a) Kredibilitas Sifat dari hubungan masyarakat yang dimana artikel dan berita di media massa lebih dipercaya dari pada iklan. b) Jangkauan Hubungan masyarakat dapat menjangkau menghindari wiraniaga atau iklan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z pihak-pihak yang 73 c) Dramatisasi Potensi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk tertentu. Pada umumnya hubungan masyarakat memiliki fungsi untuk menempatkan citra yang baik mengenai sasaran dan tujuan perusahaan maupun produknya masyarakat. Tetapi selain itu fungsi lain dari hubungan masyarakat sebagai berikut seperti dikemukakan oleh Kotler (2012:22) : a) Hubungan pers Menempatkan informasi yang layak dan positif pada media massa untuk menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk, jasa, atau seseorang yang terkait dengan perusahaan atau institusi tersebut. b) Publisitas produk Mempublikasikan produk atau jasa secara khusus. c) Komunikasi perusahaan Menciptakan pesan internal dan eksternal untuk mempromosikan suatu citra yang positif atas suatu perusahaan atau intsitusi. d) Urusan masyarakat Membangun dan mempertahankan hubungan komunitas nasional maupun lokal. e) Lobi Mempengaruhi parlemen atau pemerintahan untuk memajukan atau menghalangi pembuatan suatu undang-undang dan peraturan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 74 Kesimpulan hubungan masyarakat merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, perusahaan opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap tersebut. Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok itu adalah mereka yang terlibat, mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dalam pelaksanaannya hubungan masyarakat membutuhkan media atau alat seperti halnya periklanan, agar dapat melakukan komunikasi dengan pasar atau pelanggan. Alat yang digunakan diharapkan dapat membantu dalam upaya menempatkan citra positif dari produk atau perusahaan di benak masyarakat. Beberapa alat yang umum digunakan untuk hubungan masyarakat, menurut Kotler (2012:23) antara lain : a) Publisitas produk baru b) Penempatan produk c) Pendidikan konsumen d) Sponsorship e) Situs internet, baik itu mengenai program CSR (Corporate Social Responsibiliti) ataupun perkembangan perusahaan yang telah dijalankan. 5) Pemasaran langsung (direct marketing) “Direct connections with carefully targeted individual consumers to both obtain an immediate response and cultivate lasting customer http://digilib.mercubuana.ac.id/z 75 relationship – the use of direct mail, the telephone, direct-response television, e-mail, the internet, and other tools to communicate directly with specific consumers”. Artinya pemasaran langsung menunjukan komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran guna memperoleh tanggapan ataupun berdialog dengan pelanggan dan calon pelanggan melalui penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan internet untuk menawarkan penjualan produk tersebut. Pemasaran langsung bukan berarti harus tatap muka (face to face) tetapi lebih kepada pemasaran yang ditujukan secara langsung kepada konsumen tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 5 (lima) dimensi yang dikemukakan oleh pendapat Kotler (2012:13) yaitu periklanan (advertising), penjualan perorangan (personal Selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas (public relation) dan pemasaran langsung (direct marketing). 3.1.6. Kualitas Pelayanan 3.1.3.1 Definisi Pelayanan Definisi pelayanan menurut Gronroos dalam Ratminto dan Winarsih (2005:2) adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan konsumen/atau pelanggan. Sedangkan menurut kotler (2012:365), layanan adalah setiap tindakan atau kinerja yang salah satu pihak dapat menawarkan yang lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 76 Pelayanan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kegiatan atau aktifitas yang diberikan oleh satu pihak atau lebih kepada pihak lain yang memiliki hubungan dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pihak kedua yang bersangkutan atas barang dan jasa yang diberikan. Pelayanan memiliki pengertian yaitu terdapatnya dua unsur atau kelompok orang dimana masingmasing saling membutuhkan dan memiliki keterkaitan, oleh karena itu peranan dan fungsi yang melekat pada masing-masing unsur tersebut berbeda. Hal-hal yang menyangkut tentang pelayanan yaitu faktor manusia yang melayani, alat atau fasilitas yang digunakan untuk memberikan pelayanan, mekanisme kerja yang digunakan dan bahkan sikap masing-masing orang yang memberi pelayanan dan yang dilayani. Pada prinsipnya konsep pelayanan memiliki berbagai macam definisi yang berbeda menurut penjelasan para ahli, namun pada intinya tetap merujuk pada konsepsi dasar yang sama. Menurut Sutedja (2007:5) pelayanan atau servis dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pelayanan tersebut meliputi kecepatan melayani, kenyamanan yang diberikan, kemudahan lokasi, harga wajar dan bersaing (Sunarto, 2007:105). Menurut Jusuf Suit dan Almasdi (2012:88) untuk melayani pelanggan secara prima kita diwajibkan untuk memberikan layanan yang pasti handal, cepat serta lengkap dengan tambahan empati dan penampilan menarik. Sedangkan menurut Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2) pelayanan adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang http://digilib.mercubuana.ac.id/z 77 terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan. Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2005:39) dirumuskan sebagai berikut: 1) Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan atau pengunjung sejak awal hingga selesai. 2) Mampu melayani secara cepat dan tepat. 3) Mampu berkomunikasi. 4) Mampu memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. 5) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. 6) Berusaha memahami kebutuhan pelanggan atau pengunjung. 7) Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/atau pengunjung. 3.1.3.2 Definisi Kualitas Pelayanan Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan, melakukan segala sesuatu yang membahagiakan. Sedangkan dalam perspektif TQM (Total Quality Management) kualitas dipandang secara luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia. Hal ini jelas tampak dalam defenisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa http://digilib.mercubuana.ac.id/z 78 kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lewis & Booms (dalam Tjiptono, 2012:157) mendefinisikan kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Tjiptono dan Chandra (2009:119) menyatakan, keunggulan layanan dapat dibentuk melalui pengintegrasian empat pillar service excellence yang saling berkaitan erat, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan pelayanan. Dengan memberikan usaha ekstra berupa perhatian kepada pelanggan (customer focus) sama besarnya dengan memberikan perhatian pada kualitas produk (product focus) maka akan meningkatkan kepercayaan, kenyamanan dan loyalitas pelanggan sehingga pelanggan tidak akan ragu untuk menentukan keputusan pembelian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut secara berulang-ulang. Perusahaan harus mengelola, mengevaluasi kualitas layanan mereka dengan memahami efek yang ditimbulkan atas pelayanan yang telah diberikan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 79 3.1.3.3 Dimensi Kualitas Pelayanan Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, diantaranya yaitu pendapat menurut Kotler dan Keller (2012:365) bahwa di dalam service mix perusahaan harus mengelola, mengevaluasi kualitas layanan mereka dengan memahami efek yang ditimbulkan atas pelayanan yang telah diberikan. Perusahaan harus memperhatikan pelayanan sebelum penjualan (presales service) seperti memfasilitasi dan pelayanan tambahan yang memberikan value kepada pelanggan sebelum terjadinya penjualan dan pelayanan setelah penjualan (postsales service) seperti customers service departement, repair and maintanance service. Menurut Zheithalm et. al dalam Ariani (2009:180) terdapat lima dimensi pokok yang dikenal dengan SERQUAL (service quality) yang terdiri dari: 1) Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan serta keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu cara perusahaan jasa dalam menyajikan kualitas layanan terhadap pelanggan. Diantaranya meliputi fasilitas fisik (gedung, buku, rak buku, meja dan kursi, dan sebagainya), teknologi (peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan), serta penampilan pegawai. 2) Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang tercermin dari http://digilib.mercubuana.ac.id/z 80 ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi. 3) Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat dengan penyampaian informasi yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan pelanggan menunggu tanpa alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4) Jaminan (assurance) adalah pengetahuan, kesopan-santunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen, antara lain: a) Komunikasi (communication), yaitu secara terus menerus memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan penggunaan kata yang jelas sehingga para pelanggan dapat dengan mudah mengerti apa yang diinformasikan pegawai serta dengan cepat dan tanggap menyikapi keluhan dan komplain dari para pelanggan. b) Kredibilitas (credibility), perlunya jaminan atas suatu kepercayaan yang diberikan kepada pelanggan, believability atau sifat kejujuran, menanamkan kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagi perusahaan pada masa yang akan datang. c) Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang tinggi dari pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang diberikan mampu memberikan suatu jaminan kepercayaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 81 d) Kompetensi (competence) yaitu keterampilan yang dimiliki dan dibutuhkan agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dapat dilaksanakan dengan optimal. e) Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu nilai moral yang dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Jaminan akan kesopan-santunan yang ditawarkan kepada pelanggan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. 5) Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Dari kelima dimensi yang dikemukakan oleh Zheithalm et. al dalam Ariani (2009:180) terdapat beberapa pelayanan yang dapat dikategorikan sebagai presales service seperti bukti fisik (tangibles), daya tanggap (responsiveness), serta postsales service seperti keandalan (reliability), jaminan (assurance) dan empati (empathy), atau kombinasi dari kelima dimensi diatas sesuai dengan pelayanan yang diberikannya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dimensi yang dikemukakan oleh pendapat kotler dan keller (2012) dengan indikator yang dipilih dalam presales sarvice yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) seperti fasilitas negosiasi, kecepatan dan penawaran fasilitas kontrak, kemudahan proses pesanan, pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/z 82 dan pembayaran, proses pengiriman dan penerimaan BBM. Sedangkan untuk postsales service yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) seperti kecepatan pananganan keluhan pelanggan, kecepatan pengiriman dokumen transaksi, kemudahan mendapatkan informasi, dan layanan purna jual. 3.1.7. Keputusan Pembelian 3.1.7.1. Definisi Keputusan Pembelian Keputusan merupakan proses penelusuran masalah yang berasal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan manganalisa kemungkinan – kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Menurut Schifman dan Kanuk (2007;228) keputusan adalah “seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih”. Dengan kata lain, Pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan. Jika seseorang mempunyai pilihan akan melakukan pembelian atau tidak, orang itu berada dalam posisi mengambil keputusan. Pada keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi-informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai altematif dari istilah keputusan pembelian. Keputusan pembelian adalah tindakan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 83 dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk (Zeithaml, 2007:360). Menurut Kotler (2007:204), proses pengambilan keputusan dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian terdiri dari 5 (lima) tahapan proses sebagai berikut : 1) Pengenalan masalah Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. 2) Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi berasal dari : sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko), sumber publik (media massa, organisasi penentu peringkat konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian). 3) Evaluasi Alternatif Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. 4) Keputusan Pembelian (membeli atau tidak) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 84 Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub-keputusan : merek, dealer, kuantitas, waktu dan metode pembayaran. 5) Perilaku Pasca Pembelian Setiap pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar halhal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. Dari uraian diatas maka proses atau tahapan keputusan pembelia menurut Kotler (2007:2004) dapat digambarkan dalam bagan berikut ini : Gambar 3.4. Tahapan Keputusan Pembelian Sumber : Kotler (2007:204) Namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Suatu keputusan pembelian konsumen umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) kategori (Lamb, Hair and McDaniel, 2006) yaitu: 1) Perilaku respon yang rutin http://digilib.mercubuana.ac.id/z 85 Jenis pengambilan keputusan yang diperlihatkan oleh konsumen yang sering mengadakan pembelian, barang dan jasa biaya murah, dan membutuhkan sedikit pencarian dan waktu keputusan. 2) Pengambilan keputusan terbatas Jenis pengambilan keputusan yang membutuhkan sejumlah waktu untuk mengumpulkan dan merundingkan mengenai suatu merek yang tidak dikenal dalam suatu kategori produk yang sudah dikenal. 3) Pengambilan keputusan ekstensif Pengambilan keputusan konsumen yang paling kompleks, digunakan pada saat membeli produk yang belum dikenal mahal atau barang yang jarang dibeli, membutuhkan penggunaan beberapa kriteria untuk mengevaluasi dan waktu yang panjang untuk memperoleh informasi. Menurut Lamb, Hair and McDaniel (2006) faktor-faktor yang menentukan tingkat keterlibatan konsumen didalam pembelian adalah sebagai berikut : 1) Pengalaman sebelumnya Ketika para konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang atau jasa, tingkat keterlibatan biasanya menurun. Setelah mengulangi produk percobaan, para konsumen mempelajari cara untuk membuat pilihan yang cepat. Karena para konsumen telah mengetahui produk dan bagaimana produk itu akan memuaskan kebutuhan mereka, maka keterlibatan didalam keputusan pembelian mereka menjadi berkurang. 2) Minat http://digilib.mercubuana.ac.id/z 86 Keterlibatan berhubungan langsung kepada minat para konsumen, seperti mobil, musik, film, bersepeda atau elektronik. Pada umumnya wilayah minat ini berbeda-beda dari satu individu ke individu lainnya. Walaupun banyak orang memiliki minat yang kurang terhadap perawatan rumah, tetapi orang yang telah lanjut usia mungkin memiliki minat yang tinggi terhadap perawatan rumah tadi. 3) Risiko yang dirasa Seperti risiko yang dirasakan dalam pembelian suatu produk meningkat akan keterlibatan konsumen juga tinggi. Jenis risiko yang membuat konsumen memperhatikan, didalamnya termasuk risiko keuangan, risiko psikologis. Pertama, risiko keuangan terhadap penurunan kekayaan atau daya beli. Karena risiko yang tinggi yang berhubungan dengan harga pembelian yang tinggi pula, konsumen menjadi sangat terlibat dengan keputusan pembelian produk tersebut. Oleh karena itu, harga dan keterlibatan biasanya berhubungan langsung dimana jika harga meningkat, maka tingkat keterlibatan juga meningkat. 4) Situasi Keadaan pembelian akan mengubah keputusan atas keterlibatan yang rendah (low-invovement decision) menjadi keterlibatan yang tinggi (high involvement). Keterlibatan yang tinggi muncul ketika para konsumen merasakan risiko pada situasi khusus. 5) Pandangan Sosial http://digilib.mercubuana.ac.id/z 87 Keterlibatan juga meningkatkan sebagai pandangan sosial dari meningkatnya produk. Produk sering kali ditampilkan dalam berpakaian (khususnya label desainernya), jam tangan, mobil dan furniture. Semua barang ini membuat pernyataan tentang para pembeli dan kemudian dapat berdampak pada risiko sosial. 3.1.7.2. Dimensi Keputusan Pembelian Park dan Kim (2003) dalam International Journal of Retail and Distribution Management, Vol 31, dengan judul “Identifying Key Factor consumer behavior in an online shopping context” menyatakan bahwa salah satu keputusan pembelian adalah frekuensi pembelian per periode. Pada tahap ini, sesorang konsumen akan menemukan apakah produk yang dibeli memuaskan atau tidak dan apakah produk itu sesuai dengan harapannya atau tidak. Jika konsumen merasa puas, maka kemungkinan besar, konsumen itu akan melakukan pembelian ulang pada kesempatan berikut. Konsumen yang puas juga cenderung akan mengatakan hal-hal yang positif kepada orang lain. Sebaliknya jika tidak puas, ia akan menyampaikan ketidakpuasan dengan jalan mengembalikan produk tersebut bahkan menyampaikan keluhan kepada perusahaan. Menurut Kotler (2006:l29), ada lima keputusan yang dilakukan oleh pembeli, yaitu; 1) Pilihan Produk Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang http://digilib.mercubuana.ac.id/z 88 berminat membeli sebuah produk serta altematif yang mereka pertimbangkan. 2) Pilihan Merek Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memiliki sebuah merek. 3) Pilihan Penyalur Konsumen haruss mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal ini menemukan penyalur, bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keluasan tempat dan sebagainya. 4) Waktu Pembelian Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbedabeda, misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali atau sebulan sekali dan sebagainya. 5) Jumlah Pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian dilakukan mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari setiap pembelinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 89 Berdasarkan teori dari Kotler (2006:l29) penulis hanya mengambil 4 (empat) dimensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemilihan produk, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian. 3.2. Penelitian Terdahulu Sebagai dasar dalam penyusunan penelitian ini, penting untuk mengetahui hasil yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang kaitannya dengan variabelvariabel seperti harga, kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian produk. 3.2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Pada Tabel 3.1, penulis meringkas beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan harga, kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi terhadap keputusan pembelian produk. Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No 1 2 Peneliti dan Tahun Akhter, Syed H. (2009) Journal of Brand Management Vol.18 Iss : 2, pp.136 – 142 Marquette University, USA Alfred Owusu (2013) European Journal of Business and Management Vol.5, No.1, 2013 Judul Hasil Niches at the edges : Price-Value tradeoff, customer behavior and Marketing Strategy Persepsi dari Price Value tradeoff berhubungan dengan overall customer satisfaction, purchase intention, word of mouth advertising, dan repurchase behavior. Harga under price memiliki persentase tertinggi dalam semua kategori. Influences of Price and Quality On Customer Purchase of Mobile Phone in The Kumasi Metropolis in Ghana Comparative Study Penelitian ini difokuskan pada konsumen ponsel di Ghana. Yaitu untuk mengetahui pengaruh Harga dan Kualitas saat membeli ponsel. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa harga dan kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/z 90 Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Judul Hasil konsumen. Konsumen mempertimbangkan baik harga dan kualitas dalam situasi pembelian mereka. Pelanggan merasa enggan untuk membeli produk dengan kualitas rendah dan harga ponsel tinggi, sehingga harga tidak dapat digunakan sebagai indikator kualitas. 3 Beneke, Justine, Flynn, dll (2014) Journal of the European Communities, Vol 16 L321-322. The Influence of Perceived Product Quality, Relative Price and Risk on Customer Value and Willingness to Buy : A Study of Private Label Merchendise Terdapat hubungan yang kuat bahwa kualitas produk, harga, mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli. 4 Brijball, S. (2003) Journal of Industrial Psychology 29(1), 93-99. The level of importance attached to price and quality in purchasing behaviour Kualitas diikuti oleh harga yang penting kriteria evaluatif umum tetapi pentingnya mereka berkurang ketika atribut produk lainnya yang disertakan. 5 Chinamona, Richard; Sandada, Maxwell (2013) Mediterranean Journal of Social Sciences Customer Satisfaction Trustand Loyality as Predictor of Customer Intention to RePurchase South African Retailing Kepuasan pelanggan dan kepercayaan berpengaruh positif terhadap niat pembelian kembali. 6 Hachiko (2015) Net Promoter Survey Pertamina Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas produk, ketersediaan, pelayanan, harga, kelengkapan, dan pelayanan setelah penjualan mempengaruhi keputusan pembelian. 7 Hauwa Saleh Dutsenwai, Azrai Factors influencing customer loyalty in Hasil menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara http://digilib.mercubuana.ac.id/z 91 Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Abdullah, Abu Bakar Sedek Abdul Jamak, Azelin Mohamed Noor (2015) Journal of Scientific Research and Development 2 (12): 56-63, 2015 Judul Hasil Malaysian petrol stations: moderating effect Location strategi pemasaran jasa (kualitas layanan, promosi penjualan, dan variasi produk) dan loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan memediasi hubungan antar variabel. Di sisi lain lokasi stasiun bensin memoderasi hubungan antara kepuasan dan loyalitas. 8 Herman, Andreas (2007) Journal of Product and Brand Management Vol.16 Iss:1 University of St Gallen, Switzerland The influence of price fairness on customer satisfaction: an empiric al test in the cotext of automobile purchase Persepsi harga berpengaruh langsung terhadap kepuasan serta secara tidak langsung melalui persepsi harga yang adil. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa kerentanan konsumen, yang disebabkan oleh dirasakan hubungan permintaan-penawaran dan mendesaknya kebutuhan dari sisi konsumen, berdampak efek negatif terhadap persepsi penawaran harga yang wajar. 9 Ikanita Novirina Sulistyari (2012) Analisis pengaruh Merek, Kualitas Produk, dan Harga terhadap minat beli produk Oriflame (Studi kasus mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen UNDIP) Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa konsep variabel Citra Merek, Kualitas Produk, Harga dan Minta Beli layak digunakan sebagai alat ukur. Pengujian atas hipotesis yang diajukan menunjukan bahwa ketiga hipotesis telah memenuhi syarat diterima yaitu thitung > ttabel dengan Probability <0.05. 10 Junio Andreti, Nabila H Zhafira, Sheila S Akmal, Suresh Ku (2013) International Journal of The Analysis of Product, Price, Place, Promotion and Service Quality on Customers’ Buying Decision of Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengapa jumlah toko terus meningkat dengan mengidentifikasi faktor dominan yaitu produk, harga, tempat, promosi dan kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/z 92 Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Advancesin Management and Economics ISSN: 2278-3369 Judul Convenience Store: A Survey of Young Adult in Bekasi, West Java, Indonesia. layanan yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen di Bekasi. Penelitian ini juga sebagai masukan untuk membantu pedagang kecil dalam memiliki kinerja yang lebih baik di masa depan. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan penulis karena menggunakan variabel produk, harga, promosi dan kualitas layanan. 11 Kodu, Sarini. (2013). Jurnal EMBA. Vol.1, No.3, p.1251-1259. Harga, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga, kualitas produk dan kualitas pelayanan secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 12 Lichtenstein, Donald R., Nancy M.Ridgway, and Richard G.Natemeyer. (1993). Journal of Marketing Research. Vol 30. No.2. 234-245. Price Perceptions and Consumer Shopping Behavior: A Field Study Semakin rendah harga semakin dipilih sesuai dengan preferensi terhadap harga rendah. Hal ini dapat melihat sejauh mana pertimbangan konsumen terhadap pentingnya pertimbangan harga yang rendah diatas pertimbanganpertimbangan lainnya. 13 Mwenda, Samuel; Oloko, Dr. Margaret, (2016). International Journal of Social Sciences and Information Technology;Vol II Issue IX. Determinants Of Motorists Choice Of A Petrol Station In Kenya A Survey Of Thika Sub County Temuan penelitian ini menetapkan bahwa kualitas layanan, aksesibilitas, preferensi merek dan promosi mempengaruhi pilihan stasiun bensin oleh pengendara motor di Kenya sementara harga tidak mempengaruhi pilihan pengendara dari sebuah stasiun bensin. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kualitas layanan, aksesibilitas, http://digilib.mercubuana.ac.id/z Hasil 93 Tabel 3.1. Tabel Penelitian 3.1. Penelitian Terdahulu Terdahulu (Lanjutan) No Peneliti dan Tahun Judul Hasil preferensi merek, promosi dan harga berpengaruh positif terhadap pilihan pengendara kendaraan bermotor di Kenya. 14 Mohammad Muzahid Akbar and Noorjahan Parvez (2009) ABAC Journal Impact of Service Quality, Trust and Customer Statisfaction on Customer Loyality Kepercayaan dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan sebagai intervening antara kualitas pelayanan dan loyalitas pelanggan. 15 Nochai, Rangsan & Nochai, T. (2011). International Conference on Financial Management and Economics IPEDR vol. 11. The Influence of Sale Promotion Factors on Purchase Decisions: A Case Study of Portable PC’s in Thailand. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor promosi penjualan yang berdampak pada keputusan pembelian konsumen pada PC Portable di Thailand. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penjualan promosi merupakan faktor penting yang berdampak pada keputusan pembelian konsumen pada Portable PC. 16 Nur Choirul Afif, Nugroho Hardiyanto & Lusi Suwandari (2016), Siyaset, Ekonomi ve Yönetim Araştırmaları Dergisi,2016, yıl: 4, cilt: 4, sayı: 4 The Influence of Market Strategy and Marketing Mix Toward The Brand Image of Pertamax and The Implication Toward The Consumer’s Decision Making of Purchasing Fuel in Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Pertamax guna meningkatkan daya saing Pertamax di Indonesia. Kinerja dari strategi pemasaran dan bauran pemasaran secara parsial tidak mempengaruhi citra merek Pertamax, sedangkan secara simultan kinerja strategi pemasaran dan bauran pemasaran mempengaruhi citra merek Pertamax. Kinerja dari strategi pemasaran dan bauran pemasaran secara parsial mempengaruhi keputusan pembelian Pertamax, sedangkan citra merk Pertamax http://digilib.mercubuana.ac.id/z 94 Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Judul Hasil secara parsial tidak mempengaruhi keputusan pembelian Pertamax. Dan jika dilihat secara simultan, baik strategi pemasaran, bauran pemasaran dan citra merek Pertamax mempengaruhi keputusan pembalian Pertamax. 17 Rahim, Osman, T. Ramayah. (2010). Journal Of International Business Research Service Quality, Customer Satisfaction, and Loyalty: A Test of Mediation”. Kepuasan pelanggan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya. Pelanggan yang puas secara otomatis akan memiliki sifat yang loyal kepada perusahaan yang telah memberikan kepuasan terhadapnya. 18 Sudhir Kumar Bisht. (2015) International Journal of Information Technology and Management, Vol.IX, Issue No.XIV, November 2015, ISSN 2249-4510, Pacific University, Udairpur, Rajasthan, India Selection of Fuel Stations: Role of Different Dimensions of Perceived Value on Customer Perception Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu stasiun pompa Bensin dalam membuat strategi yang sesuai dan membantu dalam mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui perilaku pelanggan. Pengaruh Lokasi dan kuantitas dan kualitas bahan bakar (Faktor QQ) sangat signifikan dengan persentasi masing - masing sebesar 50% dan 53% dalam mempengaruhi pilihan pelanggan Stasiun Bahan Bakar. Sedangkan Merek Bahan bakar tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap pilihan pelanggan. 19 Yvonne K Saini & Siyabulela V Matinise (2013). Wits Business An Exploratory study on factors influencing customer decision making: a case of fuel Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam keputusan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 95 Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No Peneliti dan Tahun School, University of Witwatersrand, Johannesburg, South Africa. Judul retailing industry Hasil stasiun layanan di industri bahan bakar di Afrika Selatan. Hasil analisis faktor secara statistik signifikan menunjukkan bahwa keputusan konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan akan kenyamanan dan kecepatan layanan. pembelian jenis ini tidak ditentukan oleh preferensi merek. Sumber : Penelitian-Penelitian Terdahulu 3.2.2 Hubungan antara variabel Persepsi Harga, Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan dan Promosi terhadap variabel keputusan pembelian 3.2.2.1 Hubungan variabel kualitas produk dengan keputusan pembelian Penelitian tentang kualitas produk yang dilakukan oleh S Brijball (2003), dengan judul “The Level Of Importance Attached To Price And Quality In Purchasing Behavior” dengan hasil kualitas dan harga sangat mempengaruhi keputusan pembelian, tetapi pengaruhnya akan berkurang ketika atribut produk lainnya disertakan. Selain itu, hanya seperempat dari subyek menganggap bahwa harga dan kualitas memiliki hubungan satu sama lain. Juga, profil biografi tidak berdampak pada tingkat hubungan yang melekat pada harga tetapi usia dan pendapatan mempengaruhi kualitas. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Beneke (2014), dalam penelitiannya berjudul “The Influence of Perceived Product Quality, Relative Price and Risk on Customer Value and Willingness to http://digilib.mercubuana.ac.id/z 96 Buy : A Study of Private Label Merchendise” bahwa kualitas produk mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli. 3.2.2.2 Hubungan variabel persepsi harga dengan keputusan pembelian Penelitian tentang harga yang dilakukan oleh Owusu Alfred, 2013 dengan judul “Influences of Price And Quality On Consumer Purchase Of Mobile Phone In The Kumasi Metropolis In Ghana A Comparative Study” dengan hasil bahwa harga dan kualitas memiliki pengaruh pada keputusan pembelian konsumen. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Beneke, Justine, Flynn, dll (2014) dalam penelitiannya dengan judul “The Influence of Perceived Product Quality, Relative Price and Risk on Customer Value and Willingness to Buy : A Study of Private Label Merchendise” bahwa harga mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli. 3.2.2.3 Hubungan variabel kualitas pelayanan dengan keputusan pembelian Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk (Tjiptono, 2009). Hasil penelitian Kodu (2013) dengan judul “Harga, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/z 97 Mobil Toyota Avanza” menunjukkan bahwa adanya pelayanan yang berkualitas akan mendorong keputusan pembelian konsumen. Selain itu, pelayanan yang berkualitas juga dapat mendorong konsumen untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Selain itu, penelitian tentang kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Yvonne K Saini & Siyabulela V Matinise (2013) yang berjudul “An Exploratory study on factors influencing customer decision making: a case of fuel retailing industry” bahwa keputusan konsumen dalam pemilihan pembelian pada statsiun pengisian bahan bakar di India dipengaruhi oleh kebutuhan akan kenyamanan dan kecepatan layanan. 3.2.2.4 Hubungan variabel promosi dengan keputusan pembelian Penelitian tentang promosi yang dilakukan oleh Nochai dan Nochai (2011), dalam jurnal penelitian dengan judul “The Influence of Sale Promotion Factors on Purchase Decisions : A Case Study of Portable PCs in Thailand”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor promosi penjualan yang berdampak pada keputusan pembelian konsumen pada PC Portable di Thailand. Penelitian ini dirancang untuk menggunakan survei metode penelitian dan teknik convenience sampling yang digunakan dalam mengumpulkan data sampel sebanyak 191 responden. Data dianalisis dan dirangkum dengan perangkat lunak SPSS dan analisis regresi logistik biner digunakan untuk meneliti faktor promosi penjualan yang yang berdampak pada keputusan pembelian konsumen PC Portable. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penjualan promosi merupakan faktor penting yang berdampak pada keputusan pembelian konsumen pada Portable PC. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 98 3.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Polancik, 2009) Berdasarkan permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini, yaitu mengenai pengaruh persepsi harga, kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi terhadap keputusan pembelian serta berdasarkan kajian teoritis maupun penelitian-penelitian terdahulu maka dapat dibuat kerangka pemikiran seperti pada gambar 3.5. dibawah ini. Gambar tersebut menunjukan bahwa pada penelitian ini, semua variabel penelitian yaitu persepsi harga, kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi diduga menjadi penyebab dan pengaruh secara langsung secara parsial terhadap variabel keputusan pembelian. Gambar 3.5. Kerangka Pemikiran Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini (2017) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 99 3.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Diduga terdapat pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian produk BBM Non Subsidi. H2 : Diduga terdapat pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk BBM Non Subsidi. H3 : Diduga terdapat pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian produk BBM Non Subsidi. H4 : Diduga terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian produk BBM Non Subsidi. H5 : Diduga secara bersama-sama terdapat pengaruh persepsi harga, kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi terhadap keputusan pembelian produk BBM Non Subsidi. http://digilib.mercubuana.ac.id/z