Saad bin Abi Waqash

advertisement
Artikel Oase Qalbu - halaman 1/2
Saad bin Abi Waqash
*****
Diantara dua pilihan. Itulah mungkin kata yang tepat mewakili awal kisah dari Sa'ad bin Malik
za-Zuhri alias Sa'ad bin Abi Waqash. Ini bukan cerita sinetron teve yang selalu mengandung
materialistik, ini adalah sebuah kisah tentang seorang sahabat yang pada masa Rasulullah Saw.,
dikenal sebagai prajurit pilihan.
Menurut Sa'ad bin Abi Waqqash, mencintai orang tua bukan berarti harus mengorbankan prinsip
hidup. Itu dilakukannya saat dia telah menerima Islam yang diajarkan oleh Rasulullah, kemudian
dia yakini, bahwa hanya Islamlah yang bisa membuat dirinya dan hidupnya bahagia ketimbang
kembali menyembah berhala. Lihatlah statementnya, yang sering dijumpai di sirah-sirah "Duhai
bunda, meskipun ada seratus nyawa dalam diri bunda, dan terurai nyawa itu satu per satu, aku
akan tetap pada agamaku. Sekarang terserah bunda, apakah hendak meneruskan perbuatan
bunda atau hendak makan."
Ibu Sa'ad yang sangat mencintai Sa'ad juga, merasa kehilangan ketika anaknya lari
meninggalkan sesembahan nenek moyang, dan menyembah Allah dan mentaati Rasulullah.
Untuk meluluhkan hati Sa'ad, ibundanya mengambil sikap untuk mogok makan, tapi nyatanya tak
berkutik sedikitpun sikap Sa'ad untuk meninggalkan Agama Islam yang dibawa Rasulullah,
mesikipun ia juga mencintai Ibundanya.
Selain itu, Sa'ad juga dikenal sebagai anggota pasukan berkuda yang lihai dan gagah berani.
Soal memanah, dia adalah nomor satu. Ada dua peristiwa yang menjadikan Sa'ad selalu
dikenang dan istimewa, pertama dialah yang pertama melepas anak panah untuk membela
Agama Allah, sekaligus orang pertama yang tertembus anak panah dalam membela Agama
Allah. Kedua, Sa'ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan
kedua orang tua beliau. Sabda Rasulullah, Saw., pada saat perang Uhud : "Panahlah hai Sa'ad !
Ibu Bapakku menjadi jaminan bagimu ...."
Dalam setiap peperangan siapapun panglimanya jika ada Sa'ad didalamnya maka pasukan akan
merasa tenang. Bukan hanya karena kehebatannya dalam peperangan yang menciutkan hati
musuh, tapi juga ketaqwaanya yang luhurlah, yang menjadi hati sahabat lain menjadi tenang.
Pada saat perang Qadishiyyah, Amirul mukminin Umar bin Khaththab r.a. mengangkat Sa'ad
sebagai Panglima perang untuk melawan adidaya Persia pada saat itu, ketika Sa'ad mengirim
utusan untuk berdiplomasi dengan Rustum (panglima perang persia) yang akhirnya negoisasi itu
berlangsung alot, dan muncullah pernyataan dari delegasi kaum muslimin.
"Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hambaNya yang
dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian kepada Allah, dari kesempitan dunia
kepada keluasannya, dan dari kedhaliman penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa yang
bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediannya dan kami biarkan mereka. Tapi
siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah
dijanjikan Allah ... !"
"Apa yang dijanjikan oleh Allah itu?" tanya Rustum, "Surga bagi kami yang mati syahid, dan
http://www.oaseqalbu.web.id/article.php?sid=53 didownload pada Jum'at, 03 November 2017
Artikel Oase Qalbu - halaman 2/2
kemenangan bagi kami yang hidup". Sa'ad pun bangkit dan menggelorakan semangat jihad kaum
muslimin, peperanganpun terjadi Rustum dan pasukannya menuai kekalahan, Persia yang
adidaya itu akhirnya jatuh juga di tangan kaum muslimin. [islamuda.com]
http://www.oaseqalbu.web.id/article.php?sid=53 didownload pada Jum'at, 03 November 2017
Download