BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Nanosains dan teknologi telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuwan diseluruh dunia, dan merupakan bidang riset yang banyak ditekuni belakangan ini. Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah dan Khairurrijal, 2010). Perkembangan nanoteknologi berlangsung terus-menerus dilakukan yang kemudian diaplikasikan pada banyak bidang. Nanoteknologi dapat diaplikasikan menjadi dua jenis subyek mayor, yaitu Life Science dan Technology. Aplikasi nanoteknologi dalam bidang technology ditekankan pada karya cipta gadget canggih, sedangkan life science yaitu aplikasi nanoteknologi dalam bidang medis maupun biologi. Berbagai perlakuan pada material banyak dilakukan dalam berbagai bidang aplikasi nanoteknologi. Material-material tersebut disintesis dalam ukuran nanometer yang kemudian banyak dikenal sebagai nanomaterial. Materialmaterial dalam dimensi nanometer menunjukkan sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dibandingkan material berukuran besar (bulk). Nanomaterial dibuat bertujuan untuk menghasilkan material baru yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, seperti biosensor, perangkan fotonik, pengobatan kanker dan aplikasi lainnya. Pada skala nanometer, material tidak seperti biasanya, mereka tergolong unik, berlaku dan bersikap berbeda. Hal tersebut dikarenakan, material dalam ukuran nanometer lebih mendekati ukuran struktur penyusunnya yaitu atom-atom. Penelitian-penelitian barupun bermunculan mengenai struktur nanopartikel seperti rekayasa material, optik, magnetik, penyimpanan data dan elektrokimia. Nanopartikel magnetik merupakan salah satu yang banyak diteliti belakangan ini baik secara prosesnya maupun potensinya sebagai penyimpanan data dan sensor. Selain itu, daya tarik material ini terletak pada sifat-sifat uniknya yaitu 1 2 kemagnetannya yang berbeda dengan bulk serta luas dan reaktivitas permukaan yang besar. Keunikan nanopartikel magnetik lainnya ialah pada orde tertentu akan menampilkan watak lebih responsif terhadap medan magnet luar yang dikenakan yang biasa disebut dengan superparamagnetik. Sifat kemagnetan nanopartikel magnetik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya komposisi kimia, derajat kecacatan kristal, ukuran partikel, morfologi, interaksi partikel dengan matrik sekitarnya, dan interaksi antar partikel terdekatnya. Nanopartikel magnetik juga bersifat dispersif dalam fluida biologi (biomolekul) dikarenakan momen magnetik antar partikel menjadi sangat kecil (Punkhurst dkk, 2003). Sebagai contoh, ketika ukuran suatu partikel magnetik dibawah 10 nm, akan bersifat superparamagnetik pada suhu ruang, artinya bahwa energi termal dapat menghalangi anistropi energi penghalang dari sebuah nanopartikel tunggal. Karena itu, sintesis nanopartikel yang seragam dengan mengatur ukurannya menjadi salah satu kunci masalah dalam lingkup sintesis. Sifat superparamagnetik merupakan sifat yang muncul pada nanomaterial berorde satu domain magnet, sehingga konsekuensi partikel tersebut akan sangat relatif terhadap medan luar. Namun, jika medan magnet luar dihilangkan maka sifatnya akan mirip dengan sifat material paramagnetik. Fenomena ini akan meningkat seiring dengan ukuran dan efek permukaan yang mendominasi sifat nanopartikel tersebut (Wu dkk., 2010) Berbagai metode telah banyak dikembangkan untuk mensisntesis nanopartikel magnetik diantaranya, metode kopresipitasi, thermal decomposition, mikroemulsi, hidrotermal, sol gel, sonokimia , dan metode lainnya. Dari metodemetode tersebut, metode kopresipitasi merupakan salah satu metode paling sederhana. Namun, metode ini harus memperhatikan stoikiometri kimia yang terjadi pada saat reaksi pembentukan nanopartikel magnetik. Salah satu nanopartikel yang banyak diteliti adalah nanopartikel magnetik Cobalt Ferrite (CoFe2O4). Salah satu keunikan dari nanopartikel ini adalah memiliki sifat superparamagnetik. Sifat superparamagnetik ini merupakan sifat magnetik nanomaterial yang memiliki magnetisasi yang sangat tinggi saat 3 diberikan medan magnet eksternal, namun ketika tidak ada medan magnet eksternal maka nilai magnetisasi rata-rata akan menjadi nol. Sifat superparamagnetik ini pada umumnya muncul dari ferromagnetik dan ferrimagnetik dengan ukuran material sangan kecil (nanometer). Sifat khusus lainnya yang membedakan nanopartikel CoFe2O4 dengan nanopartikel lainnya adalah CoFe2O4 memiliki anistropi yang lebih tinggi. Ahn dkk., 2003 telah melakukan penelitian bahwa intensitas sifat superparamagnetik CoFe2O4 terlihat seiring dengan semakin kecil ukuran partikelnya, sementara suhu curie akan meningkat seiring dengan kenaikan ukuran partikelnya. Dalam penelitian ini, CoFe2O4 akan disintesis dengan metode kopresipitasi. Metode ini dipilih karena prosedurnya yang relatif sederhana dan menghasilkan distribusi ukuran butir yang relatif sempit. Selain itu, metode ini dapat dilakukan pada kondisi lingkungan normal (Lu dkk, 2007). Tahun 2013 Setiadi telah berhasil melakukan penelitian menggunakan metode koprsipitasi untuk sintesis CoFe2O4 kemudian difungsionalisasikan menggunakan PEG-4000. Hal tersebut mendorong penelitian selanjutnya untuk melakukan fungsionalisasi menggunakan bahan lainnya seperti silika. Fungsionalisasi disini adalah proses proses melapisi material dengan material lain yang bertujuan untuk memodifikasi permukaan nanopartikel CoFe2O4 yang kemudian dapat dilihat dan ditinjau kembali sifat kemagnetan, morfologi, dan struktur kristalnya. Melapisi nanopartikel dengan silika merupakan pendekatan yang penting dalam dunia teknologi nanopartikel. Silika yang terbentuk pada permukaan magnetik berfungsi menghalangi gaya tarik menarik magnetik dipolar antar partikel, sehingga partikel tidak teragregasi dan mudah terdispersi dalam media cair guna membentuk ferrofluid. Pelapisan ini juga melindungi partikel dari kerusakan oleh asam, sebab silika relatif sulit larut dalam asam. Kemudian yang terpenting dalam penelitian ini adalah aplikasi nanopartikel yang telah dilapisi silika dalam sistem biologis karena lapisan silika memberikan sifat inert. 4 1. 2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana mensintesis Magnetic Nanoparticles (MNPs) CoFe2O4 dengan metode kopresipitasi dan melakukan proses pelapisan menggunakan silika. 2. Bagaimana mekanisme bonding gugus fungsi (pengikatan) antar atom setelah pelapisan oleh silika pada Magnetic Nanoparticles (MNPs) CoFe2O4 dengan menggunakan uji FTIR. 3. Bagaimana struktur kristalisasi dan sifat magnetik Magnetic Nanoparticles (MNPs) CoFe2O4 setelah dilapisi oleh silika. 1. 3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada kajian mensintesis Nanopartikel CoFe2O4 menggunakan metode kopresipitasi dan pengaruh pelapisan CoFe2O4 dengan variasi konsentrasi silika sebesar 50%, 30%, 20%, 15%, 10%, dan 5% yang kemudian ukuran butir, struktur kristal, gugus fungsi, dan sifat kemagnetan dianalisa dengan menggunakan uji X-Ray Diffraction (XRD), Transmission Electron Miscroscopy (TEM), Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy (FTIR) dan Vibrating Sample Manetometer (VSM). 1. 4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mensintesis nanopartikel CoFe2O4 menggunakan metode kopresipitasi dan mengfungsionalisasinya dengan silika. 2. Mempelajari mekanisme bonding (pengikatan) antara atom setelah pelapisan dengan silika pada nanopartikel CoFe2O4 dengan menggunakan analisa spektrum FTIR. 3. Mempelajari hasil dari strukur kristal dan sifat magnetik CoFe2O4 setelah dilapisi oleh silika. 1. 5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menumbuh- kembangkannya kemampuan dalam mensintesa nanopartikel dengan metode