BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pemasaran dan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu fungsi penting dalam sebuah kegiatan
pokok suatu perusahaan, baik perusahaan yang bererak pada bidang jasa maupun
manuaktur. Peran yang ditunjukan oleh kegiatan pemasaran tak lain adalah
sebagai sarana untuk menghubungkan proses produksi yang dilakukan oleh
perusahaan dengan kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen.
Tujuan dari kegiatan pemasaran ini tidak hanya sebagai alat pencapai
tujuan perusahaan berupa profit, tetapi juga untuk megidentifikasi, membangun
kerelasian dan memenuhi kebutuhan apa yang diharapkan konsumen, sehingga
konsumen tersebut dapat merasa puas atas produk maupun jasa yang diberikan
oleh perusahaan.
Dengan demikian kegiatan pemasaran menjadi salah satu fungsi penting
dari kegiatan manajemen suatu perusahaan dalam menawarkan produk maupun
jasanya. Di bawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian
pemasaran :
Definisi Pemasaran menurut Kotler dan Keller dalam bukunya
“Manajemen Pemasaran” (2009:5), adalah :
“Proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,
dan secara bebas mepertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
orang lain”.
American Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler dan
Keller dalam buku “Manajemen Pemasaran” (2009:5), pemasaran adalah :
“Suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya”.
14
15
Sedangkan menurut Daryanto (2011:11), pemasaran dapat di definisikan
sebagai berikut:
“Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar sesuatu.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan sebuah kegiatan dalam memperkenalkan suatu produk maupun jasa
kepada konsumen, menciptakan suatu nilai dalam penawaran serta membangun
kerelasian dengan memenuhi kebutuhan konsumen guna tercapainya tujuan
organisasi maupun perusahaan.
2.1.2 Definisi Manajemen Pemasaran
Dalam menjalankan suatu bisnis yang produktif, suatu perusahaan akan
merancang suatu strategi guna tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan
efisien dalam menghadapi persaingannya. Salah satu strategi tersebut, terdiri dari
peran fungsi-fungsi manajemennya.
Fungsi manajemen yang memiliki pengaruh yang kuat salah satunya
adalah manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran memiliki
peran untuk
menyusun starategi yang tepat dalam memperkenalkan serta mengkomunikasikan
produk atau jasa kepada konsumen.
Selain mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk dan jasa,
manajemen pemasaran juga memiliki peran dalam membangun suatu hubungan
atau kerelasian yang baik agar terjalinnya suatu loyalitasantara perusahaan dengan
konsumennya. Dibawah ini terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian manajemen pemasaran :
Kotler dan Keller (2009:5), mendefinisikan manajemen pemasaran
adalah :
“Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan,serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.”
16
Alma (2013:130), mendefinisikan manajemen pemasaran adalah :
“Kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan
mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingat pertukaran
yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.”
Wiliam J. Shultz (dalam Alma, 2013:130) mendefinisikan bahwa
manajemen pemasaran adalah :
“Merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh
pemasaran perusahaan atau pun bagian dari perusahaan.”
kegiatan
Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
pemasaran menjadi salah satu fungsi penting dari serangkaian kegiatan
manajemen yang dikelola oleh perusahan dalam merencanakan aktivitas dalam
menyalurkan suatu produk maupun jasa kepada konsumen melalui sebuah
serangkaian strategi yang dilakukan guna tercapainya tujuan perusahaan secara
efektif dan efisien.
2.2
Bauran Pemasaran Jasa
Menurut Lupiyoadi (2013:92), bauran pemasaran didefinisikan juga
sebagai perangkat atau alat bagi pemasar yang terdiri dari atas berbagai unsur
suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi
pemasaran dan penentuan posisi yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Sedangkan menurut Alma (2013:202), marketing mix adalah kegiatan
mengkombinasikan berbagai kegiatan marketing agar dicapai kombinasi
maksimal dan pemasaran ini dikenal dengan elemen 4P (Product, Price, Place,
Promotion). Buchari Alma menjelaskan bahwa 4 P pertama merupakan 4 P
tradisional dan 3 P yang terdiri dari (People, Physical Evidence, Process) adalah
unsur marketing mix untuk produk pemasaran jasa. Berikut ini adalah ke tujuh
elemen bauran pemasaran:
a.
Produk (Product) : menurut Alma (2013:202), menjelaskan bahwa
produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing. Semua kegiatan
lainnya digunakan untuk menunjang pemasaran produk. Sedangkan
17
menurut Kotler dan Keller (2009:4), produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan
atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,
tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide.
b.
Harga (Price) : menurut Kotler dan Keller (2009:67), harga adalah
salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,
harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk
disesuaikan dengan fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi,
harga juga mengkomunikasikan positioning nilai yang dimaksudkan
dari produk atau merek perusahaan ke pasar. Produk yang dirancang
dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan harga tinggi dan
menghasilkan laba yang besar. Pendapat Alma (2013:202), masalah
kebijaksanaan harga turut menentukan keberhasilan pemasaran produk.
Kebijaksanaan harga dapat dilakukan pada setiap level lembaga yaitu
kebijaksanaan harga oleh produsen, grosir, dan retailer. Harga di sini
bukan berarti harga yang murah saja akan tetapi yang dimaksudkan
adalah harga yang tepat. Bagaimana menentukan harga yang tepat
sangat tergantung kepada berbagai faktor misalnya faktor harga pokok
barang, kualitas barang, daya beli masyarakat, keadaan persaingan,
konsumen yang dituju, dan sebagainya.
c.
Saluran Distribusi (Place) : Pendapat Tjiptono (2008:185), proses
pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai
dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat yang
dibutuhkan). Menurut
Lupiyoadi (2013:96), Lokasi (berhubungan
dengan sistem penyampaian) dalam jasa merupakan gabungan antara
lokasi dan keputusan ats saluran distribusi. Ini berhubungan dengan
bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi
yang strategis. Sedangkan saluran disribusi atau saluran pemasaran
menurut Kotler dan Keller (2009:106), adalah sekelompok organisasi
18
yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk
atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran
distribusi juga dapat diartikan sebagai rute atau rangkaian perantara,
baik yang dikelola pemasar maupun yang independen, dalam
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen (Tiptono,
2008:187).
d.
Promosi (Promotion) : Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran di mana yang dimaksud dengan komunikasi
pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Tiptono, 2008:219). Menurut Alma (2013:205), antara
promosi dan produk, tidak dapat dipisahkan, ini dua sejoli yang saling
berangkulan
untuk
suksesnya
pemasaran.
Di
sini
harus
ada
keseimbangan, produk baik, sesuai dengan selera konsumen, dibarengi
dengan teknik promosi yang tepat akan sangat membantu suksesnya
usaha marketing. Termasuk dalam kombinasi promosi ini adalah
kegiatan-kegiatan advertising, personalselling, promosi penjualan,
publicity, yang kesemuanya oleh perusahaan dipergunakan untuk
meningkatkan penjualan.
Tiga tambahan P terakhir menurut Alma (2013:206), adalah elemenelemen yang biasanya terdapat pada perusahaan jasa, berikut adalah 3 P tersebut :
e.
People : adalah unsur orang atau manusia yang melayani terutama
dalam perusahaan yang menjual jasa. Termasuk dalam unsur people ini
adalah unsur pimpinan yang mengambil keputusan dan unsur karyawan
yang melayani konsumen. Karyawan ini perlu diberi pengarahan dan
pelatihan agar dapat melayani konsumen sebaik-baiknya.
f.
Physical Evidence : menurut Alma (2013:206), physical evidence
merupakan bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan jasa. Misalnya
untuk penjualan jasa transportasi, konsumen akan memperhatikan
19
kondisi mobil yang digunakan, untuk jasa hotel konsumen akan melihat
tampilan hotel, kamar, dan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya.
g.
Process : yaitu bagaimana proses dilakukan sampai jasa yang diminta
oleh konsumen diterima secara memuaskan. Apakah cukup puas
menerima jasa, cepat layanannya, bersih, rapih, akurat, tepat waktu dan
sebagainya.
Sedangkan
menurut
Lupiyoadi
(2013:98),
proses
merupakan gabungan semua aktivitas, yang umumnya terdiri atas
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, dan hal-hal rutin lainnya,
dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
2.3
Jasa
2.3.1 Pengertian Jasa
Kebutuhan konsumen tidak hanya sebatas mengonsumsi suatu barang
ataupun produk yang berwujud saja, namun disisi lain konsumen membutuhkan
sesuatu yang dapat melayani apa yang ia butuhkan tersebut.
Pada dasarnya jasa merupakan sesuatu yang memiliki nilai sama halnya
dengan produk, namun jasa dalam hal ini sifatnya tidak berwujud. Jasa di
produksi dan dikonsumsi atau digunakan pada waktu yang sama.
Jasa berkaitan dengan suatu kegiatan, maupun tindakan berupa suatu
layanan yang menghubungkan interaksi antara karyawan jasa dengan konsumen,
sehingga jasa erat kaitannya dengan kualitas layanan yang diberikan oleh
karyawannya karena baik buruknya penilaian yang diterima oleh konsumen
dirasakan pada saat proses jasa tersebut terjadi. Definisi jasa menurut para ahli
adalah sebagai berikut :
Kotler dan Keller(2009:36), mendefinisiskan jasa atau layanan sebagai
berikut :
“ Semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada
pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun.”
Menurut Gronroos yang dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2011:17),
bahwa jasa adalah :
20
“Proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intagible yang biasanya
(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan
karyawan jasa dan/atau sumber daya fisik atau barang dan/atau sistem
penyedia jasa , yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.”
Sedangkan Menurut Valarie A. Zeithaml dan Marry Jo Bitner (dikutip
oleh Lupiyoadi, 2013:7), Jasa didefinisikan sebagai berikut :
“Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan
produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang umumnya dikonsumsi
pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai
tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang dihadapi oleh konsumen”.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya jasa merupakan aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak berupa produk
dalam bentuk fisik melainkan berupa tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan
kepada konsumen dan dapat dikonsumsi pada saat yang bersamaan, dalam proses
penyampaian jasa melibatkan suatu interaksi antara pelanggan dengan karyawan
jasa sehingga hasil dari proses penyampaian jasa dapat memberikan nilai tambah
misalnya dari segi kenyamanan, kepuasan atas apa yang diterima oleh konsumen.
2.3.2 Karakteristik jasa
Jasa memiliki karakteristik berbeda yang sangat mempengaruhi desain
program pemasaran diantaranya : tak berwujud (Intagibility), tak terpisahkan
(inseparability), bervariasi (variability), dan dapat musnah (perishability),(dalam
kotler dan Keller 2009:39) sebagai berikut :
a. Tak berwujud : tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat,
dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum dibeli. Artinya
konsumen tidak dapat mengetahui hasilnya sebelum menggunakan jasa,
artinya untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari
informasi berupa bukti kualitas dengan mengambil kesimpulan dari
tempat, orang, peralatan, bahan komunikasi, simbol, dan harga. Dengan
demikian mengelola bukti sangat diperlukan agar penyedia jasa dapat
mewujudkan hal yang tidak berwujud tersebut.
21
b. Tak terpisahkan : sementara barang fisik dibuat, dimasukandalam
persediaan, didistribusikan melalui berbagai perantara, dan dikonsumsi
kemudian jasa umumnya diproduksi dan di konsumsi sekaligus. Artinya
bahawa jasapada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
c. Bervariasi : karena kualitas jasa tergantung pada siapa yang
menyediakannya, kapan dan dimana, dan kepada siapa, jasa sangat
bervariasi. Contohnya apabila beberapa dokter mempunyai cara dalam
menangani pasien yang bagus, tetapi dokter lainnya kurang empati.
d. Dapat musnah : jasa tidak dapat disimpan, jadi musnahnya jasa bisa
menjadi masalah ketika permintaan berfluktuasi. Misalnya perusahaan
transportasi publik harus memiliki peralatan yang jauh lebih banyak
karena permintaan pada jam sibuk dan bukan untuk permintaan yang
merata sepanjang hari. Artinya jasa merupakan komoditas yang tidak
dapat disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu yang akan datang,
dijual kembali, maupun dikembalikan.
2.3.3 Klasifikasi Jasa
Klasifikasi jasa juga dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria menurut
Lovelock (dalam Tjiptono dan Chandra, 2011:21), yaitu :
a. Segmen Pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang
ditujukan pada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa,
katering, jasa tabungan, dan pendidikan) dan jasa bagi konsumen
organisasional
(misalnya
biro periklanan,
jasa akuntansi
dan
perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen).Sebenarnya ada kesamaan
di antara kedua segmen pasar tersebut dalam pembelian jasa. Baik
konsumen akhir maupun konsumen organisasional sama-sama melalui
proses pengambilan keputusan, meskipun faktor-faktor determinannya
berbeda. Perbedaan utama antara kedua segmen bersangkutan terletak
22
pada alasan dan kriteria spesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa,
kuantitas jasa yang dibutuhkan, dan kompleksitas pengerjaan jasa yang
diperlukan.
b. Tingkat Keberwujudan
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik
dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1. Rented-Goods Services
Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk
tertentu berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu
spesifik. Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut,
karena
kepemilikannya
tetap
ditangan
perusahaan
yang
menyewakannya. Contohnya penyewaan mobil, videogames,
VCD/DVD, OHP (Overhead Projector), komputer, villa, dan
apartemen.
2. Owned-Goods Services
Pada tipe ini, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi,
dikembangkan
atau
ditingkatkan
untuk
kerjanya,
atau
dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa seperti ini juga
mencakup perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen.
Contohnya meliputi jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda motor,
komputer, kulkas, AC, dan lain-lain), pencucian mobil, perawatan
rumput padang golf, perawatan taman, pencucian pakaian (laundry
& dry cleaning), dan sebagainya.
3. Non-Goods Services
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal
bersifatintagible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada
para pelanggan. Contoh penyedia jasa tipe ini antara lain supir, ahli
kecantikan, pelatih senam, dan lain-lain.
23
c. Keterampilan Penyedia Jasa
Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe
pokok jasa. Pertama, Professional Services (seperti dosen, konsultan
manajemen, konsultan hukum, pengacara, konsultan perpajakan,
konsultan sistem informasi, dokter, perawat, fotografer profesional,
akuntan, psikolog, dan arsitek). Kedua, non-professional services
(seperti jasa supir taksi, tukang parkir, pembantu rumah tangga, dan
penjaga malam). Pada jasa yang membutuhkan keterampilan tinggi
dalam proses operasinya, pelanggan cenderung sangat selektif dan
berhati-hati
dalam
memilih
penyedia
jasa.
Hal
inilah
yang
menyebabkan para penyedia jasa profesional dapat “mengikat” para
pelanggannya. Sebaliknya, jika jasa tidak memerlukan keterampilan
tinggi, seringkali loyalitas pelanggan rendah karena penawarannya
sangat banyak dan acapkali tidak berbeda secara signifikan.
d. Tujuan Organisasi Jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi
commercial services atau profit services (misalnya jasa penerbangan,
bank, penyewaan mobil, biro iklan, dan hotel) dan non-profit services
(seperti sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, panti wreda,
perpustakaan umum, dan museum).
e. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services
(misalnya jasa pialang, angkutan umum, media massa, dan perbankan)
dan non-regulated services (seperti jasa makelar, katering, kost dan
asrama, kantin sekolah, serta pengecatan rumah.
f. Tingkat Intensitas Karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja),
jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam: equipment-based
services (seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon
interlokal dan internasional, mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri),
Internet Banking, vending machines, dan binatu) dan people-based
24
services (seperti pelatih sepakbola, satpam, akuntan, konsultan hukum,
konsultasi manajemen, bidan, dan dokter anak).
g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan
Berdasarkan
tingkat
kontak
ini,
secara
umum
jasa
dapat
dikelompokkan menjadi :
1. High-contact servives (seperti universitas, bank, dokter, penata
rambut, penasihat prkawinan, dan konsultan bisnis)
2. Low contact services (misalnya bioskop, jasa PLN, jasa
telekomunikasi, dan jasa layanan pos).
2.4
Pengertian Kualitas Layanan
Dalam melayani konsumen maupun pelanggan, hal yang tentunya sangat
diharapkan adalah terpenuhinya apa yang mereka harapkan sebelumnya, hal
demikianlah yangdapat dijadikan pembeda bahwa pelayanan yang diberikan
tersebut memiliki kualitas baik ataupun sebaliknya.
Hal yang berperan penting dalam bisnis jasa adalah kualitas layanannya,
sebab bisnis jasa dapat secara langsung dirasakan berkat layanan yang diberikan
apakah telah sesuai dengan harapan konsumen maupun pelanggan ataupun
sebaliknya.
Selain itu, kualitas pelayanan yang dimiliki oleh suatu organisasi, maupun
perusahaan secara tidak langsung dapat menjadi pembeda dengan jasa atau produk
yang dimiliki perusahaan lain, hal yang menjadi dasar pertimbangan konsumen
untuk terus atau tidak menggunakan jasa yang diterimanya melalui kualitas
layanan yang dirasakannya. Berikut adalah beberapa definisi kualitas layanan
menurut para ahli :
Definisi Kualitas menurut Kotler dan Keller (2009:143), adalah :
“ Totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang
tersirat.”
25
Definisi lain mengenai mutu atau kualitas juga didefinisikan oleh ISO
9000 (dalam Lupiyoadi, 2013:212), adalah :
“Derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi
persyaratan. Persyaratan dalam hal ini adalah kebutuhan atau harapan yang
dinyatakan, biasanya tersirat atau wajib.
Sedangkan menurut American Society For Quality Control yang dikutip
dalam (Ratnasari dan Aska 2011:103), pengertian kualitas adalah :
“Keseluruhan dari ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk
atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang telah
ditentukan atau bersifat laten, dan dengan kata lain kualitas suatu produk
atau jasa sejauh mana produk atau jasa memenuhi spesifikasispesifikasinya.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat diartikan bahwasannya kualitas
pelayanan merupakan keseluruhan atau totalitas kemampuan dari suatu
karakteristik suatu jasa dalam memenuhi kebutuhan dan spesifikasinya yang telah
ditentukan. Artinya baik maupun buruk suatu kualitas pelayanan dapat diukur
melalui karakteristik kualitas jasa tersebut, apakah pelayanan tersebut mampu
memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan ataupun sebaliknya.
Kotler dan Keller(2009:144) menjelaskan, bahwa kualitas produk
dan jasa berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, dan profitabilitas
perusahaan. Semakin tinggi tingkat kualitas, semakin tinggi tingkat
kepuasan pelanggan yang dihasilkan, yang mendukung harga lebih tinggi
dan (sering kali) biaya yang lebih rendah. Menurut Tjiptono dan Chandra
(2011:172) kualitas memiliki manfaat superior yang meliputi :
1. Loyalitas pelanggan lebih besar.
2. Pangsa pasar lebih besar.
3. Harga saham lebih tinggi.
4. Harga jual produk/jasa lebih tinggi.
5. Produktivitas lebih besar.
26
2.4.1
Dimensi Kualitas Pelayanan
Agar menghasilkan suatu pelayanan yang berkualitas, perusahaan
harus mampu mengukur kinerja tersebut kedalam suatu alat ukur. Melalui
penelitian terhadap beberapa macam industri jasa, Parasuraman, Zeithaml,
dan Berry dalam (Tjiptono dan Chandra, 2011:198), terdapat lima
determinan utama kualitas jasa yang disusun sesuai urutan tingkat
kepentingan relatifnya sebagai berikut :
1. Tangible (Wujud) berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personel dan bahan komunikasi yang dapat memberikan suatu
bayangan kepada konsumen atas jasa yang akan diterima olehnya.
2. Empathy
(Empati)
merupakan
kondisi
memperhatinkan
dan
memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan dengan memahami
kebutuhan konsumen. Diharapkan dengan hal ini perusahaan
mampu memahami masalah para pelanggannya dan bertindak
demi kepentingan pelanggan, memberikan jam operasional yang
nyaman serta memberikan perhatian pribadi kepada para
pelanggan.
3.
Reability (Keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa
yang dijanjikan dengan andal dan akurat. Dalam hal ini berkaitan
dengan bagaimana perusahaan mampu memberikan layanan yang
akurat tepat sampai pada waktu yang telah disepakati.
4. Responsiveness (Responsivitas) kesediaan membantu pelanggan dan
memberikan layanan tepat waktu. Kaitannya dengan bagaimana
karyawan dapat membantu para pelanggan dan merespon
permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dengan cepat.
5. Assurance (Jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan
serta kemampuan mereka untuk menunjukkan kepercayaan dan
keyakinan. Artinya perilakukaryawan dalam hal ini dituntut agar
mampu
menumbuhkan
kepercayaan
pelanggan
terhadap
perusahaan serta pelanggan dapat merasa aman atas apa yang
27
diberikan oleh perusahaan,selain itu diharapkan agar para
karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan
serta keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap
masalah yang ditunjukan pelanggan terhadap perusahaan.
Berikut terdapat pada tabel 2.1 cara konsumen menilai lima dimensi
kualitas jasa, khususnya dalam bidang jasa pemrosesam informasi, sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Cara Konsumen Menilai Lima Dimensi Kualitas Jasa
Bidang Jasa
Pemrosesan
informasi
(pelanggan
internal)
Reabilitas
Menyediakan
informasi yang
dibutuhkan
pada saat
diminta
Daya
Tanggap
Respon cepat
terhadap
permintaan,
tidak
birokratis,
menangani
masalah
dengan segera
Jaminan
Empati
Staf
berpengetahuan
luas,
terlatih,
terpecaya
Mengenal
nama
pelanggan
internal
sebagai para
individu,
memahami
kebutuhan
individual dan
departemen
Bukti
Fisik
Laporan
internal,
busana
karyawan
Sumber : Tjiptono dan Chandra (2011:199),
data diolah kembali,(2015)
2.4.2 Model Gap Kualitas Jasa
Agar
terjaganya
suatu
kualitas
jasa
yang
ditawarkan
oleh
perusahaan, maka perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan masalah dari kualitas jasa seperti yang diungkapkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (dalam Kotler dan Keller 2009:51).
Parasuraman, et al., menjelaskan bahwa terdapat lima kesenjangan yang
dapat menimbulkan kegagalan dari pengiriman jasa. Kelima gap atau
kesenjangan tersebut adalah sebagai berikut :
28
Sumber : parasuraman et,.al.(dalam Kotler 2009:51)
Gambar 2.1
Model Gap Kualitas Jasa
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen :
manajemen tidak selalu mempunyai anggapan yang benar tentang apa
yang diinginkan pelanggan. Administrator rumah sakit mungkin berpikir
bahwa pasien menginginkan makanan yang lebih baik., tetapi pasien
mungkin lebih khawatir dengan responsitas perawat
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa
: manajemen mungkin mempunyai anggapan yang benar terhadap
keinginan
pelanggan
tetapi
tidak
menetapkan
tandar
kinerja.
Administrator rumah sakit mungkin memberitahu perawat untuk
memberikan pelayanan cepat anpa menspesifikasikannya dalam menit.
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan menghantaran jasa :
personel mungkin tidak terlatih, atau tidak mampu dan bersedia memenuhi
29
standar ; atau mungkin terikat dengan standar yang bertentangan, seperti
meluangkan wajtu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka
dengan cepat.
4. Kesenjangan antara penghantaran jasa dan kontribusi internal :
harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dbuat oleh iklan dan
perwakilan perusahaan. Jika brosur rumah sakit memperlikhatkan kamar
yang indah, tetapi pasien tiba dan menemukan kamar tersebut tampak
berantakan, komunikasi eksternal mengganggu harapan pelanggan.
5. Kesenjangan antara jasa anggapan dan jasa yang diharapkan :
kesenjangan terjadi ketika konsumen salah menanggap kualitas jasa.
Dokter mungkin terus mengunjungi pasiennya untuk memperlihatkan
perhatian, tetapi pasien mungkin menerjemahkan bahwa tindakan tersebut
sebagai indikasi bahwa adanya masalah yang besar.
2.5
Produk
2.5.1
Pengertian Produk
Dalam memenuhi kebutuhan hidup khususnya manusia, yang tingkatan
utamanya tidak terlepas dengan kegiatan konsumsi, maupun menggunakan
sesuatu guna memenuhi apa yang dibutuhkannya, sehingga atas dasar kebutuhan
tersebut seseorang individu, kelompok, maupun organisasi atau sebagainya
mencari atau bahkan membuat sesuatu alat atau barang untuk digunakan dan
dikonsumsi.
Produk tentunya nilai bagi suatu perusahaan yang dapat menjadi dasar
dalam terjadinya suatu permintaan dan penawaran. Dalam persaingannya, produk
yang dimiliki suatu perusahaan memiliki unsur-unsur yang berbeda, dengan
demikian perusahaan harus mampu mengelolanya sesuai dengan manfaat dan apa
yang dibutuhkan konsumen pada saat itu.
Sesuatu yang dibutuhkan oleh konsumen dapat terpenuhi apabila produk
yang dikonsumsi atau digunakan tersebut memiliki benefit atau manfaat lebih
sehingga hal tersebut dapat menciptakan suatu kepuasan dan bahkan membuat
30
konsumen tersebut menjadi loyal terhadap produk tersebut. Berikut adalah definisi
produk menurut para ahli diantaranya adalah :
Menurut Tjiptono (2008:95),produk dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau di konsumsi pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan”.
Definisi produk menurut Kotler dan Keller (2009:4), Produk adalah :
“Segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan
suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman,
acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.”
Sedangkan definisi produk menurut Alma (2013:139) adalah:
“Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud
termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik
toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik, serta pelayanan
pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginan”.
Berdasarkan ketiga definisi menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan produk tidak hanya suatu barang yang memiliki
wujud, tetapi meliputi segala sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan seperti jasa,
pengalaman, acara, manusia, tempat, organisasi, informasi, dan sebagainya.
Produk juga memiliki nilai sehingga mampu menciptakan penawaran dan
dibutuhkan oleh konsumen guna memenuhi kebutuhannya.
2.5.2
Tingkatan produk
Dalam merencanakan penawaran pasar, pemasar perlu memperhatikan
lima tingkat produk, dimana setiap tingkat menambah nilai pelanggan yang lebih
besar,menurut Kotler dan Keller (2009:4) lima tingkatan tersebut merupakan
Hirarki nilai pelanggan diantaranya adalah :
1. Pada tingkat dasar adalah manfaat inti (core benefit): merupakan
layanan atau manfaat yang benar-benar dibeli oleh pelanggan.
Contohnya tamu hotel membeli “istirahat dan tidur.” Pemasar harus
melihat diri mereka sendiri sebagai penyedia manfaat.
31
2. Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi
produk dasar (basic Product). Contoh maka kamar hotel tersebut
meliputi tempat tidur, kamar mandi, handuk, meja, lemari,dan toilet.
3. Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan
(expected product), sekelompok atribut dan kondisi yang biasanya
diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. Tamu hotel
mengharapkan tempat tidur yang bersih, Suasana tenang.
4. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan
(augmented product) yang melebihi harapan pelanggan. Di negara
maju, positioning merek dan persaingan terjadi pada tingkat ini.
Tetapi, di pasar negara berkembang atau pasar yang berkembang
seperti India dan Brazil, sebagian besar persaingan terjadi di tingkat
produk yang diharapkan.
5. Tingkat kelima adalah poduk potensial (potential product), yang
mencakup semua kemungkinan tambahan dan traspormasi yang
mungkin dialami sebuah produk atau penawaran di masa depan. Ini
adalah tempat dimana perusahaan mencari cara baru untuk memuaskan
pelanggan dan membedakan penawaran mereka.
Berdasarkan kelima tingkatan produk tersebut, dapat digambarkan melalui
gambar 2.2 sebagai berikut :
32
Sumber : Kotler dan Keller (2009:4)
Gambar 2.2
Tingkatan Produk
2.5.3
Klasifikasi produk
Menurut Kotler dan Keller (2009:5), pemasar menggolongkan produk
menjadi tiga kelompok menurut ketahanan dan keberwujudannya yaitu :
1. Barang-barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah
barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali penggunaan. Contohnya bir dan sabun.
2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang-barang berwujud
yang biasanya dapat digunakan untuk waktu lama. Contohnya kulkas,
pakaian, alat-alat mesin.
3. Jasa (services) adalah produk yang tak berwujud, bervariasi, dan dapat
musnah. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan kendali kualitas,
kredibilitas pemasok, dan kemampuan adaptasi yang lebih besar.
Contohnya salon potong rambut, penasehat hukum.
Produk dan jasa dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe
kosumenyang menggunakannya, diantaranya yaitu produk konsumen dan produk
industri. Klasifikasi produk dan jasa menurut Kotler dan Keller (2009:6),
diantaranya :
33
1. Produk Konsumen : merupakan produk dan jasa yang dibeli oleh
konsumen
akhir
untuk
konsumsi
pribadi.
Pemasar
biasanya
menggolongkan produk dan jasa ini lebih jauh berdasarkan bagaimana
cara konsumen membelinya. Produk konsumen meliputi :
a. Produk kebutuhan sehari-hari (convinience product) adalah
produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dan segera
dibeli pelanggan, dengan usaha membandingkan dan pembelian
yang minimum. Contohnya sabun, permen, surat kabar, dan
makanan siap saji.
b. Produk belanja (shopping product) adalah produk dan jasa
konsumen
yang
lebih
jarang
dibeli
dan
pelanggan
membandingkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya produk
secara cermat. Ketika membeli produk dan jasa belanja,
konsuemn menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam
mengumpulkan informasi dan membuat perbandingan. Contoh
produk
belanja
meliputi,
perabot,
pakaian,
mobil,
dan
sebagainya.
c. Produk khusus (specialty product) adalah produk dan jasa
konsumen dengan karakteristik unik atau identifikasi merek
dimana sekelompok pembeli signifikan bersedia melakukan
usaha pembelian khusus. Contoh produk khusus meliputi merek
dan tipe mobil tertentu, perlengkapan fotografi mahal, pakaian
rancangan desainer dan sebagainnya.
d. Produk yang tak dicari (unsought product) adalah produk
konsumen yang mungkin tidak dikenal konsumen atau produk
yang mungkin dikenal konsumen tetapi biasanya konsumen
tidak berfikir untuk membelinya. Contohnya adalah asuransi
jiwa,donor darah PMI, dan sebagainya. Sesuai dengan sifatnya,
produk yang tidak dicari memerlukan banyak iklan, penjualan
pribadi dan usaha pemasaran lainnya.
34
2. Produk industri (industrial product) adalah produk yang dibeli untuk
pemprosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan
suatu bisnis. Oleh sebab itu perbedaa produk kosumen dan produk
industri didasarkan pada tujuan untuk apa produk itu dibeli. Tiga
kelompok produk dan jasa industri meliputi sebagai berikut:
a. Bahan dan suku cadang (materials and parts) adalah barang
yang seluruhnya menjadi bagian produk produsen. Bahan baku
suku cadang dibagi menjadi dua kelas yaitu bahan mentah,
serta bahan baku suku cadang manufaktur.
b. Barang modal (capital items) adalah barang tahan lama yang
memfasilitasi pengembangan atau mengelolaan produk jadi.
Barang modal mencakup dua kelompok yaitu instalasi dan
peralatan.
c. Layanan bisnis dan pasokan (supplies and business services)
adalah barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi
pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Ada dua macam
pasokan yaitu barang pemeliharaan dan perbaikan (contoh : cat,
paku, sapu) dan pasokan operasi (contoh : batu bara, pensil,
pelumas).
2.5.4 Pengertian Atribut Produk
Atribut produk menjadi salah satu hal yang penting, karena atribut produk
mewakili karakteristik yang mungkin tidak dimiliki oleh produk lain, hal tersebut
mampu menjadi dasar pertimbangan bagi konsumen maupun pelanggan untuk
tetap menggunakan produk atau jasa tersebut.
Perusahaan harus memiliki strategi yang kuat dalam mengelola suatu
produk yang ditawarkannya kepada konsumen. Salah satunya adalah unsur-unsur
atau ciri khas yang dimiliki produk tersebut.
Ciri khas atau unsur-unsur penting yang ada pada suatu produk tersebut
secara langsung maupun tidak langsung dapat mengambarkan suatu identitas yang
35
melekat pada produk tersebut, karena didalamnya terdapat atribut-atribut yang
dapat membedakan kualitas, manfaat, fungsi dengan produk sejenis lainnya.
Definisi atribut produk menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :
Pengertian Atribut Produk menurut Tjiptono (2008: 103), adalah :
“Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.”
Definisi lain menurut Kotler dan Amstrong (2008:272), menyatakan
bahwa atribut produk dan jasa adalah :
“Pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan pendefinisian manfaat
yang akan ditawarkan produk atau jasa tersebut.”
Sedangkan merurut Simamora (2001:147), dalam bukunya Memenangkan
Pasar dengan Pemasaran yang Efektif dan Profitabel, definisi atribut produk
adalah :
“Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli
produk, seperti harga, kualitas, kelengkapan fungsi (fitur), desain, layanan
purna jual dan lain-lain.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa atribut
produk merupakan sebuah unsur yang mempunyai karakteristik sehingga dapat
dijadikan pembeda dari suatu produk maupun jasalain. Unsur yang dipandang
penting tersebut dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan atau tidak
menggunakan produk dan jasa yang dipilih, karena konsumen mempertimbangkan
manfaat dan nilai yang diperolehnya ketika hendak mengkosumsi atau
menggunakan produk dan jasa tersebut.
2.5.4.1 Dimensi Atribut Produk
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:272-273), terdapat tiga unsur
penting dari atribut produk dan jasa dimana unsur-unsur yang dimaksud dijadikan
alat ukur dimensi variabel dalam penelitian ini, unsur-unsur tersebut diantaranya
sebagai berikut :
36
1. Kualitas Produk
Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi.
Tingkat kualitas dalam hal ini merupakan suatu kinerja atau kemampuan
produk tersebut melaksanakan fungsinya. Sedangkan konsistensi dalam
hal ini adalah pemastian kualitas bahwa produk bebas dari kerusakan dan
konsistensi dalam menghantarkan tingkat kinerja yang ditargetkan.
2. Fitur Produk
Fitur adalah sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan produk
perusahaan dari produk pesaing.
3. Gaya dan Desain Produk
Desain adalah konsep yang lebih besar dari pada gaya. Gaya hanya
menggambarkan penampilan produk. Desain yang baik dimulai dengan
pemahaman mendalam tentang kebutuhan pelanggan. Lebih dari sekedar
menciptakan atribut produkatau jasa, desain melibatkan pembentukan
pengalaman pemakaian produk bagi pelanggan.
Sedangkan menurut Tjiptono (2008: 103-108), Atribut produk memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna,
gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan
dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.
Tujuan dari merek sebagai berikut :
a. Sebagai Identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau
membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya.
Hal ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat
berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang.
b. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.
c. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakian, jaminan
kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen.
d. Untuk mengendalikan pasar.
37
2. Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan
perancangan dan pembuatan wadah (wrapper)untuk suatu produk.
Menurut Berkowitz et.al.,yang dikutip oleh Tjiptono (2008:106),
pemberian kemasan pada suatu produk bisa memberikan tiga manfaat
utama, yaitu manfaat komunikasi, manfaat fungsional, dan manfaat
perseptual.
3. Pemberian Label (Labeling)
Labeling berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari
suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan
penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa
merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk.
4. Layanan pelengkap (Suplementary Services)
Produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau layanan, baik itu jasa
sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa pelengkap. Produk inti
umumnya sangat bervariasi antara tipe bisnis yang satu dengan yang
lainnya, tetapi layanan pelengkap memiliki kesamaan.
5. Jaminan (Garansi)
Jaminan adalah janji yang merupkan kewajiban produsen ats produknya
kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila
ternyata produk tidak dapat berfunsi sebagaimana yang diharapkan dan
dijanjikan.
2.6
Loyalitas
2.6.1 Pengertian Loyalitas
Menciptakan suatu hubungan yang kuat dan erat dengan pelanggan
adalah mimpi semua pemasar dan hal ini sering menjadi kunci keberhasilan
pemasaran dalam jangka panjang, karena mampu mempertahankan
pelanggannya dengan baik serta meyakinkan calon konsumen baru dalam
menggunakan jasa maupun produk perusahaan tersebut.
38
Hal lain, berkaitan dengan strategi yang dibagun oleh manajemen
pemasaran yaitu tidak hanya mempromosikan atau menginformasikan
suatu produk atau jasa kepada konsumen tetapi juga membangun suatu
hubungan yang baik dengan konsumen.
Adanya hubungan atau kerelasian yang baik antara konsumen
dengan produsen atau suatu perusahaan tersebut, dapat memberikan
kontribusi atau benefit dalam meyakinkan calon konsumen maupun
pelanggannya. Berikut adalah definisi loyalitas menurut para ahli
diantaranya adalah :
Kotler dan Keller (2009:138), mendefinisikan Loyalitas adalah:
“Komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau
mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan
meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi
menyebabkan pelanggan beralih”.
Griffin (2005:4), mengemukakan definisi loyalitas pelanggan sebagai
berikut :
“Konsep lain mengenai loyalitas pelenggan menyebutkan bahwa konsep
loyalitas lebih mengarah kepada perilaku (behavior) dibandingkan dengan
sikap (attitude) dan seorang pelanggan yang loyal karena memperlihatkan
perilaku pembelian dapat diartikan sebagai pola pembelian yang teratur
dan dalam waktu yang lama, yang dilakukan oleh unit-unity pembuat atau
pengambil keputusan”
Gramer dan Brown (dalam Utomo 2006: 27) memberikan definisi
mengenai Loyalitas yaitu :
“Derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian
berulang dari suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau
kecenderungan sikap positif terhadap penyedia jasa, dan hanya
mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia jasa ini pada saat
muncul kebutuhan untuk memakai jasa ini.
Dengan demikian, loyalitas sangat dibutuhkan oleh seiap perusahaan
karena dengan terciptannya loyalitas dari pelanggan dapat menciptakan
hubungan yang baik antara perusahaan dan pelanggan, hal ini sesuai
dengan konsep manajemen pemasaran dimana tujuan perusahaan tidak
39
hanya mendapatkan profitabilitas saja, tetapi juga membangun suatu
hubungan atau kerelasian melalui konsumennya yang senantiasa loyal
terhadap produk maupun jasa yang ditawarkan perusahaan.
Kajian loyalitas pelanggan dapat dikategorikan menjadi tiga
kategori: pendekatan perilaku (behavioral approach), pendekatan sikap
(attitude approach), dan pendekatan terintegrasi (integrated approach),
(Lupiyoadi, 2013:231) :
a. Behavioral Approach memfokuskan pada perilaku konsumen
purnapembelian dan mengukur tingkat loyalitas berdasarkan
tingkat pembelian, frekuensi, dan kemungkinan melakukan
kembali pembelian.
b. Attitude Approach menyimpulkan loyalitas pelanggan dari aspek
keterlibatan psikologis, favoritisme, dan sense of goodwil pada
jasa tertentu.
c. Intergrated Approach mengkombinasikan dua variabel untuk
menciptakan konsep loyalitas pelanggan secara terpisah.
Melihat model ini Lupiyoadi (2013:232), menyimpulkan bahwa
loyalitas pelanggan dapat dipahami sebagai kombinasi sikap senang
pelanggan (customer’s favorable attitude) dan perilaku pembelian ulang.
2.6.2 Dimensi Loyalitas Pelanggan
Menurut Griffin (2005:31), terdapat karakteristik penting dari
sebuah loyalitas pelanggan, karakteristik tersebut dijadikan dimensi sebagai
alat ukur dalam penelitian ini, karakteristik tersebut adalah :
1. Pembelian Ulang(Repeat Purchase)
Melakukan pembelian ulang secara teratur, dimana keputusan
untuk melakukan pembelian secara teratur dan terus menerus.
2. Pembelian pada lini produk lain(Purchase a cross product line)
Melakukan pembelian diluar produk atau jasa yang bisa
ditawarkan perusahaan.
40
3. Merekomendasikan (Refferals)
Mereferensikan kepada orang lain mengenai produk atau jasa
dari perusahaan
4. Menolak produk lain (Retention)
Ketahanan pengaruh yang negatif mengenai perusahaan
2.6.3 Tahapan Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan memiliki tahapan yang sesuai dengan Customer
lifetime value, menurut Brown dalam Huriyati (2005:148), tahapan
tersebut adalah :
1. The Courtship : pada tahap ini, hubungan yang terjalin antara
perusahhaan dan pelanggan terbatas pada transaksi, pelanggan
masih mempertimbangkan produk dan harga. Apabila penawaran
produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik, maka
mereka akan berpindah.
2. The Relationship : pada tahap ini terciptanya hubungan yang erat
antara perusahaan dengan pelanggan. Loyalitas yang terbentuk
tidak lagi dirasakan pada pertimbangan harga dan produk,
walaupun tidak ada jaminan konsumen akan melihat produk
pesaing. Selain itu pada tahap ini terjadi hubungan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. The Marriage: Pada tahapan inihubungan jangka panjang telah
tercipta dan keduannya tidak dapat dipisahkan. Loyalitas
terbentuk akibat adanya tingkat kepuasan yang tinggi. Pada
tahapan
inielanggan
akan
terlihat
secara
pribadi
dengan
perusahaan dan loyalitas tercipta seiring dengan kepuasan
terhadap perusahaan dan ketergantungan pelanggan. Tahapan
marriage yang sempurna diterjemahkan kedalam kedalam
advocate customer yaitu pelanggan yang merekomendasikan
produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan masukan
kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan.
41
2.6.4 Tipe Loyalitas Pelanggan
Menurut Dick dan Basu (dalam Kurniarsih, 2012) terdapat empat
kelompok pelanggan berdasarkan kesetiaan yaitu:
1. No Loyalty (tidak ada kesetiaan), merupakan kelompok pelanggan
yang mempunyai frekuensi pembelian ulang dan sikap yang rendah.
Sikap ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang berhasil dalam
mengkombinasikan produk.
2. Spurious Loyalty (kesetiaan palsu), merupakan kelompok pelanggan
yang berulang kali melakukan pembelian tetapi sikap terhadap produk
relatif rendah. Hal ini terjadi karena faktor situasional/kondisi pasar
yang memaksa konsumen untuk melakukan pembelian ulang.
3. Latent Loyalty (kesetiaan laten), merupakan kelompok pelanggan yang
memiliki kesetiaan laten. Kelompok ini lebih banyak terjadi karena
pengaruh dari lingkungan pasar dimana normanorma dan situasi sosial
berkurang mendukung pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.
4. Loyalty (Setia), adalah pelanggan setia yaitu kelompok pelanggan yang
mempunyai sikap puas terhadap produk dan pembelian ulang.
2.6.5 Manfaat Mempertahankan Pelanggan
Untuk sebuah perusahaan jasa bukan hanya mempertahankan pelanggan
yang sudah ada saja yang perlu diperhatikan, tapi yang lebih penting lagi adalah
membuat mereka menjadi pelanggan-pelanggan yang loyal yang membela nama
baik dan menyebarkan nilai-nilai positif lembaga ke dunia luar. Berikut adalah
enam manfaat yang akan didapat perusahaan jika perusahaan dapat mengelola,
menjaga, dan memupuk kesetiaan pelanggan menurut Tjiptono dan Chandra
(2011:339) :
a. Biaya Akuisisi Pelanggan Baru : meskipun bervariasi antar industri
dan antar situasi, umumnya biaya mendapatkan pelanggan baru lebih
mahal 5-6 kali lipat dibandingkan biaya mempertahankan pelanggan
yang puas (Gronroos & Vavra, dalam Tjiptono & Chandra,
2011:340). Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk beriklan,
42
mengontak calon pelanggan, menyediakan informasi tetang produk
atau jasa perusahaan, dan seterusnya.
b. Profit Dasar : Pada banyak industri jasa, harga yang dibayarkan
pelanggan selama tahun pertama atau bahkan beberapa tahun
pertama belum bisa menutupi biaya-biaya menghasilkan jasa. Pada
kasus lainnya, harga menutupi biaya dan menghasilkan profit per
pelanggan pada tahun pertama. Profit ini yang disebut profit dasar.
Setelah beberapa tahun, tergantung pada tipe industri dan faktor
lainnya, akumulasi profit dasar bisa menutupi biaya pemasaran awal
dalam rangka mendapatkan pelanggan.
c. Pertumbuhan Pendapatan : dalam kebanyakan situasi, pelanggan
lama bisa memberikan bisnis lebih banyak dari penyedia jasa yang
sama. Ini berarti bahwa secara rata-rata pelanggan berkontribusi
lebih besar bagi profit perusahaan seiring dengan bertumbuhnya
relasi antara perusahaan dan pelanggan. Pendapatan tahunan per
pelanggan meningkat sepanjang waktu, sehingga berkontribusi pada
pertumbuhan laba.
d. Penghematan Biaya : seiring dengan berjalannya waktu, penyedia
jasa dan pelanggan saling mempelajari satu sama lain tentang apa
yang diharapkan dan bagaimana mewujudkannya, sehingga proses
jasa menjadi lebih lancar, hemat waktu, dan relatif bebas dari
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Implikasinya, biaya operasi
rata-rata per pelanggan akan turun, yang pada gilirannya berdampak
positif pada profit.
e. Referrals : pelanggan lama yang puas bisa menyampaikan
komunikasi gethok tular positif dan merekomendasikan penyedia
jasa kepada teman, tetangga, saudara, rekan kerja, dan pihak lain.
Pelanggan mengambil alih peranan sebagai pemasar tanpa biaya
tambahan bagi perusahaan. Kondisi seperti ini menyebabkan
pelanggan baru bisa didapatkan dengan biaya lebih rendah
43
dibandingkan biaya akuisisi normal, sehingga berdampak positif
pada profit.
f. Harga Premium : dalam sejumlah kasus, diskon harga perkenalan
ditawarkan dalam rangka merayu pelanggan baru agar bersedia
pindah pemasok dan membeli produk/jasa perusahaan. Sementara
pelanggan lama biasanya membayar harga yang lebih mahal
dibandingkan pelanggan baru. Bagi pelanggan lama, mereka
merasakan bahwa nilai atau manfaat yang didapatkan dari penyedia
jasa yang kenal jauh lebih besar dibandingkan berganti-ganti
pemasok. Dengan kata lain, pelanggan lama memiliki toleransi harga
lebih besar dan tidak mudah dirayu diskon harga para pesaing.
2.7
Bank
2.7.1 Pengertian Bank
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mendefinisikan, yang dimaksud
dengan bank adalah :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk dana dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Menurut Kasmir (2014:3), bank dapat diartikan sebagai berikut :
“Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.”
Sedangkan menurut Taswa (2006:4), pengertian bank di definisikan
sebagai berikut :
“Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”
Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan suatu lembaga dimana kegiatannya adalah menghimpun dana dari
masyarakat lalu kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat
44
dalam suatu bentuk kredit maupun bentuk lainya guna peningkatan taraf hidup
rakyat banyak.
2.7.2 Jenis Bank
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, serta
kepemilikannya. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya
kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan serta jangkauan wilayah
operasinya. Sedangkan kepemilikan usaha dilihat dari segi kepemilikan
sahamnya.
Berdasakan UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan
lagi dengan dikeluarkannya Undang-undang RI. Nomor 10 Tahun 1998 Jenis
perbankan berdasarkan funsinya terdiri dari :
a.
Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh
jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya
dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri
(cabang).
b.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaga secara konvensional atau berdasakan prinsip syariah.
Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh
lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2.7.3 Bank Berdasarkan Segi Kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan
45
saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2014:21), jenis
bank dari segi kepemilikannya adalah :
a. Bank milik pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh swasta nasional. Kemudia akte pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk
keuntungan swasta pula. Dalam penelitian ini, BTPN termasuk
kedalam bank milik swasta nasional karena pendirian serta sebagian
besar semua kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak swasta.
c. Bank milik koperasi
Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contohnya Bank bukopin.
d. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik swasta asing maupun pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas
dimiliki oleh pihak asing (luar negeri)
e. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional.kepemilikan sahamnya secara mayoritas
dipegang oleh warga negara Indonesia.
2.7.4 Bank dari segi status
Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, bank umum dapat
dibagi kedalam dua jenis. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian
berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini
menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi
jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Untuk memperoleh status
46
tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Menurut
Kasmir (2014:24), jenis bank dari segi status adalah sebagai berikut :
a.
Bank devisa
Meupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller
cheque,pembukaan dan pembayaran Letter Of Credit dan transaksi
lainnya. Persyaratan untuk menajadi bank devisa ditetukan oleh Bank
Indonesia.
b.
Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan
kebalikan dari pada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas negara. Bank BTPN dari segi statusnya
termasuk kedalam bank non devisa, karena kegiatan transaksinya
masih dalam lingkup nasional.
2.8
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Daftar Jurnal
Peneliti
Judul dan Sumber
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Indah Dwi
Kurniasih
(2012)
Pengaruh Harga
dan Kualias
Pelayanan terhadap
Loyalitas
Pelanggan melalui
Variabel Kepuasan
(Studi pada
bengkel AHASS
002-Astra Motor
Siliwangi
Semarang)
X1 :Harga
X2 :Kualitas
Pelayanan
Y1 :Loyalitas
Pelanggan
Y2 : Kepuasan
Analisis data
menggunaka
n analisis
jalur.Teknik
pengumpulan
data
menggunakan
kuesioner,
wawancara,
observasi dan
dokumentasi
Penelitian menyimpulkan
bahwa pengaruh langsung
harga terhadap loyalitas
lebih besar dari pada
pengaruh tidak
langsungnya. Sedangkan
pengaruh langsung
kualitas pelayanan
terhadap loyalitas lebih
besar dari pada pengaruh
tidak langsungnya
47
(1) Ellys
Cornelia
S,
(2)Nancy
Veronica,
(3) Endo
Wijaya
Kartika,
(4)
Thomas
S.Kaihatu,
(2008)
Sumber :
Jurnal Administrasi
Bisnis Universitas
Diponegoro
Analisis Pengaruh
Kualitas Layanan
terhadap Loyalitas
Pelanggan di
Laundry 5ASEC
Surabaya
Sumber :
Jurnal Manajemen
Perhotelan,
Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen
Petra
X1 :Kualitas
Layanan
Y :Loyalitas
Pelanggan
Teknik analisa
data yaitu
Analisa
Regresi
Berganda,
Koefisien
Korelasi
Berganda (R),
Uji F, dan Uji
t.
Mohamad
Dimyati
(2013)
Model Struktural
Pengaruh Atribut
Produk terhadap
Kepuasan dan
Loyalitas
Pelanggan Produk
Pond’s
Sumber :
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Universitas
Brawijaya Malang
X1 :Atribut
Produk
Y1:Kepuasan
Y2: Loyalitas
Pelanggan
Analisis yang
digunakan
untuk menguji
hipotesis
penelitian ini
adalah model
persamaan
struktural
(SEM) dengan
menggunakan
Software
AMOS versi
5.0.
(1)Nokma
Aditya
Nugroho,
(2)Suhary
o-no,
(3)Sunarti,
(2015)
Pengaruh Atribut
Produk terhadap
Kepuasan
Pelanggan dan
Loyalitas
Pelanggan (Survei
pada Counter
Perdana di Gresik)
Sumber :
Jurnal Administrasi
Bisnis Universitas
Brawijaya Malang
X1:Atribut
Produk
Y1:Kepuasan
Pelanggan
Y2:Loyalitas
Pealanggan
Metode
pengumpulan
data melalui
kuesioner.
Analisis data
deskriptif dan
analisis jalur
(path
analysis).
Hasil penelitian variabel
reliability,
responsiveness,
assurance, emphaty, dan
tangibles berpengaruh
secara serentak dan
signifikan terhadap
loyalitas pelanggan
laundry 5Asec di
Surabaya.
Dan dapat diketahui
bahwa variabel reliability
merupakan variabel yang
berpengaruh paling
dominan terhadap
loyalitas pelanggan
laundry 5Asec di
Surabaya.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
atribut
produk berpengaruh
signifikan terhadap
kepuasan konsumen
Pond’s,
atribut produk
berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas
konsumen
Pond’s, dan Kepuasan
konsumen berpengaruh
signifikan terhadap
loyalitas produk Pond’s di
Kabupaten Jember.
Atribut produk terbukti
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Kepuasan Pelanggan. dan
Atribut produk terbukti
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan,
namun Kepuasan
Pelanggan tidak memiliki
pengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan,
48
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah diterbtkan di beberapa jurnal,
maka penelitian yang peneliti tulis dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan dan
Atribut Produk E-Karip terhadap Loyalitas Nasabah BTPN Purna Bakti
Kcp.Ciamis”, bukan hasil tiruan, adaptasi atau jiplakan. Tetapi, hal ini
mempertegas originalitas penelitian yang penulis teliti betul-betul hasil pemikiran
sendiri tanpa melibatkan hasil penelitian orang lain. Dari penelitian sebelumnya
mengenai topik yang sama yaitu pengaruh kualitas layanan dan atribut produk
terhadap loyalitas pelanggan, maka yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah objek penelitian dan variabel-variabel yang
digunakan. Pada penelitian ini peneliti mengambil unit analisis nasabah bank
BTPN Purna Bakti dan pengguna kartu E-Karip di BTPN Purna Bakti
Kcp.Ciamis.
2.9
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas
Berdasarkan Penelitian Terdahulu yang dilakukan oleh Setyanto
(2010), dalam penelitianya yang berjudul (Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Loyalitas Nasabah dengan Kepuasan dan Komplain Pada Nasabah Asuransi Jiwa
Di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Magelang). Yang menunjukan hasil
penelitian bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel dalam
empat interaksi korelasi , yaitu (1) kualitas pelayanan dan loyalitas, (2) kualitas
pelayanan dan kepuasan, (3) kepuasan dan loyalitas, (4) kepuasan dan keluhan,
(5) Keluhan dan loyalitas.
Selain itu, Lupiyoadi (2013:232), menyatakan bahwa loyalitas
pelanggan dapat dipahami sebagai kombinasi sikap senang pelanggan
(customer’s favorable attitude) dan perilaku pembelian ulang. Hal yang
seharusnya diperhatikan oleh perusahaan untuk mengelola loyalitas yaitu
mempertahankan pelanggan/nasabah dengan cara membuatnya senang dan
nyaman atas layanan yang diberikan oleh perusahaan.Menurut Kotler dan
Keller (2009:140), salah satu kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah
kepuasan pelanggan. Pelanggan yang sangat puas biasanya tetap setia untuk
waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan produk
49
baru dan memperbaharui produk lama, membicarakan hal-hal baik tentang
perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak terlalu memperhatikan merek
pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga, menawarkan ide produk atau jasa
kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih murah dibandingkan pelanggan
baru karena transaksi dapat menjadi hal yang rutin.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kualitas layanan memiliki
pengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Nasabah akan menjadi loyal ketika
apa yang diharapkannya merasa terpenuhi dengan kata lain, nasabah
tersebut merasa puas dan senang atas apa yang diberikan oleh perusahaan
dalam hal ini adalah layananya.
2.10
Pengaruh Atribut Produk terhadap Loyalitas
Menurut penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Nursidik (2014),
dalam penelitiannya yang berjudul (Pengaruh Atribut Produk M-Banking
Terhadap Loyalitas Nasabah Bank BRI Unit Pancasila Cabang Kota
Tasikmalaya). Yang menunjukan hasil bahwa, Atribut produk m-banking
berpengaruh positif terhadap loyalitas nasabah Bank BRI Unit Pancasila Cabang
Kota Tasikmalaya dan pengaruh variabel atribut produk terhadap variabel
loyalitas nasabah adalah sangat besar.
Atribut produk dapat menggambarkan secara jelas mengenai produk itu
sendiri, dalam perusahaan jasa atribut produk memiliki peran yang penting juga,
karena selain menggunakan jasa, konsumen atau pelanggan juga akan
menggunakan produk yang ditawarkannya, hal ini menjadi penting karena baik
dari segi layanan maupun produk tersebut dapat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk tetap atau menggunakan produk dan layanan yang diberikan
perusahaan bergantung pada unsur-unsur atau nilai dari atribut produk itu sendiri.
Menurut Nugroho,et.al (2015), Keberadaan atribut produk dapat dirasakan ketika
konsumen telah melihat dan menggunakan produk tersebut. Selain itu, menurut
Kano et.al. 1996 (dalam Dimyati, 2013) menyatakan bahwa, atribut produk dapat
berpengaruh terhadap kepuasan, sehingga membuat konsumen dapat menerima
produk tersebut dan melakukan pembelian ulang.
50
2.11
Pengaruh Kualitas Layanan dan Atribut Produk terhadap Loyalitas
Pada dasarnya tujuan akhir dari perusahaan jasa adalah membangun
kerelasian yang erat dan membentuk suatu loyalitas pelanggan atas jasa maupun
produk perusahaan. Baik layanan maupun produk dimiliki perusahaan jasa, hal
tersebut tidak dapat dipisahkan mengingat sifat dari jasa itu sendiri berkaitan
dengan kegiatan produksi dan konsumsi yang tidak dapat dipisahkan, artinya
dalam hal ini turut mengikutsertakan nasabah dan pemberi jasa secara langsung.
Kegiatan tersebut berkaitan erat dengan kualitas layanan yang dimiliki perusahaan
karena hal yang dapat membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya
dapat dilihat dari kualitas layanannya, begitupula faktor yang menyebabkan
nasabah menjadi loyal maupun tidak dapat dipengaruhi oleh kualitas layanannya.
Menurut Tiofany (2008), salah satu faktor berpindahnya nasabah disebabkan oleh
kualitas pelayanan yang diberikan oleh bank.
Disisi lain, atribut produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan juga dapat
mempengaruhi loyalitas pelanggan, atribut produk merupakan suatu gambaran
yang jelas mengenai produk itu sendiri. Artinya, bahwa atribut produk mewakili
apa yang ditawarkan perusahaan serta terdapat suatu unsur-unsur yang berkaitan
dengan nilai atau manfaat yang akan diterima oleh pelanggan, dengan demikian
suatu atribut produk yang dinilai baik akan membuat pelanggan merasa puas dan
senang sehingga, peluang pelanggan menjadi loyal akan lebih tinggi.Menurut
Kotler dan Amstrong (2008:272), menyatakan bahwa atribut produk dan jasa
adalah Pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan pendefinisian manfaat
yang akan ditawarkan produk atau jasa tersebut.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastanto (2010),
yang berjudul (Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Atribut Produk terhadap
Loyalitas Konsumen dengan Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Intervening
pada Kurnia Dfutsal Stadium Boyolali). Yang menunjukan hasil penelitian bahwa
kualitas pelayanan dan atribut produk mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap loyalitas konsumen melalui kepuasan.
51
2.12
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam hal ini berkaitan dengan paradigma atau
gambaran penelitian yang akan dilakukan sebagai jawaban atas permasalahan
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel (independent),
yaitu Kualitas Layanan (X1) dan Atribut Produk (X2), sedangkan variabel yang
dipengaruhinya (dependent) adalah Loyalitas Nasabah (Y). Dalam penelitian ini
penulis ingin melihat pengaruh kualitas layanan dan atribut produk E-Karip
terhadap loyalitas nasabah BTPN Purna Bakti Kcp.Ciamis, sehingga dengan
adanya faktor-faktor tersebut dapat mendorong nasabah menjadi nasabah yang
loyal, mengingat berdasarkan data jumlah nasabah yang diperoleh jumlah nasabah
BTPN Purna Bakti Kcp.Ciamis tiap bulan mengalami penurunan dan
kecenderungan berfluktuatif.
Perusahaan jasa, khususnya pada jasa perbankan yang tidak hanya
menawarkan jasalayanan saja, namun didukung juga oleh produk-produk
unggulannya yang bervariatif. Dengan demikian untuk mensiasati atau unggul
dalam persaingan tersebut, maka perusahaan harus memiliki strategi yang kuat,
salah satu strategi yang perlu dikembangkan adalah kualitas layanannya, karena
layanan yang diberikan oleh bank dapat menjadi pertimbangan bagi nasabah
untuk tetap menggunakan jasa tersebut atau tidak, tentunya hal ini berkaitan
dengan kenyamanan serta kepuasan saat proses layanan berlangsung. Menurut
Tiofany (2008), di saat semua bank bersaing ketat dalam produk dan layanan
perbankan, maka bisa dipastikan bahwa antar bank akan saling bersaing
memberikan produk yang hampir sama, hal yang bisa membedakan satu bank
dengan bank lain adalah kualitas layanan.
Sesuai dengan karakteristik jasa yang bersifat Inseparability(tidak dapat
dipisahkan), jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, kemudian di produksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang bersamaan. Sama halnya dengan produk
dalam perusahaan jasa, perubahan gaya hidup, perkembangan sosial budaya,
ekonomi serta perkembangan teknologi informasi yang membuat tuntutan
terhadap suatu produk tersebut semakin tinggi. Dengan demikian perusahaan
perlu menetapkan atribut-atribut yang ditawarkan kepada konsumen harus sesuai
52
dengan apa yang dibutuhkan dan keunggulannya dari segi efektifitas dan efisiensi.
Manfaat suatu produk tersebut kemudian dapat dikomunikasikan dan di
implementasikan melalui atribut produk.
Saat ini perusahaan tidak hanya menawarkan manfaat dari layanan dari
produk-produknya, tetapi juga menawarkan manfaat tambahan yang disertakan
pada produk intinya. Dan kemudian pelayanan terhadap inti dari produk jasa bank
tersebut dapat dimaksimalkan dengan baik melalui layanan elektronik dan
selanjutnya nasabah merasa diuntungkan dengan adanya fasilitas produk tersebut.
Unsur-unsur diatas merupakan semua atribut yang ada di dalam suatu
produk yang menjadikan produk tersebut berbeda dengan produk lain serta
memiliki identitas sendiri. Dengan demikian, perusahaan harus menyusun strategi
dengan cermat mengenai semua unsur yang terkandung dalam atribut produk itu
sendiri karena hal tersebut sangat berdampak besar terhadap loyalitas pelanggan
dalam menggunakan produk tersebut.
Loyalitas konsumen merupakan komitmen pelanggan untuk tetap bertahan
berlangganan dengan produk maupun layanan jasa suatu perusahaan yang
dianggapnya unggul, karena mampu menumbuhkan kepercayaan yang berasal dari
kenyamanan serta kepuasan yang dirasakannya. Loyalitas nasabah BTPN
Kcp.Ciamis ini dipengaruhi juga oleh atribut produk yang melekat pada E-Karip.
Dengan adanya upaya meningkatkan kualitas produk, fitur, gaya dan desain yang
unggul dibandingkan dengan para pesaingnya.Maka, dengan dilakukannya upaya
tersebut diharapkan semakin meningkatkan kenyamanan dan membangun
loyalitas nasabahyang erat di Bank BTPN Purna Bakti Kcp.Ciamis.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka paradigma penelitian dalam
penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar 2.3 sebagai berikut :
53
Kualitas Pelayanan (X1)
Keandalan (Reability)
Responsivitas
(Responsiveness)
- Jaminan (Assurance)
- Empati (Empathy)
- Wujud (Tangible)
-
Y
-
X1
Tjiptono dan Chandra
(2011:109)
-
-
X2
Atribut Produk (X2)
Kualitas Prdouk
Fitur Produk
Gaya dan Desain
Produk
Y (Y)
Loyalitas
Repeat Purchase
(Pembelian Ulang)
Purchase a cross
product line
(pembelian pada lini
produk lain)
Refferals (merekomendasikan)
Retention (menolak
produk lain
Griffin (2005:31)
Kotler dan Amstrong
(2008:272-273)
Gambar 2.3
Paradigma Penelitian
2.13
Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran diatas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1
:Terdapat Pengaruh antara Kualitas Pelayanan terhadap
Loyalitas
Nasabah BTPN Purna Bakti Kcp.Ciamis.
H2
:Terdapat Pengaruh antara Atribut Produk terhadap Loyalitas Nasabah
BTPN Purna Bakti Kcp.Ciamis.
H3
:Terdapat Pengaruh secara simultan antara Kualitas Pelayanan dan
Atribut Produk terhadap Loyalitas Nasabah BTPN Purna Bakti
Kcp.Ciamis.
Download