1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mencapai berbagai kemajuan dan keberhasilan setelah memerangi masalah gizi selama 59 tahun. Penyakit rakyat seperti hunger oedema (HO) atau beri-beri, xeropthalmia, pellagra dan lain-lainnya saat ini sudah sangat jarang ditemukan (Dewan Kesehatan Rakyat Indonesia 2009). Menurut Menkokesra (2009), kasus gizi buruk di Indonesia mencapai 5,1 juta jiwa pada tahun 2004 dan terus menurun, hingga mencapai 4,1 juta jiwa pada tahun 2007. Kekurangan gizi di Indonesia masih banyak ditemukan walaupun telah banyak mengalami keberhasilan dalam memerangi gizi buruk. Menurut Dewan Kesehatan Rakyat Indonesia (2009), kekurangan gizi mikro (kekurangan gizi mineral) seperti anemia gizi besi masih banyak ditemukan, terutama pada anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Kekurangan gizi mikro lain yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan adalah kekurangan kalsium. Menurut Menkes (2008), salah satu penyebab tingginya resiko osteoporosis di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup masyarakat pada tahun 2005 yang mencapai 67-68 tahun, akan tetapi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia yaitu sebesar 254 mg/hari (hanya seperempat dari dari standar internasional, yaitu sebesar 1000-1200 mg/hari untuk orang dewasa). Makanan hasil laut merupakan sumber pangan yang kaya akan komponen mineral. Menurut Erkan dan Ozden (2007), kandungan total mineral pada ikan dan avertebrata laut adalah sebesar 0,6-1,5% berat basah. Komponen mineral seperti natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, dan fosfor sangat penting untuk nutrisi manusia di Indonesia. Salah satu hewan avertebrata laut yang berpotensial memiliki kandungan mineral yang tinggi adalah keong ipong-ipong. Keong ipong-ipong merupakan hewan Gastropoda laut yang banyak terdapat di perairan Cirebon. Hewan ini juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar kota Cirebon, namun belum ada 2 penelitian lebih lanjut mengenai kandungan gizi terutama jenis-jenis mineral potensial yang terkandung pada keong jenis ini. Mineral memegang peran penting dalam memelihara hidup sehat. Mineral berfungsi sebagai media untuk aktivitas sel normal, menjaga tekanan osmotik cairan dalam tubuh, menjaga kekuatan tulang dan gigi, sebagai kofaktor di metaloenzim, dan lain-lain (Gropper et al. 2009). Menurut Santoso et al. (2006), kandungan mineral dalam bahan pangan hanyalah salah satu parameter awal untuk menilai kualitas suatu bahan pangan, karena yang lebih penting adalah bioavailabilitasnya. Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proporsi nutrisi dalam makanan yang dapat dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tubuh normal. Mineral yang bersifat bioavailable harus dalam bentuk terlarut, walaupun tidak semua mineral terlarut bersifat bioavailable. Metode pengolahan dapat mempengaruhi kandungan dan kelarutan mineral suatu bahan pangan. Masyarakat kota Cirebon umumnya mengkonsumsi keong ipong-ipong setelah dilakukan proses pengolahan, yaitu perebusan, sehingga perlu dilakukannya penelitian mengenai pengaruh metode pengolahan terhadap kandungan mineral keong ipong-ipong. Metode pengolahan yang digunakan meliputi metode perebusan, pengukusan dan perebusan garam. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komposisi kimia, kandungan jenis mineral (makro dan mikro) dan logam berat tertentu pada keong ipong-ipong. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a) Menganalisis pengaruh metode pengolahan (perebusan, pengukusan, dan perebusan garam) terhadap kandungan mineral dan persentase kehilangan mineral keong ipong-ipong. b) Menganalisis pengaruh metode pengolahan keong ipong-ipong terhadap persentase kelarutan beberapa mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu Ca, P, Na, dan Mg. c) Menentukan metode pengolahan yang memberikan kehilangan mineral terendah dan kelarutan mineral tertinggi.